• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.6 Prosedur penelitian

4.6.1 Persiapan Sampel

Sampel sebanyak 20 buah gigi premolar yang telah diekstraksi direndam dalam larutan saline, kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 10 sampel. Setiap sampel diukur panjang gigi untuk menentukan panjang kerja yaitu sesuai dengan panjang gigi masing-masing sampel.

3  2  1  1  2  B  A 

Gambar 24. 1. Sealer, 2. Paper point, 3. Gutta percha point

Kemudian dilakukan pemotongan mahkota gigi dengan disc bur, 2 mm diatas batas

cemento enamel junction. Kemudian semua sampel ditanam pada balok gips untuk

memudahkan dalam pengerjaan sampel.

4.6.2 Perawatan Endodonti

Setelah dilakukan pemotongan terhadap mahkota gigi 2 mm diatas batas cemento

enamel junction, maka proses selanjutnya adalah preparasi atap pulpa yang telah

terbuka dengan menggunakan fissure #12 untuk mendapatkan akses yang lurus ke saluran akar. Dinding kamar pulpa dibuat sejajar dengan aksis panjang gigi. Kemudian dilakukan ekstirpasi dan diirigasi dengan larutan NaOCl 5%. Selanjutnya saluran akar dipreparasi dengan teknik step back menggunakan K-file mulai # 15 sampai # 25 sesuai dengan panjang kerja gigi, dilanjutkan memakai file satu nomor lebih besar dari file utama dan panjang kerja dikurangi 1 mm. Tindakan ini diulang sampai lebih kurang tiga nomor lebih dan setiap peningkatan nomor diikuti dengan rekapitulasi dan irigasi saluran akar. Kemudian orifisi diperbesar dengan gates gliden #2, diirigasi kembali dan dikeringkan dengan menggunakan paper point.

Gambar 25. Pemotongan mahkota sampel dengan menggunakan disc bur

Kemudian saluran akar diobturasi dengan gutta perca dan sealer dengan teknik kondensasi lateral dan vertikal. Kemudian gutta perca yang sudah padat dipreparasi dengan menggunakan peaso reamer sampai 1/3 apical gigi. Kemudian buang sisa

gutta perca yang masih tertinggal dengan menggunakan spuit NaOCl dan keringkan

saluran akar dengan paper point. Ruangan pasak yang disediakan adalah 15 mm.

1  6  5 4  3 2

Gambar 26.1. Ektstirpasi pada saluran akar sampel, 2 dan 3. Preparasi sampel dengan menggunakan K-File no 25 kemudian no 30, 4. Mengirigasi saluran akar sampel dengan menggunakan NaOCl 5 %, 5 dan 6. Pengeringan saluran akar dengan menggunakan paper point.

Gambar 27. A. Pengisian saluran akar sampel dengan sealer cement dan gutta percha point dengan teknik lateral dan vertikal,. B. Membuang gutta percha dengan menggunakan peaso reamer bur

4.6.3 Pemasangan Pasak

Kelompok I : Lakukan estimasi panjang saluran akar dengan menggunakan

spreader instrument. Masukkan spreader instrument ke dalam saluran akar untuk

mengukur panjang kerja. Selanjutnya aplikasikan bahan etching (Gluma®, Jerman)

selama 20 detik, kemudian cuci dengan air dan keringkan selama 5 detik. Aplikasikan

bonding (Gluma®, Jerman) dengan menggunakan bonding aplikator selama 20 detik

kemudian di light curing selama 20 detik

Kemudian resin luting cement diaduk pada paper slab hingga homogen. Letakkan

resin luting cement ke dalam saluran akar dengan menggunakan lentulo spiral yang

digerakkan dengan mesin. Lakukan penempatan pasak yang sebelumnya telah difiksasi agar sesuai dengan besar dan panjang saluran akar yang tersedia. Sisa pasak dapat dipotong dengan menggunakan disc bur.

