BAB IV GAMBARAN UMUM INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
D. Proses Pengecoran Logam pada IKM
Proses persiapan awal untuk melakukan pengecoran logam adalah mempersiapkan media untuk membuat cetakan yaitu pasir, tidak semua pasir bisa digunakan untuk membuat cetakan, hanya pasir yang memiliki kriteria-kriteria khusus yang dapat digunakan untuk membuat cetakan.
Adapun kriteria-kriteria khusus pasir yang dapat digunakan untuk membuat cetakan dalam pengecoran logam adalah:
a. Memiliki sifat mampu membuat bentuk sehingga mudah dalam pembuatan cetakan dengan kekuatan yang cocok sehingga tidak rusak jika dipindah-pindah letaknya dan mampu menahan logam cair saat di tuang ke rongga cetak.
b. Permeabilitas pasir yang cocok. permeabilitas berhubungan erat dengan keadaan permukaan coran. Pada prinsipnya, permeabilitas akan menentukan seberapa besar gas-gas dari cetakan atau logam cair mampu melepaskan diri selama waktu penuangan. Nilai permeabilitas yang rendah menyebabkan kulit coran lebih halus dan terjadilah gelembung udara terperangkap di dalam cetakan yang akan menghasilkan cacat permukaan pada coran.
c. Tahan terhadap temperatur logam cair selama penuangan, pasir dan bahan pengikat harus tahan api sehingga dinding dalam cetakan tidak rontok selama penuangan logam cair.
d. Memiliki kemampuan hancur yang baik, pada saat pembongkaran cetakan lebih mudah pasir tersebut hancur. Ketika media untuk percetakan sudah siap masukkan cetakan atau matress kedalam pasir lalu timbun matres tersebut kedalam pasir lalu dibuat rongga pada pasir tersebut, tujuan pembuatan rongga tersebut untuk memasukkan cairan logam kedalam cetakan.
2. Proses Pengecoran
Siapkan tungku dan bahan baku untuk pengecoran, peroses pemanasan tungku kurang lebih 3 jam, setelah tungku panas masukkan bahan baku kedalam tungku. Proses peleburan bahan baku kurang lebih 5 jam tergantung dari keras atau lunaknya bahan baku.
3. Proses Pencetakan
Setalah logam leleh secara sempurna langkah selanjutnya adalah penuangan logam cair kedalam cetakan dengan cara memasukkan logam cair ke dalam rongga atau lubang pada pasir tersebut.
4. Proses Pembongkaran Cetakan
Setelah logam cair dituang kedalam cetakan proses selanjutnya adalah pembongkaran cetakan. Proses pembongkaran cetakan dilakukan 1 hari setelah proses penuangan, hal ini bertujuan agar proses pemadatan sempurna.
5. Proses Pembersihan atau Shot Blast
Shot blast merupakan metode yang digunakan untuk membersihkan, memperkuat dan memoles logam, metode shot blas digunakan untuk
membersihkan pasir yang menempel pada benda cor.
6. Proses Pembubutan
Proses pembubutan adalah proses penyesuaian hasil cor dengan ukuran atau standar dari sebuah produk menggunakan mesin bubut. Proses pembubutan ini bertujuan untuk membuang kelebihan logam seperti sirip stau bagian yang menonjol pada bagian luar maupun di dalam rongga.
7. Proses Gerinda
Proses pengerindaan dilakuan ketika tidak ada mesin bubut yang cocok dengan bentuk coran, proses pengerindaan memiliki tujuan yang sama dengan proses pembubutan. Proses gerinda mengarah ke proses menghaluskan permukaan logam.
8. Proses Pengeboran
Untuk menghasilkan motif tertentu atau lubang maka dibutuhkan proses pengeboran, proses pengeboran ini dilakukan berdasarkan jenis produk yang dipesan.
9. Proses Pengelasan
Pengelasan dilakukam untuk menambal logam yang berlubang, cacat dan menyambung bagian yang patah.
10. Proses Pendempulan
Proses pendempulan bertujuan untuk memperbaiki bagian yang berongga-rongga kecil, yang nantinya bisa tertutupi agar permukaanya halus.
