• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. PANGGILAN PARA MURID YESUS MENURUT INJIL

C. Yesus Gembala yang Baik (Yoh. 10:1-18)…

Perikop Gembala yang baik adalah suatu tulisan murni milik Yohanes. Hal ini disebabkan Injil Matius, Markus, dan Lukas (Injil Sinoptik) tidak mengulas perikop tersebut secara khusus sebagaimana Yohanes mengulasnya. Namun tidak berarti Injil sinoptik tidak menyebut nama “gembala” di dalamnya. Ada beberapa bagian ayat yang menyebut mengenai gembala (Mat. 18:12; 25:32; Mark, 14:24; Luk, 2:8, 20).

Ternyata perumpanaan mengenai gembala yang baik tidak hanya terdapat dalam Perjanjian Baru melainkan juga dalam Perjanjian Lama.

Perjanjian Lama ada beberapa perikop yang membicarakan mengenai gembala diantaranya Mazmur 23 dan Yeremia 34. Mazmur 23 ingin memperlihatkan secara jelas bahwa Tuhan adalah Gembala yang baik. Sebagai gembala yang baik Tuhan memberikan segala sesuatu yang menjadi kerinduan domba-domba-Nya. Ketika domba-Nya lapar, ia dibawa ke padang rumput yang hijau. Ketika haus domba dibawa ke sumber air yang tenang. Ia juga menuntun ke jalan yang benar ketika melihat domba gembalaan-Nya tersesat. Sungguh suatu pemamndangan yang indah. Tuhan adalah Gembala yang dapat diandalkan.

Sedangkan dalam Kitab Nabi Yeremia 34, Tuhan memperingatkan kepada para gembala yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik. “Celakalah para gembala yang membiarkan kambing domba gembalaan-Ku hilang dan terserak!” (ay. 1). Ayat tersebut dengan jelas memperingatkan bagi gembala-gembala yang tidak menggembalakan dombanya dengan baik. Kemudian dalam ayat selanjutnya Tuhan bersabda: “…Aku akan membalaskan kepadamu perbuatan-perbuatan yang jahat”. (ay. 2). Tuhan kurang berkenan melihat kawanan domba-Nya tidak diperhatikan dengan baik. Jika Tuhan menemukan kawanan domba-Nya tidak diperhatikan dengan baik maka Tuhan akan mengirimkan gembala-gembala yang dapat memperhatikan dan menggembalakan mereka. Dengan begitu domba-domba-Nya berkembang dengan baik dan tidak ada seekorpun yang hilang. (ay. 6).

Perikop Gembala yang baik yang ditulis oleh Yohanes ingin menunjukkan bahwa hadirnya Yesus membawa nuansa baru bagi terpeliharanya umat Allah. Dalam

perikop tersebut Yohanes mau memperbandingkan antara sikap Yesus dengan sikap yang ditunjukkan oleh orang-orang Farisi. Kristus dengan setia menjaga kawanan-Nya sebagai gembala yang sejati. Sementara orang Farisi memiliki ciri mementingkan dirinya sendiri. (LBI, 1981. 80).

Yesus adalah pintu kandang domba. Sebagai pintu satu-satunya Yesus merupakan jalan kepada kehidupan sejati sebagaimana Gembala yang sejati. Dia mempertaruhkan hidupnya bagi domba-domba-Nya baik orang Yahudi maupun non Yahudi. (Groenen, 1984:162).

Siapapun yang datang dalam kandang domba tetapi tidak melalui pintu dia adalah pencuri dan seorang perampok (ay. 1). Sedangkan gembala yang masuk melalui pintu adalah gembala domba (ay. 2). Kawanan domba Allah adalah Umat Israel. Merekalah yang harus dijaga. Oleh karena itu Yesus selalu menjaga kawanan umat Allah: “semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, domba-domba itu tidak mendengarkan mereka”. (ay. 8). Ayat tersebut bukan berarti untuk menuding para nabi sebelum diri-Nya adalah palsu. Secara lebih jauh, Yohanes mau menunjukkan bahwa ada perbedaan yang lebih mendasar antara Yesus dan orang Farisi. Maka tidak mengherankan kalau Yohanes menuliskan demikian: “Aku datang supaya memiliki hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (ay. 10). Yesus hadir memberi santapan rohani. Ia hadir memberi kelimpahan hidup dan orang Farisi membawa maut.

Untuk ayat-ayat selanjutnya Yesus memberikan diri-Nya sendiri. Inilah bentuk perngurbanan daari seorang Gembala. “Gembala yang baik memberikan Gembala bagi Nya” (ay. 11). Ia juga mengenal dan dikenal

domba-domba-Nya (ay. 14). Yesus itulah Gembala yang sungguh-sungguh baik. Lain halnya dengan seorang upahan. ia tidak memiliki perhatian yang besar terhadap kawanan dombanya. Dia justru membiarkan kawanan dombanya dalam bahaya.