Gambar 29. A.Estimasi panjang pasak, B. Aplikasi semen luting kedalam saluran akar 1  B  A  4  5  6  2  3 

Gambar 28. 1. Etching pada saluran akar, 2. Bersihkan saluran akar dengan aquades, 3. Pengeringan saluran akar dengan paper point, 4 dan 5 aplikasi bonding, 6 light cure

Gambar 30. A.Pemasangan pasak ke dalama saluran akar, B. Light cure

Kelompok II : Lakukan estimasi panjang saluran akar dengan menggunakan

spreader instrument. Masukkan spreader instrument ke dalam saluran akar untuk

mengukur panjang kerja. Selanjutnya aplikasikan bahan etching (Gluma®, Jerman)

selama 20 detik, kemudian cuci dengan air dan keringkan selama 5 detik. Aplikasikan

bonding (Gluma®, Jerman) dengan menggunakan bonding aplikator selama 20 detik

kemudian di light curing selama 20 detik (gambar 25).

Gunting pita polyethylene fiber reinforced post sepanjang dental floss. Basahi pita polyethylene fiber reinforced post yang telah diukur dengan wetting resin cement.

Kemudian aduk resin luting cement pada paper slab hingga homogen. Letakkan resin luting cement ke dalam saluran akar dengan menggunakan lentulo spiral yang digerakkan dengan mesin

Masukkan pita polyethylene fiber reinforced post kedalam saluran akar. Tekan

dengan plugger yang ujungnya telah ditumpulkan,setelah itu di light cure.

Gambar 31. A. 1 & 2 Estimasi panjang kerja, 3 &4 Pemotongan pita polyethylene, 5&6 Pita polythylene dibasahi dengan wetting resin. B. Aplikasi semen luting resin kedalam saluran akar. C &D Pita polyethylene dimasukkan kedalam saluran akar dengan menggunakan plugger yang telah ditumpulkan, lalu di light cure

Setelah selesai melakukan penempatan pasak pada kelompok I dan II, maka semua sampel dikeluarkan dari balok gips untuk kemudian dilakukan perendaman sampel pada air distilasi selama 24 jam sebelum dilakukan proses thermocycling.

A B 6 5 4  3 2 1 D 

4.6.4 Proses Thermocycling

Seluruh sampel direndam didalam water bath (sebagai pengganti thermocycling) pada temperatur 50C dan 550C, dengan didiamkan pada masing-masing temperatur selama 20 detik dan waktu transfer 20 detik.

Gambar 32. A. Sampel direndam didalam air bersuhu 50 C, B. Perendaman dalam water bath bersuhu 550 C dengan waktu transfer 20 detik

4.6.5 Perendaman Dalam Larutan Methylene Blue 2 %

Apex seluruh sampel ditutupi dengan sticky wax sampai 1 mm dari bagian coronal

yang telah dipotong dan seluruh permukaan gigi dilapisi cat kuku, kemudian dibiarkan mengering di udara terbuka hingga tidak terasa lengket. Setelah itu dilakukan perendaman dalam larutan methylene blue 2% selama 1 minggu pada suhu 370C. Selanjutnya gigi dibersihkan dari zat warna pada air mengalir dan dikeringkan.

 

Gambar 33. A sampel yang telah ditutupi wax mulai dari apex sampai 1 mm dari bagian coronal yang telah dipotong. B. perendaman dalam larutan methylene blue, G untuk sampel glass prefabricated fiber reinforced dan R untuk sampel pita polyethylene fiber reinforced. 4.6.6 Pengukuran Celah Mikro

Semua sampel dipotong secara horizontal kedalam 3 bagian, yaitu: apical, middle, dan coronal dengan menggunakan diamond disc dengan menempatkan gigi pada basis. Setiap bagian yang dipotong adalah 5 mm, pemotongan dilakukan sebanyak dua kali dari setiap sampel. Pengamatan celah mikro dilakukan dengan melihat penetrasi zat methylene blue 2 % pada permukaan dentin bagian atas dari setiap bagian melalui stereomikroskop pembesaran sampai 20 x. Pengukuran dilakukan oleh dua orang untuk menghindari subjektifitas. Derajat celah mikro ditentukan dengan perluasan dari methylene blue 2% dari sistem pasak ke dentin saluran akar, diukur menggunakan kaliber, dan rol kemudian hasil yang didapatkan dikelompokkan kedalam sistem penilaian standar dengan skor 0-4 seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Simoneti et al. 15

Gambar 34. A. Gambaran pemotongan sampel menjadi 3 bagian,yaitu bagian coronal, middle, dan apical, dimana Z adalah zona yang akan diperiksa dibawah stereomikroskop B. Pemeriksaan celah mikro dibawah stereomikroskop pembesaran 20 x

Dokumen terkait