• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KEBERADAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

E. Keberadaan Pemberian Pemberian Orang Tua Kepada Anak

1. Proses Pemberian Hareuta Peunulang

Berdasarkan hasil penelitian dalam semua kasus pemberian hareuta peunulangyang menjadi objek penelitian pada umumnya sama proses pemberiannya.

Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa setelah kawin seorang anak perempuan dan suaminya untuk beberapa waktu tinggal bersama keluarga orang tuanya. Ketika sampai saatnya untuk dipisahkan guna hidup mandiri, maka orang tua membicarakan hal tersebut dengan anaknya dan anggota keluarga lainnya dan membuat segala persiapan untuk pemisahan tersebut.123 Persiapan diperlukan karena peumengkleh(pemisahan) dilakukan dalam suatu upacara sederhana dengan membuat

123

kanduri (jamuan makan) bagi para undangan, dalam upacara pemisahan inilah hareuta peunulangdiberikan kepada anak perempuan yang telah kawin.124

Penyerahan peunulang biasanya dilakukan melalui sebuah upacara yang diadakan oleh orang tua si istri. Dalam upacara tersebut diundang keuchik gampong, teungku meunasah dan anggota tuha peut untuk menyaksikan prosesi peunulang. Pada kesempatan itu, orang tua pihak perempuan atau yang mewakili menyatakan bahawa ia telah melepaskan anak perempuannya dengan memberikan sejumlah peunulang dan menyebutkannya satu persatu apa-apa yang dijadikan peunulang untuk anaknya tersebut.125

Dalam acara jamuan makan ini diundang para tetua kampung, yakni keuchiek (kepala desa), imam meunasah (imam mesjid/surau kampung) dan Tuha peut ( 4 orang kampung yang dituakan), tokoh-tokoh masyarakat dan kaum tetangga dan kerabat dekat dari keluarga. Adapaun diundangnya para undangan ini adalah untuk menjadi saksi dalam pemberian hareuta peunulang.126 Khusus bagi tetua kampung disamping untuk menjadi saksi sekaligus akan berfungsi sebagai advisor dalam pemberian hareuta peunulang.127 Dan bahkan ada juga yang menjadi penyambung lidah (juru bicara) orang tua untuk menyampaikan kehendak orang tua kepada anak perempuannya dan para undangan lainnya.

Setelah jamuan makan selesai dilaksanakan maka orang tua dari anak yang akan dipisahkan menyampaikan maksudnya kepada tetua kampung yaitu kepada keuchiekdan imam meunasah. Namun adakalanya maksud dan tujuan ini telah lebih

124Abdurrahman,Op. Cit,hal. 36

125

Snouck Hugronje,Op.Cit,hal 408

126

Wawancara dengan Tgk Bahagia,Tokoh Adat,Aceh Besar, Tanggal 20 November 2013

127

Wawancara dengan Abdurrahman, Mantan Ketua PPISB Unsyiah, Banda Aceh, tanggal 22 November 2013

dulu dibicara sebelum persiapan upacara adat tersebut,128 Hal yang disampaikan adalah, pertama anaknya (dengen menyebut anak tersebut) dan akandipeumeungkleh (dipisahkan dari keluarga orang tuanya) untuk hidup mandiri dengan suaminya dan secara sosial membentuk keluarga yang baru. Kedua, bersamaan dengan pemisahan ini, kepada anaknya tersebut diberikan bekal berupa harta (dengan menyebut satu persatu harta yang akan diberikan dengan rincian jumlah dan rincian lainnya).129

Setelah mendengar maksud dari orang tua si anak ini, langkah atau tindakan yang pertama dilakukan oleh kepala desa, imam menasah dan tetua kampung lainnya adalah memberi advis mengenai besaranhareuta peunulangyang akan diberikan oleh orang tua si anak kepada anak perempuannya dibandingkan dengan keseluruhan harta yang dimiliki oleh orang tua si anak tersebut.130 Advis dimaksud adalah mengingatkan orang tua si anak untuk memperhatikan keadilan. Untuk memberikan secara proporsional antara jumlah harta dengan jumlah anak yang ada terutama menjaga agar jangan sampai pemberian hareuta peunulang melebihi 1/3 (sepertiga) dari harta yang ada. Ini dimaksudkan untuk mencegah pemberian dapat bertentangan denga ketentuan dalam hukum Islam tentang hibah yang membatasi pemberian hibah maksimal 1/3 dari harta yang ada, dan ketidak adilan seperti anak yang disayang akan mendapat bagian yang banyak sedangkan anak yang kurang disayang akan mendapat bagian lebih sedikit.131

128

Wawancara dengan Tgk Bahagia,Tokoh Adat,Aceh Besar, Tanggal 20 November 2013 129

Abdurrahman,Op.Cit,hal. 37

130

Wawancara dengan Tgk Bahagia,Tokoh Adat,Aceh Besar, Tanggal 20 November 2013 131Abdurrahman,Op.Cit,hal. 38

