• Tidak ada hasil yang ditemukan

a Struktur Organisasi Perusahaan

7. Proses Penyelesaian

Proses penyelesaian meliputi pengeringan, penyaringan, pengemasan, dan penyimpanan. Tujuan dari proses penyelesaian adalah untuk menyelesaikan hasil dari stasiun puteran sehingga menghasilkan gula produksi yang siap untuk dipasarkan. Selain itu stasiun penyelesaian juga berfungsi untuk mengeringkan dan menurunkan suhu gula sampai 50 ºC. Tujuan dari pengeringan

adalah untuk menghilangkan air yang masih menempel di sekitar kristal gula. Kecepatan pengeringan akan tergantung pada lapisan atau ketebalan gula di dalam sugar dryer, ukuran kristal gula, kecepatan udara, dan luas permukaan pengering.

Alat pengering gula yang digunakan oleh PG Subang adalah sugar dryer. Gula kristal yang dihasilkan dari stasiun puteran SHS dijatuhkan ke talang goyang yang kemudian akan dibawa oleh alat sugar belt conveyor ke sugar dryer untuk dikeringkan sebelum dikemas. Di dalam sugar dryer, gula dikeringkan dengan cara menghembuskan udara panas dengan suhu sekitar 80 ºC ke kristal- kristal gula. Udara panas tersebut dihembuskan menggunakan blower. Debu-debu gula kemudian ditarik oleh blower melalui pipa penghisap debu yang terdapat pada sugar dryer. Debu-debu gula tersebut kemudian disalurkan ke dalam sugar dust dan ditambahkan air sehingga membentuk larutan gula. Larutan gula ini kemudian dimasukkan ke dalam tangki leburan untuk dilebur kembali bersama- sama dengan gula basah dan gula kerikil. Hasil dari peleburan dipompa ke dalam masakan A untuk dikristalkan kembali menjadi gula produk.

Gula yang sudah kering kemudian disaring untuk memisahkan gula yang sudah menjadi produk dengan gula yang belum memenuhi persyaratan sebagai gula produk. Alat yang digunakan untuk menyaring gula adalah vibrating screen. Pada vibrating screen terdapat dua macam saringan yaitu saringan halus yang memiliki ukuran 30 mesh dan saringan kasar yang memiliki ukuran 8 mesh. Gula halus akan lolos dari saringan halus tetapi gula produk dan gula kasar akan tertahan. Pada saringan kasar, gula produk akan lolos sedangkan gula kasar akan tertinggal. Setelah melewati saringan halus dan saringan kasar, gula produk akan disaring kembali dengan menggunakan saringan yang terbuat dari logam bermagnet, sehingga kotoran halus yang tidak tersaring pada penyaringan sebelumnya akan tertarik oleh magnet terutama kotoran yang berupa logam. Gula produk kemudian langsung dibawa dengan menggunakan bucket elevator dan sugar belt conveyor ke tempat penyimpanan gula (sugar bin) untuk ditimbang, dikemas, dan disimpan dalam gudang gula. Di PG Subang terdapat dua macam kemasan untuk produk gula, yaitu kemasan 50 kg dan kemasan 1 kg (Ragula). Bahan kemasan untuk gula ukuran 50 kg adalah karung berbahan plastik jenis polipropilen yang dilapisi oleh plastik jenis LDPE di bagian dalamnya, sedangkan bahan kemasan untuk ukuran 1 kg adalah plastik jenis polipropilen dengan merk dagang “Ragula”.

8.