11. Proses Pengecatan
Proses pengecatan biasaya digunakan untuk memperbaiki atau melapisi benda
coran dari karat atau korosi.
12. Proses Pengepakan Barang
Ketika produk sudah jadi maka produk tersebut dapat dikirim ke konsumen.
43 BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Profil Responden
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 24 responden dari 30 responden yang dikirimi kuesioner dikarenakan tidak bersedia untuk menjadi responden. Pemilihan populasi sasaran IKM ditentukan oleh Koperasi Industri Batur Jaya, karena pihak Koperasi lebih mengetahui IKM yang memiliki potensi dalam memberikan kemudahan dalam memberikan informasi penelitian ini. Responden yang dipilih adalah pemilik IKM atau karyawan dalam IKM. Profil responden akan dipaparkan ke dalam beberapa poin, yaitu:
1. Nama responden, jabatan dan nama IKM
Berikut adalah tabel nama responden, jabatan dan nama IKM Tabel 5.1
Nama responden, jabatan dan nama IKM
Lanjutan Tabel 5.1
Nama responden, jabatan dan nama IKM
No Nama Responden Jabatan Nama IKM
1 Gian Gusdiyansyah Ramadani Manager CV. Mitra Karya Utama 2 Angga Pradifta pemilik CV. Sinar Abadi Logam
3 Didik Ahmadi Pemilik UD.Bintang Jaya Utama
Logam
4 Sumiyat Syamsyudin Pemilik Pasir Emas
5 Sri Hartuti Pemilik Tunas Logam Jaya
6 H.Sudirman Pemilik CV.Sudirman
7 Muh.Sangidu Pemilik Adhi Mulya
8 Hartanto Muslim Pemilik Sinar Baja
9 H.Muqorobin Pemilik Makmur
10 M.Zainal Pemilik UD.Multi Karya Logam
11 Agus Mustofa Fanani Pemilik Adi Jaya Mandiri 12 Desy Ita Suryani Marketing CV.Okabawes
13 H.A.Y. Sugiyono Pemilik Indah Karya
Sumber: Data diolah, 2019
Dari tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian memiliki jabatan sebagai pemilik dan/atau direktur yakni sebanyak 15 responden. Selain itu, sebanyak 4 karyawan memiliki jabatan sebagai manager, administrasi, personalia, dan marketing.
2. Jenis Kelamin
Berikut adalah tabel jenis kelamin responden Tabel 5.2
Sumber: Data diolah, 2019
Dari tabel 5.2 diperoleh informasi bahwa sebanyak 20 responden yang menjadi objek penelitian ini sebagian besar memiliki jenis kelamin pria.
Selain itu, hanya terdapat 4 responden yang memiliki jenis kelamin wanita.
No Nama Responden Jabatan Nama IKM
14 Widodo Pemilik Wijaya Makmur
15 Rustami Mahmudi Pemilik Tosana Karya
16 Andi Yunanto Direktur
sekaligus pemilik CV. Jaya Warsa 17 Bayu Prasetyo Direktur
sekaligus pemilik CV. Putra Sari Logam 18 Erwan Heri Kusnadi Direktur
sekaligus pemilik
CV. Aneka Metal Industri
19 Widodo Miftah Pemilik UD. Tridodo Jaya
20 Nurul Rochmawati Administrasi CV. Dlimas Logam Jays
21 Asnawi Latif Direktur
sekaligus pemilik PT. Bahama Lasakka
22 Hartanto Muslim Pemilik Sinar Baja
23 Muhammad Najib Pemilik Munaborru
24 Rina Husniati Personalia PT. Aneka Adhilogam Karya
3. Usia
Berikut adalah tabel usia responden Tabel 5.3
Usia responden
No Usia Jumlah Responden
1 30-40 8
2 41-50 4
3 51-60 6
4 ≥ 61 6
Jumlah 24
Sumber: Data Diolah, 2019
Berdasarkan tabel 5.3 bahwa sebanyak 8 responden yang menjadi objek penelitian ini sebagian besar berusia 30-40 tahun. Selain itu, hanya terdapat 4 responden yang berusia 41-50 tahun.
