PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM MENDUKUNG KEBERLANGSUNGAN USAHA
INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
(Studi Kasus pada IKM yang tergabung dalam Koperasi Industri Batur Jaya)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Karina Eka Eridani NIM: 152114069
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2019
i
PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM MENDUKUNG KEBERLANGSUNGAN USAHA
INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
(Studi Kasus pada IKM yang tergabung dalam Koperasi Industri Batur Jaya)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Karina Eka Eridani NIM: 152114069
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2019
ii
iii
iv
PERSEMBAHAN
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap
orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
~ Yohanes 3:16 ~
“Hidupku menggenapi Firman-Mu tanda Mujizat sertai tiap lagkahku, Kau bersamaku di dalam ku. Jadi bukti kebesaran-Mu
-NDC Worship-
Karya ini saya persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus Kedua orang tuaku, Sugeng Praptono dan Endah Tri Nugraheni Seluruh keluarga Besar Sahabat-sabatku tercinta
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTASI
PERNYATAAN KEASLIAAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul:
PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM MENDUKUNG KEBERLANGSUNGAN USAHA
INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
(Studi Kasus pada IKM yang tergabung dalam Koperasi Industri Batur Jaya) Dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 18 Juli 2019 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 31 Juli 2019 Yang membuat pernyataan,
Karina Eka Eridani
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Karina Eka Eridani
Nomor Mahasiswa : 152114069
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM MENDUKUNG KEBERLANGSUNGAN USAHA INDUSTRI KECIL
DAN MENENGAH
(Studi Kasus pada IKM yang tergabung dalam Koperasi Industri Batur Jaya) Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikn secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 31 Juli 2019
Yang menyatakan,
Karina Eka Eridani
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur dan terima kasih kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus, yang senantiasa melimpahkan kasih dan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Darma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar dan mengembangkan kepribadian.
3. Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc, QIA selaku Pembimbing yang telah sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Yohanes Pembaptis Supardiyono selaku Dosen Pembimbing Akademik kelas B
5. Semua Dosen Fakultas Ekonomi yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran kepada penulis selama masa studi.
6. Bpk. H. Affan Susanto dan Bpk Budi Wahyono selaku Manajer dan Wakil Manager Koperasi Industri Batur Jaya yang telah memberikan ijin untuk melakukan penilitian di Koperasi Industri Batur Jaya
7. Seluruh IKM Pengecoran Logam Batur, Ceper yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Kedua orang tuaku yang selalu mendokan dan memberi semangat kepada penulis hingga skripsi ini dapat selesai.
9. Tante Levi yang membantu dan mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini
viii
10. Sahabat-sahabat dan teman-temanku (Rifa, Regina, Atik, Emil, Nora, Mbak Elsa, Mbak Sinta, Mbak Pinta, Mbak Tituk, Mbak Rilis, Siu, Mbak Lia, Buk Wati, Mas Yono, Om Felix , Dek Siti dan teman-teman Banana), atas doa, dukungan dan semangat.
11. Teman-teman mahasiswa/ mahasiswi Program Studi Akuntansi 2015 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, terkhusus teman-teman MPAT (Skripsi Woyo-woyo), yang senantiasa mendukung dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-teman kelas B Akuntansi 2015 yang senantiasa menyemangati dan mendoakan penulis dalam menyeesaikan skripsi ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah mendukung penulis menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengarapkan kritik dan saran. Semiga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 31 Juli 2019
Karina Eka Eridani
ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAAN KARYA TULIS SKRIPSI ... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
ABSTRAK ... xiv
ABSTRACT ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1
B. RUMUSAN MASALAH ... 5
C. TUJUAN PENELITIAN ... 6
D. MANFAAT PENELITIAN ... 6
E. SISTEMATIKA PENULISAN ... 7
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
A. GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) ... 9
1. Definisi Corporate Governance (GG) ... 9
2. Definisi Good Corporate Governance (GCG) ... 9
3. Prinsip- prinsip Good Corporate Governance (GCG) ... 10
4. Manfaat Penerapan Good Corporate Governance (GCG) ... 11
5. Manfaat Penerapan Good Corporate Governance Bagi UKM ... 12
B. KEBERLANGSUNGAN USAHA ... 13
1. Pengertian Keberlangsungan Usaha (Going Concern) ... 13
2. Hubungan Prinsip Good Corporate Governance dengan Keberlangsungan Usaha... 15
x
C. INDUSTRI ... 19
1. Pengertian Industri ... 19
2. Tujuan Penyelenggaraan Industri ... 20
D. INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (IKM) ... 20
1. Pengertian Industri Kecil dan Menengah ... 20
2. Karakteristik Industri Kecil dan Menengah (IKM) ... 22
BAB III METODE PENELITIAN... 25
A. Jenis Penelitian ... 25
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25
1. Tempat Penelitian ... 25
2. Waktu Penelitian ... 25
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 25
1. Subjek Penelitian ... 25
2. Objek Penelitian ... 25
D. Populasi Sasaran ... 26
E. Teknik Pengumpulan Data ... 26
1. Wawancara ... 26
2. Kuesioner ... 27
3. Observasi... 27
F. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 27
G. Sumber Data ... 30
H. Teknik Analisis Data ... 31
BAB IV GAMBARAN UMUM INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH ... 37
A. Latar Belakang Berdirinya Industri Kecil dan Menengah yang diteliti ... 37
B. Lokasi Usaha ... 37
C. Struktur Organisasi ... 38
D. Proses Pengecoran Logam pada IKM... 39
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 43
A. Profil Responden ... 43
1. Nama responden, jabatan dan nama IKM ... 43
2. Jenis Kelamin ... 44
xi
3. Usia ... 45
4. Pendidikan terakhir ... 45
B. Analisis Data dan Pembahasan ... 45
1. Rumusan masalah pertama “ Apakah IKM yang tergabung dengan Koperasi Industri Batur Jaya sudah menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance?” ... 46
2. Rumusan Masalah 2 “Apakah prinsip-prinsip Good Corporate Governance mendukung keberlangsungan usaha pada IKM ?” ... 82
BAB VI PENUTUP ... 90
A. Kesimpulan ... 90
B. Keterbatasan Penelitian ... 90
C. Saran ... 90
1. Saran untuk peneliti selanjutnya ... 90
2. IKM ... 91
3. Koperasi Industri Batur Jaya ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 92
LAMPIRAN ... 94
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Pengukuran Penerapan prinsip GCG ... 30
Tabel 3.2 Skor Penerapan prinsip-prinsip GCG untuk setiap IKM ... 32
Tabel 3.3 Skor Penerapan Setiap Item Prinsip-prinsip GCG ... 34
Tabel 4.1 Alamat Lokasi Industri Kecil dan Menengah ... 37
Tabel 5.1 Nama Responden, Jabatan dan Nama IKM ... 43
Tabel 5.2 Jenis Kelamin Responden ... 44
Tabel 5.3 Usia responden ... 45
Tabel 5.4 Pendidikan terakhir responden ... 45
Tabel 5.5 Skor Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Pada IKM yang tergabung dengan Koperasi Industri Batur Jaya ... 46
Tabel 5.6 Persentase Jumlah IKM dalam Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance ... 47
Tabel 5.7 Penerapan Good Corporate Governance Pada Prinsip Transparansi... 49
Tabel 5.8 Penerapan Good Corporate Governance pada Prinsip Akuntabilitas ... 55
Tabel 5.9 Penerapan Good Corporate Governance Pada Prinsip Responsibilitas ... 62
Tabel 5.10 Penerapan Good Corporate Governance Pada Prinsip Independensi ... 69
Tabel 5.11 Penerapan Good Corporate Governance Pada Aspek Kewajaran dan Kesetaraan ... 75
Tabel 5.12 Skor rata-rata penerapan prinsip Good Corporate Governance ... 81
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I Surat Ijin Penelitian ... 95
Lampiran II Kuesioner ... 97
Lampiran III Data Kuesioner ... 105
Lampiran IV Pertanyaan Wawancara ... 107
xiv ABSTRAK
PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM MENDUKUNG KEBERLANGSUNGAN USAHA
INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
(Studi Kasus Pada IKM yang tergabung dengan Koperasi Industri Batur Jaya)
Karina Eka Eridani NIM:152114069 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2019
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan prinsip Good Corporate Governance (prinsip transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan kewajaran dan kesetaraan) dan untuk mengetahui apakah penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam mendukung keberlangsungan usaha.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada IKM yang tegabung dalam Koperasi Industri Batur Jaya dengan jumlah populasi sasaran 24 IKM. Sumber data yang digunakan adalah data primer dengan kuesioner, wawancara, dan observasi.
