• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Pembentukan Identitas Nasional Indonesia

Bab 6 Perkembangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia

C. Proses Pembentukan Identitas Nasional Indonesia

E. Manifesto politik 1925, Kongres Pemuda 1928 dan Kongres Perempuan Pertama

Setelah bab ini berakhir, para siswa diharapkan mampu mengerjakan tugas dan menjawab soal-soal uji kompetensi.

Gambar: Patung Paradnya Paramitha

Peta Konsep

Imperialisme Belanda di Indonesia

Politk etis/politik balas budi mulai tahun 1900 Pelaksanaan politik pintu terbuka (1870-1900)

Pemerintah Kolonial Belanda (1808-1870) VOC (10 Maret 1602-31 Desember 1799)

Melahirkan golongan cendekiawan

Proses pembentukan identitas nasional

1. Penggunaan bahasa Indonesia

2. Penggunaan nama Indonesia Munculnya organisasi-organisasi

pergerakan nasional

Irigasi Edukasi Migrasi

Nasionalisme Indonesia

Perkembangan Pergerakan

Kebangsaan Indonesia

Bab

6

Setelah mendapat banyak kritikan terhadap pelaksanaan tanam paksa. Pemerintah Belanda mulai berpikir lain terhadap rakyat Indo- nesia yang telah memberi banyak keuntungan. Pada tahun 1901 Ratu Belanda Wihelmina memberi kebijakan baru untuk memakmurkan Hindia Belanda yang kemudian dikenal dengan Politik Etis atau Politik Balas Budi. Pelaksanaan Politik Etis memberikan pengaruh pada perkembangan kebangsaan Indonesia yang pada akhirnya menimbulkan pergerakan nasional Indonesia. Untuk dapat memahami lebih jauh mengenai perkembangan pergerakan kebangsaan Indone- sia dapat kalian pelajari pada bab ini.

Tujuan Pembelajaran:

Dengan membaca bab tentang perkembangan pergerakan kebangsaan Indonesia, diharapkan para siswa dapat mengetahui, memahami, dan menjelaskan tentang sejarah imperialisme Belanda di Indonesia yang mana sampai pada kebijaksanaan politik etis, dari kebijakan politik etis tersebut telah menimbulkan dampak yang luas antara lain, pergerakan nasional Indonesia dengan diikuti berdirinya organisasi nasional, proses pembentukan identitas nasional, lahirnya Sumpah Pemuda.

A.

Pengaruh Perluasan Kekuasan, Perkem-

bangan Pendidikan Barat dan Islam terhadap

Munculnya Nasionalisme Indonesia

Politik etis dikemukan oleh Mr. Conrad Theodore van Deventer, seorang penganut politik liberal. Ia mendesak pemerintah Belanda untuk meningkatkan kehidupan wilayah jajahan.

Desakan itu berdasarkan pertimbangan berikut:

1. Rakyat wilayah jajahan telah bekerja keras memberikan kemakmuran kepada Belanda (melalui tanam paksa).

2. Oleh karena itu, Belanda wajib memberikan kemakmuran bagi rakyat wilayah jajahan. Hal tersebut sebagai balas budi atas kerja keras mereka.

Dalam perencanaan pelaksanaan politik etis telah disusun suatu pro- gram yang dinamakan Trilogi Van Deventer yang meliputi:

1. Irigasi

Untuk membangun sarana dan jaringan pengairan pada perkebunan- perkebunan.

2. Edukasi

Untuk meningkatkan derajat penduduk Indonesia, maka harus segera didirikan sekolah untuk penduduk pribumi.

3. Migrasi

Perpindahan penduduk ke daerah perkebunan-perkebunan untuk bekerja dengan maksud untuk meningkatkan perekonomian penduduk pribumi.

