BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
B. Saran
1. Mengingat begitu baiknya tujuan pemberian hareuta peunulang tetapi ada daerah-daerah yang masyarakatnya tidak lagi melaksanakannya, maka sebaiknya lembaga hareuta peunulang ini dibudayakan kembali secara lebih baik agar lembaga ini tetap berkembang, terutama dalam mengisi salah satu keiistimewaan Aceh pada masa yang akan datang.
2. Pelaksanaan pemberiaan hareuta peunulang merupakan bentuk peralihan objek tanah (meskipun ada kebolehan pemberian objek lain) kepada pihak lain mempunyai aspek hukum, apabila telah memenuhi syarat dan ketentuan dalam
hukum Islam sebagai bentuk hibah, dan berlangsung secara lisan, untuk menghindari perselisihan dikemudian hari, dan sebagai dasar kekuatan hukum tertulis bagi anak perempuan nantinya dimana Hareuta peunulang tersebut digolongkan kedalam harta bawaan dalam keluarganya yang baru, sebaiknya dilakukan dalam bentuk akta otentik sebagai pemberian hibah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman,Kompilasi Hukum Islam, Cet ke-I,Jakarta : Akademia Presindo, 1992 Abdurrahman,Hareuta Peunulang Sebagai Suatu Lembaga Adat Aceh,Banda Aceh :
PPISB Unsyiah
Ahmad, Mumtaz (ed),Masalah-masalah Teori Politik Islam,Bandung : Mizan, 1994 Ash-Shabuni, Ali, Muhammad, Pembagian Waris Menurut Islam, (Jakarta : Gema
Insani Press, 1995
Dahlan, Azis, Abdul,Ensiklopedi Hukum Islam, Cetakan I,Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996
Fajar, Mukti dan Achmad, Yulianto, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010
Hamid, Rijal, Syamsul,Buku Pintar Agama Islam,Bogor : Cahaya Salam, 2011 Hadikusuma, Hilman,Hukum Waris Adat,Bandung : Cipta Aditya Bhakti, 1993 Harahap, Sofyan, Safri,Tips Menulis Skripsi dan Menghadapi Ujian Komperehensif,
Jakarta : Pustaka Quantum, 2001
Haar, Ter, Asas-asas dan susunan Hukum Adat, diterjemahkan oleh Soebekti Poesponoto, Jakarta ; Pradnya Paramita, 1986
Hisyam M.,Penelitian ilmu-ilmu Sosial,Jakarta ; FE UI, 1996
Hoesin, Muhammah,Adat Aceh,Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh, 1970
Hugronje, Snouck, 1985. Aceh dimata kolonialis. Jilid I. Terj. Singarimbun, Ng. Maimoen,S & Kustiniyati Muchtar. (Jakarta: Yayasan Soko Guru.Nasruddin Sulaiman, Rusdi Sufi & Tuanku Abdul Jalil, 1985
Ismuha H., Penggantian Tempat Dalam Hukum Waris menurut KUH Perdata, Hukum Adat dan Hukum Islam,Jakarta : Bulan Bintang, 1978
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997
---,Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1990
Kusumohamidjojo Budiono, Ketertiban yang Adil, Problematika Filsafat Hukum, Jakarta : Grassindo, 1999
Lubis Solly M.,Filsafat Ilmu dan Penelitian,Bandung : Mandar Maju, 1994 Mas Marwan,Pengantar Ilmu Hukum,Jakarta : Ghalia Indonesia, 2004
Moloeng, Lexi, K.,Metodelogi Penelitian Kualitatif,Bandung : Remaja Rosdakarya, 1993
Muhammad, Bushar,Asas-asas Hukum Adat,Jakarta : Pradnya Pramita, 1975
Muslehuddin, Muhammad, Filsafat Hukum Islam dan Pemikiran Orientalis; Studi Perbandingan Sistem Hukum IslamYogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1991 Nasution, Johan, Bahder,Metode Penelitian hukum,Jakarta : UI Press, 2007
Parman, Ali,Kewarisan Dalam Al-qur’an; Suatu Kajian Hukum dengan Pendekatan Tafsir Tematik,Jakarta PT. Raja Grafindo Persada, 1995
Pasaribu, Chairuman dan Lubis, Suhrawardi, K. Hukum Perjanjian dalam Islam,Cetakan Kedua Jakarta : Sinar Grafika, 1996