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif.
Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa IKM yang tergabung dalam Koperasi Industri Batur Jaya baru menerapkan sebagian prinsip Good Corporate Governance dan hanya 3 prinsip yang mendukung keberlangsungan usaha.
Kata kunci: Prinsip Good Corporate Governance, IKM, keberlangsungan IKM.
xv ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE PRINCIPLES TO SUPPORT THE CONTINUITY OF
SMALL AND MEDIUM INDUSTRIES
(A Case Study at Small and Medium Industries Joined in Koperasi Industri Batur Jaya)
Karina Eka Eridani NIM:152114069 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2019
This research aims to determine the implementation of Good Corporate Governance Principles (transparency, accountability, responsibility, independency and fairness), as well as to analyze the Good Corporate Governance in supporting the continuity of Small and Medium Industries joined at Koperasi Industri Batur Jaya.
The type of this research is a case study on Small and Medium Industries joined at Koperasi Industri Batur Jaya. The targeted population was 24 Small and Medium Industries. The data was collected from questionnaires, interviews, and observations. The data analysis technique used was qualitative descriptive analysis techniques.
The results of this study indicated that Small and Medium Industries joined at Koperasi Industri Batur Jaya applied some of the principles of Good Corporate Governance. Futhermore, there were only 3 principles that support business continuity.
Keywords: Good Corporate Governance Principles, Small and Medium Industries, Continuity of Small and Medium Industries.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi di suatu negara yang diukur dari perbedaan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun tertentu dan tahun sebelumnya. Perekonomian akan mengalami pertumbuhan apabila jumlah total output produksi barang dan penyediaan jasa lebih besar daripada tahun sebelumnya (Ervani, 2004). Hal tersebut dapat dilihat pada tahun 2017 pertumbuhan ekonomi di Indonesia menurut Badan Pengelola Statistik (BPS) mengalami kenaikan sebesar 5,07% dengan Produk Domestik Bruto sebesar Rp13.558,8 triliun. Peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) didukung oleh 5 sektor bisnis yaitu Industri, Konstruksi, Perdagangan, Pertanian, dan lainnya.
Kontribusi sektor industri dalam meningkatkan Produk Domestik Bruto dari tahun 2015-2017 mengalami penurunan. Pada tahun 2015 peran sektor industri sebanyak 0,94%, Pada Tahun 2016 peran sektor industri semakin turun dengan persentase 0,92% dan Tahun 2017 sektor industri mengalami penurunan kembali dengan persentase 0,91%. Dapat dilihat bahwa kondisi Industri di Indonesia lemah dalam kontribusinya meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB).
Menurut Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 64 tahun 2016 Industri dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu Industri kecil, menengah dan besar. Industri kecil merupakan industri yang mempekerjakan
paling banyak 19 orang tenaga kerja dan memiliki Nilai investasi kurang dari Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Industri menengah merupakan industri yang mempekerjakan paling banyak 19 orang tenaga kerja dan memiliki nilai investasi paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) atau mempekerjakan paling sedikit 20 orang tenaga kerja dan memiliki nilai investasi paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah). Industri Besar merupakan industri yang mempekerjakan paling sedikit 20 orang tenaga kerja dan memiliki nilai investasi lebih dari Rp15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah).
Menurut Simatupang, et al. (1994 )dan Kuncoro (1996 ) dalam Ihsannudin (2011) IKM memiliki peranan penting bagi perekonomian indonesia karena dapat mengatasi permasalahan pemerataan dalam distribusi pendapatan antar wilayah, mengurangi pengangguran, pengurangan jumlah kemiskinan, pembangunan ekonomi di pedesaan. Menurut Inhasannudin (2011) sektor industri kecil dan menengah meskipun tidak didukung dengan modal besar namun lebih mampu bertahan disaat menghadapi krisis. Hal ini disebabkan pembiayaan yang kecil, penggunaan bahan baku yang berlimpah dan penggunaan tenaga kerja rumah tangga yang digunakan. Namun demikian, bukan berarti sektor industri kecil dan menengah dapat terhindar dari krisis atau permasalahan dalam menjalankan usahanya.
Dalam penelitian Hidayat dan Herlambang (2009) permasalahan pokok yang dihadapi oleh IKM adalah rendahnya tingkat produktivitas dan kemampuan daya saing dalam memasarkan produknya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas dan daya saing pada IKM, yaitu pengaruh perekonomian global yang tidak mampu diantisipasi secara cepat dan tepat, lemahnya kualitas sumber daya manusia dalam mengelola IKM, kualitas produk yang kalah bersaing, kemampuan daya usaha dalam merebut pasar global rendah, kurangnya memperoleh informasi yang akurat dan memadai, lemahnya permodalan, pemberdayaan usaha yang tidak tepat dan kurang efisien dan lemahnya kebijakan pemerintah yang berpihak pada IKM.
Permasalahan tersebut muncul karena sebagian besar IKM masih menjalankan usahanya secara konvensional dan belum menerapkan serta mengenal prinsip- prinsip Good Corporate Governance.
Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada IKM maka perlu menerapkan prinsip GCG. Menurut Suparwo (2018) salah satu penyebab adanya masalah permodalan adalah bersikap tidak terbuka dalam memberikan informasi kepada publik sehingga menyebabkan para investor atau lembaga keuangan enggan menanamkan modalnya. Prinsip transparansi perlu diterapkan karena dengan bersikap terbuka kepada publik maka IKM akan lebih mudah mendapatkan pendanaan dari investor atau lembaga keuangan.
Selain dapat mengatasi permasalahan pokok pada IKM, penerapan Good Corporate Governance juga akan mendukung keberlangsungan usaha pada IKM. Karena semua IKM tentu menginginkan usahanya terus menerus
berlangsung dan mampu melanjutkan kegiatan usahanya pada masa mendatang, suatu IKM dianggap dapat berlangsung dengan baik jika dilihat dari aspek-aspek penting dalam suatu usaha yaitu permodalan, sumber daya manusia, dan produksi. Keberlangsungan usaha tidak hanya didukung oleh aspek-aspek tersebut namun dengan menerapkan prinsip-prinsip GCG dalam IKM.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip GCG yaitu prinsip transparansi yaitu dengan bersikap terbuka kepada publik maka IKM lebih mudah dalam mendapatkan pendanaan dari para investor atau lembaga keuangan, penerapan penggunaan prinsip akuntabilitas juga membuat otorisasi atau pembagian kerja dalam IKM akan meningkatkan produksi karena tugas, tanggung jawab pada masing-masing karyawan menjadi jelas, penerapan prinsip responsibilitas juga akan mendukung keberlangsungan dalam memperoleh modal karena adanya tanggung jawab dari peminjam modal untuk mengembalikan pinjaman maka hubungan antara pemberi modal dan peminjam terpelihara dengan baik, penerapan prinsip independensi juga mempengaruhi keberlangsungan produksi karena adanya sikap independen dalam hal pengambilan keputusan mengenai pemasok bahan baku akan berpengaruh pada hasil produksi. Penerapan prinsip kewajaran dan kesetaraan juga dapat mendukung keberlangsungan usaha pada IKM karena IKM akan lebih memperhatikan kepentingan karyawan karena karyawan sebagai sumber daya manusia yang menentukan kesuksesan berdirinya suatu perusahaan, menghasilkan nilai tambah bagi perusahaan dan memperlancar produktivitas dan memaksimalkan kinerja.