Di antara ketiga pelaksanaan politik etis tersebut, bidang edukasilah yang berkaitan dengan lahirnya golongan tepelajar. Pelaksanaan edukasi didorong oleh kebutuhan pemerintah Belanda dan para pengusaha swasta asing. Pemerintah Belanda dan para pengusaha swasta asing membutuhkan tenaga-tenaga kerja terdidik untuk dijadikan pegawai pemerintah maupun perusahaan-perusahaan swasta. Oleh karena itu, dibangunlah sekolah-sekolah. Sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi. Kecuali itu juga dibuka sekolah-sekolah kejuruan, seperti sekolah pamong praja dan sekolah pertanian.

1. Pendidikan pada masa kolonial

Pendidikan kolonial adalah pendidikan yang diorganisir oleh pemerintah kolonial Belanda. Pada mulanya pendidikan tidak merata untuk semua orang. Terdapat perbedaan antara anak keturunan Eropa dan anak bumiputera.

Untuk anak keturunan Eropa didirikan ELS (Europese Lagere School).

a. Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah

1) Untuk anak bumiputera kalangan bawah, didirikan sekolah rakyat (Volkschool atau Rajatschool). Pendidikan berlang- sung selama 3 tahun. Murid yang pandai akan memperoleh

kesempatan belajar di sekolah lanjutan (Vervolgschool) selama 2 tahun.

2) Untuk anak bumiputera kalangan menengah, didirikan sekolah dasar HIS (Hollands Inlandsche School). Sekolah ini menggunakan pengantar bahasa Belanda. Pendidikan selama 7 tahun. Murid yang pandai dapat melanjutkan pendidikan setingkat SMP yaitu MULO (Meer Oitgebreid Lagere Onderwijs). Setelah itu ke sekolah umum setingkat SMA yaitu AMS (Algemeene Middlebare School).

3) Bumiputera kalangan atas, setelah selesai HIS dapat melanjutkan ke HBS (Hogere Burgerschool). Pendidikan berlangsung selama 5 tahun.

4) Sekolah kejuruan, seperti sekolah guru (Kweek-school), yang terdapat di Bandung, Yogyakarta, dan Probolinggo.

5) Sekolah pangreh/pamong praja (OSVIA: Opleiding School voor Inlandische Ambtenaren) di Bandung, Magelang, dan Probolinggo.

b. Sekolah Tinggi

1) Sekolah tinggi bidang hukum (Rechts Hoge School) di Jakarta.

2) Sekolah tinggi bidang teknik (Technische Hoge School) atau ITB sekarang, di Bandung.

3) Sekolah tinggi bidang kedokteran (School tot Opleiding van Inlandsche Aarsten/STOVIA). Merupakan sekolah untuk mendidik dokter bumiputera. Dikenal juga dengan sebutan sekolah dokter Jawa. Gedung STOVIA tempat lahirnya gagasan membentuk organisasi modern. Sampai sekarang masih tetap dilestarikan keberadaannya dan mendapat sebutan Gedung Kebangkitan Nasional.

2. Perguruan Kebangsaan

Sistem pendidikan yang berlandaskan kepentingan penjajah, banyak merugikan bagi golongan pribumi. Untuk itu, tokoh-tokoh pendidikan Indonesia mulai memikirkannya. Dalam mewujudkan sistem pendidikan di luar sistem pendidikan Belanda dan Eropa. Sistem pendidikan ini diharapkan mampu menjadi wahana untuk mengembangkan wawasan kebangsaan dan mendorong semangat perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Banyak beragam jenjang pendidikan dan pengajaran yang dikelola para pejuang. Antara lain: Taman Siswa, pendidikan INS

Pojok Info

Tujuan pendidikan dan pengajaran di Langgar adalah memberikan pengetahuan dasar membaca atau melaku- kan ayat Al Qur’an

Kayutaman, Muhammadiyah, Pendidikan Ma’arif, dan sebagainya.

a. Perguruan Taman Siswa

Lulusan dari Taman Siswa, diharapkan tidak hanya pandai, tetapi juga mampu menjadi calon pemimpin harapan bangsa. Dalam kegiatan belajar-mengajar, ditanamkan semangat anti kolonial (penjajahan) dan rasa cinta tanah air.

