• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. METODOLOGI

3.4 Prosedur Analisis

Analisis yang diamati meliputi pengukuran kadar proksimat, pH, suhu, N-Total, total P, C-Organik, total K, Rasio C/N, pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun dan bobot tanaman kangkung darat (I. reptana).

3.4.1 Analisis kadar air (BSN 1992)

Prinsip analisis kadar air adalah mengetahui kandungan atau jumlah air yang terdapat dalam suatu bahan. Tahap pertama yang dilakukan pada analisis kadar air adalah mengeringkan botol timbang dalam oven pada suhu 105°C

selama 1 jam. Botol timbang tersebut kemudian diletakkan ke dalam desikator (kurang lebih 15 menit) dan dibiarkan sampai dingin kemudian ditimbang. Sampel seberat 1-2 g ditimbang setelah terlebih dahulu digerus. Botol timbang yang telah diisi sampel dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 102-105°C selama 5-6 jam. Botol timbang kemudian dimasukkan ke dalam desikator dan dibiarkan sampai dingin (30 menit) kemudian ditimbang dan ulangi prosedur ini hingga memperoleh bobot yang tetap.

Perhitungan kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

Keterangan: A = Berat botol timbang kosong (g)

B = Berat botol timbang yang diisi dengan sampel (g) C = Berat botol timbang dengan sampel yang sudah dikeringkan (g)

3.4.2 Analisis kadar abu (BSN 1992)

Prinsip analisis kadar abu yaitu untuk mengetahui jumlah abu yang terdapat pada suatu bahan terkait dengan mineral dari bahan yang dianalisis. Cawan porselen dibersihkan dan dikeringkan di dalam oven bersuhu 105°C selama +30 menit. Cawan porselen kemudian dimasukkan ke dalam desikator (30 menit) dan kemudian ditimbang. Sampel sebanyak 2-3 g ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam cawan porselen. Cawan porselen selanjutnya dibakar di atas kompor listrik sampai tidak berasap dan dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dengan suhu 550°C hingga mencapai pengabuan sempurna. Cawan dimasukkan di dalam desikator dibiarkan sampai dingin dan kemudian ditimbang.

Perhitungan kadar abu dapat dilakukan menggunakan rumus:

Keterangan: A = Berat cawan kosong (g)

B = Berat cawan dengan sampel (g)

3.4.3 Analisis kadar protein (BSN 1992)

Prinsip dari analisis kadar protein yaitu untuk mengetahui kandungan protein kasar (crude protein) pada suatu bahan. Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis protein terbagi atas tiga tahapan, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi.

1. Tahap destruksi

Sampel ditimbang sebanyak 0,5 g. Sampel lalu dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 100 mL. Tambahkan 2 g selenium dan 25 mL H2SO4 ke dalam tabung tersebut. Tabung yang berisi larutan tersebut dimasukkan ke dalam alat pemanas dengan suhu 410°C ditambah 10 mL air. Proses destruksi dilakukan sampai larutan menjadi jernih.

2. Tahap destilasi

Larutan yang telah jernih didinginkan dan masukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Larutan diencerkan dengan akuades, tepatkan hingga tanda garis. Pipet 5 mL larutan dan masukkan ke dalam alat penyuling, tambahkan 5 mL NaOH 30% dan beberapa tetes indikator PP lalu didestilasi. Hasil destilasi ditampung dalam erlemeyer 125 mL yang berisi 10 mL asam borat (H3BO3) 2% yang mengandung indikator bromcherosol green 0,1% dan methyl red 0,1% dengan perbanding 2:1.

3. Tahap titrasi

Titrasi dilakukan dengan menggunakan HCl 0,01 N sampai warna larutan pada erlemeyer berubah warna menjadi merah muda. Volume titrasi dibaca dan dicatat.