Koperasi Industri Batur Jaya merupakan sebuah wadah bagi IKM-IKM pengecoran logam di Batur. Dalam Koperasi Industri Batur Jaya terdapat 180 IKM pengecoran logam yang tergabung. Koperasi Industri Batur Jaya merupakan koperasi yang menjadi penghubung antara konsumen dan IKM dalam hal pemesanan barang serta perbaikan mesin. Peran Koperasi Industri Batur Jaya adalah memberikan solusi terhadap permasalahan pada IKM serta membantu IKM dalam hal permodalan. Adapun produk yang dihasilkan oleh IKM-IKM di Batur Jaya antara lain tiang lampu, rel kereta api, mesin pabrik, dan lain-lain.
Penelitian ini penting dilakukan untuk mengatasi permasalahan pokok yang dihadapi oleh IKM yaitu lemahnya permodalan dan mendukung keberlangsungan usaha. Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan kepada IKM mengenai prinsip Good Corporate Governance.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan yang akan dikaji yaitu:
1. Apakah IKM yang tergabung dalam Koperasi Industri Batur Jaya sudah menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance?
2. Apakah prinsip-prinsip Good Corporate Governance mendukung keberlangsungan usaha pada IKM yang tergabung dalam Koperasi Industri Batur Jaya?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada IKM yang tergabung dalam Koperasi Industri Batur Jaya.
2. Untuk mengetahui penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam mendukung keberlangsungan usaha pada IKM yang tergabung dalam Koperasi Industri Batur Jaya.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian yang dilaksanakan, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan dan menambah ilmu pengetahuan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governnace (GCG) yang diterapkan pada IKM.
2. Bagi IKM
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan bagi IKM untuk menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governnace (GCG) sehingga IKM semakin lancar dalam menjalankan usahanya.
3. Bagi Koperasi Industri Batur Jaya
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran kepada Koperasi terkait dengan IKM yang memiliki tata kelola yang baik dan
buruk serta memberikan kemudahan untuk Koperasi dalam melakukan pengawasan bagi IKM yang masih memiliki tata kelola yang buruk.
4. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mampu menambah wawasan mengenai Good Corporate Governance pada IKM dan sebagai salah satu sarana pembelajaran dalam melakukan penelitian ilmiah.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan ini akan dibagi dalam enam bab, dimana setiap bab terdiri dari beberapa sub bab yang merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan, yaitu sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Bab ini membahas mengenai teori-teori yang digunakan sebagai pedoman dalam mengolah dan menganalisa data hasil penelitian yang dilakukan peneliti.
BAB III : Metode Penelitian
Bab ini membahas mengenai jenis penelitian, objek dan subjek penelitian, tempat dan waktu penelitian, jenis dan sumber data,
teknik pengumpulan data, populasi dan sampel, dan teknik analisis data.
BAB IV : Gambaran Umum Objek Penelitian
Bab ini membahas mengenai gambaran umum perusahaan yang diteliti.
BAB V : Analisa Data dan Pembahasan
Bab ini meliuti deskripsi data, analisis data, serta hasil penelitian dan interpretasi.
BAB VI : Penutup
Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan, keterbatasan penelitian, serta saran-saran yang diberikan baik untuk pihak yang akan memanfaatkan hasil penelitian maupun untuk peneliti sendiri.
9 BAB II
LANDASAN TEORI
A. GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) 1. Definisi Corporate Governance (GG)
Menurut Komite Cadburry (1992), Corporate Governance (CG) adalah prinsip mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para shareholder khususnya, dan stakeholder pada umumnya. Menurut OECD (Organization for Economic Corporation and Development, 2004), definisi Corporate Governance (CG) adalah pembagian wewenang bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Corporate Governance (CG) juga menyediakan struktur untuk menetapkan dan mencapai tujuan, serta mengawasi kinerja perusahaan.
2. Definisi Good Corporate Governance (GCG)
Menurut KNKG (2006), good corporate governance adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Ia berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara.
3. Prinsip- prinsip Good Corporate Governance (GCG)
Menurut pedoman umum Good Corporate Governance (GCG) KNKG (2006), 5 prinsip GCG yaitu:
a. Transparansi (Transparancy)
Prinsip transparansi terkait dengan penyediaaan informasi yang material dam relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Penerapan prinsip transparansi dalam IKM diwujudkan dengan adanya sikap terbuka dalam memberikan informasi terkait pola penggajian kepada karyawan, tata tertib dalam IKM.
b. Akuntabilitas (Accountability)
Prinsip akuntabilitas terkait dengan pertanggungjawaban kinerja secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan kepentingan pemangku lain. Penerapan prinsip akuntabilitas dalam IKM diwujudkan dengan adanya arahan dari pemilik mengenai tahapan dalam mengerjakan sesuatu (SOP), adanya penjelasan dari pemilik mengenai tata tertib dalam IKM misalnya mengenai izin, dan jam kerja karyawan.
c. Responsibilitas (Responsibility)
Prinsip responsibilitas terkait dengan patuh terhadap perundang- undangan serta melaksanakan tanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dam mendapat pengakuan sebagai good corporate
citizen.Penerapan prinsip responsibilitas diwujukan oleh IKM dengan pembayaran pajak dan penyampaian SPT yang dilakukan tepat waktu.
d. Independensi (Independency)
Prinsip independensi terkait dengan pengelolaan secara independen sehingga masing-masing organ tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain yang diwujukan dengan tidak adanya campur tangan dari pihak lain dalam menentukan pemasok atau distributor dalam IKM, pemilihan tenaga kerja, penyusunan rencana kerja dan pengambilan keputusan dalam IKM.
e. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Prinsip kewajaran dan kesetaraan terkait dengan pelaksanaan kegiatan, perusahaan harus memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Prinsip kewajaran dan kesetaraan diwujudkan dengan adanya sikap setara dan adil dengan karyawan.
4. Manfaat Penerapan Good Corporate Governance (GCG)
Menurut pedoman umum Good Corporate Governance (GCG) KNKG (2006), manfaat Good Corporate Governance (GCG) yaitu:
a. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, serta kewajaran dan kesetaraan.
b. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat
mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan.
5. Manfaat Penerapan Good Corporate Governance Bagi UKM
Manfaat dari penerapan Good Corporate Governance pada UKM menurut BAPEPAM (2011) dalam jurnal analisis tingkat implementasi GCG pada UKM (2016) adalah mereka para wirausahawan yang tumbuh dari UKM dan menjadi usaha besar. UKM membutuhkan tambahan sumber daya (seperti: keuangan, aset dan teknologi) untuk tumbuh, penerapan prinsip-prinsip GCG akan meningkatkan status bankable dan investable perusahaan tersebut. Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance akan mengurangi masalah berkaitan dengan informasi yang tidak simetris dan membuat UKM lebih bebas resiko dalam sudut pandang investasi menurut Mahmood (2008) dan Shantly dan Elsa (2009) dalam jurnal siasat bisnis (2016)
Dube, Dube and Mishra (2011) dalam jurnal analisis tingkat implementasi GCG pada UKM (2016) berpendapat bahwa manfaat penerapan GCG pada UKM adalah membantu UKM dalam rangka memperbaiki prospek mereka untuk mendapatkan alternatif pendanaan baik dari investor maupun institusi keuangan.
