• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : PERMINTAAN PEMBATALAN OLEH ANAK ANGKAT

B. Proses Permohonan Pembatalan

Anak merupakan bagian yang sangat penting dalam kelangsungan kehidupan suatu bangsa. Di dalam implementasinya, anak merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan suatu bangsa, penentu masa depan dan penerus generasi. Namun demikian kita sadari bahwa kondisi anak masih banyak yang memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat bahwa belum semua anak mempunyai akta kelahiran, belum semua anak diasuh oleh orang tua, keluarga maupun orang tua asuh atau wali dengan baik, masih belum semua anak mendapatkan pendidikan yang memadai, masih belum semua anak mempunyai kesehatan optimal, masih belum semua anak-anak dalam pengungsian, daerah konflik, korban bencana alam, anak-anak korban eksploatasi, kelompok minoritas dan anak-anak yang berhadapan dengan hukum mendapatkan perlindungan khusus.

Anak memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus yang berbeda dengan orang dewasa, maka dipandang perlu untuk menyusun standat khusus yang berlaku secara universal hak-hak anak yang dimaksudkan untuk melindungi dari berbagai bentuk pengangkatan anak yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-

undangan serta memberikan kewajiban kepada negara untuk mengimplementasikan langkah-langkah pemenuhan hak-hak anak. Perjanjian internasional yang mengatur secara khusus tentang hak-hak anak

1. Konvensi Hak Anak (KHA)

:

Berdasarkan konvensi hak anak PBB tahun 1989 ada 10 hak anak di Indonesia a. Hak untuk bermain.

b. Hak untuk mendapatkan pendidikan. c. Hak untuk mendapatkan perlindungan. d. Hak untuk mendapatkan nama (Identitas). e. Hak untuk mendapatkan status kebangsaan. f. Hak untuk mendapatkan makanan.

g. Hak untuk mendapatkan akses kesehatan. h. Hak untuk mendapatkan rekreasi.

i. Hak untuk mendapatkan kesamaan.

j. Hak untuk memiliki peran dalam pembangunan.

2. Protokol Opsional Konvensi Hak Anak tentang penjualan anak, pelacuran anak dan pornografi anak.

3. Protokol Opsional Konvensi Hak Anak tentang Anak yang berkonflik senjata.

Bahwa hak asasi anak merupakan bagian integral Hak Asasi Manusia (HAM). Bahasa lain yang disering dikemukakan adalah hak anak adalah Hak asasi untuk anak. Dalam kaitannya dengan Hak asasi manusia, maka hak anak berarti :

a. Menegaskan berlakunya HAM bagi semua

b. Meningkatkan standard HAM agar lebih sesuai denggan anak-anak, misalnya tentang kondisi kerja, penyelenggaran peradilan anak, serta kondisi perenggutan atau perampasan kemerdekaan.

tingkatan usia, misalnya hak untuk bebas dari perlakuan aniaya, hak atas identitas dan kewarganegaraan dan hak atas jaminan sosial.

c. Mengatur masalah-masalah yang khusus berhubungan dengan anak, misalnya pendidikan dasar, adopsi dan hubungan dengan orang tua.94

Seorang anak angkat yang mendapatkan kekerasan, ditelantarkan, eksploitasi, dan penyimpangan lainnya yang dilakukan orang tua atau walinya, terhadap anak angkat maka anak angkat dapat mengajukan permohonan pembatalan pengangkatan anak ke Pengadilan. Dikarenakan tidak terpenuhinya hak-hak anak, anak yang seharusnya mendapat perlindungan dari orang tua atau yang mengasuhnya, kini menjadi orang yang mengabaikan hak-hak dan keselamatan mereka. Pemerintah Indonesia pada tahun 2002 telah mekeluarkan Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan sudah sejak tahun 1979 pemerintah telah memberlakukan Undang-undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, juga pada tahun 1979 telah memberlakukan tentang Undang-undang Peradilan Anak. Namun demikian masih banyak anggota masyarakat yang belum memahami tentang Hukum Kesejahteraan dan Perlindungan anak.95

94 Ima Susilowati, Pengertian Konvensi Hak Anak, UNICEF Indonesia, Tahun 2003, hal

4.

95

Banyak diantara anggota masyarakat yang belum memahami hak dan kewajiban anak, kewajiban dan tanggung jawab atas kesejahteraan dan perlindungan anak, kedudukan anak, penyelenggaraan kesejahteraan anak, pendidikan anak, tanggung jawab orang tua dan keluarga terhadap anak dan hal- hal lain yang berkaitan dengan kesejahteraan dan perlindungan anak. Pada hal di dalam pelaksanaan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak ( KPA ) diperlukan kerjasama yang erat antara pemerintah, masyarakatdan keluarga. Ketiga komponen ini bertanggung jawab di dalam kegiatan perlindungan anak dikarenakan seorang anak, di samping merupakan amanah dari Allah SWT, juga anak merupakan penerus keturunan dari sebuah keluarga dan juga seorang anak adalah merupakan generasi penerus bangsa.