Yesus sebagai gembala yang baik ternyata tidak hanya memperhatikan kawanan domba dari kandang Yahudi, melainkan juga memiliki perhatian besar pada kawanan domba yang tidak berasal dari kandang Yahudi. Artinya Ia juga memperhatian kawanan domba di di luar. “ada lagi pada-Ku domba-domba lain yang bukan berasal dari kandang ini. “(ay. 16 a). Perikop ini mau menekankan sesuatu yang penting yakni bahwa Yesus berada di dunia untuk semua bangsa. Ia tidak hanya menjadi milik kawanan domba Yahudi. Yesus sendiri menyadari akan tanggungjawabnya sebagai Gembala yang baik untuk menuntun domba-domba yang berada di luar Israel. “domba-domba itu harus kutuntun juga dan mereka mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu Gembala”. (ay. 16 b).

Kesadaran sebagai Gembala yang baik tidak lepas dari Bapa yang telah memberikan kepercayaan terhadap dirinya untuk menggembalakan domba-domba-Nya. “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali” (ay. 17). Karena tindakan Yesus untuk memberikan hidup-Nya maka Ia layak menerimanya kembali.

Selain Yesus bertindak sebagai pelaku seorang gembala yang baik, Dia juga dapat memberi kuasa bagi orang-orang yang dipercayai-Nya. Memang tak seorangpun dapat mengambil tugas utama Yesus untuk menyerahkan nyawa-Nya untuk domba-domba-Nya. Karena memang Dialah satu-satunya Gembala yang baik.

Pelajaran yang dapat diambil dari perikop Gembala yang baik bagi para bruder FIC adalah meneladan sikap Yesus sebagai Gembala yang baik. Ada beberapa sikap yang dimiliki oleh Yesus sebagai Gembala yang baik yakni: pertama sebagai Gembala yang baik Yesus menunjukkan dirinya bahwa Dia adalah seorang pelayan yang datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani (Mat, 20:28; Mrk, 10:45). Pelayanan Yesus konkritnya adalah saat membasuh kaki para murid-Nya (Yoh, 13:5).

Kedua: tanggap terhadap kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman. Hal ini dapat diumpamakan dengan perumpamaan demikian, “anggur yang baru tidak dapat diisikan ke dalam kontong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan dalam disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah semuanya.” (Mat, 9:17).

Ketiga: dekat dengan yang dilayani. Siapa yang menjadi prioritas pelayan Yesus? Yang menjadi prioritas adalah mereka yang terpinggirkan, yang berdosa, yang miskin dan sengsara (diukucilkan). Mereka-mereka ini sungguh dekat dihati Yesus. Orang lumpuh bisa berjalan (Mat, 11:5; 15:31; Luk, 14:21). Orang sakit disembuhkan (Mat, 4:23; Luk, 5:21). Dan masih banyak lagi ayat lain yang menunjukkan bahwa Yesus sungguh-sungguh dekat dengan orang-orang yang sakit secara jasmani maupun rohani.

Keempat: memiliki kerohanian yang mendalam. Siapa yang meragukan Yesus bahwa Dia memiliki kerohanian yang mendalam? Kita semua yakin dan percaya bahwa Yesus sungguh memiliki kerohanian yang mendalam. Kerohanian yang

mendalam tampak dalam tindakan Yesus ketika hendak melakukan karya ditengah-tengah bangsanya. Untuk membangun kerohanian yang mendalam Yesus selalu menjalin relasi dengan Allah melalui doa. Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa (Mat, 14:23); Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa (Mrk, 1:35); Semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah (Luk, 6:12); ketika Ia hendak mengusir Roh Jahat ia pun berkata: “Jenis ini tidak dapat di usir kecuali dengan berdoa” (Mrk, 9:29). Dengan contoh-contoh di atas dapat disimpulkan bahwa Yesus benar-benar memilik hidup kerohanian yang mendalam.

Kelima: memiliki semangat keterbukaan dan kerendahan hati. Yesus sungguh memiliki semangat keterbukaan dan kerendahan hati yang sangat baik. Hal ini tampak bagaimana Yesus mencoba memberikan pengertian kepada para murid-Nya mengenai perumpamaan tentang seorang penabur. Yesus memberikan penjelasan yang baik kepada para murid-Nya. (Mat, 13:110; Mrk, 4:8; Luk, 8:8). Ada banyak perumpamaan yang tidak dipahami oleh para murid-Nya. Namun Yesus berusaha untuk menerangkan apa yang baru diajarkan kepada para murid-Nya sehingga para murid-Nya memahami arti perumpamaan yang baru saja diajarkan. Kerendahan hati dan keterbukaan hati inilah yang juga perlu dihidupi oleh pengikutnya sekarang ini. Sebab bagaimanapun setiap orang yang menjadi pengikut-Nya dituntuk untuk manjadi saksi-Nya di dunia ini.