• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Tahap Pelaksanaan (Do)

II. Proses Internal atau Respon Time

Respon time merupakan kecepatan Instalasi Farmasi dalam melayani resep obat dimana jumlah waktu yang ada dibagi dengan jumlah resep per lembar yang harus diselesaikan. Semakin cepat respon time berarti semakin cepat resep sampai kepada pasien atau tanpa lebih lama menunggu. Demikian pula sebaliknya, apabila respon time lambat dibandingkan dengan sasaran mutu, mungkin terdapat hambatan dalam prosesnya, seperti kompetensi yang dimiliki sumber daya manusia. Berikut adalah hasil capaian proses internal atau respon time Instalasi Farmasi:

Tabel 3.4

Laporan Pencapaian Sasaran Mutu Proses Internal Instalasi Farmasi Bulan Januari-Maret 2009

N o

Parameter

Respon Time Ruang Jumlah Lembar

Bulan (Jumlah Waktu dalam

Menit) Jumlah Waktu Respon Time Respon Time Rata- Rata Per Lembar Januari Februari Maret

1 Perhitungan Resep Non Racikan Non Askes Cendana I 2152 10.668 10.545 10.473 31.706 14,73 14,83 Cendana II 2601 12.778 13.005 13.005 38.798 14,92 Cendana III 3064 15.116 15.116 15.218 45.449 14,83 2 Perhitungan Resep Racikan Cendana I, II, III 26 247 243 244 733 28,20 28,20

Non Askes 3 Perhitungan Resep Askes Apotik Pelengka p 4231 60.503 60.362 58.769 179.634 42,46 42,46

Sumber: Instalasi Farmasi RSDM Surakarta

Dari hasil perhitungan repon time di atas terlihat bahwa untuk respon time pelayanan resep untuk jenis racikan dan non racikan telah memenuhi target atau sasaran mutu. Untuk resep non racikan sebesar 14,83 menit dan resep racikan sebesar 28,2 menit dibandingkan sasaran mutu resep non racikan 15 menit, resep racikan 29 menit. Waktu pelayanan untuk pasien Askes juga menunjukkan bahwa target sasaran mutu bisa tercapai, dimana respon time yang didapat dari hasil perhitungan adalah 42,46 menit (sasaran mutu 43 menit)

Laporan ketidaksesuaian dan Penyelesaiannya (LKP)

Dalam proses perbaikan sasaran mutu terdapat laporan ketidaksesuaian dan penyelesaiannya (LKP) untuk melihat ketidaksesuaian yang ada dalam proses perbaikan. LKP juga dapat menggambarkan bagaimana pelaksanaan dari rencana perbaikan dilakukan, tidak hanya berkaitan dengan sasaran mutu tetapi berkaitan pula dengan prosedur- prosedur dan sebagainya. Karena LKP menunjukkan perbaikan proses yang berkesinambungan instalasi benar-benar dilaksanakan ataukah tidak.

Hasil dari LKP bisa diperoleh dari audit internal, audit eksternal, atau temuan Instalasi Farmasi sendiri. Untuk audit internal mengikuti tahapan

visitasi ISO setiap enam bulan sekali (2 kali setahun). Berikut ini merupakan hasil LKP Instalasi Farmasi Bulan Mei 2009:

Tabel 3.5

Hasil Laporan Ketidaksesuaian dan Penyelesaian Instalasi Farmasi Bulan Mei 2009

No Ketidaksesuaian Kronologis Analisa Penyebab Rencana Perbaikan

Target Mulai Selesai 1. Belum ada

protap stock obat atau alkes

Stock opname sudah rutin dilakukan (bulanan) tetapi belum diprotapkan.

Stock opname sudah termuat dalam Kepmenkes No 1197 tahun 2004 tentang standar pelayanan farmasi Membuat protap stock opname atau alkes 13 Mei 2009 27 Mei 2009 2. Belum ada standar kompetensi tenaga farmasi _ Standar kompetensi sudah dimuat dalam: standar kompetensi farmasis ind, ISFI 2003, KepMenPAN No 07/Kep/M.PAN/12/ 1999, pedoman pengelolaan IFRS Depkes 1990 Membuat standar kompetensi pegawai farmasi 13 Mei 2009 20 Mei 2009

Sumber: Instalasi Farmasi RSDM Surakarta

Stock opname adalah kegiatan menghitung dan mencatat perbekalan farmasi yang masih tersedia di Instalasi farmasi. Protap stock opname perbekalan farmasi penting dibuat sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pelaksanaan kegiatan stock opname perbekalan farmasi di RSDM Surakarta. Demikian halnya protap standar kompetensi farmasis penting dibuat sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menetapkan standar kompetensi farmasis Instalasi Farmasi RSDM Surakarta. Dalam pelaksanaannya ketidaksesuaian tersebut telah diperbaiki dan dilaksanakan Instalasi Farmasi dengan baik.

