BAB III. PANGGILAN PARA MURID YESUS MENURUT INJIL
A. Pokok-pokok Pikiran Yang Mendasari Program
4. Proses
4. Proses
a. Kegiatan Belajar
Kegiatan belajar yang hendak dilaksanakan dalam program pendalaman terdiri dari tiga kelompok kegiatan yakni kegiatan belajar dalam temu muka, melaksanakan tugas terstruktur, dan studi mandiri. Kegiatan-kegiatan belajar mencakup olah pikir guna memantapkan keyakinan, olah rasa dan kehendak, relasi personal dengan Tuhan, sesama, diri sendiri dan alam ciptaan; serta belajar melayani sesama dan mentaati kehendak Tuhan. Pendek kata, kegiatan belajar menyangkut tiga dimensi hidup beriman: meyakini (“believing”) mengandalkan (Trusting) dan mentaati kehendak Tuhan (Doing God’s will). Dengan cara tersebut para novis diharapkan semakin berkembang dalam hal keyakinan yang mendalam untuk hidup
sebagai bruder FIC, juga semakin memiliki relasi yang dekat dengan Tuhan, sesama, diri sendiri, maupun dengan alam ciptaan Tuhan, menjadi semakin terbiasa untuk bersedia menjalankan pelayanan serta taat pada kehendak Tuhan. Kegiatan belajar tidak hanya berupa katekese dengan temu muka, tetapi mencakup pula doa pribadi, ibadat bersama, devosi; rekreasi bersama, kunjungan bagi mereka yang sakit/lanjut usia, bekerja bersama (persekutuan); mengenal karya-karya bruder FIC (pelayanan).
b. Sumber Belajar
Ada beberapa sumber belajar yang hendak digunakan dalam pendalaman hidup para novis Bruder FIC yakni:
1) Konstitusi FIC
Kontitusi menjadi sumber Belajar dalam pendalaman hidup bagi para novis karena dalam konstitusi terdapat kelima pokok sub tema yang baik untuk didalami. Dalam pendalaman ini perhatian diarahkan pada artikel inti dari kelima pokok sub tena tersebut yakni: Demi Kerajaan Allah:Artikel inti Konst. FIC yang diambil yakni art. 1,2,3,4, 5, 6. Tugas Kerasulan: Artikel inti Konst. FIC yang diambil yakni art. 15,16,17,18,19. Persekutuan Para Bruder: Artikel inti Konst. FIC yang diambil yakni art. 35-37. Ditopang oleh Allah: Artikel inti Konst. FIC yang diambil yakni art. 54, 55, 56. Pembaktian Diri: Artikel inti Konst. FIC yang diambil yakni art. 76, 77,78.
2) Injil Yohanes
Sumber belajar Kitab Suci membatasi diri pada kutipan dari Injil Yohanes. Maksudnya adalah untuk menerangi artikel Konstitusi seperti yang tercantum diatas kutipan-kutipan dimaksud adalah sebagai berikut: Yoh, 1:1-18. Yoh, 20:19-23. Yoh, 21:15-19 Yoh, 15:9-17 Yoh, 17:6-23 dan Yoh, 15:1-8. Yoh, 1: 35-42.
Kedua sumber belajar yang diuraikan diatas merupakan sumber bahan utama yang musti ada dalam pelaksanaan program pendalaman hidup berdasarkan kelima pokok sub tema dari Kontitusi FIC dan beberapa kutipan Injil Yohanes. Sumber belajar tersebut menjadi pilihan karena kedua sumber bahan tersebut dirasa mampu membantu para novis untuk semakin memahami makna hidup panggilan yang telah mereka pilih.
Kutipan-kutipan dari Kitab Suci Injil Yohanes menjadi sangat penting karena melalui kutipan tersebut kita dapat melihat secara jelas situasi dan kondiri para murid Yesus. Para murid menyadari kalau mereka memiliki kelemahan dan kerapuhan. Meskipun demikian, mereka tetap bertekun dan setia dalam menjalankan tugas perutusan yang dipercayakan Yesus kepada mereka, kecuali Yudas Iskrariot yang menghianati Yesus (Yoh, 18:2).
Sepeninggal Yudas Iskariot dari kelompok mereka, kesebelas murid Yesus hidup terpencar-pencar terlebih saat Yesus menghadapi tuntutan hukuman mati. Saat itu merupakan saat yang gelap bagi hidup para murid Yesus. Tetapi dalam perjalanan selanjutnya, situasi gelap yang dialami para murid berubah menjadi terang. Terlebih setelah para murid mengetahui bahwa Yesus telah bangkit dari kubur dan
menampakkan kepada seluruh murid termasuk Tomas (Yoh, 20:24-29). Mereka juga akhirnya ingat akan sabda Yesus yang mengajarkan tentang cara kerja roh penghibur (Yoh, 16: 4b-15).
Peristiwa mengalami hadirnya Yesus setelah kebangkitan-Nya menjadikan para murid semakin yakin dan percaya bahwa Yesus selalu menjaga dan membimbing mereka dengan Roh yang dimintakan oleh Yesus dari Bapa-Nya. Yesus pernah bersabda: “Aku akan minta kepada Bapa-Ku, dan Ia akan memberikan penolong lain, supaya Ia menyertai kamu yaitu Roh Kebenaran (Yoh, 14:16-17a). Roh inilah yang akan menyertai para murid-Nya sehingga para murid dapat merasakan bahwa mereka tidak ditinggalkan oleh Yesus sebagai yatim piatu seperti yang dikatakan-Nya: “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu” ( Yoh, 14: 18).
