• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Penelitian 1.Jenis Penelitian 1.Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif yaitu penelitian di mana peneliti dalam melakukan penelitiannya menggunakan teknik-teknik observasi, wawancara atau interview, analisis isi, dan metode pengumpulan data lainnya untuk menyajikan respons-respons dan perilaku subjek,1 dengan menelusuri data-data kepustakaan atau library research. Menurut Mestika Zed, studi kepustakaan atau Library research yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca

1Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), Cet. II, h. 40

dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.2 Sementara menurut M. Iqbal Hasan studi kepustakaan atau Library research yaitu kegiatan mendalami, mencermati, menelaah dan mengidentifikasi pengetahuan yang ada dalam kepustakaan (sumber bacaan, buku-buku referensi atau hasil penelitian lain) untuk menunjang penelitiannya.3 Secara rinci penelitian ini berusaha untuk menemukan jawaban bagaimana penafsiran Q.S Al-An’am ayat 74-79 menurut para mufassir dan apa saja pendidikan keimanan yang terkandung dalam surat al-An’am ayat 74-79.

2. Sumber data

Menurut Lofland sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J. Moleong dalam bukunya metodologi penelitian kualitatif mengatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainnya. Berkaitan dengan hal itu, pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik.4

Adapun sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sumber data tertulis dengan menggunakan data informasi yang bersifat literatur kepustakaan, karena metode penelitian yang dipilih adalah library research yang bersumber datanya bersumber dari buku-buku tafsir seperti tafsir al-Maragi, al-Misbah, Ibnu Kaśir dan buku pendidikan khususnya yang berhubungan dengan pembahasan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dikarenakan jenis penilitian yang dilakukan adalah library reseach, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah study literature (book survey), yakni mengumpulkan kitab-kitab tafsir yang

2Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004), h. 3

3M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002), Cet. I, h. 45

4

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. XXXI, h. 157

pembahasannya berkaitan dengan masalah yang akan dikaji, kemudian mengumpulkan bahan-bahan yang terkait dengan masalah pendidikan keimanan. Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh dalam teknik pengumpulan data ini adalah :

a. Mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, dengan mengambil dari beberapa sumber buku yang saling berhubungan. b. Mengklasifikasi data-data dari sumber tersebut, yakni dengan cara

mengelompokkan data-data berdasarkan jenisnya, yaitu: 1) Sumber Data Primer

a. Al-Qur’an dan Terjemahnya.

b. Tiga buku tafsir al-Qur’an: Pertama, Tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab. Kedua, Tafsir Al-Maraghi karya Ahmad Mustafa Al-Maraghi.

KetigaRingkasanTafsir Ibnu Katsir. 2) Sumber Data Sekunder

a. Buku-buku yang membahas tentang pengetahuan al-Qur’an.

b. Kamus-kamus yang berisikan tentang kosa-kata al-Qur’an yang mana isinya berupa petunjuk praktis untuk mengetahui makna pada setiap kosa-kata al-Qur’an.

c. Buku-buku pendidikan yang khususnya membahas tentang masalah yang akan dikaji.

d. Buku-buku Aqidah yang menunjang dalam penulisan ini.

4. Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan, data perlu diolah atau dianalisis. Analisi data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, menggorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.5 Analisis data merupakan pekerjaan yang

5

amat kritis dalam proses penelitian. Adapun analisis data ini terbagi dua yaitu analisis statistik dan nonstatistik.6

Dalam analisis data ini, penulis menggunakan analisis nonstatistik yaitu data yang memiliki sifat verbal berupa ungkapan-ungkapan.7 Dalam proses analisis data, penulis menggunakan metode deskriptif-analisis yaitu memberikan gambaran tentang data yang dianalisis dengan cara mengumpukan data, analisis data kemudian menarik kesimpulan.

Adapun metode tafsir yang digunakan dalam pembahasan ayat adalah metode tafsir tahlili (analisis), menurut Hamka Hasan metode tafsir tahlili yaitu suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat alqur’an dari seluruh aspeknya. Penafsir memulai uraiannya dengan menyebutkan arti kata-kata diikuti dengan penjelasan mengenai arti ayat. Ia juga mengemukakan

munasabah (korelasi) ayat-ayat serta menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu sama lain. 8 Menurut Quraish Shihab munasabah yaitu adanya keserupaan dan kedekatan di antara berbagai ayat, surah dan kalimat yang mengakibatkan adanya hubungan. Hubungan tersebut dapat berbentuk keterkaitan makna antar ayat dan macam-macam hubungan atau kemestian dalam pikiran (nalar).9

Penafsir juga membahas mengenai asbabun nuzul, yaitu sesuatu yang melatar belakangi turunnya satu ayat atau lebih, sebagai jawaban terhadap suatu peristiwa atau menceritakan sesuatu peristiwa, atau menjelaskan hukum yang terdapat dalam peristiwa tersebut.10

Adapun kelebihan dari metode tahlili ini antara lain adanya potensi untuk memperkaya arti kata-kata melalui usaha penafsiran terhadap kosa kata ayat, syair-syair kuno dan kaidah-kaidah ilmu nahwu. Penafsirannya menyangkut segala aspek yang dapat ditemukan oleh mufassir dalam setiap ayat. Analisi ayat dilakukan secara mendalam sejalan dengan keahlian, kemampuan dan kecenderungan mufassir. Sementara kelemahan metode tahlili ini, walaupun

6

Punaji Setyosari, Op. Cit., h. 209

7

Ibid, h. 209

8Hamka Hasan, Metodologi Penelitian Tafsir Hadist, (Jakarta: Lembaga Penelitian Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 4

9Abu Anwar, Ulumul Qur’an; Sebuah Pengantar, (Jakarta: Amzah, 2009), Cet. III, h. 61 10Dawud Al-Aţţar, Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1994), Cet. I, h. 127

dinilai luas, namun tidak menyelesaikan pokok bahasan, karena seringkali satu ayat pokok bahasan diuraikan sisinya atau kelanjutan pada ayat lain.11

Menurut Quraish Shihab yang dikutip oleh Abuddin Nata, prosedur yang ditempuh dalam metode tahlili ini adalah sebagai berikut:

a. Bermula dari kosa-kata yang terdapat pada setiap ayat yang akan ditafsirkan sebagaimana urutan dalam al-Qur’an.

b. Menjelaskan asbab an-nuzul ayat ini dengan menggunakan keterangan yang diberikan oleh Hadis (bi ar- riwayah).

c. Menjelaskan munasabah atau hubungan ayat yang ditafsirkan dengan ayat sebelum atau sesudahnya.

d. Menjelaskan makna yang terkandung pada setiap potongan ayat dengan menggunakan keterangan yang ada pada ayat lain, atau dengan menggunakan Hadis Rasulullah saw. atau dengan menggunakan penalaran rasional atau berbagai disiplin ilmu sebagai sebuah pendekatan.

e. Menarik kesimpulan dari ayat tersebut yang berkenaan dengan hukum mengenai suatu masalah atau lainnya sesuai dengan kandungan ayat tersebut.12

Dilihat dari segi pendekatannya, metode tafsir tahlili ini ada yang menggunakan sandaran pada hadis-hadis Rasulullah saw. yang selanjutnya disebut tafsir bi al-Ma’śûr dan ada yang menggunakan sandaran pada penalaran atau pendapat akal yang disebut dengan tafsir bi al-ra’yi.13

11Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 1998), h. 219

12Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), Cet. I, h. 169

BAB IV

Dokumen terkait