• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Pengekspresian Isi Hati Para Seniman Jalanan Melalui Kegiatan Seni Jalanan di Jl Adam Malik

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Proses Pengekspresian Isi Hati Para Seniman Jalanan Melalui Kegiatan Seni Jalanan di Jl Adam Malik

a. Awal Mengenal Seni Jalanan

Sebagian informan mengaku mereka mengenal seni jalanan merupakan satu istilah yang cukup familiar dikenal sejak lama, sebab media ekspresi seni jalanan

berada di ruang publik, sehingga masyarakat umum dapat melihat dan mengenali hasil dari kegiatan seni jalanan.

Menurut SmaneTwo, dia mengenal seni seni jalanan sejak duduk di bangku SD. Ketertarikannya tersebut sehingga membawa dirinya terjun menjadi seorang seniman jalanan ketika duduk di bangku kelas 2 SMP. Begitu pun dengan Soul14, dan Kombet, yang menurut mereka adanya ketertarikan diri untuk terjun kedunia seni jalanan. Ada yang mengenalkan mereka dengan seni jalanan tersebut, baik dari individu lain dalam hal ini seniman jalanan, maupun dari muatan informasi yang berkembang.

Seperti yang diungkapakn oleh SmanTwo :

“Aku pernah pertama tahu seni jalanan itu bang pas aku masih SD, kelas berapa lupa aku. Keren-keren sih waktu aku ngeliat, baru itu coba gambar-gambar di kertas barulah aku buat di dinding. Karya pertama aku itu kalau ga salah pas aku kelas 2 SMP.”

Beragam awal mula para informan mengenal kesenian jalanan, ada yang sejak duduk di bangku sekolah, kuliah, dan ada pula yang mengenalnya melalui media- media visual.

b. Alasan Ketertarikan Terhadap Seni Jalanan

Menurut Kombet, seni jalanan merupakan hal unik yang menggambarkan kebebasan dalam berekspresi, sebagai media untuk mengekspresikan ide, pikiran, padangan , dan ego diri. Hal tersebut yang membawa mereka untuk terjun menjadi bomber, selain hasrat jiwa muda yang penuh dengan tantangan dan hal yang baru, graffiti pun memberikan kepuasan tersendiri kepada pembuatnya, sehingga memacu diri untuk berkarya dan berbuat lebih baik.

Para seniman mengaku mereka tertarik untuk terlibat dalam kegiatan seni jalanan karena ada satu nilai hasil kepuasan tersendiri dalam melakuakan kegiatan street art. Disamping itu pula para seniman termotivasi untuk bersaing secara sehat dengan para seniman yang lainnya, dengan membuat karya.

Seperti yang dikatan Soul14 :

“Saya tertarik dengan seni ini karena saya bisa eksis, bisa berekspresi, bisa menambah teman, menambah pengetahuan, pokoknya banyak sekali manfaat yang didapat melalui seni jalanan ini. Dengan seni ini juga kita bisa menyindir para pakar hukum, jadi secara tidak langsung aku bisa menyampaikan aspirasi terhadap pemerintah”.

Hal tersebut berkaitan dengan bagian dari interaksi simbolik yaitu self, dimana ketertarikan terhadap seni graffiti ini hanya ada pada dorongan dan keinginan dirinya masing-masing, tidak memaksa juga tidak dipaksakan. Dalam konsep diri ini, teori

interaksi simbolik menekankan pada pengembangan konsep diri melalui individu tersebut secara aktif, didasarkan pada interaksi sosial dengan orang lainnya. Konsep diri ini memiliki dua asumsi tambahan menurut LaRossan & Reitzes antara lain individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain, dan konsep diri membentuk motif yang penting untuk perilaku. Dalam hal ini para seniman menjadi komunikator dalam menyampaikan pesan yang adalah karya seni terhadapa masyarakat.

Self juga berarti menemukan diri sendiri, yang mengartikan bahwa setiap bomber telah menemukan tempatnya untuk mengeksplorasi diri, pandangan dan pikirian mereka yang di aplikasikan dalam sebuah karya graffiti, dan terorganisir oleh kelompok masing-masing sehingga lebih mengukuhkan bahwa dunia mereka itu ada.

c. Seni Jalanan Sebagai Satu Bentuk Pengekspresian Isi Hati Secara Non Verbal dan Verbal

Seni jalanan merupakan seni yang menggunakan simbolik, dimana seni ini mengandung komunikasi pada masyarakat. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Litlejohn bahwa interaksi simbolik mengandung inti dasar premis tentang komunikasi dan masyarakat (core of common premises about communication and society). (Littlejohn, 1996:159). Perspektif interaksi simbolik memandang bahwa individu bersifat aktif, reflektif, dan kreatif, menafsirkan, menampilkan perilaku yang rumit dan sulit diramalkan. Paham ini menolak gagasan bahwa individu adalah organisme pasif yang perilakunya ditentukan oleh kekuatan- kekuatan atau struktur di luar dirinya

Seperti yang diungkapkan oleh Soul14 :

Simple aja sih sebenarnya bro, seni jalanan itu bisa jadi alternative yang efektif untuk seniman dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat ataupun instansi pemerintah.”

