• Tidak ada hasil yang ditemukan

a Struktur Organisasi Perusahaan

A. SUMBER EMISI GRK

Gas rumah kaca (GRK) merupakan suatu gas yang paling dominan di atmosfer bumi yang berkontribusi dalam pemanasan global dan perubahan iklim. Tiga gas utama dalam gas rumah kaca terdiri atas karbon dioksida (CO2), metan (CH4), dan dinitrogen oksida (N2O) yang diproduksi dari

aktivitas antropogenik, produksi dan pembakaran bahan bakar fosil, kegiatan industri, aktivitas pertanian, penanganan dan pengolahan limbah, dan perubahan penggunaan lahan (Wei et al. 2008). Menurut IPCC (Intergovernmental on Panel Climate Change) menyatakan jika laju emisi gas rumah kaca ini dibiarkan terus tanpa dilakukan tindakan untuk menguranginya, maka suhu global rata-rata akan meningkat dengan laju 0,3 ºC setiap 10 tahun. Trismidianto et al. (2008) menyatakan untuk Indonesia kenaikan suhu hanya sekitar 0 sampa 1 derajat. Sementara skenario lain dengan menggunakan model GCM untuk wilayah Indonesia dihasilkan adanya peningkatan suhu sekitar 0,1 ºC - 0,5 ºC pada tahun 2010 dan tahun 2070 sekitar 0,4 ºC - 3,0 ºC.

PG Subang sebagai salah satu industri yang berkontribusi dalam pengeluaran emisi gas rumah kaca (GRK) merupakan industri yang bergerak di bidang pengolahan gula kristal putih. Kapasitas giling PG Subang mencapai 3.000 TCD (Ton Cane Day). Sumber emisi GRK PG Subang berasal dari pembakaran bahan bakar boiler, penggunaan LPG, penggunaan solar untuk mekanisasi dan pabrikasi, dan pengolahan limbah padat.

PG Subang merupakan industri gula yang menggunakan hasil samping berupa bagas sebagai bahan bakar boiler. Bagas dihasilkan dari penggilingan tebu yang jumlahnya makin lama makin meningkat. Menurut rumus Pritzelwitz (Hugot 1986) tiap kilogram ampas dengan kandungan gula sekitar 2,5 % akan memiliki kalor sebesar 1.825 kkal. Nilai bakar tersebut akan meningkat dengan menurunnya kadar air dan gula dalam ampas. Penerapan teknologi pengeringan ampas yang memanfaatkan energi panas dari gas buang cerobong ketel, menjadikan kadar air ampas turun 40 % akan dapat meningkatkan nilai bakar per kg ampas hingga 2.305 kkal. Pada realisasinya, bagas yang digunakan sebagai bahan bakar boiler PG Subang memiliki nilai kalor sebesar 1.777 kkal. Selain bagas, PG Subang juga menggunakan bahan bakar tambahan Industrial Diesel Oil (IDO) untuk memenuhi ketercapaian energi. Konsumsi bahan bakar boiler dalam musim giling (DMG) 2011 dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Pemakaian bahan bakar boiler DMG 2011

Bulan Ampas Tebu (ton) IDO (Liter) Mei 8.578,65 112.558 Juni 18.107,75 42.200 Juli 28.238,00 0 Agustus 20.775,00 19.500 September 23.178,00 0 Oktober 2.396,50 0 Total 101.273,90 174.258

Kebutuhan energi yang besar menyebabkan kebutuhan bahan bakar boiler yang besar. Pembakaran bahan bakar ampas dilakukan untuk menghasilkan sejumlah uap yang akan digunakan untuk menggerakkan turbin alternator sebagai pembangkit listrik untuk PG Subang. Jika energi yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar tebu tidak mencukupi, maka pihak PG Subang menggunakan bahan bakar tambahan berupa IDO yang memiliki nilai kalor sebesar 9.270 kkal/l. Total bagas yang digunakan dalam musim giling 2011 adalah sebesar 101.273,90 ton dan total bahan bakar IDO yang digunakan sebesar 174.258 liter untuk menghasilkan uap sebesar 202.547,80 ton untuk menghasilkan listrik yang dibutuhkan selama proses produksi gula.