b. Pendidik INS Kayutaman

Pendidikan ini didirikan oleh Mohammad Syafei, pada tahun 1926 di Sumatra Barat. Perguruan ini semula bernama Indo-nesische Nationaal School Kayutaman/INS Kayutaman.

c. Perguruan Ksatrian

Perguruan ini didirikan oleh E.F.E Douwes Dekker, pada tahun 1924. Nama asli perguruan ini adalah Ksatrian School. Tujuan perguruan ini adalah menumbuhkan rasa kebangsaan dan rasa percaya diri sebagai manusia merdeka.

3. Perkembangan Pendidikan Islam

Sejalan dengan makin banyaknya pemeluk agama Islam, atas swadaya masyarakat didirikan lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan tersebut antara lain langgar, pondok pesantren, dan madrasah.

a. Pendidikan di langgar/surau

Pelajaran agama yang diberikan di langgar/surau ialah pelajaran dasar mengenai huruf Arab. Selain itu juga langsung menirukan guru yang membacakan surat dalam Kitab Al-Quran. Pendidikan di langgar/surau bertujuan agar anak didik mampu membaca isi Al-Quran dengan baik. Sebagai guru agama ialah amil, modin atau lebai (di Sumatra).

b. Pendidikan pesantren

Pendidikan pesantren merupakan pengembangan dari pendidikan surau/langgar. Lahirnya pendidikan pesantren, karena Belanda menyisihkan umat Islam dari model pendidikan Belanda. Pimpinan pondok pesantren disebut kyai, sedang siswanya disebut santri. Pelajaran utama yang diberikan pada pendidikan di pesantren adalah ilmu keagamaan (ushuluddin). Ushuluddin yaitu dasar kepercayaan dan keyakinan Islam serta ilmu fikih.

c Pendidikan madrasah

Sistem pendidikan madrasah pertama dipelopori oleh Nizam El-Mulk. Ia adalah seorang perdana menteri dari Arab pada abad ke-11 M. Ia memperkenalkan sistem pendididikan yang bersifat

Gambar 6.1: Belajar mengaji secara bersama di salah satu pesantren, sesudah zaman kemerde- kaan

Sumber: Lima puluh tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia

murni teologi (ilmu ketuhanan) dan menambahkan ilmu-ilmu bersifat kedunia- wian, seperti astronomi (ilmu perbintangan) dan ilmu obat-obatan. Dalam perkembang- annya, sistem pendidikan madrasah ini ada yang sejajar dengan pendidikan dasar dan menengah. Madrasah setingkat sekolah dasar disebut Ibtidaiyah. Setingkat SMP disebut Tsanawiyah, dan setingkat SMA disebut Aliyah. Pada madrasah guru-guru diperkenankan menerima imbalan dalam bentuk uang secara tetap.

Sistem pendidikan madrasah di Indo- nesia dipengaruhi oleh Madrasah Darul Ulum dan Sahaulatyah di Mekkah. Selain itu dipengaruhi sistem pendidikan barat zaman kolonial seperti HIS, MULO, dan AMS.

Tumbuh dan berkembangnya kesadaran nasional tidak bisa terlepas dari peranan banyak pihak antara lain:

1. Peranan golongan terpelajar

Pengaruh pendidikan barat telah melahirkan golongan tepelajar yang merupakan bagian dari elite nasional. Elite nasional mempunyai dasar baru dalam memandang masyarakat sekitarnya yaitu nasio- nalisme Indonesia.

Untuk mempercepat proses tercapainya hal tersebut, perlu disusun organisasi rakyat. Yakni membentuk partai dan perserikatan massa yang mempunyai keanggotaan luas dan organisasi modern.

Pada tanggal 20 Mei 1908, didirikanlah organisasi Budi Utomo. Pendirinya ialah dr. Wahidin Sudirohusodo bersama para mahasiswa STOVIA.