4. Pendidikan terakhir
Berikut adalah tabel pendidikan terakhir responden Tabel 5.4
Pendidikan terakhir responden
No Pendidikan Terakhir Jumlah Responden
1 SD 0
2 SMP 1
3 SMA 8
4 Diploma/ Sarjana 15
Jumlah 24
Sumber: Data diolah, 2019
Dari tabel 5.3 diperoleh informasi bahwa sebanyak 15 responden, sebagian besar memiliki jenjang pendidikan terakhir diploma/ sarjana. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki jenjang prndidikan yang tinggi.
B. Analisis Data dan Pembahasan
1. Rumusan masalah pertama “ Apakah IKM yang tergabung dengan Koperasi Industri Batur Jaya sudah menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance?”
Berikut adalah hasil analisis dan pembahasan untuk menjawab rumusan masalah pertama yaitu:
a. Skor Penerapan Prinsip-prinsip Good Corporate Governance untuk setiap IKM yang tergabung dengan Koperasi Industri Batur Jaya
Berikut ini adalah tabel skor penerapan prinsip good corporate governance pada IKM yang tergabung dengan Koperasi Industri Batur Jaya :
Tabel 5.5
Skor Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Pada IKM yang tergabung dengan Koperasi Industri Batur Jaya
No Nama IKM Skor Kategori
1 UD. Tridodo Jaya 44 Menerapkan Sebagian 2 CV. Aneka Metal Industri 50 Menerapkan Sebagian 3 PT. Bahama Lasakka 41 Menerapkan Sebagian 4 CV. Putra Sari Logam 52 Sudah Menerapkan
11 Sahabat Teknik 49 Menerapkan Sebagian
12 Munaborru 44 Menerapkan Sebagian
13 Tosana Karya 41 Menerapkan Sebagian
14 Wijaya Makmur 41 Merapkan Sebagian
15 CV. Dlimas Logam Jaya 50 Menerapkan Sebagian
16 Pasir Emas 47 Menerapkan Sebagian
Lanjutan Tabel 5.5
Skor Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Pada
IKM yang tergabung dengan Koperasi Industri Batur Jaya
No Nama IKM Skor Kategori
17 Tunas Logam Jaya 45 Menerapkan Sebagian
18 CV.Sudirman 40 Menerapkan Sebagian
19 Adhi Mulya 44 Menerapkan Sebagian
20 CV. Jaya Warsa 48 Menerapkan Sebagian 21 Bintang Jaya Utama 45 Menerapkan Sebagian 22 CV. Sinar Abadi Logam 47 Menerapkan Sebagian 23 CV. Mitra Karya Logam 41 Menerapkan Sebagian 24 PT. Aneka Adhi Karya
Logam 52 Sudah Menerapkan
Total 1087
Rata-rata skor 45,29 Menerapkan Sebagian Sumber: Data diolah, 2019
Berdasarkan pada tabel 5.5 rata-rata skor penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada 24 IKM adalah sebesar 45,29 yang berarti secara rata-rata 24 IKM yang tergabung dengan Koperasi Industri Batur Jaya baru menerapkan sebagian. Berikut adalah tabel persentase jumlah IKM dalam penerapan prinsip – prinsip Good Corporate Governance
Tabel 5.6
Persentase Jumlah IKM dalam Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance
Kategori Jumlah IKM %
Belum Menerapkan 0 0
Menerapkan Sebagian 22 92
Sudah Menerapkan 2 8
Berdasarkan tabel 5.6 sebanyak 22 IKM (92%) menerapkan sebagian dan terdapat 2 IKM (8%) yang belum menerapkan prinsip Good Corporate Governance.
b. Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada IKM yang
tergabung dalam Koperasi Industri Batur Jaya berdasarkan setiap prinsip dan setiap item pernyataan
Berikut ini adalah hasil analisis dan pembahasan mengenai penerpaan prinsip Good Corporate Governance berdasarkan pada setiap prinsip dan setiap item pernyataan.