B. KEBERLANGSUNGAN USAHA
1. Pengertian Keberlangsungan Usaha (Going Concern)
Asumsi going concern adalah salah satu asumsi yang dipakai dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas ekonomi. Asumsi ini mengharuskan entitas ekonomi secara operasional dan keuangan memiliki kemampuan mempertahankan kelangsungan hidupnya atau going concern (Purba 2009: 2).
Menurut Handayani (2017) dalam Widayanti, et al. (2007) keberlangsungan usaha merupakan suatu bentuk kondisi usaha di mana didalamnya terdapat cara-cara untuk mempertahankan, mengembangkan, dan melindungi sumber daya serta memenuhi kebutuhan yang ada di dalam suatu usaha (industri), cara-cara yang dipergunakan ini bersumber dari pengalaman sendiri, orang lain, serta berlandaskan pada kondisi atau keadaan ekonomi yang sedang terjadi di dalam dunia usaha sehingga keberlangsungan usaha merupakan baik yang mencakup pertumbuhan, perkembangan, strategi untuk menjaga kelangsungan usaha dan pengembangan usaha dimana semua ini bermuara pada keberlangsungan dan eksistensi (ketahanan) usaha.
Asumsi going concern digunakan apabila suatu perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Keberlangsungan hidup sebuah usaha dinilai dari berbagai macam aspek, namun menurut beberapa ahli keberlangsungan usaha dinilai dari hal-hal seperti berikut:
a. Sumber Daya Manusia
Menurut Retnosari (2017) sumber daya manusia merupakan salah satu unsur atau bagian investasi terbesar dari suatu organisasi terutama bagi organisasi bisnis. Perusahaan tidak akan mungkin dapat berjalan jika sumber daya manusia yang ada tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Untuk itu faktor manusia memegang perananan utama dalam setiap usaha yang dilakukan oleh perusahaan. Dengan kata lain keberhasilan sebuah perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, tidak terlepas dari kualitas manajemen sumber daya manusia yang dimilikinya
b. Modal
Menurut Utari & Dewi (2014) dalam Suparwo, et al (2018:211) modal adalah faktor yang mempunyai peran cukup penting dalam proses produksi, karena modal diperlukan ketika pengusaha hendak mendirikan perusahaan baru atau untuk memperluas usaha yang sudah ada, tanpa modal yang cukup maka akan berpengaruh terhadap kelancaran usaha, sehingga akan mempengaruhi pendapatan yang diperoleh.
c. Produksi
Menurut Assauri (2008: 17) produksi adalah suatu kegiatan atau proses yang mengtransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output) yang berupa barang atau jasa. Adapun aspek yang mendukung keberlangsungan usaha dalam produksi meliputi bahan baku,kualitas barang hasil produksi, dan ketepatan dalam menyelesaikan pesanan.
2. Hubungan Prinsip Good Corporate Governance dengan Keberlangsungan Usaha
a. Hubungan Prinsip Transparansi dan Keberlangsungan Usaha (Sumber Daya Manusia & Permodalan)
1) Prinsip Transparansi dan Sumber Daya Manusia (SDM)
Prinsip transparansi menjelaskan bahwa perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dan dipahami oleh pihak yang berkepentingan KNKG (2006). Pihak yang berkepentingan yang dimaksud salah satunya adalah karyawan atau sumber daya manusia karena merupakan salah satu unsur atau bagian investasi terbesar dari suatu organisasi terutama bagi organisasi bisnis (Retnosari, 2017). Salah satu informasi yang dibutuhkan oleh karyawan adalah gaji, informasi mengenai bonus, tunjangan dan fasilitas-fasilitas karyawan. Dengan bersikap transparan dengan karyawan akan membuat karyawan memperoleh informasi yang jelas dan merasa nyaman dalam bekerja sehingga memiliki loyalitas yang tinggi. Adanya penerapan prinsip transparansi dalam hal penyampaian informasi kepada karyawan menyebabkan loyalitas karyawan tinggi sehingga keberlangsungan usaha akan terus berlanjut.
2) Prinsip Transparansi dan Keberlangsungan Usaha (Permodalan) Prinsip transparansi menjelaskan mengenai keterbukaan yang dianut oleh perusahaan dalam pemberitahuan informasi yang tidak
terbatas pada visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus KNKG (2006). Adanya sikap transparan dalam pemberitahuan informasi melalui penyampaian laporan keuangan dan non keuangan kepada publik dan pemberi modal menyebabkan IKM terhindar dari masalah permodalan dikarenakan mudahnya mendapatkan modal dari para investor atau lembaga keuangan. Selain itu, menurut Utari & Dewi (2014) dalam Suparwo et al (2018) modal adalah faktor yang mempunyai peran cukup penting karena diperlukan ketika pengusaha hendak mendirikan perusahaan atau memperluas usaha. Tanpa modal yang cukup maka akan berpengaruh terhadap kelancaran usaha. Adanya sikap transparan dalam pemberitahuan informasi melalui penyampaian laporan keuangan dan non keuangan kepada publik akan berpengaruh terhadap permodalan sehingga keberlangsungan usaha akan terus berlanjut.
b. Hubungan Prinsip Akuntabilitas dan Keberlangsungan Usaha (Produksi) Prinsip Akuntabilitas menjelaskan bagaimana perusahaan dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar.
Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG KNKG (2006). Menurut Moenir (1987) dalam Fera (2014) Pembagian kerja atau fungsi otorisasi merupakan cara untuk melaksanakan fungsi akuntabilitas dengan baik
dikarenakan dapat memberikan kemudahan bagi seseorang untuk mengerjakan pekerjaannya tanpa harus menunggu perintah, mengetahui batas-batas tanggung jawab dan wewenang, memberikan kemudahan dalam pengawasan, tidak terjadi benturan dalam melakukan pengawasan, dan menjadi tolak ukur pertimbangan dalam penentuan kebutuhan pendidikan bagi karyawan. Dengan melaksanakan fungsi otorisasi atau pembagian kerja maka IKM tersebut akan tepat waktu dalam menyelesaikan pesananan dan menyebabkan proses produksi menjadi lancar. Jika IKM tersebut mampu menyelesaikan pesanan secara tepat waktu maka konsumen merasa puas dan memutuskan untuk menjadi pelanggan tetap. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa IKM mampu mempertahankan keberlangsungan usahanya.
c. Hubungan Prinsip Responsibilitas dan Keberlangsungan Usaha (Permodalan)
Prinsip responsibilitas juga memiliki hubungan dengan pengembalian pinjaman kepada pemberi modal. Adanya tanggung jawab IKM untuk mengembalikan pinjaman secara tepat waktu akan membuat hubungan antara pihak pemberi modal dengan peminjam dapat terpelihara secara berkesinambungan. Salah satu unsur dari pemberian pinjaman adalah kepercayaan pemberi modal kepada peminjam dalam pengembalian pinjaman secara tepat waktu, jika tidak tepat waktu dalam pengembalian pinjaman maka pemberi modal akan memberikan denda berupa bunga dan tidak akan memberikan pinjaman. Jika IKM mampu mengembalikan
pinjaman kepada pemberi modal maka IKM tersebut bisa mempertahankan, dan melindungi sumber daya yang ada didalam usahanya. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa IKM mampu mempertahankan keberlangsungan usahanya.