LATIHAN

1. Jelaskan kaitan antara politik etis dengan lahirnya golongan tepelajar! 2. Sebutkan faktor penyebab kegagalan

penduduk bumiputera dalam mengusir penjajahan Belanda!

3. Apakah perbedaan antara lembaga pendidikan kolonial dan perguruan kebangsaan?

4. Jelaskan perbedaan antara sistem pendidikan pesantren dan madrasah! 5. Apa yang dimaksud nasionalisme?

B. Peranan Golongan Terpelajar, Profesional

dan Pers dalam Menumbuhkembangkan

Kesadaran Nasional Indonesia

2. Peranan golongan profesional

Golongan profesional dalam hal ini adalah golongan pedagang. Golongan pedagang mempunyai ruang gerak sosial yang lebih luas. Karena telah bergaul dengan berbagai orang dari berbagai daerah dan kebudayaan yang berbeda. Dengan demikian, integrasi nasional secara lambat laun akan terbentuk. Golongan pedagang dalam posisinya memungkinkan berfungsi sebagai perintis nasionalisme dan pelopor dalam modernisasi. Oleh karena itu, golongan pedagang mempunyai peranan besar dalam menumbuhkembangkan kesadaran nasional Indonesia. Mereka berjuang melalui organisasi modern.

3. Peranan golongan pers

Pers adalah media penyiaran berita seperti surat kabar, maja- lah, radio, televisi, dan film. Pers nasional adalah semua pers yang dimiliki sepenuhnya oleh suatu bangsa, termasuk juga bangsa Indo- nesia. Pers nasional mencerminkan aspirasi perjuangan kemerdekaan. Pada masa penjajahan, pers mengalami pengendalian yang amat besar. Sedang pada masa kemerdekaan, pers menyatu dengan kehidupan sosial politik.

Surat kabar pertama di Indonesia adalah “Bataviasche Nouvelles”, yang terbit pada bulan Agustus 1744 dalam bahasa Belanda. Tahun 1746 surat kabar tersebut ditutup.

Di antara penerbit-penerbit tersebut ada yang menggunakan tenaga orang-orang Indonesia. Inilah yang membuat mereka terdidik dan terlatih dalam pekerjaan pers. Mereka nantinya akan menjadi pemimpin-pemimpin pers di Indonesia sekaligus tokoh Pergerakan Nasional.

Sesudah tahun 1900, berbagai surat kabar saling bermunculan di berbagai kota di Indonesia. Terlebih setelah lahirnya beberapa organisasi modern yang ingin membangkitkan semangat kebangsaan (nasionalisme), menggalang persatuan dan kesatuan bangsa, dan merintis cita-cita kemerdekaan. Maka pers nasional semakin penting kehadirannya sebagai alat perjuangan yang efektif.

Tokoh-tokoh pers pada masa Pergerakan Nasional, antara lain:

a. dr. Wahidin Sudirohusodo redaktur surat kabar Retnodhumilah, pencetus gagasan Budi Utomo bersama dr. Sutomo

b. Abdul Muis dan H. Agus Salim, pemimpin surat kabar Neratja

c. Drs. Moh. Hatta, Sukiman, dan Sartono tokoh Perhimpunan In- donesia di Negara Belanda mendirikan majalah Hindia Poetra, kemudian berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.

d. Mr. Muhammad Yamin adalah salah seorang pemimpin redaksi surat kabar Kebangoenan bersama Sanusi Pane dan Amir Syarifuddin.

e. T.A Sabariah dibantu oleh para redaktur perempuan (Butet Satijah, Ch. Harijah, dan Siti Sahara), memimpin surat kabar Perempoean Bergerak di Medan sejak 15 Mei 1919.

f. HAMKA dan M. Yunan Nasution, pemimpin surat kabar mingguan Pedoman Masyarakat, di Medan tahun 1935.

