Kontribusi terbesar bagi pertumbuhan ekonomi dari sisi penawaran pada periode Triwulan III berasal dari sektor pertambangan dan penggalian sebesar 2,95%, diikuti oleh kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 0,92%, dan sektor pertanian 0,51%. Peningkatan pada sektor pertambangan dan penggalian sebagai sektor yang paling dominan dalam perekonomian Kaltim (pangsa 49,91%) dipengaruhi oleh masih tingginya produksi tambang yang disebabkan oleh meningkatnya harga beberapa komoditas hasil pertambangan seperti minyak dan batubara di pasar internasional. Selain itu faktor cuaca juga masih cukup mendukung terhadap kegiatan operasional pertambangan pada triwulan‐III 2010.
Tabel: 4.4. Perkembangan Pertumbuhan PDRB Menurut Sektor Ekonomi di Provinsi Kalimantan Timur
Sumber: BPS Kaltim (Kajian Ekonom Regional, BI)
Sebagai sektor terbesar kedua pembentuk PDRB di Provinsi Kalimantan Timur, sektor industri pengolahan (pangsa 23,13%) mengalami penurunan pada triwulan III‐2010 yaitu sebesar 3,52%
Perkembangan Kondisi Perekonomian Daerah
44
(yoy), sehingga berkontribusi negatif terhadap terhadap pertumbuhan ekonomi dari sisi penawaran sebesar ‐0,81%. Beberapa hal penyebab penurunan kinerja pada sektor ini masih dipengaruhi oleh semakin terbatasnya sumber gas, sehingga produksi LNG mengalami penurunan serta produksi kilang minyak yang juga mengalami penurunan produksi.
Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor ini pada triwulan III‐2010 mengalami pertumbuhan yang melambat, yaitu mencapai 5,91% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II‐2010 yang tumbuh sebesar 11,26% (yoy). Faktor pendorong pertumbuhan positif pada sector pertambangan dan penggalian ini didukung oleh peningkatan produksi batubara dan minyak bumi yang dipengaruhi oleh masih tingginya harga dan permintaan komoditas pertambangan dan penggalian tersebut di pasar internasional. Hal ini sebagaimana terlihat dari Indeks Produksi Batubara yang menunjukkan adanya tren meningkat. Faktor penghambat sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan laporan adalah curah hujan yang terus berada pada tingkat menengah level atas (201‐300mm) di kawasan Kaltim selama bulan Juli sampai dengan September 2010, sehingga mengganggu aktivitas atau operasional kegiatan pertambangan. Selain itu perkembangan sektor ini juga kurang didukung dengan kinerja kredit sector pertambangan yang secara tahunan mencapai 34,32% (yoy) atau lebih rendah jika dibandingkan dengan peningkatan kredit pertambangan secara tahunan pada triwulan sebelumnya sebesar 65,84% (yoy).
Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan pada triwulan III‐2010 diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 8,74% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan II‐2010 yang tumbuh sebesar 9,28%. Perlambatan tersebut dipengaruhi oleh menurunnya produktivitas pada sub sektor tanaman bahan makanan seperti padi sawah dan padi ladang dikarenakan terjadi penurunan luas panen karena bergesernya masa tanam yang biasa terjadi pada bulan Agustus dan September bergeser ke bulan November dan Desember dan alih fungsi lahan pertanian menjadi area kegiatan tambang.
Sementara itu dari subsektor perkebunan terjadi peningkatan produksi Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit. Hal ini terlihat pada indeks produksi sawit. Pertumbuhan sector pertanian cukup didorong dari pembiayaan perbankan, dimana penyaluran kredit pada sektor pertanian di triwulan III‐2010 mencapai Rp. 1.132 miliar atau meningkat sebesar 7,81% dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu.
