• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pasir Industri

KUALITAS PRODUK PT TIMAH

5.6 Prospek & Pengembangan Usaha

PRoSPek USAHA

ITRI memprediksi bahwa di tahun 2013 produksi logam timah global akan mencapai sekitar 341.500 ton, naik 2,1% dari tahun 2012. Hal ini juga akan dibarengi dengan peningkatan konsumsi global sebesar 2,4%, dari 338.100 ton di tahun 2012 menjadi 346.200 ton di tahun 2013 ini. Defisit pada neraca persediaan logam timah akan tetap terjadi, dengan jumlah sekitar 4.200 ton.

Belanja Modal 2012

No. Proyek Alokasi Biaya Realisasi 2012 Realisasi 2011

(Rp miliar) (Rp miliar) (Rp miliar)

1 Pembuatan 5 unit KIP (KIP 15-19) 180 176 60

2 Pembuatan/modifikasi 2 unit BWD (multi-years) 172 101 47

3 Pembukaan lokasi tambang laut 290 -

-4 Pembukaan tambang besar/mekanis 1 unit 40 10 40

5 Eksplorasi 60 30

-6 Pengembangan Usaha 275 0 19

7 Pembesaran Kapasitas Galangan Kapal 98 2

-8 Ganti Baru Alat Produksi 262 278 252

Total 1.377 597 417

PRoYek PeNGeMBANGAN USAHA

Dalam rangka memperkuat kinerja produksi khususnya dalam kegiatan penambangan bijih timah, Perusahaan telah melaksanakan sejumlah proyek pengembangan usaha di tahun 2012, baik yang jangka pendek, jangka panjang (proyek multi-years), maupun yang sifatnya reguler setiap tahun.

Berdasarkan jajak pendapat Reuters yang diselenggarakan enam bulan sekali, harga logam timah di tahun 2013 akan mengalami peningkatan menuju harga rata-rata sebesar USD 23.422/ton, sedangkan menurut prediksi Bloomberg, harga rata-rata logam timah dapat berada pada nilai USD 28.750/ton. Logam timah tetap akan menjadi logam yang permintaannya tetap tinggi dibandingkan logam-logam lainnya yang diperdagangkan di LME, di tengah tetap maraknya ketidakpastian ekonomi di tahun 2013.

Pergerakan harga dan pasokan di pasar timah dunia sangat dipengaruhi oleh timah yang diekspor oleh Indonesia. Di akhir

Desember 2012, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan mengeluarkan peraturan baru yang mewajibkan logam timah yang diekspor memiliki kadar kemurnian minimal 99,9% efektif 1 Juli 2013. Selain itu sejumlah ketentuan baru lainnya terkait izin ekspor solder dan royalti telah diberlakukan, yang bertujuan mengatur kegiatan smelter-smelter independen yang seringkali menjual logam timah berkadar rendah untuk kembali dimurnikan di luar negeri, sehingga mengurangi potensi pendapatan negara.

Pemberlakuan aturan-aturan baru ini akan cukup signifikan pengaruhnya terhadap stabilitas pasokan logam timah mulai paruh kedua tahun 2013 nanti, dan dampaknya akan cukup baik bagi Perusahaan.

Industri pertimahan di Indonesia sendiri kian hari kian disoroti oleh pihak luar khususnya pasar di negara-negara maju terkait masalah-masalah lingkungan dan keselamatan kerja yang dapat ditimbulkan. Sebagian besar permasalahan ini erat kaitannya dengan

keberadaan tambang-tambang timah

inkonvensional yang tersebar di seluruh wilayah Bangka Belitung, termasuk di wilayah IUP milik PT TIMAH, baik di darat maupun di laut.

Perusahaan sedapat mungkin menghindari munculnya masalah-masalah ini dengan menerapkan kegiatan penambangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip praktik

penambangan yang baik (good mining practices) dan standar keselamatan kerja yang tinggi.

