Kondisi perekonomian terutama ditopang oleh meningkatnya kinerja di sektor pertanian, sektor perdagangan, dan sektor pertambangan, sementara sektor industri pengolahan tumbuh relatif stabil. Keempat sektor dominan yang memiliki pangsa sebesar 73,62% dari total kapasitas ekonomi Kalimantan Selatan, pada triwulan ini memberikan sumbangan sebesar 4,69% dari total pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,97% (y‐o‐y). Meningkatnya kinerja sektor pertanian terkait dengan tibanya masa panen raya tanaman pangan di triwulan II. Sementara itu pertumbuhan sektor pertambangan meski mengalami kenaikan, tetapi tertahan oleh produktivitas yang cenderung melambat karena gangguan curah hujan yang cukup tinggi di daerah eksplorasi tambang. Di sektor perdagangan, adanya Pemilu Kada turut mendorong aktivitas perdagangan, terkait dengan belanja kampanye para calon Gubernur dan Bupati/Walikota. Sementara itu, kinerja sektor ekonomi non‐dominan cenderung melambat, kecuali sektor jasa yang relatif meningkat karena terdorong adanya belanja kampanye Pemilu Kada.
Perkembangan Kondisi Perekonomian Daerah
41
Tabel: 4.3. Pertumbuhan PDRB Menurut Sektor Ekonomi di Provinsi Kalimantan Selatan
Sumber: BPS Kalsel (Kajian Ekonom Regional, BI)
Sektor Pertanian. Laju pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan I‐2010 diperkirakan lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 4,47% (yoy) menjadi 7,19% (yoy). Dengan laju pertumbuhan tersebut, sektor pertanian menyumbang sebesar 1,94% terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, terbesar dibandingkan kontribusi sektor dominan lainnya. Meningkatnya laju pertumbuhan sektor pertanian terutama disebabkan oleh kinerja subsektor tanaman bahan makanan yang mencatat kenaikan cukup signifikan, karena pada triwulan ini sudah memasuki panen raya, khususnya untuk komoditas padi jenis unggul (medium). Berdasarkan data Dinas Pertanian, pada April‐Mei 2010, luasan panen padi di empat kabupaten sentra padi yaitu Kab. Barito Kuala, Kab. Hulu Sungai Selatan, Kab. Hulu Sungai Tengah, dan Kab. Tapin mencapai 85,81 ribu Ha, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2009 yang hanya seluas 44,3 ribu Ha. Pola produksi ini masih sejalan dengan pola tahunan produksi padi pada tahun‐tahun sebelumnya. Kenaikan produksi juga dikonfirmasi dari Angka Ramalan (ARAM) II‐2010. Produksi tanaman bahan makanan pada bulan Mei‐Agustus 2010 diperkirakanmencapai 284,09 ribu ton, lebih tinggi 7,98% dibandingkan produksi pada periode yang sama di tahun 2009 sebesar 263,1 ribu ton.
Peningkatan produksi padi ini dipengaruhi oleh adanya upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan produksi beras melalui ekstensifikasi lahan dan bantuan benih padi dan pupuk. Pada tahun 2010 diperkirakan produksi padi meningkat sebanyak 182,85 ribu ton atau naik 9,34%. Peningkatan tersebut disebabkan oleh peningkatan luas panen sebesar 7,51% dan peningkatan produktivitas sebesar 0,58%.
Selain subsektor tanaman pangan, subsektor lain yang memiliki kontribusi besar terhadap perkembangan sektor pertanian adalah subsektor perkebunan. Pada triwulan II‐2010, kinerja subsektor perkebunan tumbuh lebih baik terutama ditunjang oleh meningkatnya produktivitas tanaman perkebunan khususnya kelapa sawit, serta perkembangan harga komoditas perkebunan yang cukup baik dan relatif stabil. Harga komoditas karet mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu dari US$3,69/kg di akhir Maret 2010 menjadi US$3,70/kg pada akhir Juni 2010 atau naik sebesar 0,42%. Sedangkan harga minyak sawit internasional pada akhir periode
Perkembangan Kondisi Perekonomian Daerah
42
laporan mengalami penurunan sebesar 4,75%, yaitu dari US$790,93/metric ton di akhir Maret 2010 menjadi US$753,4/metric ton.