Penyimpanan

PG Subang mempunyai dua buah gudang tempat menyimpan gula (Gambar 16), yaitu gudang utara dan gudang selatan. Gudang utara memiliki kapasitas tampung sebesar 112.000 kwintal dengan ukuran panjang 100 meter, lebar 25 meter, dan tinggi 20 meter. Gudang selatan memiliki kapasitas tampung sebesar 112.000 kwintal dengan ukuran panjang 100 meter dan lebar 25 meter dan tinggi 20 meter. Jumlah kapasitas keseluruhan gudang gula sebesar 224.000 kwintal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan daya simpan gula yang berada digudang yaitu kadar air dan kelembaban udara dalam gudang. Kadar air yang terdapat dalam kristal, akan berpengaruh terhadap kekuatan kristal gula yang disimpan. Untuk mengetahui hal ini, ruangan gudang tempat menyimpan gula produk harus berventilasi udara yang baik, sedangkan untuk faktor udara dalam gudang, dimana dengan kelembaban yang kurang baik akan mengurangi ketahanan daya simpan gula. Selain faktor tersebut, sebaiknya dinding permukaan gudang, diusahakan harus terkena sinar matahari.

(a) (b)

Gambar 16. Gudang penyimpanan PG Subang : (a) gudang penyimpanan kemasan gula 50 kg, (b) gudang penyimpanan gula kemasan 1 kg.

D.

PRODUK

Produk yang dihasilkan oleh PT PG Rajawali II Unit PG Subang adalah gula kristal putih dengan kualitas SHS IA yang memiliki ukuran kristal 1,19 mm. Kualitas gula produk akhir sangat ditentukan oleh bahan baku yang diolah dan proses pengolahan yang terjadi di dalam pabrik. PT PG Rajawali II Unit PG subang menghasilkan produk gula SHS yang dikemas dalam kemasan 50 kg dan 1 kg (Gambar 17). Kemasan 1 kg dibuat untuk produk gula SHS yang langsung dijual oleh pihak Rajawali Nusaindo yang produksinya tergantung dari pesanan. Gula yang dijual dipasarkan oleh

Rajawali Nusaindo memiliki merk “RAGULA” sebagai merk dagang.

Produk sampingan dari dihasilkan oleh PG Subang ini berupa molases. Jumlah molasesyang dihasilkan pada saat musim giling adalah 5 % tebu. Molases ini merupakan bahan baku untuk produksi spirtus dan alkohol. Selain itu, molases juga digunakan untuk produk pangan, terutama dalam pembuatan bumbu penyedap (vetsin) dan kecap.

(a) (b)

Gambar 17. Produk gula PG Subang : (a) GKP kemasan 50 Kg (b) Ragula kemasan 1 Kg.

E.

PENANGANAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH

Setiap pabrik pengolahan hasil pertanian harus memperhatikan dampak-dampak limbah yang dihasilkan dari proses produksi terhadap lingkungan. Kegiatan perkebunan tebu dan Pabrik Gula Subang telah menimbulkan dampak terhadap lingkungan baik positif maupun negatif. Dampak negatif yang timbul dari segi perairan diantaranya penurunan kualitas air permukaan akibat pembuangan

limbah cair industri pengolahan tebu, erosi dan sedimentasi, kualitas udara biota perairan. Dampak negatif dari segi lingkungan hidup adalah terjadinya suatu ketidakseimbangan terhadap komponen lingkungan fisik-kimia (seperti air, udara dan tanah) dan lingkungan sosial, ekonomi dan budaya (seperti keresahan masyarakat sekitar/timbulnya konflik sosial). Sementara dampak positif yang ditimbulkan, terdiri atas meningkatnya pertumbuhan ekonomi, penyeimbangan wilayah, peluang kerja dan berusaha meningkatkan presepsi masyarakat terhadap perkebunan.