49 1) Prinsip Transparansi
Berikut adalah tabel penerapan Good Corporate Governance pada prinsip transparansi Tabel 5.7
Penerapan Good Corporate Governance Pada Prinsip Transparansi
No Pernyataan
Pilihan Jawaban
Total Skor
(C1+C2+C3) Kategori Belum Menerapkan Menerapkan Sebagian Sudah Menerapkan
Jumlah
2 Laporan keuangan yang dibuat dalam bentuk laba rugi, neraca, perubahan modal, dan arus kas
6 1 6 15 2 30 3 3 9 45 Menerapkan
sebagian
50 Lanjutan Tabel 5.7
Penerapan Good Corporate Governance Pada Prinsip Transparansi
No Pernyataan
Pilihan Jawaban
Total Skor
(C1+C2+C3) Kategori Belum Menerapkan Menerapkan Sebagian Sudah Menerapkan
Jumlah
4 Menjelaskan pola penggajian atau
Rata-rata skor penerapan prinsip transparansi
46 Menerapkan Sebagian
Berdasarkan tabel 5.7 skor rata-rata penerapan Good Corporate Governance pada prinsip transparansi sebesar 46 yang berarti IKM dikategorikan menerapkan sebagian. Kontribusi kesimpulan ini disebabkan adanya dua item pernyataan yang masuk kategori belum menerapkan, satu item yang dikategorikan menerapkan sebagian dan satu item permyataan yang masuk kategori sudah menerapkan. Secara lebih rinci prinsip transparansi akan dibahas dan dianalisis berdasarkan item pernyataan nomor 1 sampai dengan nomor 4, yaitu:
a) Item Pernyataan 1: Penyampaian laporan keuangan dan non keuangan kepada pemberi modal
Skor item pernyataan 1 pada prinsip transparansi sebesar 36 dan dikategorikan belum menerapkan yang bermakna bahwa IKM belum bersikap transparan dalam hal penyampaian laporan keuangan dan non keuangan. Pernyataan tersebut juga didukung oleh hasil kuesioner yang menunjukkan bahwa 14 dari 24 responden memilih jawaban belum menerapkan. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya laporan keuangan dan non keuangan yang dilaporkan oleh pihak IKM kepada pemberi modal (Bank). Hal ini disebabkan karena tidak adanya tuntutan dari pemberi modal (bank) kepada IKM untuk melaporkan laporan keuangan dan non keuangan Selain itu, modal sebagian besar berasal dari pemilik.
Proses peminjaman yang dilakukan pemilik kepada pemberi modal hanya bersifat insidental yaitu hanya ketika IKM tersebut mengalami jumlah permintaan barang yang tinggi sehingga pemilik memutuskan untuk melakukan peminjaman dari pemberi modal (bank). Menurut pemilik IKM, hal terpenting bagi pemberi modal (bank) bukanlah melaporkan laporan keuangan dan non keuangan, melainkan
kemampuan IKM dalam mengembalikan pinjaman kepada pemberi modal secara tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang dilakukan. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa IKM belum memiliki kesadaran untuk bersikap transparan dalam hal melaporkan laporan keuangan dan non keuangan kepada publik atau pemberi modal (Bank).
b) Item Pernyataan 2: Laporan Keuangan yang dibuat dalam bentuk laba rugi, neraca, perubahan modal, arus kas
Berdasarkan tabel 5.7 skor untuk item pernyataan 2 pada prinsip transparansi sebesar 45 dan dikategorikan menerapkan sebagian yang berarti bahwa IKM baru menerapkan sebagian prinsip transparansi untuk item pernyataan 2. Pernyataan tersebut juga didukung oleh hasil kuesioner yang menunjukkan bahwa 15 dari 24 responden memilih jawaban menerapkan sebagian karena laporan keuangan yang dibuat oleh IKM hanya bersifat sederhana dengan alasan laporan tersebut hanya dapat diakses oleh pihak internal saja, sehingga IKM tidak perlu lagi membuat laporan keuangan secara baku, lengkap dan laporan tersebut hanya dapat dimengerti oleh pihak internal IKM saja. Selain itu, alasan lainnya karena IKM tidak memiliki pengetahuan yang cukup dalam membuat laporan keuangan. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa IKM belum memiliki sikap transparan kepada publik karena laporan keuangan yang dibuat hanya dimengerti dan digunakan oleh pihak internal IKM saja.