Mesin dan peralatan yang digunakan pada PG Subang merupakan mesin yang bekerja secara semi otomatis karena dioperasikan oleh kendali dari pekerja. Mesin dan peralatan yang terdapat pada PG Subang beroperasi dengan sumber tenaga yang berasal dari turbin alternator. Dalam masa giling, seluruh kebutuhan listrik pabrik dan kantor dipenuhi dari listrik yang dihasilkan turbin alternator. Turbin digerakkan oleh tenaga uap yang dihasilkan boiler. Bahan bakar boiler berupa bagas merupakan limbah padat hasil proses penggilingan tebu.

Tabel 10. Kebutuhan listrik PG Subang DMG 2011

Kebutuhan Unit/Area kWatt

Mesin dan Peralatan Produksi 39 5.662,70 Alat Operasional 143 90,89 Penggunaan Lampu 10 63,00

Total kebutuhan listrik 5.816,59

Tabel 10 menunjukkan bahwa kebutuhan listrik PG Subang sebesar 5.816,59 kWatt dengan rincinan kebutuhan untuk mesin dan peralatan produksi sebesar 5.662,70 kWatt (Lampiran 4a), kebutuhan untuk alat operasional tambahan sebesar 90.89 kWatt (Lampiran 4b), dan kebutuhan penggunaan lampu ± 63 kWatt (Lampiran 4c).

Gambar 19. Konsumsi listrik PG Subang DMG 2011

Konsumsi listrik yang digunakan oleh PG Subang dalam musim giling tahun 2011

(

Gambar 19) menunjukkan terjadinya fluktuasi penggunaan listrik selama bulan Juni-September 2011. Penggunaan listrik yang rendah pada awal musim giling tahun 2011, yaitu bulan Mei 2011 dikarenakan hanya 15 hari kerja dalam proses produksi dan penggunaan listrik yang rendah pada akhir musim giling disebabkan pada bulan Oktober hanya 3 hari kerja untuk proses produksi gula. Penyebab lain terjadinya fluktuasi bisa disebabkan oleh jam berenti giling yang berbeda setiap bulannya

sehingga penggunaan listrik berbeda pula. Penggunaan listrik tertinggi berasal dari mesin dan alat produksi. Jika terjadi jam berhenti giling, mesin dan peralatan produksi ikut berhenti itulah salah satu penyebab adanya fluktuasi penggunaan listrik selama musim giling 2011. Total kebutuhan listrik PG Subang selama proses produksi adalah 5,82 MWatt dengan rata-rata konsumsi listrik sebesar 1.084,67 MWh per bulan. Konsumsi listrik berbanding lurus dengan emisi GRK yang dihasilkan dari konsumsi listrik dalam musim giling 2011.

Sumber energi lain yang digunakan PG Subang selama proses produksi adalah bahan bakar solar. Penggunaan solar di PG Subang dibagi atas dua bagian, yaitu solar untuk bagian mekanisasi dan solar untuk pabrikasi. Solar mekanisasi digunakan sebagai bahan bakar untuk pompa air, traktor pengolahan dan pemeliharaan tanaman, traktor angkut giling, traktor tarikan, dan alat berat yang terus beroperasi selama proses produksi gula berlangsung. Total penggunaan solar mekanisasi sebesar ± 910.412 liter selama musim giling 2011. Solar bagian pabrikasi digunakan untuk mesin-mesin atau peralatan yang memakai bahan bakar solar seperti motor-motor penggerak. Total penggunaan solar pabrikasi sebesar ± 84.820 liter. Akumulasi penggunaan solar PG Subang dalam musim giling tahun 2011 adalah sebesar ± 995.232 liter. Tabel 11 menunjukkan konsumsi solar untuk mekanisasi dan pabrikasi dalam musim giling (DMG) 2011.