Dalam setiap proses produksi akan menghasilkan sisa-sisa pengolahan yang disebut limbah. Dalam proses produksi gula kristal dari tanaman tebu juga dihasilkan sisa pengolahan, baik berupa sisa bahan dari tanaman tebu yang tidak menjadi gula kristal maupun bahan penunjang yang dikeluarkan kembali selama proses. Limbah yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan menurut bentuk dan sifatnya menjadi limbah padat, limbah cair dan limbah gas. Penanganan dan pengolahan limbah PG Subang ditunjukkan pada Tabel 8. Limbah cair yang dihasilkan oleh PG Subang terbagi menjadi dua bagian, yaitu limbah cair berat dan limbah cair ringan. Limbah cair berat merupakan limbah cair dengan kadar organik tinggi sedangkan limbah cair ringan merupakan limbah cair yang mengandung kadar organik rendah. Sementara limbah padat yang dihasilkan diantaranya adalah: abu, blotong, dan ampas. Abu merupakan limbah yang dihasilkan dari pembakaran boiler, blotong merupakan limbah padat dari proses penyaringan (Rotary Vacuum Filter), dan ampas yang merupakan limbah hasil pemerahan nira pada stasiun gilingan. Limbah udara yang dihasilkan oleh PG Subang berasal dari pembakaran boiler serta dari genset listrik. Jenis limbah PG Subang dapat dilihat pada Gambar 18.

Tabel 8. Penanganan dan pengolahan limbah PG Subang

Penanganan limbah cair ringan PG Subang dilakukan dengan cara langsung mengalirkannya ke sungai. Sementara limbah cair berat dialirkan ke IPAL untuk diolah terlebih dahulu. Pengolahan di IPAL dimaksudkan untuk menurunkan kandungan COD, BOD, dan TSS sehingga ketika limbah cair di buang ke sungai sudah tidak berbahaya. Penanganan limbah padat PG Subang dilakukan dengan cara memanfaatkan ampas sebagai bahan bakar boiler, dengan begitu jumlah ampas yang ada tidak terlalu over load. Untuk blotong dimanfaatkan sebagai campuran pembuatan pupuk lipogreen dan abu

Jenis

Limbah Sumber Limbah

Jenis Limbah

Penanganan dan Pengolahan

Cair

Stasiun proses produksi secara keseluruhan

Air pendingin mesin Langsung dialirkan ke sungai Air pencuci mesin, ceceran

air selama proses produksi

Diolah di IPAL lalu dialirkan ke sungai

Air jatuhan kondensor Langsung dialirkan ke sungai Puteran LGC gula D1 Tetes PG menjual kepada pihak lain

Padat

Stasiun gilingan Ampas Bahan bakar boiler

Stasiun pemurnian Blotong Campuran pembuatan pupuk liprogreen

Stasiun boiler Abu ketel Bahan campuran pembuatan kompos

Gas Stasiun boiler

Gas berasal dari pembakaran boiler

Belum dilakukan

pemanfaatan, secara alami terbuang ke udara

ketel digunakan sebagai bahan campuran kompos. Namun yang terjadi saat ini, pembuatan pupuk tidak berjalan sehingga blotong dan abu ketel hanya ditumpuk di lahan pembuangan.

(a) (b) (c)

Gambar 18. Jenis limbah PG Subang : (a) limbah cair di bak ekualisasi, (b) limbah padat (Blotong), dan (c) limbah udara (Emisi gas boiler).

Limbah gas yang dihasilkan PG Subang berasal dari pembakaran boiler dan genset listrik. Berdasarkan Keputusan Kepalan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup No. Kep 205/Bapedal/07/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak, disebutkan bahwa cerobong udara harus dibuat dengan mempertimbangkan aspek pengendalian pencemaran udara. Tinggi cerobong sebaiknya 2-2,5 kali tinggi bangunan sekitarnya sehingga lingkungan sekitar tidak terkena turbulensi. Pihak PG Subang tidak melakukan pengukuran zat pencemar melainkan mengamanahkannya pada pihak instansi laboratorium pengujian Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB-Bogor. Data hasil analisis kualitas udara lingkungan kerja dengan sampel ruang pemurnian gula menunjukkan bahwa dari keseluruhan parameter yang diuji tidak ada hasil yang melebihi regulasi limit, maka dapat disimpulkan bahwa keadaan udara di lingkungan tersebut masih dikatakan aman.