Sektor Pertambangan . kinerja sektor pertambangan Kalimantan Selatan pada triwulan II tumbuh sebesar 5,97% (y‐o‐y), lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang mencapai 4,53% (y‐o‐y). Dengan peningkatan tersebut, kontribusi pertumbuhan sektor pertambangan meningkat dari 1,07% menjadi 1,26%. Meningkatnya kinerja sektor pertambangan terutama dipengaruhi oleh permintaan batu bara khususnya untuk keperluan pembangkit listrik yang cenderung meningkat seiring dengan telah siap beroperasinya beberapa PLTU baru yang termasuk dalam proyek 10.000 MW. Namun demikian kondisi musim saat ini yang merupakan kemarau basah mengakibatkan aktivitas eksplorasi tambang masih terganggu oleh hujan dengan intensitas tinggi. Hal ini terindikasi dari melambatnya volume ekspor batu bara dan bijih besi di triwulan laporan. Untuk batu bara, volume ekspor di triwulan II‐2010 turun sebesar ‐9,21% (y‐o‐y), jauh lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 194,12% (y‐o‐y). Produksi batubara salah satu perusahaan tambang besar tumbuh melambat dari 25,8% (y‐o‐y) pada triwulan I‐2010 menjadi 14,5% (y‐o‐y) pada triwulan II‐2010. Kenaikan laju pertumbuhan sektor pertambangan ditopang oleh pergerakan harga komoditas tambang batu bara yang masih terus meningkat. Pada posisi akhir Juni 2010, harga batu bara internasional mencapai US$64,6/mt atau meningkat 5,64% dibandingkan harga di akhir Maret 2010 sebesar US$61,5/mt.
Sementara itu volume ekspor bijih besi pada triwulan laporan mencapai 1.157,8 ribu ton dengan laju pertumbuhan sebesar 31,87% (y‐o‐y), melambat dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang mencapai 1.949,43% (y‐o‐y). Namun kinerja ekspor ini jauh lebih tinggi dibandingkan April‐Mei 2009 yang menyusut sebesar ‐79,42% (y‐o‐y).
Sektor Industri Pengolahan, pada triwulan II‐2010, pertumbuhan sektor industri pengolahan Kalimantan Selatan masih relatif stagnan, dengan laju pertumbuhan sebesar 2,21% (y‐o‐y), setelah triwulan sebelumnya mencatat pertumbuhan sebesar 2,07% (y‐o‐y). Hal ini antara lain dipengaruhi oleh melambatnya kinerja ekspor komoditas kayu olahan. Selama April‐Juni 2010, pertumbuhan volume ekspor kayu olahan mencapai 8,18% (y‐o‐y), melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 82,99% (y‐o‐y). Indikasi perlambatan kinerja sektor industri juga terlihat dari melambatnya pertumbuhan konsumsi BBM industri. Konsumsi premium industri turun lebih dalam dari ‐28,66% (y‐o‐y) pada triwulan sebelumnya menjadi ‐43,39% (y‐o‐ y), sementara konsumsi solar melambat dari 34,69% (y‐o‐y) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,05% (y‐o‐y) pada triwulan laporan.
Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) di triwulan II‐2010, realisasi kegiatan usaha di sektor industri pengolahan relatif stagnan dan cenderung menurun, terutama pada industri pengolahan kayu karena sulitnya memperoleh bahan baku. Sementara rata‐rata kapasitas produksi terpakai pada triwulan laporan juga lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 57,6% menjadi 50,6%. Kondisi ini menyebabkan sebagian perusahaan tidak berencana melakukan realisasi investasi.
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pertumbuhan sektor ini di Kalimantan Selatan pada triwulan II‐2010 diperkirakan mencapai 8,65% (y‐o‐y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,59% (y‐o‐y). Dengan pangsa sebesar 14,94% dari total PDRB,
Perkembangan Kondisi Perekonomian Daerah
43
sektor ini memberikan kontribusi terbesar kedua terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan laporan, yaitu sebesar 1,26%. Kegiatan Pemilu Kada di tingkat provinsi dan beberapa kabupaten/kota turut mendorong pertumbuhan di sektor perdagangan.
Meningkatnya kegiatan di sektor perdagangan dikonfirmasi oleh meningkatnya kegiatan di pasar modern dan arus bongkar muat barang di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin. Total penjualan di pasar modern Banjarmasin selama triwulan II‐2010 menunjukkan tren yang meningkat, dengan nilai Rp117,7 miliar atau tumbuh 15,1% (y‐o‐y). Laju pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan di triwulan I‐2010 yang mencapai 10,5% (y‐o‐y).
Sementara itu total volume bongkar muat barang di triwulan II‐2010 mencapai 42,16 juta ton, dengan laju pertumbuhan sebesar 210,87% (y‐o‐y), naik sangat signifikan bila dibandingkan laju pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang mencapai 60,05% (y‐o‐y). Kenaikan ini terkait dengan meningkatnya aktivitas bongkar‐muat batu bara, baik untuk keperluan domestik maupun ekspor ke luar negeri.