Prawirohamidjojo, Soetojo, R, Hukum Waris Kodifikasi, Surabaya Airlangga University
Prodjodikoro, Wirjono,Hukum Waris di Indonesia,Cet-II, Bandung : Sumur, 1983 Rahardjo, Satjipto,Ilmu Hukum,Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1996
Rasyid, Sulaiman,Fiqh Islam,Bandung : Sinar Baru, 1990 Rifai, Moh,Ilmu Fiqih Islam,Semarang : CV Toha Putra,1978
Rofiq, Ahmad,Hukum Islam di Indonesia, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1995 ---,Fiqh Mawaris,Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002
Sarwono, Jonathan,Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006
Saragih, Djaren,Pengantar Hukum Adat Indonesia,Bandung : Tarsito, 1984
Salindeho, John,Masalah Tanah Dalam Pembangunan, Jakarta : Sinar Grafika, 1993 Silalahi, Ulber,Metode Penelitian Sosial,Bandung : PT. Refika Aditama, 2009 Smith, Cantwell, Wilfred, Islam Modern History, dalam Sayed Mudhahar Ahmad,
Ketika Bunga Pala Bersemi, Tapaktuan: 1994
Soekanto, Soerjono, Hukum Adat Indonesia, Jakarta : PT. Raja Garfindo Persada, 1983
---, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Universitas Indonesia Press , 1982
---, dan Usman Yusuf, Kedudukan Janda menurut Hukum Waris Adat, Jakarta : Ghalia Indonesia
Soemadiningrat, Salam, Otjie, Rekonseptualisasi Hukum Adat Kontemporer, Bandung : Alumni, 2002
Soepomo,Bab-bab tentang Hukum Adat,Jakarta : Pradnya Paramita, 1993
Soemitro, Hanitijo, Ronny, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta : Ghalia Persada, 1990
Sudiyat, Iman,Asas-asas Hukum Adat,Yogyakarta : Liberty, 2000
Suparman, Eman, Hukum Waris Indonesia dalam Perspektif Islam, Adat dan BW, Bandung : PT. Refika Aditama, 2005
Sukiman, Djoko, Kebudayaan Indis: Dari Zaman Kompeni sampai RevolusiJakarta : Komunitas Bambu, 2011
Suny, Ismail, Kedudukan Hukum Islam dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, dalam Eddi Rudiana Arief, et. Al“Hukum Islam di Indonesia, Perkembangan dan Pembentukkan”, Bandung :Remaja Rosdakarya ,1991
Syahrizal, Hukum Adat dan Hukum Islam di Indonesia (Refleksi terhadap Beberapa BentukIntegrasi Hukum dalam Bidang Kewarisan di Aceh), Lhokseumawe : Nadya Foundation, 2004
Syamsul, Bahri (Implementasi Syari’at Islam), ( Banda Aceh : Bandar Publisihing, 2012), hal. 64
Syarifuddin, Amir, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam Lingkungan Adat Minangkabau,Jakarta : Pt. Gunung Agung, 1984
Thaib, Hasballah, Tajdid, Reaktualisasi dan Elastisitas Hukum Islam, Medan : Konsentrasi Hukum Islam Program Pasca Sarja USU, 2002
Utrecht E., Pengantar dalam Hukum Indonesia, Jakarta : PT. Penerbitan dan Balai Buku Ichtiar, 1962
Vlekke, Maria, Hubertus, Bernard, Nusantara: Sejarah Indonesia, Jakarta : Kepustakaan Gramedia Populer
Winardi,Pengantar Metodologi Research,Bandung : Alumni, 1989
Wingjodipoero, Soerojo, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat , Jakarta : Gunung Agung, 1995
Wiranata, Gede I, A. B.,Hukum Adat Indonesia,Bandung : Citra Aditya Bakti, 2005 Wiratha, Made,Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Skripsi dan Tesis,Yogyakarta
: Andi, 2006
Wurisman, J.J.J.M.,Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Azas-azas,Jakarta : Fe UI, 1991
Internet :
www.acehrayeukberjaya.blogspot. Sanusi M. Syarif.com, Ureung Inong & Desain Tradisi (Sebuah Refleksi Hari Adat Sedunia)
http://edon79.wordpress.com/2009/07/10/fiqh-mawaris/,di unduh pada tanggal 27 Desember 2013.