Perhitungan kadar protein dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

Keterangan : W = Bobot sampel

V1 = Volume HCl 0,01 N yang dipergunakan penitaran sampel

V2 = Volume HCl yang dipergunakan penitaran blanko N = Normalitas HCl

fp = Faktor pengenceran

3.4.4 Analisis kadar lemak (BSN 1992)

Sampel sebanyak 1-2 g (W1) dimasukkan ke dalam kertas saring dan dimasukkan ke dalam selongsong lemak, lalu dimasukkan ke dalam labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya (W2) dan disambungkan dengan tabung soxhlet. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor tabung soxhlet dan disiram dengan pelarut lemak. Tabung ekstraksi dipasang pada alat destilasi soxhlet lalu dipanaskan dengan menggunakan pemanas listrik selama 6 jam. Pelarut lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua pelarut lemak menguap. Pada saat destilasi pelarut akan tertampung di ruang ekstraktor, pelarut dikeluarkan sehingga tidak kembali ke dalam labu lemak, selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C, setelah itu labu didinginkan dalam desikator sampai beratnya konstan (Ws).

Perhitungan kadar lemak dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

Keterangan: W1 = Berat sampel (g)

W2 = Berat labu lemak tanpa lemak (g) W3 = Berat lebu lemak dengan lemak (g) 3.4.5 Pengukuran suhu

Suhu selama proses pengomposan diukur dan dicatat setiap hari pada pagi hari. Pengukuran suhu dilakukan menggunakan alat ukur termometer ruang yang ditancapkan pada pupuk di beberapa titik.

3.4.6 Pengukuran pH

Nilai pH selama proses pengomposan diukur dan dicatat setiap hari pada pagi hari. Analisis derajat keasaman (pH) dilakukan dengan menggunakan pH tester yang ditancapkan pada pupuk di beberapa titik.

3.4.7 Karbon organik (AOAC 2007)

Pengukuran karbon organik menggunakan metode pengoksidasian dengan kromat dan asam sulfat. Sampel sebanyak 1 g dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Kemudian ditambahkan 20 mL K2Cr2O7 2 N dan 15 mL H2SO4 pekat, kemudian di panaskan di atas waterbath dengan suhu 70oC selama 1,5 jam

(digoyang setiap 15 menit) sampai semua sampel melarut. Sampel yang sudah larut diencerkan dengan akuades hingga tanda tera. Larutan ini kemudian dipipet sebanyak 10 mL ke dalam erlemeyer dan tambahkan indicator FeSO4 0,2 N sebanyak 20 mL, encerkan dengan air. Selanjutnya dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N.

Perhitungan C organik dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

Keterangan : a = ml KMnO4 untuk sampel b = ml KMnO4 untuk blanko N = Normalitas KMnO4

fp = Faktor pengenceran W = Berat sampel (mg) 3.4.8 Nitrogen total (BSN 1992)

Prinsip dari analisis kadar nitrogen yaitu untuk mengetahui kandungan nitrogen pada suatu bahan. Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis nitrogen total terbagi atas tiga tahapan, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi.

1. Tahap destruksi

Sampel ditimbang sebanyak 0,5 g. Sampel dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 100 mL. Tambahkan 2 g selenium dan 25 mL H2SO4 ke dalam tabung tersebut. Tabung yang berisi larutan tersebut dimasukkan ke dalam alat pemanas dengan suhu 410 °C ditambah 10 mL air. Proses destruksi dilakukan sampai larutan menjadi jernih.

2. Tahap destilasi

Larutan yang telah jernih didinginkan dan masukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Larutan diencerkan dengan akuades, tepatkan hingga tanda garis. Pipet 5 mL larutan dan masukkan ke dalam alat penyuling, tambahkan 5 ml NaOH 30% dan beberapa tetes indikator PP lalu didestilasi. Hasil destilasi ditampung dalam erlemeyer 125 mL yang berisi 10 mL asam borat (H3BO3) 2% yang mengandung indikator bromcherosol green 0,1% dan methyl red 0,1% dengan perbanding 2:1.

3. Tahap titrasi

Titrasi dilakukan dengan menggunakan HCl 0,01 N sampai warna larutan pada erlemeyer berubah warna menjadi merah muda. Volume titrasi dibaca dan dicatat.