4. Peranan perempuan

Pada mulanya gerakan perempuan terbatas pada gerakan sosial. Gerakan ini bertujuan mengangkat derajat dan melawan tradisi yang mengekang, seperti kawin paksa dan poligami. Kegiatan tersebut awalnya dilakukan perorangan, kemudian berkembang dalam bentuk organisasi. Organisasi perempuan tersebut ada yang berdiri sendiri, ada pula yang menjadi bagian dari organisasi laki-laki.

a. Tahun 1912 di Jakarta berdiri organisasi wanita pertama bernama Putri Mardika. Organisasi ini merupakan bagian dari organi- sasi Budi Utomo.

b. Tahun 1913, di Tasikmalaya berdiri organi- sasi Kautaman Istri. Organisasi ini yang menaungi sekolah-sekolah yang didirikan oleh Dewi Sartika.

c. Atas inisiatif Ny. van Deventer, berdirilah Kartini Fonds. Kartini Fonds ini mendirikan sekolah-sekolah di berbagai kota.

d. Tahun 1917, Siti Wardah (Ny. Ahmad Dahlan) mendirikan Aisyiah, sebagai bagian dari Muhammadiyah.

e. Organisasi perempuan lain yang merupakan pengembangan dari organisasi laki-laki adalah Sarikat Putri Islam (dari Sarikat Is- lam), Ina Tuni (dari Jong Ambon), Jong Java Meisjekring (dari Jong Java), dan Jong Islamieten Bond Dames Afdeling (dari Jong Islamieten). Gambar 6.2: Mohammad Hatta dikenal dengan panggilan “Bung Hatta” Sumber: Ensiklo- pedi Umum untuk Pelajar

LATIHAN

1. Sebutkan dua surat kabar penting dalam masa perge- rakan nasional beserta to- kohnya!

2. Sebutkan metode yang di- laksanakan dalam pendidikan oleh Taman Siswa!

3. Apakah yang dimaksud elite nasional?

4. Jelaskan peranan pers dalam pergerakan nasional!

5. Sebutkan peranan kaum pe- rempuan dalam pergerakan nasional!

Wilayah Indonesia secara astronomis berada pada 6°LU–11°LS dan 95°BT-141°BT. Daerah paling barat Indonesia berada di Pulau Breueh, dan daerah paling timur berada di Pulau Papua.

Sejarah geografis, letak Indonesia sangat strategis yaitu berada di tengah-tengah jalur perdagangan internasional yang ramai yakni antara Benua Asia dan Benua Australia, antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Karena letaknya tersebut, maka bangsa Indonesia harus dapat menunjukkan identitas nasionalnya. Tujuannya ialah supaya bangsa In- donesia dapat di kenal oleh bangsa-bangsa lain di dunia.

Yang dimaksud identitas nasional adalah sesuatu yang dapat menunjukkan ciri-ciri atau jati diri suatu bangsa, misal: bahasa, pakaian, adat istiadat, lambang negara atau dengan menunjukkan identitas nasional tersebut, maka di harapkan nasionalisme (keadaan untuk mencintai dan menghargai bangsa sendiri) akan tumbuh.

Indonesia sebagai negara kepulauan, mempunyai wilayah yang terdiri atas banyak pulau (17.508 pulau). Dari sejumlah pulau tersebut, sekitar 6.044 pulau sudah mempunyai nama. Sedangkan pulau yang telah dihuni sekitar 3.000 pulau .

Karena Indonesia adalah kepulauan dan tiap-tiap pulau mempunyai identitas daerahnya masing-masing, maka untuk mempersatukan identitas daerah-daerah tersebut ialah dengan menggunakan satu bahasa nasional bahasa Indonesia, satu ciri pakaian nasional, satu bendera nasional.

Penggunaan kata Indonesia itu dilakukan secara bertahap dan memiliki nilai historis.