TESIS
Oleh
AFRIZAL
117011137/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
AFRIZAL
117011137/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Nomor Pokok : 117011137
Program Studi : MAGISTER KENOTARIATAN
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. H. M. Hasballah Thaib, MA, PhD)
Pembimbing Pembimbing
(Prof. Dr. Runtung, SH, MHum) (Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN)
Ketua Program Studi, Dekan,
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. H. M. Hasballah Thaib, MA, PhD Anggota : 1. Prof. Dr. Runtung, SH, MHum
2. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN 3. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 4. Chairani Bustami, SH, SpN, MKn
Nim : 117011137
Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU
Judul Tesis : PELAKSANAAN DAN STATUS HUKUM PEMBERIAN
ORANG TUA KEPADA ANAK PEREMPUAN
MELALUI HAREUTA PEUNULANG DI KABUPATEN
ACEH BESAR
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.
Medan,
Yang membuat Pernyataan
Nama :AFRIZAL Nim :117011137
untuk menjadi ahli waris. Anak perempuan disamping menjadi ahli waris di Kabupaten Aceh Besar masih mendapat pemberian harta kekayaan dari orang tua. Hareuta Peunulangmerupakan salah satu bentuk pemberian setelah anak perempuan berumah tangga, dimana pemberian dapat berupa benda-benda seperti perhiasan, emas, rumah, pekarangan, dan lainnya di antara ayah atau ibu kepada anak-anaknya, jumlah yang diberikan tidak boleh lebih dari 1/3 jumlah keseluruhan harta peninggalan pemberi, dimana hareuta peunulang yang telah diberikan tidak dapat diminta kembali. Penelitian lebih mendalam terhadap pemberian hareuta peunulang perlu dilakukan, mengingat sistem pewarisan di Aceh sekarang yang menganut pewarisan secara Islam dengan prinsip waris Islam 2 berbanding 1 antara anak laki-laki dan anak perempuan. Penelitian mengenai pemberian orang tua kepada anak perempuan melalui hareuta peunulang dilakukan untuk mengetahui keberadaan pemberian orang tua kepada anak perempuan melalui hareuta peunulang dan status hukum pemberian orang tua kepada anak perempuan melalui hareuta peunulang dapatkan disamakan dengan hibah dalam hukum Islam.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yuridis empiris dengan sifat penelitiandeskriptif analitis.Penelitian menganalisis data yang diperoleh dan menggambarkan gejala-gejala, fakta-fakta serta aspek-aspek seperti menganalisis sistem kekerabatan, hukum waris adat. Analisis tersebut dilakukan sehingga dapat diketahui dan diperoleh hasil/jawaban dari permasalahan.
Berdasarkan hasil penelitian, pemberian orang tua kepada anak perempuan melalui hareuta peunulang masih dilaksanakan sampai sekarang, di mana masih banyak ditemukan kegiatan pemberian orang tua kepada anak perempuan melalui hareuta peunulang. Pemberian ini dikarenakan faktor sebagai bekal dikemudian hari, factor kasih sayang, faktor ekonomi, faktor yuridis, faktor budaya, faktor agama, dan faktor keadilan. Perkembangan hukum waris Islam dalam masyarakat Aceh mempengaruhi status hukum pemberian orang tua kepada anak perempuan secara adat melalui hareuta peunulang dalam waris adat, karena syarat dan ketentuan pemberian ini dapat disamakan dengan hibah dalam aspek hukum waris Islam, sehingga status dan akibat hukum hibah secara Islam dengan sendirinya berlaku terhadap pemberianhareuta peunulangkepada anak perempuan.
