Minyak gaharu merupakan produk olahan yang berasal dari kayu gaharu yang disuling untuk mendapatkan resin dari kayu tersebut. Produk ini memiliki nilai tambah akibat dari perubahan bentuk yang terjadi. Oleh karena itu, pada penelitian ini dianalisis mengenai nilai tambah agar perusahaan dapat mengetahui besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari adanya kegiatan penyulingan tersebut. Selain itu, perusahaan juga akan dapat mengetahui besarnya balas jasa untuk setiap pemilik faktor produksi. Besarnya balas jasa tersebut dapat menunjukkan persentase pengeluaran terbesar pada kegiatan perusahaan, sehingga dapat memberikan informasi bahwa perusahaan tersebut padat karya atau padat modal. Proses produksi minyak gaharu pada CV Aromindo adalah sebagai berikut:
1) Pencincangan kayu gaharu menjadi serpihan. Biasanya pencincangan dilakukan kurang lebih 15 sampai 30 menit dalam satu hari. Alat yang digunakan yaitu golok.
2) Penjemuran kayu gaharu hingga kering. Proses ini dilakukan untuk menjaga kayu agar tidak menggumpal sehingga minyak yang dihasilkan lebih baik. Proses penjemuran dilakukan selama satu atau dua hari di bawah terik sinar matahari.
3) Penggilingan kayu gaharu menjadi serpihan. Hal tersebut dilakukan agar resin gaharu dapat diambil dengan baik ketika penyulingan berlangsung.
52
Penggilingan ini menggunakan mesin giling dan dilakukan dalam waktu satu hari.
4) Perendaman kayu yang sudah digiling menjadi serpihan. Perendaman ini dilakukan di dalam tong berisi air selama dua sampai tiga minggu.
5) Penyulingan kayu gaharu yang sudah direndam dengan air. Hal ini merupakan proses terakhir untuk mendapatkan minyak gaharu yang diinginkan. Proses ini menggunakan mesin suling dan dilakukan selama enam jam untuk penyulingan secara steam dan 3x24 jam untuk penyulingan manual.
Minyak gaharu yang telah siap kirim dikemas dalam botol-botol alumunium yang ditutup rapat dan disegel agar tidak tumpah atau meluap. Botol aluminium yang digunakan memiliki kapasitas 800 gram. Setelah dimasukkan ke dalam botol aluminium, minyak gaharu ditempatkan dalam box/kardus untuk kemudian dikirim melalui jasa pengiriman internasional. Biasanya perusahaan menggunakan jasa pengiriman DHL untuk pengiriman produknya ke konsumen luar negeri. Pada proses pengiriman ini biaya ditanggung seluruhnya oleh pembeli.
53
VI.
HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Analisis Nilai Tambah
Kegiatan penyulingan gaharu menjadi minyak gaharu merupakan kegiatan pengubahan bentuk produk sehingga menimbulkan nilai tambah. Manfaat dari adanya kegiatan tersebut dapat dinikmati oleh perusahaan, karyawan dan para konsumen yang mengonsumsinya. Besarnya nilai tambah ini dapat dihitung dengan metode analisis nilai tambah. Adapun jenis gaharu yang digunakan sebagai bahan baku dalam penyulingan gaharu pada CV Aromindo adalah jenis kamedangan kualitas TGC. Gaharu tersebut dibeli dari pemasok gaharu di Probolinggo. Gaharu yang dibeli dalam keadaan yang telah berbentuk potongan kayu. Harga gaharu berbeda-beda tergantung mudah atau tidaknya pencari gaharu alam mendapatkan gaharu. Harga gaharu berkisar antara Rp 35.000,00 sampai Rp 75.000,00 per kg, sehingga harga yang akan digunakan yaitu harga rata-rata gaharu. Gaharu yang diperoleh berasal dari hutan alam Papua dan Kalimantan.
Proses pengolahan gaharu menjadi minyak gaharu menyebabkan adanya nilai tambah pada komoditas tersebut. Oleh karena itu, harga jual minyak gaharu menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan kayu gaharu. Perhitungan nilai tambah minyak gaharu dilakukan berdasarkan pada kegiatan produksi tahun 2010. Pemilihan pengambilan data pada produksi tahun 2010 dikarenakan pada tahun tersebut produksi minyak gaharu relatif tinggi, yaitu 18 kg dalam satu tahun produksi. Selain itu penulis fokus kepada nilai real yang terjadi sesuai data terbaru yang dimiliki perusahaan.