Hal tersebut dimintakan pendapat kepada Bp. Drs. Waluyo, Apt.:

“Mengenai stock opname sejak lama farmasi itu sudah terdidik atau mendarah daging kalau setiap akhir bulan selalu ada stock opname. Ibaratnya orang itu berjualan, belanja per bulan itu berapa, biaya berapa, itu selalu kita kerjakan dan tidak basa-basi. Tetapi lama dalam arti selesai menghitung paling tidak seminggu. Dari dulu sampai sekarang masih tetap dilaksanakan. Cuma itu tidak di prosedur tetap (protap) kan. Begitu pun sudah dibuatkan LAN ya setiap bulan berapa sisa barang di farmasi langsung ketemu hasilnya. Jadi sepertinya itu sudah otomatis tapi tidak ada protapnya. Baru kemarin itu ditanya oleh bapak Wakil Direktur selaku auditor internal. Ada protapnya tidak?belum..ya itu dibuat protap gampang sekali”. (Wawancara, 17 Juni 2009)

Hal senada diungkapkan Bp. Drs. Joko Lestari, Apt. selaku Kepala Sub Instalasi Apotek Rawat Inap dalam wawancara berikut:

“Itu sebenarnya sudah dilakukan tinggal kita mendokumentasi atau melengkapi stock protapkan. Apa yang kita lakukan itu sebenarnya telah selesai, cuma belum ada hitam diatas putih untuk prosedur tetapnya. Jadi itu sudah dilakukan secara rutin tinggal kita membuatkan apa yang kita lakukan kita tuangkan dalam tulisan tersebut”. (Wawancara, 3 Juni 2009) Ketidaksesuaian baik belum adanya prosedur tetap stok opname/ alat kesehatan maupun belum adanya prosedur tetap untuk standar kompetensi farmasis tersebut telah selesai diperbaiki. Untuk kegiatan stok opname sebenarnya selalu dilakukan Instalasi Farmasi setiap bulannya akan tetapi tidak didokumentasikan dalam bentuk prosedur tetap. Pelaksanaan perbaikan yang dilakukan, yaitu Instalasi Farmasi RSDM tinggal menuliskan kegiatan stock opname yang dilakukan selama ini dalam bentuk tulisan atau prosedur tetap saja.

Berikut ini adalah prosedur tetap stock opname perbekalan farmasi yang disiapkan oleh Dra. Suti Haryani, yang telah diperiksa oleh dr. Tri Lastiti W,

SpRM, MKes dan disetujui oleh Direktur RSDM Surakarta, dr. Mardiatmo, Sp. Rad. pada tanggal 23 Mei 2009:

 Stock opname dilakukan setiap 1 bulan sekali di semua outlet yang mengelola perbekalan farmasi.

 Waktu pelaksanaannya adalah tanggal terakhir bulan berjalan.

 Agar tidak mengganggu sistem komputer stock dilakukan diluar jam pelayanan atau setelah jam pelayanan.

 Stok ditutup pada jam 21.00 WIB.

Demikian halnya dengan ketidaksesuaian tentang tidak adanya protap standar kompetensi farmasis di Instalasi Farmasi RSDM Surakarta telah mampu diselesaikan dengan baik. Berikut adalah prosedur tetap standar kompetensi farmasis di RSDM Surakarta yang telah selesai dibuat:

Tabel 3.6

Prosedur Tetap Standar Kompetensi Farmasis di RSDM Surakarta

No Jenis Profesi Prosedur Tetap

1. FARMASIS A. Asuhan Kefarmasian:

 Memberikan pelayanan obat kepada pasien atas permintaan dokter dan dokter gigi.

 Memberikan pelayanan informasi obat.

 Memberikan pelayanan konsultasi obat.

 Membuat formulasi obat untuk mendukung proses terapi.