d. Prinsip Independensi dan Keberlangsungan Usaha (Produksi)
Prinsip Independensi menjelaskan bahwa masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh dengan pihak lain KNKG (2006). Pemilik IKM juga harus menghindari adanya dominasi dari pihak tertentu yang menyebabkan pengambilan keputusan tidak berjalan dengan baik. Salah satu contohnya adalah dalam pengambilan keputusan mengenai pemilihan pemasok bahan baku karena pemilihan bahan baku harus cermat karena akan mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Jika kualitas produk yang dihasilkan baik maka loyalitas konsumen terhadap perusahaan semakin meningkat. Menurut Stevenson dalam Sihombing (2017) manfaat jika perusahaan memiliki produk yang baik adalah naiknya reputasi perusahaan, kemampuan menentukan harga premium, peningkatan marketshare, loyalitas konsumen yang kuat, biaya liability yang lebih kecil, masalah produksi yang lebih sedikit, meningkatnya produksi, komplain yang lebih sedikit dari knsumen, biaya produksi yang kecil, dan keuntungan yang lebih tinggi. Hal ini dapat dimaknai bahwa jika IKM dapat menghasilkan produk yang baik maka IKM tersebut mampu mempertahankan keberlangsungan usaha.
e. Hubungan Prinsip Kewajaran dan Kesetaraan & Keberlangsungan Usaha (Sumber Daya Manusia)
Prinsip Kewajaran dan kesetaraan menjelaskan bahwa perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pihak-pihak yang terkait dalam bisnis KNKG (2006). Kepentingan yang dimaksud adalah kepentingan para karyawan karena sumber daya manusia merupakan salah satu unsur atau bagian investasi terbesar dari suatu organisasi terutama bagi organisasi bisnis (Retnosari, 2017). Selain itu karyawan dianggap penting karena dapat menentukan kesuksesan berdirinya suatu perusahaan, menghasilkan nilai tambah bagi perusahaan dalam membantu memperlancar produktivitas dan memaksimalkan kinerja, apabila karyawan tidak bekerja secara produktif dan efisien maka menjadi faktor penghambat untuk perusahaan. Karena peran karyawan sangat penting bagi perusahaan maka IKM harus memberikan perlakuan yang setara juga adil dalam hal penggajian dan perlakuan karena karyawan merasa dihargai ketika mendapat perlakuan secara adil dan karyawan menjadi nyaman sehingga loyalitas kepada perusahaan tinggi.
Adanya prinsip kewajaran dan setaraan dalam pemberian gaji karyawan yang berasal dari anggota keluarga dan non keluarga mempengaruhi loyalitas karyawan dalam IKM sehingga keberlangsungan usaha akan terus berlanjut.
C. INDUSTRI
1. Pengertian Industri
Industri adalah seluruh bentuk ekonomi yang mengolah bahan baku dan / atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menhasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau mafaat lebih tinggi, termasuk jasa industri (UU RI NO 3 TH 2014).
2. Tujuan Penyelenggaraan Industri
Berdasarkan pada UU RI NO 3 TH 2014, terdapat beberapa tujuan penyelenggaraan industri yang meliputi:
a. Mewujudkan Industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasional;
b. Mewujudkan kedalaman dan kekuatam struktur Industri;
c. Mewujudkan Industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta Industri Hijau;
d. Mewujudkan kepastian berusaha dan perluasan kesempatan kerja;
e. Membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;
f. Mewujudkan pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional; dan g. Meningkatkan kemakmuran dan kesejateraan masyarakat serta
berkeadilan.
D. INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (IKM) 1. Pengertian Industri Kecil dan Menengah
a. Badan Pusat Statistik (BPS)
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan Industri Kecil dan Menengah (IKM) sebagai berikut:
1) Industri Rumah Tangga, yaitu suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seseorang atau lebih yang bertanggungjawab atas usaha, yang memiliki tenaga kerja sebanyak 1-4 orang.
2) Industri Kecil, yaitu suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seseorang atau lebih yang bertanggungjawab atas usaha, yang memiliki tenaga kerja sebanyak 5-19 orang.
3) Industri Sedang, yaitu suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seseorang atau lebih yang bertanggungjawab atas usaha, yang memiliki tenaga kerja sebanyak 20- 99 orang.
4) Industri Besar, yaitu suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan
administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seseorang atau lebih yang bertanggungjawab atas usaha, yang memiliki tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih.
b. Menurut Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 64 tahun 2016 pasal 3, 4 dan 5. Industri dikelompokkan dalam kategori berikut:
1) Industri Kecil, merupakan industri yang mempekerjakan paling banyak 19 orang tenaga kerja dan memiliki Nilai investasi kurang dari Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Tanah dan bangunan yang dimaksud merupakan tanah dan bangunan yang lokasinya menjadi satu dengan lokasi tempat tinggal pemilik usaha.
2) Industri Menengah, merupakan industri yang mempekerjakan paling banyak 19 orang tenaga kerja dan memiliki Nilai investasi paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) atau mempekerjakan paling sedikit 20 orang tenaga kerja dan memiliki Nilai investasi paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah).
3) Industri Besar, merupakan industri yang mempekerjakan paling sedikit 20 orang tenaga kerja dan memiliki Nilai investasi lebih dari Rp15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah).
2. Karakteristik Industri Kecil dan Menengah (IKM)
Karakteristik Industri kecil dan menengah menurut Kuncoro (2008) dalam Ihsannudin (2011) yaitu:
a. Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan operasi
b. Rendahnya akses terhadap lembaga – lembaga kredit.
c. Belum memiliki status badan hukum.
Industri kecil dan menengah banyak bergerak di kelompok usaha makanan, minuman, dan tembakau; industri galian bukan logam; industri tekstil; dan industri kayu, rotan dan sejenisnya.
E. PENELITIAN TERDAHULU
1. Penelitian yang dilakukan oleh Cahya (2017) yang berjudul “PENERAPAN ASAS GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI FAKTOR KEBERLANGSUNGAN UMKM STUDI KASUS PADA ASOSIASI BATIK MUKTI MANUNGGAL DI SLEMAN” menunjukkan bahwa secara keselurugan mencapai presentase yang tinggi yang terdapat pada asas kesetaraan dan kewajaran dan tingkat penerapan yang paling rendah adalah asas independensi. Penerapan asas GCG yang dilakukan di UMKM batik di Asosiasi Batik Manunggal sebagian besar tidak mendukung keberlangsungan UMKM.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Maskur (2012) yang berjudul “ANALISIS PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) di USAHA KECIL dan MENENGAH STUDI KASUS PADA MITRA BINAAN UNITPKBL PT TASPEN (PERSERO)” menunjukkan bahwa sebagian besar UMKM telah menerapkan Good Corporate Governance dengan kategori baik.
25 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukakan adalah dalam bentuk penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus berfokus pada pengumpulan informasi terkait objek tertentu, acara atau kegiatan, seperti pada unit atau organisasi bisnis tertentu (Sekaran, 2017:118)
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada Industri Kecil dan Menengah Dukuh Batur, Kelurahan Tegalrejo, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini akan mulai dilakukan pada bulan Febuari 2019 hingga bulan April 2019.
C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah pemilik atau karyawan untuk masing- masing IKM yang tergabung dalam Koperasi Indusri Batur Jaya.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah prinsip Good Corporate Governance (GCG) dan keberlangsungan usaha pada IKM.