c) Item Pernyataan 3: Menyampaikan rencana pelaksanaan kegiatan kepada Koperasi Industri Batur Jaya
Berdasarkan tabel 5.7 skor yang diperoleh untuk item pernyataan 3 pada prinsip transparansi sebesar 34 dan dikategorikan belum menerapkan yang bermakna bahwa IKM belum menerapkan prinsip
transparansi untuk item pernyataan 3. Pernyataan tersebut didukung oleh jumlah responden yang sebagian besar yaitu 16 dari 24 responden yang menjawab belum menerapkan karena IKM tidak menyampaikan rencana pelaksanaan kepada pihak Koperasi (sebagai pemberi order).
Hal ini disebabkan karena tidak adanya tuntutan untuk anggota koperasi (IKM) untuk menyampaikan rencana pelaksanaan kegiatan. Laporan perencanaan kegiatan akan disampaikan ke Koperasi Industri Batur Jaya hanya ketika IKM mendapatkan job dari Koperasi. Kurangnya ke transparansian IKM kepada Koperasi menyebabkan Koperasi tidak memperoleh informasi mengenai rencana kegiatan yang sedang dijalankan oleh IKM. Dari pernyataan tersebut bisa disimpulkan bahwa IKM belum memiliki sikap transparan kepada koperasi karena tidak adanya job yang diberikan kepada IKM dan tidak adanya tuntutan dari Koperasi untuk melaporkan rencana pelaksanaan kegiatan.
d) Item Pernyataan 4: Menjelaskan pola penggajian atau pemberian honor kepada pegawai
Berdasarkan tabel 5.7 untuk item pernyataan 4 dikategorikan sudah menerapkan dengan skor 69. Hal ini berarti bahwa penerapan prinsip transparansi sudah diterapkan untuk item ini. Pernyataan tersebut juga didukung oleh hasil kuesioner yang menunjukkan bahwa 21 dari 24 responden memilih jawaban sudah menerapkan. IKM sudah menganggap pentingnya transparansi dalam hal penyampaian informasi penggajian kepada karyawan, hal ini bertujuan agar karyawan bisa memperoleh informasi dengan jelas dan merasa nyaman dalam bekerja sehinga karyawan memiliki loyalitas yang tinggi. Keterbukaan informasi mengenai penggajian dalam IKM sangat beragam, salah satu contohnya adalah adanya informasi mengenai slip gaji yang terdiri dari
gaji pokok saja dan gaji pokok beserta tunjangan, pinjaman, dan potongan gaji. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa IKM sudah memiliki kesadaran untuk bersikap terbuka atau transparan dalam hal penyampaian informasi penggajian kepada karyawan.
55 2) Prinsip Akuntabilitas
Berikut adalah tabel penerapan Good Corporate Governance pada prinsip akuntabilitas.
Tabel 5.8
Penerapan Good Corporate Governance pada Prinsip Akuntabilitas
No Pernyataan
Pilihan Jawaban
Total Skor
(C1+C2+C3) Kategori Belum Menerapkan Menerapkan Sebagian Sudah Menerapkan
Jumlah 1 Terdapat Pemisahan
fungsi dalam
2 Terdapat rincian tugas dan
tanggungjawab bagi pegawai
16 1 16 1 2 2 7 3 21 39 Belum
Menerapkan
56 Lanjutan Tabel 5.8
Penerapan Good Corporate Governance pada Prinsip Akuntabilitas
No Pernyataan
Pilihan Jawaban
Total Skor
(C1+C2+C3) Kategori Belum Menerapkan Menerapkan Sebagian Sudah Menerapkan
Jumlah 3 Terdapat Standard
Operating
4 Terdapat pedoman
perilaku dalam IKM 4 1 4 14 2 28 6 3 18 50 Menerapkan
Sebagian 5 Terdapat sistem
bonus dan sanksi bagi pegawai
3 1 3 9 2 18 12 3 36 57 Sudah
Menerapkan
Total Skor 250
Rata-rata skor penerapan prinsip akuntabilitas
50 Menerapkan Sebagian
Berdasarkan tabel 5.8 skor rata-rata penerapan Good Corporate Governance pada prinsip akuntabilitas sebesar 50. Hal ini memiliki makna bahwa IKM dikategorikan telah menerapkan sebagian prinsip akuntabilitas. Kontribusi kesimpulan ini disebabkan adanya dua item yang masuk kategori menerapkan sebagian, dua item pernyataan yang masuk kategori sudah menerapkan dan satu item pernyataan masuk kategori belum menerapkan. Secara lebih rinci prinsip akuntabilitas akan dibahas dan dianalisis berdasarkan item pernyataan nomor 1 sampai dengan nomor 5, yaitu:
a) Item pernyataan 1: Terdapat pemisahan fungsi dalam IKM
Skor yang diperoleh untuk item pernyataan 1 sebesar 47 dan dikategorikan menerapkan sebagian. Hal ini berarti bahwa prinsip akuntabilitas baru diterapkan sebagian kecil pada item pernyataan ini.