as heirs. In Aceh Besar District, a daughter is not only a heir but can also receive the property granted by her parents. Hareuta Peunulang is one of the grants in the forms of jewelry, gold, home, yard or ground and so forth granted by the parents after their daughter gets married. The amount of the grant given must not greater than 1/3 (one-third) of the total number of the property of the legacy provider, and the hareuta peunulang which has been given is not returnable. A further study on granting hareuta peunulang needs to be conducted considering that the currently existing inheritance system in Aceh following Islamic inheritance system with the principle of 2:1 between the son and the daughter. The purpose of this study was to find out the existence of the grant given by the parents to their daughter through hareuta peunulang practice and to find out whether this practice of hareuta paneulang can beequated with a grant in Islamic law.
The data obtained for this descriptive analytical empirical juridical study describing the symptoms, facts and aspects of kinship system and adat inheritance law were analyzed to achieve the answer to the problems.
The result of the analysis showed that the giving of grant by the parents to their daughter through hareuta peunulang is still currently practiced. This grant is given is based on the future supplies, affection, economic, juridical, cultural, religious and justice factors. The development of Islamic inheritance law in Achenese communities has influenced the legal status of the grant traditionally given by the parents to their daughter through hareuta paneulang in adat inheritance because the conditions and requirements of this grant giving can beequated with a grant in accvordance with the aspect of Islamic inheritance law. Therefore, the status and legal cosequence resulted from the Islamic grant law is automatically applicable to the giving of hareuta peunulang by the parents to their daughter.
iii
PELAKSANAAN DAN STATUS HUKUM PEMBERIAN ORANG TUA
KEPADA ANAK PEREMPUAN MELALUI HAREUTA PEUNULANG DI KABUPATEN ACEH BESAR. Selama menempuh pendidikan dan penulisan serta penyelesaian tesis ini penulis banyak memperoleh dukungan baik secara moril maupun materiil dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini dengan peanuh kerendahan hati penulis haturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan Universitas Sumatera Utara dalam menyelasaikan pendidikan di Fakultas Hukum, Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara; 2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, MHum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua Program Studi Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini;
4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi, SH, CN, MHum, selaku Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan dorongan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
iv
Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku pembimbing yang di dalam berbagai kesibukan dapat menyempatkan diri membimbing dan mengarahkan serta memberi petunjuk dan saran yang sangat berharga bagi penulisan tesis ini; 7. Pengelola, Dosen pengajar dan staf sekretariat Magister Kenotariatan
Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak membantu penulis selama mengikuti perkuliahan;
8. Rekan-rekan penulis yang terutama Keseluruhan Kelas C yang dalam hal ini juga ikut serta membantu penulis sehingga terselesaikan tesis ini.
9. Putri Ayu Rezki Utama, yang telah mendorong dan selalu memberi motivasi kepada penulis dalam penulisan tesis dan proses perkuliahan hingga selesai.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkat dan anugrah-Nya berlimpah bagi beliau-beliau yang tersebut di atas. Sangat disadari dalam tesis ini terdapat banyak kekurangan oleh karena itu semua saran dan kritik penulis terima dengan lapang dada demi kesempurnaan penulisan tesis ini. Akhirnya harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Februari 2014 Penulis