Analisis nilai tambah dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai tambah dan balas jasa terhadap faktor-faktor produksi akibat adanya aktivitas-aktivitas yang terjadi dimulai dari pengadaan bahan baku gaharu sampai dengan produk jadi minyak gaharu. Dasar perhitungan dalam analisis nilai tambah ini per satuan bahan baku utama adalah satu kilogram kayu gaharu. Gaharu yang disuling selama satu tahun adalah sebanyak 18.000 kg. Berdasarkan wawancara perusahaan, rendemen untuk penyulingan gaharu yang mampu dihasilkan yaitu 1:1000 yang berarti untuk menghasilkan satu kilogram minyak gaharu, dibutuhkan 1.000 kg kayu gaharu. Besarnya rendemen ini tergantung pada
54
kemampuan tenaga kerja, kandungan kimia yang terdapat pada gaharu, serta alat dan mesin yang digunakan. Harga bahan baku kayu gaharu yang digunakan dalam perhitungan nilai tambah ini adalah harga pasar rata-rata yang dibeli oleh perusahaan, yaitu Rp 55.000,00 per kg. Sedangkan harga minyak gaharu yang digunakan berdasarkan harga jual perusahaan, yaitu Rp 130.000.000,00 per kg. Hasil perhitungan nilai tambah produk minyak gaharu dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Perhitungan Nilai Tambah Kayu Gaharu Menjadi Minyak Gaharu
Variabel Nilai
Output, Input dan Harga
1. Minyak gaharu (kg/tahun) 18,000
2. Kayu gaharu (kg/tahun) 18.000,000
3. Tenaga kerja (HKP/tahun) 5.616,000
4. Faktor konversi (1:2) 0,001
5. Koefisien tenaga kerja (3:2) 0,312
6. Harga minyak gaharu (Rp/kg) 130.000.000,000
7. Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/HKP) 28.205,128
Pendapatan dan Keuntungan
8. Harga kayu gaharu (Rp/kg) 55.000,000
9. Harga input lain (gas alam, penyusutan alat dan mesin, packaging) (Rp/kg) 8.657,994
10. Nilai minyak gaharu (4×6) (Rp/kg) 130.000,000
11. a. Nilai tambah (10-8-9) (Rp/kg) 66.342,006
b. Rasio nilai tambah [(11a:10)×100%] 51,032
12. a. Imbalan tenaga kerja (5×7) (Rp/kg) 8.800,000
b. Bagian tenaga kerja [(12a:11a)×100%] 13,265
13. a. Keuntungan (11a-12a) (Rp/kg) 57.542,006
b. Tingkat keuntungan [(13a:10)×100%] 44,263
Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
14. Marjin (10-8) (Rp/kg) 75.000,000
a. Pendapatan tenaga kerja ((12a:14)x100%) 11,733
b. Sumbangan input lain ((9:14)x100%) 11,544
c. Keuntungan perusahaan ((13a:14)x100%) 76,723
Sumber: Data diolah (2012)
Dari hasil perhitungan nilai tambah pada Tabel 11 terlihat bahwa minyak gaharu yang dihasilkan perusahaan setelah dikonversikan ke satuan berat adalah 18,00 kg minyak gaharu dari bahan baku gaharu sebanyak 18.000,00 kg. Nilai
55
faktor konversi dihitung berdasarkan pembagian antara nilai output yang dihasilkan dengan nilai input yang digunakan sehingga didapatkan nilai 0,001, artinya setiap satu kilogram gaharu yang diolah akan menghasilkan 0,001 kg minyak gaharu atau setiap penambahan 18.000 kg gaharu akan menghasilkan 18 kg minyak gaharu. Jika dilihat, output yang dihasilkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan input yang digunakan, hal tersebut terjadi karena gaharu merupakan padatan yang apabila disuling akan menghasilkan minyak gaharu yang merupakan komponen kecil dari gaharu tersebut sehingga hasilnya akan jauh lebih sedikit.
Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam penyulingan gaharu adalah 12 orang tenaga kerja pria. Banyaknya tenaga kerja yang digunakan berkaitan dengan penggunaan mesin yang memerlukan perhatian dari tenaga kerja. Selain itu, untuk memasukkan bahan baku ke dalam mesin penggiling yang merupakan tahap awal dalam penyulingan gaharu ini memerlukan tenaga kerja yang tidak sedikit karena banyaknya bahan baku yang harus digunakan untuk satu kali proses penggilingan. Tenaga kerja tersebut bekerja setiap harinya selama 26 hari dalam satu bulan kerja dan setiap harinya bekerja selama 12 jam kerja. Satu hari orang kerja setara dengan delapan jam kerja. Oleh karena itu, jumlah hari orang kerja yang dibutuhkan selama satu tahun proses pengolahan gaharu menjadi minyak gaharu adalah 5.616,00 hari orang kerja (HOK). Jika nilai tersebut dibagi dengan bahan baku yang digunakan akan diperoleh nilai koefisien tenaga kerja langsung. Nilai koefisien tenaga kerja langsung untuk minyak gaharu adalah 0,312. Nilai ini menunjukkan bahwa untuk mengolah satu kilogram gaharu menjadi minyak gaharu diperlukan tenaga kerja sebesar 0,312 HOK atau setiap penambahan 1000 kg gaharu menjadi satu kg minyak gaharu dibutuhkan tenaga kerja langsung sebanyak 312 HOK.
Upah rata-rata dalam proses pengolahan gaharu menjadi minyak gaharu pada tahun 2010 adalah Rp 28.205,128 per HOK. Nilai tersebut diperoleh dengan membagi total upah tenaga kerja langsung dengan total HOK yang digunakan pada bulan tersebut. Upah yang diberikan kepada tenaga kerja merupakan upah minimum rata-rata Kota Bogor. Hal ini disebabkan oleh jenis pekerjaan yang
56
ditentukan tidak memerlukan kualifikasi pekerjaan yang terlalu tinggi dan tidak diperlukan keterampilan khusus dalam menjalankan proses produksi.
Sumbangan input lain dalam menghasilkan minyak gaharu adalah sebesar Rp 8.657,994. Besarnya sumbangan input lain pada pengolahan gaharu ini dapat dilihat pada Tabel 12. Sumbangan input lain meliputi penyusutan mesin-mesin yang digunakan, gas alam untuk bahan bakar, botol aluminium untuk wadah minyak gaharu dan packaging untuk pengemasan akhir minyak gaharu yang telah dimasukkan ke dalam botol.
Tabel 12. Sumbangan Input Lain Per Kilogram Minyak Gaharu
No Sumbangan Input Lain Jumlah (Rp/tahun)
1 Beban penyusutan 13.478.889,563
2 Packaging 465.000,000
3 Gas alam 141.900.000,000
Total per tahun (Rp) 155.843.889,563
Total per Input Bahan Baku yang Digunakan (Rp/kg) 8.657,994
Sumber: Data diolah (2012)
Nilai produk didapatkan dari perkalian faktor konversi dengan harga produk. Minyak gaharu memiliki nilai produk sebesar Rp 130.000,00. Nilai ini berarti bahwa setiap pengolahan satu kilogram gaharu akan menghasilkan nilai minyak gaharu sebesar Rp 130.000,00. Jumlah nilai produk ini menunjukkan besarnya penerimaan kotor per kilogram bahan baku gaharu yang diolah menjadi minyak gaharu. Jika nilai produk yang sudah dikalikan dengan faktor konversi dikurangi dengan nilai output dan sumbangan input lain, maka diperoleh nilai tambah sebesar Rp 66.342,006. Nilai tersebut menyatakan bahwa setiap satu kilogram gaharu yang diolah akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 66.342,006. Apabila nilai tambah tersebut dibagi dengan nilai produk maka akan diperoleh rasio nilai tambah sebesar 51,032 persen yang berarti dari Rp 130.000,00 nilai produk, sebesar 51,032 persennya merupakan nilai tambah dari pengolahan produk. Nilai tambah ini merupakan nilai tambah kotor bagi pengolah karena masih mengandung imbalan terhadap tenaga kerja langsung dan keuntungan perusahaan pengolah (imbalan bagi modal dan manajemen).
57
Imbalan bagi tenaga kerja langsung pada proses produksi minyak gaharu adalah sebesar Rp 8.800,00 dengan demikian bagian tenaga kerja terhadap nilai tambah pada pengolahan gaharu adalah sebesar 13,265 persen. Imbalan bagi tenaga kerja langsung adalah pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja sebagai hasil perkalian antara koefisien tenaga kerja dengan upah rata-rata tenaga kerja per HOK. Imbalan tenaga kerja merupakan pendapatan yang diperoleh tenaga kerja dari setiap pengolahan satu kilogram gaharu. Imbalan tenaga kerja langsung tidak termasuk ke dalam nilai tambah yang diperoleh perusahaan. Besarnya imbalan tenaga kerja pada pengolahan ini tergantung pada jumlah hari kerja dan upah yang berlaku.
