• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seniman Jalanan

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan dianalisa pada Bab IV, peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses penyampaian isi hati melalui kegiatan seni jalanan dapat dilihat dari berbagai bentuk pesan yang disampaikan setiap seniman melalui hasil karya. Seniman memliki hak yang sama untuk menuangkan ekspresinya, mengingat komunitas seni jalanan merupakan salah satu layanan ekspresi diri, dimana melalui komunitas ini mereka memanfaatkan unsur seni dari seni jalanan untuk berekspresi. Sebuah karya seni jalanan dikatakan berhasil apabila karya tersebut mampu berinteraksi dengan lingkungan, peka terhadap kondisi sosial dan mampu menunjukkan karakter budaya setempat.

2. Proses penafsiran pada karya seni jalanan merupakan sebuah media penyampaian ide kreatif sekelompok seniman, dengan maksud untuk menyampaikan pesan kritis, pandangan, maupun sekedar berekspresi. Seni jalanan menggunakan komunikasi verbal dan non verbal yang berupa gambar dan tulisan yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga mempunyai nilai lebih dari sekedar penyampain pesan biasa, yaitu nilai seni. Tetapi masih banyak masyarakat yang tidak mengerti, bahkan tidak perduli dengan keberadaan seni jalanan ini yang mengakibatkan pandangan negatif terhadapa kegiatan seni jalanan ini. Akibat pandangan negatif ini, masyarakat banyak yang tidak memberi ijin kepada seniman untuk melakukan kegiatan seni jalanan. Selain pandangan negatf dari masyarakat, seniman jalanan menemui kendala lainnya seperti mahalnya alat-alat yang harus mereka beli untuk sekali melakukan kegiatan seni jalanan.

3. Sikap masyarakat terhadap kegiatan seni jalanan sebagai media ekspresi diri para seniman di Jl. Adam Malik, dimana pada awalnya hanyalah dianggap sebagai bentuk vandalisme. Namun, dalam perkembangannya aksi ini malah berubah fungsi menjadi seni. Seni jalanan hadir dalam ruang publik, dan pada akhirnya karya seni tersebut menjadi seni publik (public art). Saat ini Jl. Adam Malik telah dijadikan oleh para seniman

dalam melakukan kegiatan seni jalanannya, hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya hasil karya para seniman yang digambar di dinding-dinding kosong yang berada di Jl. Adam Malik.

5.2 Saran

Pandangan masyarakat terhadap seni jalanan sampai saat ini memang tidak semuanya mengakui seni jalanan merupakan bagian dari seni visual. Kebanyakan masyarakat awam masih menganggap kegiatan seni ini hanya sebagai ajang adu eksis, ugal- ugalan, dan kegiatan negatif lainnya. Masih banyak masyarakat yang sangat menolak dengan kegiatan seni ini. Untuk itu, setelah peneliti melakukan penelitan mengenai unsur - unsur komunikasi seni jalanan yang disampaikan oleh komunitas seniman jalanan di Jl. Adam Malik, penelit menyarankan beberapa hal berikut :

1. Penelitian kualitatif pada umumnya tidak mempunyai ukuran yang pasti tentang batas benar atau salah, semua tergantung dari nilai, etika dan moral yang dianut peneliti yang artinya adalah peneliti harus menjadi pihak yang netral meskipun peneliti meneliti penelitian yang dianggap negatif oleh pihak narasumber. Penelitian juga diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran baru bagi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi yang ingin melakukan pengamatan mendalam mengenai subjek dan lokasi penelitian, serta memperdalam pemahaman mengenai hal yang ingin diteleiti khususnya segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian kualitatif. Selain itu, berkaitan dengan ilmu komunikasi untuk memperkaya ilmu pengetahuan, mempermudah melakukan analisis, dan melatih kemampuan berpikir lebih baik.

2. Hasil Penelitian ini ditujukan bagi masyarakat umum kota Medan dan khususnya di Jl. Adam Malik sebagai informasi, mengingat kini banyaknya cara masyarakat untuk menuangkan pendapatnya baik melalui media audio, visual, ataupun audiovisual. Melalui seni jalanan inilah masyarakat dapat melihat ekspresi para seniman jalanan mengenai hal-hal berhubungan dengan politik, sosial, budaya, hukum, keamanan, ataupun hanya sekedar hiasan dinding di jalanan, sehingga masyarakat tidak menganggap seni jalanan sebagai suatu kejahatan dan lebih mengganngap sebagai suatu seni untuk lebih memperindah dinding-dinding kota serta tempat untuk menuangkan ekspresi diri.

3. Minimnya pengetahuan masyarakat terhadap seni jalanan ini dapat menimbulkan pandangan negatif terhadap kegiatan ini. Masyarakat hanya melihat dari sisi vandalisme saja. Tidak bisa dipungkiri seni jalanan tidak akan pernah bisa dipisahkan dengan kegiatan vandalisme, karena itu peneliti menyarankan kepada para seniman untuk mengurangi kegiatan vandalisme, memperbanyak karya yang mempunyai nilai seninya tidak hanya dapat memperindah dinding kota serta juga dapat memberi pesan secara langsung ataupun tidak langsung kepada masyarakat bahwa seni jalanan tidak hanya berkutat dengan dunia vandalisme saja.

4. Pemerintah yang sering kali menutup mata akan nilai seni dari hasil karya seni jalanan hendaknya menyediakan tempat bagi para seniman jalanan kota Medan agar mereka tidak harus susah payah mencari tempat yang belum tentu diizinkan oleh

pe ilik di di g. “elai pe eri tah, usuh esar se i a jala a adalah para

pemilik perusahaan rokok, kendaraan roda dua & empat, dan pemilik modal lainnya yang sering sekali menempelkan flyer, brosur, dan poster iklan promosi produk mereka di dinding yang telah digambar oleh para seniman. Para seniman jalanan membuat karya tersebut menggunakan uang hasil tabungan mereka pribadi, jadi jika diibaratkan dengan seseorang yang membeli sepeda motor dan temannya memakai sepeda motor tersebut setiap hari tanpa mengisi bahan bakar sepeda motor itu, bisa dipastikan pemilik sepeda motor tersebut sangat tidak senang dengan perbuatan seperti itu. Sama halnya dengan penempelan flyer, brosur, dan poster iklan promo sebuah produk di hasil karya para seniman. Para pemelikik modal sebaiknya lebih menghargai kerja keras para seniman jalanan yang proses pembuatan karya seni tersebut memerlukan hasil pemikiran dan yang terpenting adalah uang yang dikeluarkan oleh senimana dan dengan nilai nominal yang tidak sedikit.