v
1. Nama Lengkap : AFRIZAL
2. Tempat, Tanggal Lahir : Lhokseumawe, 02 April 1985
3. Domisili : Kec. Samalanga, Kab. Bireuen, Prov. Aceh 4. Jenis Kelamin : Laki-Laki
5. Agama : Islam
6. Status : Belum Menikah
7. Telepon : 085260540678
8. e-mail : [email protected]
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. (1997) Lulus SDN 3 Samalanga - Kabupaten Bireuen
2. (2000) Lulus MTsN Jeumala Amal Lueng Putue – Kabupaten Pidie 3. (2003) Lulus MAS Jeumala Amal Lueng Putue _ Kabupaten Pidie 4. (2010) Lulus Universitas Syiah Kuala FH - Banda Aceh
vi
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii KATA PENGANTAR ... iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v DAFTAR ISI ... vi DAFTAR TABEL ... viii BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Perumusan Masalah ... 11 C. Tujuan Penelitian ... 12 D. Manfaat Penelitian ... 12 E. Keaslian Penelitian ... 13 F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 14 1. Kerangka Teori ... 14 2. Konsepsi ... 21 G. Metode Penelitian ... 24
BAB II KEBERADAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MENDORONG ORANG TUA DALAM MEMBERIKAN
HAREUTA PEUNULANGDI KABUPATEN ACEH BESAR ... 33 A. Deskripsi Daerah Penelitian ... 33 B. Islam di Dalam Masyarakat Aceh ... 40 C. Sejarah PemberianHareuta Peunulang ... 43 D. Pengertian PemberianHareuta Peunulang ... 45 E. Keberadaan Pemberian Pemberian Orang Tua Kepada Anak
Perempuan MelaluiHareuta Peunulangdi Kabupaten Aceh
vii
1. Proses Pemberian Hareuta Peunulang ... 69 2. Syarat-syarat PemberianHareuta Peunulang ... 74 B. Status Hukum Dari Pemberian MelaluiHareuta Peunulang ... 76
1. Status Pemberian Orang Tua MelaluiHareuta Peunulang
Dalam Aspek Hukum Waris Adat ... 76 2. Status Pemberian Orang Tua MelaluiHareuta
PeunulangDalam Aspek Hukum Waris Islam ... 83 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 100 A. Kesimpulan ... 100 B. Saran ... 101 DAFTAR PUSTAKA ... 103
viii
Kecamatan di Kabupaten Aceh Besar... 35 Tabel 1.2 Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 37 Table 2.1. Tingkat Pendidikan di Lokasi Sampel Pada Sekolah
Negeri dan Swasta... 38 Table 2.1. Tingkat Pendidikan di Lokasi Sampel di bawah Departemen
Indonesia adalah negara yang penduduknya mempunyai aneka ragam adat kebudayaan. Dalam adat kebudayaan tersebut terdapat juga hal-hal yang berkaitan dengan hukum. Termasuk dalam hal ini mengenai hukum waris adat.
Masalah warisan berkaitan dengan peraturan-peraturan yang mengatur proses meneruskan serta mengoperkan barang-barang harta benda dan barang yang tidak berwujud benda dari suatu angkatan manusia kepada keturunannya.1 Jadi dalam hal ini masalah warisan erat kaitannya dengan masalah harta kekayaan.
Masyarakat adat Indonesia mempunyai hukum waris adat masing-masing, dimana biasanya hukum adat mereka dipengaruhi oleh sistem kekeluargaan dan sistem kewarisan yang mereka anut.
Sebagian besar masyarakat Indonesia adalah beragama Islam. Keberadaan agama Islam di Indonesia sedikit banyaknya mempengaruhi adat istiadat masyarakat setempat, ataupun sedikit banyaknya praktek keberagaman telah dipengaruhi adat istiadat setempat, termasuk dalam hal ini, hal-hal yang berkaitan dengan masalah kewarisan. Bagi masyarakat yang memegang teguh ajaran agama Islam, maka dia akan terus konsekuen dengan keyakinannya untuk membagikan harta warisan dengan cara-cara Islam.
1Soerojo Wingjodipoero,Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat ,(Jakarta : Gunung Agung, 1995), hal, 161
Di dalam hukum Islam, hukum kewarisan yang lazim disebut dengan hukum faraid merupakan bagian dari keseluruhan hukum Islam yang khusus mengatur dan membahas tentang proses peralihan harta peninggalan, hak-hak serta kewajiban seseorang yang telah meninggal dunia kepada yang mewarisi atau ahli waris.