Pada tahun 1920, organisasi perempuan semakin ber- kembang. Selanjutnya, para perempuan mulai terlibat dalam gerakan politik, terutama organisasi wanita yang berinduk pada organisasi politik. Tahun 1928, tujuh organisasi wanita mengadakan kongres di Yogyakarta. Kongres berlangsung tanggal 22 sampai 25 Desember, dipimpin oleh R.A. Sukanto.

C. Proses Pembentukan Identitas Nasional

Indonesia

1. Kronologi penggunaan bahasa Indonesia

Sejak berabad-abad lalu, bahasa Melayu dikenal sebagai bahasa pengantar antardaerah Indonesia.

a. Sudah sejak lama banyak dipergunakan dalam bidang ekonomi daripada bidang politik sehingga bahasa “Melayu” lebih dikenal sebagai bahasa perdagangan di bandar-bandar Nusantara. b Dalam penyebaran agama Islam dan Kristen, bahasa Melayu

digunakan sebagai bahasa perantara.

c. Ketika imperialisme barat mulai campur tangan dalam bidang perdagangan dan politik. Bahasa Melayu pun digunakan dalam perjanjian-perjanjian, selain bahasa Belanda.

d. Dalam bidang pendidikan, bahasa Melayu dipergunakan dengan tujuan untuk memperoleh tenaga administrasi rendahan.

e. Munculnya elit politik baru di Indonesia sebagai hasil politik etis. Hal ini telah menumbuhkan beberapa organisasi politik. Dengan menggunakan bahasa bahasa Melayu di samping bahasa Belanda. f. Peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 merupakan penegasan nyata. Rumusan Sumpah Pemuda menunjukkan bahasa Melayu, yang awalnya hanya digunakan oleh suku Melayu, dinyatakan sebagai bahasa persatuan nasional dan diberi nama bahasa Indonesia.

2. Penggunaan nama Indonesia

Penggunaan kata “Indonesia” untuk wilayah Nusantara, mulai diperkenalkan pada pertengahan abad ke-19.

a. G.R. Logan, seorang pegawai pemerintah Inggris di Penang (Malaysia). Ia seorang redaktur majalah Journal of The Indian Archipelago and Eastern Asia, telah memperkenalkan kata “In- donesia” dalam artikelnya pada majalah tersebut tahun 1850. Nama Indonesia dipergunakan untuk menyebut kepulauan dan penduduk di Nusantara.

b. Di Singapura, seorang etnolog dan perwira kolonial Inggris bernama George Windsor Earl . Ia juga ahli bahasa Melayu, menulis di sebuah majalah Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia. Tulisannya tentang ciri-ciri utama penduduk di Nusantara dan penduduk asli Australia. Ia menggunakan istilah “Indonesians” dan “Melayu-nesians” bagi penduduk kepulauan. c. Adolf Bastian, menyatakan kata “Indonesia” berasal dari kata “India” dari bahasa latin untuk Hindia dan kata “Nesos” (dari bahasa Yunani untuk kepulauan). Sehingga kata “Indonesia” dapat

berarti kepulauan Hindia. Tetapi ia lebih memilih istilah “Melayu-nesians”, karena pengertiannya khusus untuk kepulauan di Nusantara.

d. Melalui karya-karya guru besar universi- tas di negara Belanda seperti Van vollen, Snouck Hurgronje, R.A. Kern, dan lain- lain. Istilah Indonesisch, Indonesia dan

Indonesier makin tersebar luas.

e. Puncaknya pada tanggal 28 Oktober 1928, kata Indonesia lebih umum digunakan oleh orang-orang Indonesia. Sejak itu pula menuntut kepada pemerintah Belanda untuk mengganti istilah “Nederlandsch- Indie” dan “Inlander” dengan Indonesia dan “Indonesier”.

1. Lahirnya nasionalisme Indonesia

Nasionalisme Indonesia tumbuh pertama kali di kalangan terpelajar. Lahir bersamaan dengan tumbuhnya keinginan mem- bentuk negara kebangsaan Indonesia. Kesadaran akan nasionalisme