Pernyataan tersebut juga didukung oleh hasil kuesioner yang menunjukkan bahwa 13 dari 24 responden memilih jawaban menerapkan sebagian dikarenakan pemisahan fungsi tugas hanya untuk tukang bubut dan tukang cor yang membutuhkan skill atau keahlian khusus. Selain tukang cor dan bubut, karyawan bekerja secara fleksibel. Pemilik IKM menganggap bahwa dengan melakukan pemisahan fungsi tugas seperti bagian keuangan dan sekretaris akan menambah biaya. Selain itu IKM belum membutuhkan karyawan khusus untuk menangani bagian keuangan dan pemasaran karena pemilik merasa masih bisa menghandle pekerjaan tersebut.
Pernyataan ini didukung dengan hasil wawancara dengan Bpk Mustofa Fanani, pemilik Adi Jaya Mandiri
“Di sini tidak ada bagian keuangan dan pemasaran mbak, ya disini saya dan istri yang menghandle bagian pemasaran dan bagian keuangan, ya usaha saya masih kecil-kecilan jadi saya rasa belum membutuhkan bagian keuangan dan pemasaran dan jika menambah bagian keuangan dan pemasaran akan menambah biaya yang banyak juga. Kalau untuk pemisahan bagian produksi saya hanya melakukan pemisahan fungsi untuk tukang bubut dan tukang cor karena mereka harus memiliki keahlian atau skill dalam menggunakan mesin tersebut dan pemisahan fungsi tugas ini bersifat tidak tertulis,”
Dapat disimpulkan bahwa IKM tidak sepenuhnya memiliki kesadaran mengenai kejelasan dalam pemisahan fungsi tugas karena bersifat tidak tertulis dan hanya berlaku untuk job tertentu.
b) Item pernyataan 2: Rincian tugas dan tanggungjawab pegawai Berdasarkan tabel 5.8 untuk item pernyataan 2 dikategorikan menerapkan sebagian kecil dengan skor sebesar 39 dan dikategorikan belum menerapkan. Hal ini berarti bahwa prinsip akuntabilitas belum diterapkan untuk item pernyataan ini. Pernyataan tersebut juga didukung oleh hasil kuesioner yang menunjukkan bahwa 16 dari 24 responsen memilih jawaban belum menerapkan. Hal tersebut dikarenakan rincian tugas dan tanggungjawab bagi pegawai bersifat tidak tertulis dan hanya berupa arahan dan perintah dari pemilik IKM.
Pemilik IKM berpendapat bahwa tanpa adanya rincian tugas dan tanggungjawab secara tertulis karyawan sudah memahami dan mengerti tugas dan tanggungjawabnya. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa IKM belum sepenuhnya memiliki kesadaran
dalam kejelasan rincian fungsi tugas karena pemisahan rincian tugas dan tanggung awab bersifat tidak tertulis.
c) Item pernyataan 3: Terdapat Standard Operating Procedure (SOP) atau tata cara pelaksanaan kegiatan dalam IKM.