Seni jalanan ini merupakan suatu interaksi simbolik yang tepat dalam berkomunikasi, karena dalam seni jalanan ini konsep-konsep yang ada pada interaksi simbolik dapat terpenuhi. Diantaranya adalah mind dimana para bomber dituntut untuk berfikir akan bentuk karya yang akan dibuat, self dimana para bomber dapat mengekspresikan dirinya dalam bentuk gambar dan tulisan, dan society dimana para bomber dituntut untuk memberikan pesan melalui gambaran agar dapat dipahami dan diterima oleh masyarakat luas.

Seperti yang dikatakan oleh Kombet :

“Ide yang muncul sebelum aku gambar itu banyak mengandung pesan yang mau aku katakana sama seniman lain yang hanya pengen eksis kalau terjun di dalam dunia seni jalanan. Mereka hanya berniat seni jalanan itu menjadi kegiatan yang legal, tapi menurutku seni jalanan ga bisa dan bisa dibilang ga boleh dijadikan kegiatan legal. Alasannya sederhana aja bro, kalau jadi legal semua orang, mau itu seniman atau tidak, bisa gambar dimana aja dan tidak menutup kemungkinan mereka bakalan gambar yang tidak ada nilai seninya sama sekali.”

Gambar 4.1

Salah satu karya Kombet yang ingin menyindir seniman “aspal” (sumber : pribadi)

d. Seni Jalanan Sebagai Ekspresi Idealisme Seniman Jalanan

Menurut para seniman, seni jalanan merupakan media komunikasi yang sudah tepat karena bisa menjadi media alternatif bagi seniman dalam menunjukan karya mereka, karena seni jalanan di buat di ruang publik, sehingga mempunyai muatan pesan yang hendak dikomunikasikan kepada masyarakat umum. Selain itu, melalui seni jalanan juga masyarakat lebih mudah memahami arti pesannya, karena didukung oleh gambar yang menarik serta sedikit tulisan.

Seperti yang diungkapkan SmaneTwo :

“Pastilah bang ada idealisme yang aku buat tiap kali aku gambar, asal kata idealisme itu kan ide toh, dan karya seni itu lahir dari ide.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, karya street art memang mencerminkan idealisme para seniman, karena dalam setiap pembuatan karya graffiti akan mencermikan alter ego dari seniman tersebut, ketika sang bomber telah lama terjun di dunia seni jalanan maka mereka akan menemukan bentuk originalitas karyanya yang mencermikan dirinya.

Terkait apakah seni jalanan merupakan alat propaganda atau tidak hal tersebut sah-sah saja, karena setiap seniman memiliki idealisme masing–masing,

sedangkan kelompok lainnya hanya menampung gaya coretan yang dianut di dinding kota. Persepsi dan pemahaman terhadap hasil karya seni pada tingkat kebermaknaannya yang tinggi dapat dicapai melalui idealisme dan pemikiran yang tajam dan mendalam, akan tetapi dalam komunitasnya para seniman saling menghargai satu dengan lainnya.

Idealisme yang dituangkan oleh seniman dalam bentuk karya seni bukan hanya sebagai bagian dari keinginan mereka untuk dilihat masyarakat, melainkan ada pesan yang ingin mereka sampaikan kepada masyarakat yang mana para seniman ingin menyampaikan kritik ataupun saran kepada lingkungan sekitar, pemerintahan, BUMN, ataupun instansi-instansi pemerintah lainnnya yang menurut para seniman pantas untuk dikritik.

Seperti yang diungkapkan oleh Kombet :

“Setiap kali aku gambar itu, ada alasan yang pengen aku tuangkan di karyaku bro. Banyak hasil karyaku itu aku buat untuk mengkritik masyarakat sekitar yang fokus sama dirinya sendiri.”

Gambar 4.2

Hasil karya Kombet berjudul “Illuminati Society” (sumber : pribadi)

Idealisme para bomber merupakan konsep interaksi simbolik pada self, dimana idealisme para bomber ini dituntut untuk memiliki rasa totalitas serta originalitas bentuk ekspresi diri para bomber tersebut agar dapat dihargai serta dimengerti dan dinikmati oleh masyarakat umum.

Alasan para informan memilih Jl. Adam Malik sebagai kanvas mereka dalam menyampaikan aspirasi dikarenakan wilayah adalah salah satu wilayah tersibuk dan banyak dilewati oleh pemakai jalan baik itu pemakai kendaraan bermotor ataupun para pejalan kaki. Para seniman menganggap tempat itu sangat sempurna atau sering disebut Heaven Spot bagi para seniman untuk menyampaikan isi hati mereka kepada masyarakat ataupun instansi pemerintahan.