Tabel 11. Konsumsi solar PG Subang DMG 2011

Bulan Solar Mekanisasi (L) Solar Pabrikasi (L) Mei 38.600 7.410 Juni 123880 17.540 Juli 168.255 20.695 Agustus 165.000 17.340 September 191.625 19.435 Oktober 223.052 2.400 Total 910.412 84.820

Penggunaan LPG pada industri juga dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK). PG Subang menggunakan bahan bakar LPG pada proses produksinya. Selama musim giling 2011 penggunaan LPG adalah 800 Kg untuk keperluan bengkel. LPG tidak diikutsertakan dalam proses produksi, maka dari itu pemakaian bahan bakar ini lebih sedikit dari bahan bakar lainnya. LPG yang digunakan pada PG Subang adalah LPG berukuran 50 Kg. Konsumsi LPG PG Subang pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Konsumsi LPG PG Subang DMG 2011

Bulan LPG (Kg) Mei 150 Juni 100 Juli 100 Agustus 350 September 50 Oktober 50 Total 800

Konsumsi energi PG Subang dalam musim giling 2011 berdasarkan sumbernya ditunjukkan pada Gambar 20. Dapat dilihat adanya perbandingan antara konsumsi listrik, LPG, solar pabrikasi dan solar mekanisasi yang berbeda-beda setiap bulannya tergantung pada kebutuhan.

Gambar 20. Konsumsi energi PG Subang DMG 2011

Emisi GRK yang dikeluarkan PG Subang tidak hanya berasal dari penggunaan energi listrik, solar mekanisasi, solar pabrikasi, dan LPG tetapi juga berasal dari pengolahan limbah padat. Limbah padat berupa blotong yang dihasilkan PG subang menghasilkan emisi GRK berupa gas dinitrogen oksida (N2O) dari kandungan nitrogen di dalamnya. Perbandingan antara gas CO2 dan N2O dimana

nilai GWP (Global Warming Potential) atau indeks pemanasan global N2O lebih besar dibandingkan

dengan CO2 namun nilai emisinya masih jauh lebih kecil dibanding CO2. GWP N2O adalah 293

artinya 1 N2O memantulkan panas dari bumi sama dengan 293 kali CO2.

Limbah padat yang dihasilkan dari proses produksi gula terdiri atas ampas tebu (bagasse),

blotong (filter cake) dan abu ketel. Bagas yang berjumlah 30-35 % per tebu giling berasal dari hasil pemerahan nira pada stasiun gilingan. Blotong merupakan hasil pemisahan kotoran nira dengan cara penyaringan di Rotary Vacum Filter (RVF) pada stasiun pemurnian. Jumlah blotong yang dihasilkan adalah sebesar 3 % tebu giling. Limbah padat yang terahir adalah abu ketel. Abu ketel (2 % ampas digiling) berasal dari sisa pembakaran pada boiler. Bagas yang dibakar pada ruang pembakaran menghasilkan gas karbon yang dikeluarkan ke udara dan abu yang dibuang ke tempat penampungan abu. Jumlah limbah padat yang dihasilkan PG Subang dalam musim giling 2011 ditunjukkan pada Tabel 13.

Tabel 13. Limbah padat PG Subang DMG 2011

Bulan Ampas (Kwintal) Blotong (Kwintal) Abu ketel (Kwintal) Mei 124.690,30 12.701,45 8.383,54 Juni 226.586,70 26.096,47 17.503,08 Juli 249.768,10 29.232,52 18.994,75 Agustus 214.586,10 21.826,92 13.083,79 September 264.283,30 23.479,97 15.184,54 Oktober 13.121,00 2.007,85 1.300,22 Total 1.093.035,50 115.345,18 74.449,91

Limbah padat blotong yang dihasilkan oleh PG Subang makin hari makin menumpuk jumlahnya. Pembuangan blotong dilakukan dengan cara open dumping. Pembuangan ke lahan terbuka ini menyebabkan komponen yang terdapat pada blotong akan terurai dan mencemari udara di lingkungan salah satunya komponen nitrogen. Gas dinitrogen oksida yang dihasilkan oleh proses penguraian nitrogen pada blotong perlu dihitung untuk kemudian dilakukan pengendalian sehingga gas tersebut dapat mengurangi dampak pemanasan global yang dapat ditimbulkan. Menurut Singh et al. (2007) press mud cake atau blotong merupakan sumber nitrogen dan fospor yang bermanfaat untuk digunakan sebagai pupuk untuk pengolahan tanah. Pembuangan blotong secara tidak terkontrol dapat menghasilkan sejumlah material didalamnya menjadi terurai ke udara luar.