D. Populasi Sasaran
Populasi dalam penelitian ini adalah pemilik atau karyawan IKM. Dalam penelitian ini IKM yang dipilih menggunakan teknik sampling kemudahan (Convenience sampling). Sampling kemudahan (Convenience sampling) merupakan pengambilan sampel dilakukan dengan pertimbangan kemudahan dalam mendapatkan informasi (Nuryaman, 2015: 110). Pengambilan sampel ditentukan oleh Koperasi Industri Batur Jaya karena lebih mengetahui IKM mana yang memiliki potensi untuk memberikan informasi dengan mudah kepada peneliti. Koperasi Industri Batur Jaya adalah koperasi yang beranggotakan IKM-IKM dalam bidang pengecoran logam. Koperasi memiliki peran yang sangat besar kepada IKM-IKM di Batur karena koperasi sebagai salah satu perantara antara konsumen dan IKM dalam kegiatan penjualan dan pembelian, membantu IKM dalam memecahkan permasalahan seperti kesulitan bahan baku dan permodalan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Teknik wawancara yang dilakukan adalah teknik pengumpulan data melalui dialog secara langsung atau tatap muka secara langsung dengan pemilik atau karyawan IKM di Batur Klaten. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara bertujuan untuk mendapatkan beberapa informasi sebagai berikut:
a. Gambaran Umum IKM (sejarah usaha, lokasi, struktur organisasi, jumlah karyawan, pembagian tugas untuk masing-masing karyawan, pemasok, konsumen, proses penggajian, pendanaan, pemasaran).
b. Profil responden (nama responden, pendidikan terakhir, jabatan, lama bekerja).
c. Penerapan asas GCG dalam aktivitas pada IKM (transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, kewajaran dan kesetaraan).
d. Keberlangsungan usaha (permodalan, produksi dan sumber daya manusia).
2. Kuesioner
Kuesioner penelitian ini disebarkan kepada pemilik atau karyawan IKM.
Kuesioner dalam penelitian ini berisi pertanyaan yang berkaitan dengan penerapan prinsip GCG pada IKM.
3. Observasi
Observasi dalam penelitian ini dilakukan di tempat produksi dengan melihat proses produksi dan tahapan-tahapan dalam proses produksi dalam Industri tersebut.
F. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel di dalam penelitian ini terbagi atas 2 yaitu prinsip-prinsip Good Corporate Governance (KNKG, 2006).
1. Variabel pertama dari penelitian ini diukur berdasarkan prinsip-prinsip yang terdapat di dalam Good Corporate Governance (KNKG, 2006). Kuesioner
pada penelitian ini bersumber dari thesis yang ditulis oleh Maskur (2012), yaitu:
a. Transparansi
Perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.
b. Akuntabilitas
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemangku kepentingan.
c. Responsibilitas
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
d. Independensi
Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
e. Kewajaran dan Kesetaraan
Perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
Variabel ini akan akan diukur dengan hasil wawancara dan kuesioner yang diperoleh peneliti selama melakukan penelitian. Wawancara yang dilakukan meliputi pertanyaan-pertanyaan yang dihubungkan dengan prinsip Good Corporate Governance dan ditujukkan kepada pemilik atau karyawan dalam IKM. Wawancara tersebut bertujuan untuk mendapatkan informasi secara mendalam terkait dengan penerapan prinsip GCG yang diajukan melalui kuesioner. Kuesioner yang diajukan berbentuk daftar checklist mengenai penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG).
Kuesioner tersebut terdiri dari 22 pernyataan yang bersumber dari thesis yang berjudul analisis pelaksanaan Good Corporate Governance di UMKM oleh Maskur (2012). Kuesioner tersebut akan dihubungkan dengan masing- masing asas GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, kewajaran dan kesetaraan.
Berikut ini merupakan bobot nilai untuk setiap alternatif jawaban serta tabel keterangan jawabannya:
a. Sudah Menerapkan (SM) berbobot nilai 3 b. Menerapkan Sebagian (MS) berbobot nilai 2 c. Belum Menerapkan (BM) berbobot nilai 1
Tabel 3.1
Pengukuran Penerapan prinsip GCG
2. Variabel kedua yaitu keberlangsungan usaha pada IKM akan diukur dengan wawancara. Wawancara akan dilakukan dengan karyawan atau pemilik IKM mengenai prinsip GCG dan keberlangsungan usaha. Keberlangsungan usaha dinilai dari berbagai macam aspek, namun menurut beberapa ahli keberlangsungan usaha dinilai dari hal-hal seperti berikut:
a. Permodalan
Permodalan diukur berdasarkan sikap transparansi yang dimiliki oleh IKM dalam melaporkan laporan keuangan dan non keuangan kepada pemberi modal dan ketepatan waktu IKM dalam mengembalikan pinjaman kepada pemberi modal.
b. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber Daya Manusia diukur dengan loyalitas karyawan dalam suatu IKM.
c. Produksi
Produksi diukur dengan ketepatan dalam menyelesaikan pesanan dan kualitas dari produk yang dihasilkan.
G. Sumber Data
Jawaban Keterangan
Sudah Menerapkan
IKM sudah menerapkan sepenuhnya prinsip GCG dalam menjalankan usahanya
Menerapkan Sebagian IKM baru menerapkan sebagian prinsip GCG dalam menjalankan usahanya Belum Menerapkan IKM belum menerapkan prinsip GCG
dalam menjalankan usahanya
Sumber data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah data primer.
Perolehan data primer akan dilakukan dengan kuesioner, wawancara.
Kuesioner dan wawancara dilakukan terkait dengan penelitian yaitu penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam mendukung keberlangsungan dalam lingkup IKM yang tergabung dengan Koperasi Industri Batur Jaya.
H. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif.
1. Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama, “Apakah IKM yang tergabung dalam Koperasi Industri Batur Jaya sudah menerapkan prinsip- prinsip Good Corporate Governance?” yaitu dengan langkah-langkah seperti berikut:
a. Menentukan rentang skor tertinggi dan terendah penerapan prinsip- prinsip Good Corporate Governance untuk setiap IKM dengan rumus:
Skor terendah = Jumlah item pernyataan (22) x bobot nilai terendah (1) Skor tertinggi = Jumlah item pernyataan (22) x bobot nilai tertinggi (3) Jadi, dalam penelitian ini skor tertinggi adalah 66 dan skor terendah adalah 22.
b. Menentukan rentang skala penerapan prinsip Good Corporate Governance untuk setiap IKM dengan rumus:
Rentang Skala = Skor tertinggi−Skor terendah 3
Rentang Skala =66−22 3
Rentang Skala = 44
3
=
14,67c. Menentukan rentang skor penerapan prinsip GCG untuk setiap IKM Tabel 3.2
Skor Penerapan Prinsip-prinsip GCG untuk setiap IKM
Skor Kategori
51,34-66 Sudah Menerapkan
36,67-51,33 Menerapkan Sebagian
22-36,66 Belum Menerapkan
d. Menghitung skor penerapan prinsip-prinsip GCG untuk setiap IKM yang diperoleh melalui kuesioner dengan pilihan jawaban belum menerapkan diberikan skor 1, menerapkan sebagian diberi skor 2, sudah menerapkan diberi skor 3.
e. Menghitung skor rata-rata jawaban penerapan prinsip-prinsip GCG secara keseluruhan untuk setiap IKM, dengan rumus:
Jumlah masing − masing skor setiap IKM Jumlah IKM
f. Melakukan analisis dengan melihat rata-rata jawaban dan skor penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance untuk setiap IKM yang akan disesuaikan atau dicocokkan dengan kategori penerapan prinsip- prinsip GCG (lihat tabel 3.2).