Selain menyampaikan isi hati mereka, para seniman tidak selamanya membuat karya seni yang mengandung pesan. Sering kali mereka hanya membuat karya seni untuk kepuasan batin semata. Menurut mereka setiap kali hasil karya mereka selesai, ada rasa yang tidak bisa dijelaskan dan hanya dimengerti oleh para

seniman saja. Kepuasan hati menurut mereka tidak bisa diukur dengan indikator apapun. Banyak masyarakat yang masih menganggap kegiatan ini hanya mennyia- nyiakan waktu dan uang mereka.

Seperti yang dikatan Soul 14 :

“Emang bener masih banyak kali orang sini yang sering nganggap kegiatan ini cuma bisa ngabisin uang aja. Tapi mereka ga tahu kalau kepuasan hati itu ga bisa disamakan dengan menghamburkan uang.”

e. Karya Seni Yang Sering Dibuat di Jalanan

Bentuk yang sering dilihat dijalan pun sangat variatif, karena seni jalanan mempunya sub-sub karya tersendiri, hal tersebut berkaitan dengan kenyamanan senimana itu sendiri dalam menghasilkan karyanya. Karena banyaknya model seni jalanan yang berkembang seperti, mural, graffiti, tagging, buble style, wildstyle, triball, dan masih banyak lagi, semakin sulit tingkatan tersebut, semakin menandakan tingkat kreatifitas seniman itu sendiri.

Tagging adalah salah bentuk dari karya seni jalanan yang paling simple dan dianggap sudah ketinggalan zaman, tapi bentuk karya seperti inilah yang sering digunakan oleh junior dalam mengekpresikan diri, ide, dan pikirannya, karena bentuk karya seni seperti ini yang paling mudah dibuat. Dengan bentuk tagging, maka seniman dapat menunjukkan identitasnya di depan para seniman lain atau masyarakat umum.

Akan tetapi, tagging ini dibuat sedemikian rupa dengan model yang rumit, istilah dalam street art sendiri disebut dengan piece. Piece disini berupa tulisan dengan kerumitan tingkat tinggi, banyak ditemui di jalanan bentuk-bentuk piece dari para seniman di kota Medan khususnya di Jl. Adam Malik. Karena piece tersebut dapat dimodifikasi sedemikian rupa dengan sentuhan-sentuhan wildstyle, bubble style, 3D, dan bentuk street art lainnya. Selain piece, para informan juga sering menciptakan karyanya berupa gambar-gambar yang menarik serta lucu, beragam tema yang disuguhkan oleh para bomber yang dilukiskan melalui gambar, bentuk seperti ini dikenal dengan bentuk character.

Setiap hasil karya para seniman dengan jenis seni jalanan apapun, para seniman tetap tidak lupa memasukkan tag nya, hal ini bertujuan agar seniman lain atau masyarakat umum tahu siapa yang membuat karya tersebut. Biasanya para seniman terlebih dahulu berdiskusi mengenai tema yang akan dibuat, apakah bertema lingkungan, pemerintah, kesehatan, dan sebagainya.

Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Blumer mengintegrasikan gagasan-gagasan tentang interaksi simbolik lewat tulisannya, terutama pada tahun 1950-an dan 1960-an, diperkaya dengan gagasan-gagasan dari John Dewey, Wiliam I.Thomas dan Charles H. Cooley (Mulyana, 2001: 68).

Dari pandangan teori interaksi simbolik tersebut, dapat dilihat bahwa interaksi simbolik adalah proses interaksi yang menggunakan lambang-lambang komunikasi seperi gambar dan tulisan sebagai media interaksinya. Sementara itu street art adalah

sebuah media penyampaian ide kreatif sekelompok artist, dengan maksud untuk menyampaikan pesan kritis, pandangan, maupun sekedar berekspresi, dan seniman menggunakan komunikasi non verbal dan verbal yang berupa gambar dan tulisan yang di modifikasi sedemikian rupa sehingga mempunyai nilai lebih dari sekedar penyampain pesan biasa, yaitu nilai seni.

Seperti yang dicatat oleh Douglas (1970) dalam Ardianto (2007: 136) bahwa interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap.

Hal ini pula berkaitan dengan pembentukan karya seni, seperti Mind yaitu pikiran, sebelum membuat karya seni seorang bomber akan menuangkan ide dan pikirannya melalui sebuah black book yaitu buku tempat para seniman menuangkan sketsa sebelum dibuat dalam media dinding, papan, ataupun yang lainnya. Self atau mengenai diri, setelah seorang seniman membuat sketsa dalam black book, maka para seniman akan membuat karya tersebut di dinding jalanan sehingga menimbulkan suatu pencitraan ekspresi diri, society atau masyarakat, karena street art dibuat melalui media public space, maka karya tersebut akan langsung dapat dilihat oleh masyarakat umum.

4.2.2 Kendala Ketika Ingin Membuat Karya Seni di Dinding Kosong ataupun