Dewasa ini kehidupan permasalahan anak yang berkembang dan menciptakan kelompok khusus yang membutuhkan metodologi secara khusus pula didalam penyelesaiannya, terungkap bahwa setiap hari tak terhitung anak- anak di dunia yang terpapar pada media baik itu media cetak maupun media elektronik mengenai bahaya-bahaya yang mengancam setiap saat yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak, misalnya kekerasan yang terjadi di lingkungan hidup anak, baik lingkungan keluarga, tempat bermain, masyarakat, sampai dengan peperangan, pengungsian, diskriminasi, eksploatasi seks, eksploatasi tenaga kerja, kurangnya perhatian terhadap perlindungan dan hak-hak anak serta kecacatan anak.96

96 Eny Kusdarini, Perlindungan Anak di Indonesia Sebagai Perwujudan HAM di Era Otonomi Daerah, dalam Jurnal Civics Volume 2 Nomor 1, Juni 2005

Kenyataannya, masih banyak anak Indonesia yang belum memperoleh jaminan terpenuhi hak-haknya, antara lain banyak yang menjadi korban kekerasan, penelantaran, eksploitasi, perlakuan salah, diskriminasi, dan perlakuan tidak manusiawi. Semua tindakan kekerasan kepada anak-anak direkam dalam bawah sadar mereka dan dibawa sampai kepada masa dewasa, dan terus sepanjang hidupnya. Tindakan-tindakan di atas dapat dikategorikan sebagai child abuse (perlakuan kejam terhadap anak-anak).

Berkaitan dengan pemenuhan hak anak maka telah dibuat berbagai peraturan perundang-undangan untuk melindungi hak anak dari berbagai penyimpangan terhadap anak yaitu :

a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 yang mengatur Tentang Kesejahteraan Anak.

b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (khusus pada pasal 52 sampai dengan pasal 66 yang mengatur tentang hak anak).

c. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak. d. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan

Pengangkatan Anak.

Langkah pertama prosedur permohonan pembatalan adalah dengan melakukan pendaftaran permohonan pembatalan pengangkatan anak tersebut ke pengadilan. Pendaftaran itu diajukan ke pengadilan berdasarkan tempat tinggal atau domosili hukum yang ditunjuk dalam perjanjian. Permohonan hendaknya ditulis secara tertulis, ditandatangani oleh anak atau kuasanya, dan ditujukan

kepada ketua pengadilan negeri atau pengadilan agama. Pendaftaran itu dapat dilakukan di kantor kepaniteraan pengadilan setempat.

Setelah permohonan diajukan kepanitraan selanjutnya membayar biaya perkara yaitu biaya perkara sementara yang finalnya akan diperhitungkan setelah adanya putusan pengadilan. Biaya-biaya yang perlu dikeluarkan pengadilan dalam proses pemeriksaan perkara tersebut, biaya kepaniteraan, materai, pemanggilan saksi, pemeriksaan setempat, pemberitahuan, eksekusi, dan biaya lainnya yang diperlukan. Kemudian dilakukan registrasi perkara pencatatan gugatan ke dalam buku register perkara untuk mendapatkan nomor gugatan agar dapat diproses lebih lanjut.

Setelah panitera memberikan nomor perkara berdasarkan nomor urut dalam buku register perkara, perkara tersebut dilimpahkan kepada ketua pengadilan. Pelimpahan tersebut harus dilakukan secepat mungkin agar tidak melanggar prinsip-prinsip penyelesaian perkara secara sederhana, cepat dan biaya ringan selambat-lambatnya 7 hari dari tanggal registrasi.

Setelah ketua pengadilan negeri memeriksa berkas perkara dalam hal ini anak yang telah dewasa mengajukan pembatalan pengangkatan. Yang diajukan oleh panitera, kemudian ketua pengadilan negeri menetapkan majlis hakim yang akan memeriksa dan memutus perkara. Penetapan itu harus dilakukan oleh ketua pengadilan selambat-lambatnya 7 hari setelah berkas perkara diterima oleh ketua pengadilan Negeri. Majelis hakim yang akan memeriksa dan memutus perkara tersebut terdiri dari sekurang-kurangnya 3 orang hakim dengan komposisi 1 orang ketua majelis dan 2 hakim anggota.

Setelah majelis hakim terbentuk, majelis hakim tersebut kemudian menetapkan hari sidang. Penetapan itu dituangkan dalam surat penetapan. Penetapan itu dilakukan segera setelah majelis hakim menerima berkas perkara, atau selambat-lambatnya 7 hari setelah tanggal penerimaan berkas perkara. Setelah hari sidang ditetapkan, selanjutnya majlis hakim memanggil para pihak untuk hadir pada hari sidang yang ditentukan. Maka dalam hal seorang anak yang mengajukan pembatalan pengangkatan ke pengadilan dengan alasan-alasan yang kuat seperti sering mendapatkan kekerasan oleh orang tua angkatnya, perbudakan, pelecehan, maka pertimbangan hakimlah yang akan menentukan apakah pengangkatan anak dapat dibatalkan atau tidak.

Dokumen terkait