g. Setelah melakukan analisis dan penghitungan skor untuk setiap IKM maka langkah selanjutnya adalah menentukan rentang skala
penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance untuk setiap item pernyataan dengan rumus :
Rentang Skala = n(m−1)
m (Umar, Husein, 2007:164) Dimana:
n = jumlah sampel
dalam penelitian ini diketahui jumlah sampel (n) = 24 dan jumlah alternatif jawaban tiap item (m) = 3 maka rentang skala yang digunakan adalah:
Rentang Skala = 24(3−1)
3 = 16
h. Menentukan skor tertinggi dan terendah penerapan Good Corporate Governance untuk setiap item pernyataan dengan rumus :
Skor terendah = Jumlah sampel (24) x bobot nilai terendah (1) Skor tertinggi = Jumlah sampel (24) x bobot nilai tertinggi (3)
Jadi, dalam penelitian ini skor terendah adalah 24 dan skor tertinggi adalah 72.
i. Menentukan rentang skor penerapan setiap item pernyataan prinsip- prinsip GCG.
Tabel 3.3
Skor Penerapan Setiap Item Pernyataan Prinsip-prinsip GCG
Skor Kategori
56,01-72 Sudah Menerapkan Sebagian Besar
40,01-56,00 Menerapkan Sebagian
24- 40,00 Belum Menerapkan
j. Menghitung total skor penerapan GCG untuk setiap alternatif jawaban dengan rumus:
Total skor untuk setiap alternatif jawaban = Jumlah responden x Bobot nilai untuk masing-masing alternatif jawaban.
Untuk pilihan jawaban belum menerapkan memiliki bobot nilai 1, menerapkan sebagian memiliki bobot nilai 2, sudah menerapkan memiliki bobot nilai 3.
k. Menghitung total skor untuk setiap item pernyataan dengan cara menjumlahkan total skor yang didapatkan berdasarkan tiap alternatif jawaban
l. Menghitung rata-rata skor penerapan setiap prinsip GCG dengan rumus:
Total Skor Setiap Item Pernyataan Jumlah Pernyataan Pada Setiap Prinsip GCG
m. Melakukan analisis untuk setiap item pernyataan penerapan GCG dengan cara melihat total skor setiap item pernyataan kemudian dicocokkan dengan kategori penerapan setiap item pernyataan prinsip-prinsip GCG (lihat tabel 3.3)
n. Mendeskripsikan hasil analisis dari perhitungan skor dan kategori penerepan setiap item pernyataan prinsip GCGuntuk seluruh responden yang diperoleh dari hasil perhitungan kuesioner dan data hasil wawancara.
o. Melakukan penilaian secara keseluruhan penerapan prinsip-prinsip GCG berdasarkan hasil rata-rata skor yang sudah diperoleh setiap prinsip.
p. Menganalisis dan mendeskripsikan kategori penerapan GCG yang diperoleh dari rata-rata skor penerapan kelima prinsip GCG.
q. Melakukan penarikan kesimpulan dengan melihat skor tertinggi dan terendah berdasarkan rata –rata skor yang sudah diperoleh setiap prinsip.
2. Untuk menjawab permasalahan kedua “Apakah prinsip Good Corporate Governance mendukung keberlangsungan usaha pada IKM yang tergabung dalam Koperasi Industri Batur Jaya?” yaitu dengan langkah-langkah seperti berikut:
a. Melakukan wawancara dengan karyawan atau pemilik IKM di Batur, Klaten. Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui apakah penerapan GCG mendukung keberlangsungan usaha pada IKM yang tergabung dalam Koperasi Industri Batur Jaya.
Pertanyaan yang diberikan berkaitan dengan prinsip-prinsip GCG (transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, keadilan dan kesetaraan) yang mendukung keberlangsungan usaha (permodalan, sumber daya manusia, dan produksi).
b. Melakukan analisis dengan menilai hasil wawancara terkait prinsip GCG dengan keberlangsungan usaha dan kuesioner penerapan prinsip GCG yang sudah didapatkan. Analisis dilakukan dengan mengambil 1 contoh item pernyataan dari masing-masing prinsip GCG dalam kuesioner yang berhubungan dengan aspek keberlangsungan usaha. Data hasil
wawancara dipergunakan untuk melihat apakah dengan prinsip GCG mendukung keberlangsungan usaha pada IKM dan data kuesioner digunakan untuk melihat kategori penerapan GCG.
c. Melakukan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis dengan judgement mendukung dan tidak mendukung keberlangsungan usaha.
Prinsip Good Corporate Governance dikatakan mendukung keberlangsu ngan usaha jika memiliki hubungan yang searah yaitu ketika tingkat penerapan GCG tinggi dan keberlangsungan usaha tinggi, tingkat penerapan GCG rendah dan keberlangsungan usaha juga rendah. Prinsip GCG dikatakan tidak mendukung keberlangsungan ketika tingkat penerapan GCG tinggi dan keberlangsungan usaha rendah begitupun sebaliknya.
37 BAB IV
GAMBARAN UMUM INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
A. Latar Belakang Berdirinya Industri Kecil dan Menengah yang diteliti Berdirinya puluhan Industri Kecil dan Menengah dalam dunia bisnis dikarenakan pengaruh lingkungan yang merupakan kawasan industri pengecoran logam. Bisnis pengecoran logam merupakan bisnis yang menjanjikan karena memberikan keuntungan yang besar. Selain itu, keluarga juga dapat berpengaruh dalam kehadiran Industri Kecil dan Menengah dikarenakan oleh adanya pendidikan dini mengenai dunia industri pengecoran logam yang merupakan usaha turun temurun keluarganya kepada anak dan cucunya, sehingga dapat memperluas kawasan industri pengecoran logam.
B. Lokasi Usaha
Lokasi Industri Kecil dan Menengah yang diteliti tersebar pada satu kecamatan dan beberapa desa. Berikut adalah tabel alamat lokasi usaha Industri Kecil dan Menengah yang diteliti:
Tabel 4.1 Alamat Lokasi Industri Kecil dan Menengah
No Nama IKM Alamat
1 UD.Tridodo Jaya Jl. Raya Batur, Tegalrejo, Kec. Ceper, Klaten 2 CV.Aneka Metal
Industri Jl. Infitex No 11 Bakalan, Ceper, Klaten 3 PT.Bahama Lasakka Batur, Tegalrejo, Ceper, Klaten
4 CV.Putra Sari Logam Batur Baru RT 01/ RW 01 Tegalrejo,Ceper, Klaten
5 Indah Karya Jl. Raya Batur, Tegalrejo, Kec. Ceper, Klaten 6 CV.Okabawes Jl. Raya Jeblogan-Infitex Ceper,Klaten 7 Adi Jaya Mandiri Jl. Raya Batur, Tegalrejo, Kec. Ceper, Klaten 8 UD.Multi Karya
Logam Jl. Raya Batur, Tegalrejo, Kec. Ceper, Klaten
Lanjutan Tabel 4.1 Alamat Lokasi Industri Kecil dan Menengah
No Nama IKM Alamat
9 Makmur Batur, Tegalrejo, Ceper, Klaten 10 Sinar Baja Bakalan, Ceper, Klaten
11 Sahabat Teknik Jl. Raya Batur, Tegalrejo, Kec. Ceper, Klaten 12 Tosana Karya Batur, Tegalrejo, Ceper, Klaten
13 Wijaya Makmur Tegalsari, RT 39/ RW. 16, Ngawonggo, Ceper, Klaten
14 CV.Dlimas Logam
Jaya Jl. Karangwuni-Pedan KM 2, Dlimas, Ceper, Klaten
15 Pasir Emas Bakalan, Ceper, Klaten
16 Tunas Logam Jaya Batur Ceper, Tegalrejo, Ceper, Klaten 17 CV.Sudirman Batur Ceper, Tegalrejo, Ceper, Klaten
18 Adhi Mulya Jl. Raya Batur, Tegalrejo, Kec. Ceper, Klaten 19 CV.Jaya Warsa Gebang, Lemahireng, Pedan, Klaten
20 Bintang Jaya
Utama Jl. Raya Batur, Jeblogan, Ceper, Klaten 21 CV.Sinar Abadi
Logam Bakalan, Ceper, Klaten 22 CV.Mitra Karya
Utama Jl.Raya Batur, Jeblogan, Ceper, Klaten 23 PT.Aneka Adhi
Karya Logam
Jl. Raya Batur Ceper, Batur, Tegalrejo, Ceper, Klaten
24 Munaborru Batur, Tegalrejo, Ceper, Klaten Sumber: Data Diolah, 2019
C. Struktur Organisasi
Sebagian besar IKM yang diteliti tidak memiliki struktur organisasi secara resmi dan tertulis. Akan tetapi, struktur organisasi dalam IKM hanya bersifat sederhana. Bagian-bagian tersebut, yaitu pemilik dan/atau manager yang membawahi semua karyawan yang bekerja pada IKM tersebut.