Perhitungan nitrogen total dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

Keterangan : W = Bobot sampel

V1 = Volume HCl 0,01 N yang dipergunakan penitaran sampel

V2 = Volume HCl yang dipergunakan penitaran blanko N = Normalitas HCl

fp = Faktor pengenceran

3.4.9 Total fosfor (AOAC 2007)

Fosfor dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer. Sampel yang berbentuk padat harus dilakukan dulu pengabuan basah. Sampel sebanyak 1 g ditambahkan 5 mL HNO3 didiamkan selama 1 jam pada suhu ruang di ruang asam, kemudian dipanaskan diatas hot plate dengan temperatur rendah selama 4-6 jam (dalam ruang asam). Sampel dibiarkan semalam dalam keadaan tertutup. Sampel ditambahkan 0.4 mL H2SO4 , lalu dipanaskan di atas hot plate sampai larutan berkurang (lebih pekat), ±1 jam. Kemudian ditambahkan 2-3 tetes larutan campuran HClO4: HNO3 (2:1). Sampel masih tetap di atas hot plate, karena pemanasan terus dilanjutkan sampai ada perubahan warna dari coklat menjadi kuning tua sampai akhirnya berwarna kuning muda (±1 jam). Setelah ada perubahan warna, pemanasan masih dilanjutkan selama 10-15 menit. Pindahkan sampel, dinginkan dan tambahkan 2 mL aquades dan 0.6 mL HCl. Sampel dipanaskan kembali agar larut (± 15 menit) kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL. Apabila ada endapan disaring dengan glass wool.

Analisis kandungan fosfor dilakukan menggunakan spektrofotometer, namun sebelumnya dilakukan preparasi sampel dengan faktor pengenceran yang dibutuhkan. Sampel dipipet 0,5 mL dari hasil pengabuan basah, ditambah aquades hingga 3 mL dan Cl3La.7H2O 2 mL lalu dikocok. Kemudian sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 660 nm.

Perhitungan kandungan P dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

Keterangan : fp = Faktor pengenceran W = Bobot sampel (g)

3.4.10 Total kalium (AOAC 2007)

Kalium dianalisis menggunakan AAS. Sampel yang berbentuk padat harus dilakukan pengabuan basah terlebih dahulu. Sampel sebanyak 1 g ditambahkan 5 mL HNO3 didiamkan selama 1 jam pada suhu ruang di ruang asam, kemudian dipanaskan diatas hot plate dengan temperatur rendah selama 4-6 jam (dalam ruang asam). Sampel dibiarkan semalam dalam keadaan tertutup. Sampel ditambahkan 0.4 mL H2SO4 , lalu dipanaskan diatas hot plate sampai larutan berkurang (lebih pekat), ±1 jam. Kemudian ditambahkan 2-3 tetes larutan campuran HClO4: HNO3 (2:1). Sampel masih tetap diatas hot plate, karena pemanasan terus dilanjutkan sampai ada perubahan warna dari coklat menjadi kuning tua sampai akhirnya berwarna kuning muda (± 1 jam). Setelah ada perubahan warna, pemanasan masih dilanjutkan selama 10-15 menit. Pindahkan sampel, dinginkan dan tambahkan 2 mL aquades dan 0.6 mL HCl. Sampel dipanaskan kembali agar larut (±15 menit) kemudian masukkan kedalam labu takar 100 mL. Apabila ada endapan disaring dengan glass wool.

Analisis kandungan kalium dilakukan menggunakan AAS, namun sebelumnya dilakukan preparasi sampel dengan faktor pengenceran sesuai dengan yang dibutuhkan. Sampel sebanyak 0,5 mL ditambah aquades hingga 5 mL dan (Cl3La.7H2O) 0,05 ml lalu divorteks. Kemudian sampel diukur dengan menggunakan AAS.

Perhitungan kandungan K dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

Keterangan : fp = Faktor pengenceran W = Bobot sampel (g)

3.4.11 Tinggi tanaman kangkung darat (I. reptana)

Pengukuran dan pengamatan tinggi kangkung darat dilakukan setiap 1 minggu selama 4 minggu. Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh dengan menggunakan penggaris. Untuk laju pertambahan tinggi tanaman didapat dari perhitungan berikut:

3.4.12 Jumlah daun tanaman kangkung darat (I. reptana)

Pengukuran dan pengamatan jumlah daun tanaman kangkung darat dilakukan setiap 1 minggu selama 3 minggu. Jumlah daun dihitung berdasarkan jumlah daun yang telah berkembang sempurna.

3.4.13 Bobot basah tanaman kangkung darat (I. reptana)

Penimbangan bobot basah tanaman kangkung darat dilaksanakan setelah tanaman dipanen. Penimbangan bobot basah dilakukan dengan menimbang kangkung yang telah dipanen dan dibersihkan dari tanah dengan menggunakan timbangan digital sehingga didapat bobot basahnya.

Dokumen terkait