Setelah itu dilakukan maka kepala desa menyampaikan kehendak orang tua kepada anak perempuan yang akan menerima hak dan sekaligus disaksikan oleh semua khalayak yang hadir, dalam penyampaian ini suami dari anak perempuan tadi juga diminta hadir untuk mendengar dan mengetahuinya, kehadiran suami di sini khusus untuk mendengar dan untuk mengetahui saja tanpa hak untuk mengusulkan atau lainnya. Namun adakalanya orang tua sendiri yang langsung menyampaikan kehendaknya di hadapan khalayak yang hadir.132

Kendali upacara dipegang oleh kepala desa atau tetua kampung lainnya, dan pada kesempatan itu orang tua dari anak perempuan tadi menyampaikan kehendaknya bahwa sejak saat ini anak perempuannya yang bernama … (dengan menyebut nama anak perempuannya) secara “resmi” dipisahkan (dipeumeungkleh) kehidupan berkeluarga dari keluarga orang tuanya untuk hidup mandiri dengan suaminya dan secara social membentuk keluarga baru. Dengan dilakukan pemisahan ini, maka sejak itu secara sosial tanggung jawab atas keluarga baru, baik nafkah maupun lainnya, beralih kepada suaminya.133

Setelah diumumkan tentang pemisahan keluarga tersebut diatas, bersamaan dalam upacara itu juga disampaikan bahwa bersamaan dengan pemisahan ini kepada anak perempuan tersebut diberikan bekal hidup oleh orang tuanya berupa benda-benda yang bermanfaat (dengan menyebut satu persatu benda-benda dengan rincian jenis

132

Wawancara dengan Burhanuddin,Tuha Peut,Aceh Besar, Tanggal 22 November 2013

133

dan kuantitasnya). Bekal hidup itu berupa benda-benda yang bermanfaat inilah yang dikenal denganhareuta peunulang.134

Adapun lafadz pemeungkleh dan pemberian hareuta peunulang yang dismpaikan oleh orang tua atau yang mewakilinya pada intinya adalah sebagai berikut:

“Nyang jeut uloen tuan tawo’ droneuh, teungku Keuchiek’, teungku, bandum droneuh yang tuha-tuha, loen tuan ureung syiek dari aneuk kamo keumeung peugah aneuk lon si X, ka lon peumeungkleh, bak thee droneuh yang tuha-tuha. Yang lon brie keudjih….

Nyan keuh lon keumeung peugah ; ba’ thee dro ka kamoe leungoe”

(Saya mengundang tuan-tuan terhormat kemari, teungku keuchiek, teungku dan para sesepuh, saya orang tua dari anak kami ingin menyampaikan bahwa saya “melepas” putrid saya “X”, harap tuan-tuan ketahui yang saya berikan kepada anak perempuan saya adalah :….)

“keuchiek”menjawab “Sudah kami dengar”135

Arti dari lafadz yang disampaikan diatas adalah kira-kira : Pada malam ini dengan disaksikan oleh para hadirin semua, saya selaku orang tua dari anak kami yang bernama (dengan menyebutkan nama anak perempuannya) dengan ini menyatakan memisahkan kehidupan berkeluarga anak perempuan kami ini dari keluarga kami untuk hidup secara mandiri dengan suaminya. Bersamaan dengan ini dan pada kesempatan ini kami memberikan sedikit benda yang bermanfaat sebagai bekal hidup mereka kepada anak perempuan kami berupa … (dengan menyebut jenis dan kuantitas serta rincian lainnya dari benda yang diberikan).

Setelah orang tua si anak perempuan melafadzkan pemberian hareuta peunulang tersebut diatas maka kepala desa dan tetua kampung lainnya

134

Ibid

menyambutnya dengan mengucapkan “ka kamoe leungo” (sudah kami dengar). Sambutan kepala desa ini penting sebagai pernyataan sudah disaksikan dan ini secara hukum adat sangat diperlukan136.

Setelah lafadz diucapkan segera diikuti penyerahan nyata benda-benda yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya, penyerahan nyata ini dilakukan secara simbolis. Kalau rumah yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya maka yang yang diserahkan adalah kuncinya, kalau ternak yang diberikan maka yang diserahkan adalah talinya dan seterusnya semua secara simbolis, kecuali benda-benda yang bergerak yang dapat diserahkan langsung maka akan diserahkan langsung tanpa simbolis.137

Dalam keluarga baru yang telah dipeumeungkleh benda objek peunulang merupakan hak isteri tidak bisa dimiliki oleh si suami, bahkan dalam hal meninggal dunia dan pemberi (orang tuanya) masih ada, suami tidak bisa mewarisi harta tersebut, suami hannya mempunyai hak terbatas yaitu hak untuk menikmati, mengolah/memproduksi dan hak untuk bertindak terbatas.138

Dokumen terkait