D. Proses Pengecoran Logam pada IKM 1. Persiapan awal
Proses persiapan awal untuk melakukan pengecoran logam adalah mempersiapkan media untuk membuat cetakan yaitu pasir, tidak semua pasir bisa digunakan untuk membuat cetakan, hanya pasir yang memiliki kriteria-kriteria khusus yang dapat digunakan untuk membuat cetakan.
Adapun kriteria-kriteria khusus pasir yang dapat digunakan untuk membuat cetakan dalam pengecoran logam adalah:
a. Memiliki sifat mampu membuat bentuk sehingga mudah dalam pembuatan cetakan dengan kekuatan yang cocok sehingga tidak rusak jika dipindah-pindah letaknya dan mampu menahan logam cair saat di tuang ke rongga cetak.
b. Permeabilitas pasir yang cocok. permeabilitas berhubungan erat dengan keadaan permukaan coran. Pada prinsipnya, permeabilitas akan menentukan seberapa besar gas-gas dari cetakan atau logam cair mampu melepaskan diri selama waktu penuangan. Nilai permeabilitas yang rendah menyebabkan kulit coran lebih halus dan terjadilah gelembung udara terperangkap di dalam cetakan yang akan menghasilkan cacat permukaan pada coran.
c. Tahan terhadap temperatur logam cair selama penuangan, pasir dan bahan pengikat harus tahan api sehingga dinding dalam cetakan tidak rontok selama penuangan logam cair.
d. Memiliki kemampuan hancur yang baik, pada saat pembongkaran cetakan lebih mudah pasir tersebut hancur. Ketika media untuk percetakan sudah siap masukkan cetakan atau matress kedalam pasir lalu timbun matres tersebut kedalam pasir lalu dibuat rongga pada pasir tersebut, tujuan pembuatan rongga tersebut untuk memasukkan cairan logam kedalam cetakan.
2. Proses Pengecoran
Siapkan tungku dan bahan baku untuk pengecoran, peroses pemanasan tungku kurang lebih 3 jam, setelah tungku panas masukkan bahan baku kedalam tungku. Proses peleburan bahan baku kurang lebih 5 jam tergantung dari keras atau lunaknya bahan baku.
3. Proses Pencetakan
Setalah logam leleh secara sempurna langkah selanjutnya adalah penuangan logam cair kedalam cetakan dengan cara memasukkan logam cair ke dalam rongga atau lubang pada pasir tersebut.
4. Proses Pembongkaran Cetakan
Setelah logam cair dituang kedalam cetakan proses selanjutnya adalah pembongkaran cetakan. Proses pembongkaran cetakan dilakukan 1 hari setelah proses penuangan, hal ini bertujuan agar proses pemadatan sempurna.
5. Proses Pembersihan atau Shot Blast
Shot blast merupakan metode yang digunakan untuk membersihkan, memperkuat dan memoles logam, metode shot blas digunakan untuk
membersihkan pasir yang menempel pada benda cor.
6. Proses Pembubutan
Proses pembubutan adalah proses penyesuaian hasil cor dengan ukuran atau standar dari sebuah produk menggunakan mesin bubut. Proses pembubutan ini bertujuan untuk membuang kelebihan logam seperti sirip stau bagian yang menonjol pada bagian luar maupun di dalam rongga.
7. Proses Gerinda
Proses pengerindaan dilakuan ketika tidak ada mesin bubut yang cocok dengan bentuk coran, proses pengerindaan memiliki tujuan yang sama dengan proses pembubutan. Proses gerinda mengarah ke proses menghaluskan permukaan logam.
8. Proses Pengeboran
Untuk menghasilkan motif tertentu atau lubang maka dibutuhkan proses pengeboran, proses pengeboran ini dilakukan berdasarkan jenis produk yang dipesan.
9. Proses Pengelasan
Pengelasan dilakukam untuk menambal logam yang berlubang, cacat dan menyambung bagian yang patah.
10. Proses Pendempulan
Proses pendempulan bertujuan untuk memperbaiki bagian yang berongga- rongga kecil, yang nantinya bisa tertutupi agar permukaanya halus.
11. Proses Pengecatan
Proses pengecatan biasaya digunakan untuk memperbaiki atau melapisi benda
coran dari karat atau korosi.
12. Proses Pengepakan Barang
Ketika produk sudah jadi maka produk tersebut dapat dikirim ke konsumen.
43 BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Profil Responden
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 24 responden dari 30 responden yang dikirimi kuesioner dikarenakan tidak bersedia untuk menjadi responden. Pemilihan populasi sasaran IKM ditentukan oleh Koperasi Industri Batur Jaya, karena pihak Koperasi lebih mengetahui IKM yang memiliki potensi dalam memberikan kemudahan dalam memberikan informasi penelitian ini. Responden yang dipilih adalah pemilik IKM atau karyawan dalam IKM. Profil responden akan dipaparkan ke dalam beberapa poin, yaitu:
1. Nama responden, jabatan dan nama IKM
Berikut adalah tabel nama responden, jabatan dan nama IKM Tabel 5.1
Nama responden, jabatan dan nama IKM
Lanjutan Tabel 5.1
Nama responden, jabatan dan nama IKM
No Nama Responden Jabatan Nama IKM
1 Gian Gusdiyansyah Ramadani Manager CV. Mitra Karya Utama 2 Angga Pradifta pemilik CV. Sinar Abadi Logam
3 Didik Ahmadi Pemilik UD.Bintang Jaya Utama
Logam
4 Sumiyat Syamsyudin Pemilik Pasir Emas
5 Sri Hartuti Pemilik Tunas Logam Jaya
6 H.Sudirman Pemilik CV.Sudirman
7 Muh.Sangidu Pemilik Adhi Mulya
8 Hartanto Muslim Pemilik Sinar Baja
9 H.Muqorobin Pemilik Makmur
10 M.Zainal Pemilik UD.Multi Karya Logam
11 Agus Mustofa Fanani Pemilik Adi Jaya Mandiri 12 Desy Ita Suryani Marketing CV.Okabawes
13 H.A.Y. Sugiyono Pemilik Indah Karya