Berdasarkan tabel 5.8 skor untuk item pernyataan 3 pada prinsip akuntabilitas sebesar 57 yang dikategorikan sudah menerapkan. Hal ini berarti bahwa penerapan prinsip akuntabilitas untuk item pernyataan ini sudah diterapkan. Pernyataan ini didukung oleh hasil kuesioner yang menunjukkan bahwa sebanyak 14 dari 24 responden memilih jawaban sudah menerapkan. Hal tersebut disebabkan sudah adanya SOP (Standard Operating Procedure) tetapi bersifat tidak tertulis dan hanya didasarkan pada contoh dan arahan dari pemilik dan bukan berdasarkan ketentuan yang dibuat dan ditetapkan secara formal pada unit usaha. Berdasarkan pada pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa IKM belum memiliki kejelasan secara penuh mengenai adanya SOP (Standard Operating Procedure) pada IKM d) Item pernyataan 4: Terdapat pedoman perilaku bagi pegawai
Pada tabel 5.8 perolehan skor untuk item pernyataan 4 sebesar 50 dan dikategorikan menerapkan sebagian. Hal ini berarti bahwa penerapan prinsip akuntabilitas untuk item pernyataan 4 baru diterapkan sebagian. Pernyataan tersebut juga didukung oleh hasil kuesioner yang menunjukkan bahwa sebanyak 14 dari 24 responden memilih jawaban menerapkan sebagian. Hal tersebut dikarenakan
pedoman perilaku bagi karyawan bersifat tidak tertulis dan hanya bersifat lisan dari pemilik salah satu contohnya adalah aturan mengenai jam kerja karyawan. Alasan IKM tidak membuat prdoman perilaku secara tertulis karena pemilik IKM menganggap karyawan sudah memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi sehingga pemilik tidak perlu membuat pedoman perilaku secara tertulis. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan, bahwa IKM belum sepenuhnya memiliki kesadaran dalam hal kejelasan pedoman perilaku bagi pegawai karena pedoman tersebut bersifat tidak tertulis.
e) Item pernyataan 5: Terdapat sistem bonus dan sanksi bagi pegawai Skor untuk item pernyataan 5 yang ditunjukkan pada tabel 5.8 sebesar 57 dan dikategorikan sudah menerapkan yang diartikan bahwa penerapan prinsip akuntabiilitas sudah diterapkan untuk item pernyataan ini. Pada item pernyataan ini terdapat 2 pilihan jawaban yang berkontribusi dalam kategori penerapan prinsip akuntabilitas yaitu menerapkan sebagian besar dan sudah menerapkan. Pernyataan ini didukung oleh hasil kuesioner yang menunjukkan bahwa sebanyak 2 dari 24 responden memilih jawaban menerapkan sebagian besar dan sebanyak 12 dari 24 responden memilih jawaban sudah menerapkan.
Hal tersebut dikarenakan sistem bonus yang diterapkan oleh IKM hanya berlaku untuk saat tertentu, misalnya pada saat hari raya, dan ketika IKM mengalami jumlah order yang banyak. Sanksi yang terdapat dalam IKM bersifat tidak tertulis, sanksi yang diberikan
hanya berupa teguran dari pemilik kepada karyawan, dengan alasan pegawai akan merasa tertekan dan terbebani jika terdapat sanksi secara tertulis sehingga menyebabkan pegawai tersebut keluar atau resign. Selanjutnya, jika karyawan keluar atau resign maka pemilik IKM mengalami kesulitan dalam mencari karyawan baru. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa IKM belum memiliki kejelasan secara penuh terhadap asas akuntabilitas dalam hal pemberian bonus dan sanksi bagi pegawai.
62 3) Prinsip Responsibilitas
Berikut adalah tabel penerapan Good Corporate Governance pada prinsip responsibilitas.
Tabel 5.9
Penerapan Good Corporate Governance Pada Prinsip Responsibilitas
No Pernyataan
Pilihan Jawaban
Total Skor
(C1+C2+C3) Kategori Belum Menerapkan Menerapkan Sebagian Sudah Menerapkan
Jumlah 1 Pelaksanaan kegiatan
usaha sesuai dengan
63 Lanjutan Tabel 5.9
Penerapan Good Corporate Governance Pada Prinsip Responsibilitas
No Pernyataan
No Pernyataan