Perusahaan juga menghindari terjadinya konflik sosial dengan masyarakat sekitar dengan tidak melakukan penambangan di daerah-daerah yang sedang dalam status sengketa atau tumpang tindih penggunaan lahan, dan alih-alih demikian berfokus pada penambangan timah di laut.

Kegiatan penjualan bijih timah ke smelter-smelter swasta di Indonesia, untuk kemudian diekspor dalam bentuk timah kasar (crude tin) tanpa sertifikasi ke pembeli-pembeli di luar negeri, untuk selanjutnya dimurnikan dan dijual sesuai standar LME, juga diprediksi akan tetap marak, walaupun intensitasnya akan dipengaruhi oleh fluktuasi harga logam timah dunia. PT TIMAH berupaya sekuat tenaga membatasi terjadinya kegiatan penambangan inkonvensional di wilayah IUP-nya yang luas dengan cara mengetatkan pengamanan.

Pada tahun 2012 PT TIMAH menerapkan pola penambangan berbasis kemitraan yang baru, di mana para mitra kerja dalam unit-unit tambang skala kecil diwajibkan untuk memenuhi kuota produksi sesuai kesepakatan, dengan harga pokok yang telah ditetapkan sebelumnya. Pola penambangan yang baru ini juga menyederhanakan rantai produksi yang sebelumnya terlalu panjang dengan

mengeliminasi mata rantai perantara yang sebenarnya tidak perlu ada dan merugikan baik Perusahaan maupun para mitra kerja. Dengan demikian, harga pokok produksi bijih timah kini tak lagi bergantung pada fluktuasi harga logam timah di pasar dunia, dan Perusahaan dapat terus menekan biaya perolehan bijih timahnya.

ANAlISIS SeNSITIvITAS

PT TIMAH telah melakukan analisis terhadap pengaruh berubahnya sejumlah parameter penting terhadap keberlanjutan usahanya. Dua parameter penting yang diperhitungkan dalam analisis sensitivitas usaha untuk tahun 2013 adalah harga logam timah dunia dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yang dirata-ratakan untuk 1 tahun.

Hasil analisis sensitivitas yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pengaruh kedua

parameter utama tersebut dapat dikuantifikasi sebagai berikut:

- Untuk setiap kenaikan atau penurunan harga timah sebesar USD 500 per ton, laba bersih Perusahaan akan naik atau turun sebesar 15% (korelasinya positif).

- Untuk setiap penguatan atau pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp 100/USD, laba bersih Perusahaan akan turun atau naik sebesar 7%

(korelasinya negatif).

ReNCANA STRATeGIS 2013

Secara garis besar, dalam rangka mencapai sejumlah sasaran bisnis yang telah ditetapkan sejalan dengan prospek usaha serta kekuatan yang dimiliki Perusahaan, strategi usaha yang akan dilaksanakan di tahun 2013 adalah sebagai berikut:

1. Pengamanan wilayah dan penambahan cadangan layak tambang,

2. Intensifikasi eksplorasi untuk meningkatkan cadangan dan sumber daya,

3. Penyempurnaan metode penambangan yang memenuhi prinsip tata kelola penambangan yang baik dan berwawasan lingkungan,

4. Peningkatan kapasitas produksi tambang laut dan darat serta volume penjualan, 5. Perluasan usaha pertambangan batubara

dan mineral ikutan, 6. Restrukturisasi korporat,

7. Peningkatan efisiensi pada setiap lini operasi,

8. Peningkatan kompetensi SDM,

9. Peningkatan efektivitas kegiatan CSR, dan 10. Pemberdayaan aset non-operasional.

Dengan menjalankan strategi-strategi tersebut, PT TIMAH berupaya untuk dapat membukukan pendapatan minimal Rp 7,5 triliun dan

mencetak laba bersih sebesar Rp 638 miliar di tahun 2013.

5.6 Prospek dan Pengembangan Usaha

6.1 Rantai Nilai Ekonomi