 Melakukan monitoring efek samping obat.

 Melakukan pelayanan klinik berbasis farmakokinetika.

 Melakukan evaluasi penggunaan obat. B. Akuntabilitas praktek farmasi:

 Menjamin pelayanan kefarmasian berbasis bukti ilmiah dan etika profesi.

 Menjamin obat yang diproduksi bermutu, mempunyai efikasi, aman, nyaman dan biaya yang wajar.

 Merancang, melaksanakan, mengevaluasi dan mengembangkan standar

kerja.

 Mencegah dan melindungi lingkungan dari kerusakan akibat obat.

 Melakukan peningkatan mutu terus menerus. C. Manajemen praktis farmasi:

 Melakukan pengelolaan material atau bahan baku obat yang

berkualitas.

 Melakukan pengelolaan produksi obat yang berkualitas, mempunyai efikasi, aman, nyaman dan harga yang terjangkau.

 Merancang, membuat, mengetahui, memahami dan melaksanakan

regulasi di bidang farmasi.

 Merancang, membuat, melakukan pengelolaan organisasi yang efektif dan efisien.

 Merancang, membuat, melakukan pengelolaan obat yang efektif dan eisien.

D. Komunikasi farmasi:

 Memantapkan hubungan professional antara farmasis dengan pasien dan keluarganya dalam kemitraan untuk menyelesaikan masalah terapi obat pasien.

 Memantapkan hubungan professional antara farmasis dengan tenaga kesehatan lain dalam rangka mencapai kelauaran terapi yang optimal khususnya dalam aspek obat.

 Memantapkan hubungan dengan semua tingkat/lapisan manajemen dengan bahasa manajemen berdasar atas semngat asuhan kefarmasian.

 Memantapkan hubungan dengan sesama farmasis berdasarkan

semangat kerja sama, saling menghormati dan mengakui kemampuan masing-masing demi tegaknya profesi.

E. Pendidikan dan pelatihan farmasi:

 Memotivasi, mendidik dan melatih farmasis lain dan mahasiswa farmasi dalam penerapan asuhan kefarmasian.

 Merancang dan melaksanakan aktivitas pengembangan staff, bagi ahli madya farmasi, asisten apoteker, pekarya dan juru resep dalam rangka peningkatan efisiensi dan kualitas pelayanan kefarmasian yang diberikan.

untuk meningkatkan kualitas diri dan kualitas pelayanan kefarmasian.

 Mengembangkan dan melaksanakan program pendidikan dalam bidang

kesehatan umum, penyakit dan manajemen terapi kepada pasien, profesi kesehatan dan masyarakat.

2. ASISTEN

APOTEKER

 Menyiapkan perangkat lunak, yang masuk kegiatan ini adalah perencanaan baik bulanan, triwulan atau tahunan.

 Menyiapkan pelaksanaan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehtan rumah tangga.

 Menyiapkan pelaksanaan pelayanan kefarmasian yang terdiri dari: memberi harga obat, meracik dan mengemas obat, memeriksa ulang sediaan obat dan memberikan penjelasan penggunaan obat kepada pasien, menyiapkan laporan penggunaan narkotika dan psikotropika, menyiapkan penghapusan resep, menjadi saksi penghapusan resep, membuat catatan kefarmasian untuk pasien rawat inap dan rawat jalan.

 Melaksanakan tugas ditempat yang beresiko tinggi, misalnya penyiapan sitostatika.

 Melakukan pembimbingan praktek kefarmasian terhadap siswa PKL SMF.

3. PEKARYA

FARMASI

 Mengkonsultasikan dalam menyiapkan sediaan farmasi dengan asisten apoteker atau apoteker.

 Menyiapkan cara-cara kerja atau urutan-urutan yang praktis untuk menyelesaikan sediaan.

 Membersihkan peralatan, melaporkan hasil sediaan yang sudah jadi kepada asisten apoteker atau apoteker.

 Ikut bertanggung jawab dalam menyelesaikan sediaan menjadi preparat jadi serta keselamatan sehubungan dengan penggunaan bahan baku atau zat-zat kimia yang berbahaya.

 Mengerjakan tugas-tugas administrasi farmasi. Sumber : Instalasi Farmasi RSDM Surakarta.

B.3. Perbaikan Sumber Daya Manusia

Dokumen terkait