Gambar 3. Distribusi Nilai Tambah Pengolahan Minyak Gaharu Terhadap Imbalan Tenaga Kerja dan Keuntungan Perusahaan
Pengolahan gaharu telah memberikan keuntungan bagi perusahaan. Keuntungan yang diperoleh dari pengolahan satu kilogram gaharu menjadi minyak gaharu adalah sebesar Rp 57.542,006 per kilogram bahan baku. Nilai tersebut merupakan nilai tambah bersih karena sudah dikurangi dengan imbalan tenaga kerja langsung. Tingkat keuntungan pengolahan gaharu sebesar 44,263
Nilai minyak gaharu Rp 130.000,00/kg 42,308% Nilai tambah Rp 66.342,006/kg 6,660 % Bahan baku Rp 55.000,000/kg Input lain Rp 8.657,994/kg Keuntungan Rp 57.542,006/kg Imbalan tenaga kerja Rp 8.800,000/HOK 86,735% 13,265% 51,032 %
58
persen. Definisi keuntungan yang dimaksud pada penelitian ini berbeda dengan definisi keuntungan ekonomi karena biaya pemasaran dan investasi tidak dimasukkan ke dalam perhitungan total biaya. Nilai keuntungan ini menunjukkan besarnya imbalan yang diterima oleh pengusaha karena berani menanggung resiko dalam menjalankan usahanya. Distribusi nilai tambah pengolahan minyak gaharu terhadap imbalan tenaga kerja dan keuntungan perusahaan disajikan pada Gambar 3.
Gambar 4. Besarnya Distribusi Marjin Terhadap Imbalan Tenaga Kerja, Sumbangan Input Lain, dan Keuntungan
Kontribusi faktor-faktor produksi selain bahan baku utama ditunjukkan melalui marjin yang diperoleh dengan mengurangkan nilai output dengan harga bahan baku. Pada proses pengolahan input bahan baku gaharu menjadi minyak gaharu, memerlukan input tambahan selain bahan baku, tenaga kerja, tenaga staf atau manajemen. Input modal dan imbalan manajemen tersebut bagi perusahaan merupakan biaya yang dikeluarkan dalam rangka pengolahan gaharu dan biaya ini merupakan bagian dari marjin disamping keuntungan. Gambar 4 menunjukkan
Nilai minyak gaharu Rp 130.000,00/kg 57,692 % 42,308 % Marjin Rp 75.000,00/kg Bahan baku Rp 55.000,00/kg Input lain Rp 8.657,994/kg Keuntungan Rp 57.542,006/kg Imbalan tenaga kerja Rp 8.800,00/HOK 11,733% 11,544% 76,723%
59
besarnya distribusi marjin terhadap imbalan tenaga kerja, sumbangan input lain, dan keuntungan.
Marjin yang diperoleh dari hasil analsis nilai tambah pengolahan gaharu sebesar Rp 75.000,00 per kilogram bahan baku. Besarnya marjin akan didistribusikan kepada faktor-faktor produksi yang terdiri dari 11,733 persen untuk imbalan tenaga kerja, 11,544 persen untuk sumbangan input lain, serta 76,723 persen untuk keuntungan CV Aromindo. Besarnya marjin yang didistribusikan untuk keuntungan perusahaan dibandingkan pendapatan tenaga kerja menunjukkan bahwa pengolahan gaharu di CV Aromindo merupakan kegiatan padat modal. Kegiatan padat modal dalam hal ini dikaitkan dengan besarnya modal, yaitu pengeluaran untuk investasi sebesar Rp 1.118.691.217,00 yang dikeluarkan perusahaan dan penggunaan teknologi dalam produksi (Lampiran 6, Tabel 15). Hal tersebut juga menunjukkan bahwa CV Aromindo merupakan perusahaan yang suka mengambil resiko.
Perhitungan metode Hayami dapat kembali dilihat faktor konversi pada pengolahan gaharu CV Aromindo yang cukup tinggi menyebabkan rasio nilai tambah yang diterima juga cukup tinggi 51,032 persen. Hal ini disebabkan rendemen pengolahan gaharu yang dihasilkan produsen sudah sesuai standar. Rendemen yang sesuai dengan kriteria sangat dipengaruhi kandungan resin gaharu dan sistem pengolahan. Oleh sebab itu, peralatan mesin dan keahlian operator dalam menghasilkan produk harus memiliki kelebihan secara teknis dan pengalaman agar diperoleh rendemen gaharu yang tinggi.