Hukum adat sebagai hukum yang hidup (living law) dikonsepsikan sebagai suatu sistem hukum yang terbentuk dan berasal dari pengalaman empiris masyarakat pada masa lalu, yang dianggap adil dan patut dan telah mendapatkan legitimasi dari penguasa adat sehingga mengikat atau wajib dipatuhi (bersifat normatif).2 Menurut Soerjono Sukanto, hukum adat merupakan keseluruhan adat baik yang tidak tertulis dan hidup dalam masyarakat berupa kesusilaan, kebiasaan dan kelaziman yang mempunyai akibat hukum.3
Ter Haar berpendapat bahwa hukum adat merupakan seluruh peraturan yang ditetapkan dalam keputusan-keputusan yang berwibawa dari para fungsionaris hukum seperti para hakim adat, kepala adat dan kepala desa dalam hubungannya secara langsung satu sama lain dan timbal balik dengan masyarakat berdasarkan ikatan struktural maupun ikatan lainnya.4
Menurut Djojodigoeno, hukum adat yang merupakan suatu karya masyarakat tertentu yang bertujuan tata, keadilan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga hukum adat tidak boleh bersifat statis dan konservatif. Hukum adat harus bersifat dinamis
2 Otjie Salam Soemadiningrat, Rekonseptualisasi Hukum Adat Kontemporer, (Bandung : Alumni, 2002), hal. 27
3Iman Sudiyat,Asas-asas Hukum Adat, (Yogyakarta : Liberty, 2000), hal. 9
4
dan dapat menyesuaikan diri dengan suatu keadaan atau suatu situasi tertentu (plastis).5 Menurut Bushar Muhammad, hukum adat yang ada akan patut untuk dipertahankan atau tidak, bergantung kepada kesadaran masyarakat.6
Dalam perkembangannya dewasa ini hukum terus mengikuti perkembangan yang ada dalam masyarakat dan bukan sebaliknya masyarakat yang mengikuti hukum. Hukum bukanlah sesuatu yang dapat dipaksakan keberlakuannya ditengah-tengah masyarakat. Karena sesuatu pebuatan yang dipaksakan maka sesunggahnya hasilnya pasti tidak akan baik
Eksistensi berlakunya hukum adat disamping hukum nasional sampai saat ini, dapat dilhat pada Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peratutan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA) maupun Putusan Badan Peradilan di Indonesia. Berdasarkan Undang-undang dasar 1945 eksistensi berlakunya hukum adat dapat dilihat pada pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, yang menyatakan bahwa segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang-undang Dasar ini. Badan negara dan peraturan merupakan dua hal yang dipertahankan menurut Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945.
Badan negara yang dimaksud adalah lembaga-lembaga hukum yang telah ada baik sebelum maupun pada masa-masa kolonial seperti pengadilan gubernemen, pengadilan asli, pengadilan desa dan swapraja. Peraturan-peraturan yang dimaksud
5Op, Cit,hal. 13-14
adalah seperti dalam pasal 131 IS (Indische Staatsregeling) dan pasal 163 IS yang pada prinsipnya menetapkan bahwa bagi warga negara Indonesia asli tetap berlaku hukum adat, sedangkan untuk keturunan Eropa dan Tionghoa berlaku Burgerlijk Wetbook (BW)atau disebut Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata).
UUD 1945 tidak menyebutkan istilah hukum adat secaraeksplisit dalam pasal-pasalnya, tetapi dengan masih tetap diberlakukannya badan-badan negara dan peraturan-peraturan yang telah ada sebelum kemerdekaan Indonesia melalui Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 sudah cukup memadai sebagai sebuah pedoman bahwa diluar hukum perundang-undangan masih diakui pula adanya hukum-hukum yang tidak tertulis.7
Eksistensi masyarakat hukum adat secaraimplisitdapat ditemukan pada Batang Tubuh UUD 1945 pasal 18 B yang berbunyi : “negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam Undang-undang”.
Menurut Pasal 5 Undang-undang nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan kehakiman, dalam memutuskan suatu perkara hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan eksistensi hukum adat itu sendiri yang merupakan hukum dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
7
Eksistensi hukum adat di bidang pertanahan dapat dilihat dalam pasal 5 UUPA yang menentukan bahwa hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan angkasa adalah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan hukum nasional dan negara.
Bertitik tolak dari penjelasan tersebut diatas maka dapat diketahui bahwa