Kalau para murid yakin dan percaya bahwa Yesus akan memberikan Roh penolong dalam hidup dan karya mereka, maka tidak ada alasan bagi para calon dan bruder FIC untuk tidak mempercayai bahwa Roh Penolong juga akan diberikan oleh Yesus kepada mereka. Bagaimanapun para murid adalah saksi utama kebangkitan Kristus. Merekalah telah mengalami kasih Yesus yang nyata, menjadi saksi awal bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat. Karena itu kita patut bersyukur karena kita memiliki tokoh-tokoh iman yang sejati. Merekalah yang mengalami hidup secara langsung bersama Yesus sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia (Yoh, 1:14). Kita perlu belajar dari para murid Yesus.
3) Pengalaman Hidup Pribadi para peserta
Setiap orang memiliki pengalaman hidup. Pengalaman tersebut dapat berupa pengalaman yang mengembirakan maupun yang menyedihkan. Walaupun begitu pengalaman memiliki makna yang mendalam bagi hidup seseorang bila orang bersedia merefleksikannya. Pengalaman-pengalaman tersebut diungkapkan, diolah bersama, dipetik hikmahnya untuk kehidupan baru yang lebih baik.
4) Kesaksian Hidup Para Bruder FIC
Sumber belajar lain yang dapat menjadi acuan atau teladan langsung adalah kesaksian hidup para bruder FIC: bruder FIC yang menajdi fasilitator pertemuan, nara sumber yang lain, bruder-bruder lanjut usia dan sakit yang dikunjungi maupun para bruder yang berkarya didekat komunitas novisiat. Para bruder yang disebut diatas menjadi sumber belajar karena bagaimanapun para novis melihat secara langsung orang-orang yang telah lebih dahulu menghayati hidup membiara dengan triprasetianya.
Apa yang penulis pikirkan tersebut diatas sejalan dengan apa yang tertulis dalam Kitab Hukum Kanonik yang berbunyi:
“ Para novis hendaknya dibimbing untuk mengembangkan keutamaan-keutamaan manusiawi kristiani, dengan doa dan ingkar diri diajak masuk dalam jalan kesempurnaan yang lebih penuh; diajar memandang misteri keselamatan serta membaca dan merenungkan Kitab Suci; dipersiapkan untuk merayakan ibadat kepada Allah dalam liturgi suci; mempelajari cara menghayati hidup yang dibaktikan kepada Allah dan manusia dalam Kristus dengan nasehat-nasehat injili, diberi uraian tentang sifat dan semangat, tujuan dan tata-tertib, sejarah dan kehidupan tarekat, serta dipupuk cinta mereka terhadap Gereja serta Gembala rohaninya” (KHK, Kan. 652 §2).
c. Fasilitator Belajar
Penanggungjawab utama dalam pendidikan dan pendampingan para novis adalah magister. Namun pendidikan dan pendampingan secara menyeluruh tidak semua dikerjakan oleh magister seorang diri, melainkan dibantu oleh beberapa orang bruder juga oleh awam. Oleh karena itu program yang sudah disusun ini dapat berjalan dengan baik dan berdayaguna jika dilaksanakan oleh sejumlah fasilitator. Dengan fasilitator-fasilitator yang baik, para novis diharapkan mampu mengembangkan keempat dimensi yang ada dalam dirinya seperti: dimensi tubuh/fisik, dimensi mental/pikiran, dimensi emosional/social, dan dimensi spiritualitas/Jiwa.
Adapun yang menjadi pertanyaan adalah: siapa yang mampu menjadi fasilitator-fasilitator yang baik tersebut? Fasilitator-fasilitator yang baik disini adalah para bruder yang mampu mendidik dan membina para calon sesuai dengan keahlian dibidangnya masing-masing. Sebab bagaimanapun tugas untuk mendidik dan membina para calon merupakan tugas komunitas/kongregasi. Dengan begitu pendampingan menjadi lebih kaya dan bersinergi serta bersifat partisipatoris. Maka dari itu tidak salah jika magister Novis memberdayakan semua bruder yang mau sungguh-sungguh terlibat untuk mendampingi para calon.
Singkatnya adalah bahwa untuk mendampingi para calon dibutuhkan team yang baik dalam formatio. Dengan team formatio yang baik yakni team yang melibatkan banyak bruder untuk terlibat dalam pendampingan calon, semakin banyak pula kontribusi yang diserap oleh para novis.
d. Waktu
Adapun waktu yang digunakan untuk proses melaksanakan program yang tersusun yakni sebagai berikut: Pertama temu muka 12 x 90’ selama tiga bula atau 1 X 1 Minggu selama tiga bulan. Kedua untuk mengerjakan tugas yakni 10 x 90’ Sedangkan untuk kegiatan mandiri sekurang-kurangnya 10 x 90’. Waktu yang sudah dibuat tersebut kiranya sesuai dengan rencana program pendalaman yang tertuang dalam Matrix Program Pendalaman Hidup Berdasarkan Kelima Pokok Spiritualitas FIC dan Beberapa Kutipan Injil Yohanes.