Sektor Industri Pengolahan. Sektor ini diperkirakan tumbuh negatif pada triwulan III‐2010, yaitu sebesar 3,52% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan yang terjadi pada triwulan II‐2010 yang sebesar 0,11%. Penurunan yang terjadi pada sektor ini terutama dipengaruhi oleh menurunnya produksi LNG, yang memiliki pangsa terbesar dalam industri pengolahan (pangsa 69% terhadap industri pengolahan), karena jumlah pasokan gas yang semakin terbatas. Selain itu produksi pengilangan minyak pada triwulan laporan ini juga mengalami penurunan produksi sebagaimana dialami oleh produksi kilang minyak Pertamina Balikpapan yang turun 9,7% (yoy). Penurunan sektor industri pengolahan ditunjukkan oleh penurunan Indeks Produksi LNG dan Perkembangan Produksi Kilang Minyak Pertamina Balikpapan.
Perkembangan Kondisi Perekonomian Daerah
45
4.1.2. Pertumbuhan Ekspor‐Impor
Berdasarkan data ekspor impor dari Kantor Bea Cukai, neraca perdagangan luar negeri provinsi‐ provinsi di wilyah Kalimantan pada tahun 2009 mengalami surplus devisa, dengan nilai Surplus tertinggi di provinsi Kalimantan Timur sebesar USD 7.127,73 Juta, berikutnya Kalimantan selatan sebesar USD 4.787,09 Juta, Kalimantan Tengah USD 452,92 Juta, dan Kalimantan Barat USD 391,03 Juta. Perkembangan hingga Triwulan III, neraca perdagangan antarprovinsi masih menunjukkan nilai surplus.
Berdasarkan nilai dan volume ekspor, nilai ekspor tertinggi di wilayah kalimantan adalah Provinsi Kalimantan Timur yakni menguasai sekitar 61 persen dari total nilai ekspor wilayah Kalimantan. Berikutnya adalah Provinsi Kalimantan Selatan yang menguasai 34 persen, sementara Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat masing‐masing hanya menguasai 3, persen dan 2,8 persen dari total ekspor wilayah Kalimantan. Gambaran selengkapnya untuk nilai dan volume ekspor antarprovinsi , lihat Tabel 4.5.
Tabel: 4.5. Nilai dan Volume Ekspor Non Migas Antarprovinsi Di Wilayah Kalimantan
PROVINSI 2009 TAHUN 2010
(TW. I) (TW.II) (TW. III) (TW I‐III)
Nilai Ekspor Non migas (USD Juta)
Kalimantan Barat 446,53 172,23 258,69 219,74 650,66
Kalimantan Tengah 486,61 91,05 57,36 83,00 231,41
Kalimantan Selatan 5.446 1.585 1.436 1.316 4.337,00
Kalimantan Timur 9.809,18 2.847,50 3.221,59 3.265,13 9.334,22
Volume Ekspor Non migas (Ribu Ton)
Kalimantan Barat 6.692,26 2.573,43 2.848,31 3.678,78 9.100,52
Kalimantan Tengah 2493,4 642,93 194,47 255,27 1.092,67
Kalimantan Selatan 85.095 26.463 22.796 20.078 69.337,00
Kalimantan Timur 144.279 45.853 45.815 45.398 137.066,00
Sumber: Bea Cukai Cabang Pontianak
Kondisi yang sama dengan nilai dan volume impor, nilai impor tertinggi terdapat di Provinsi Kalimantan Timur yakni sebesr 78,2 persen total nilai impor wilayah Kalimantan. Berikutnya adalah Provinsi Kalimantan Selatan yang menguasai 19,2 persen, dan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat masing‐masing hanya menguasai 0,98 persen dan 1,62 persen dari total Impor wilayah Kalimantan. Gambaran selengkapnya untuk nilai dan volume ekspor antarprovinsi , lihat Tabel 4.6.
Tabel: 4.6. Nilai dan Volume Impor Non Migas Antarprovinsi Di Wilayah Kalimantan
PROVINSI 2009 TAHUN 2010
(TW. I) (TW.II) (TW. III) (TW I‐III)
Nilai Impor Non migas (USD Juta)
Kalimantan Barat 55,5 21,91 21,40 22,05 65,36
Perkembangan Kondisi Perekonomian Daerah
46
PROVINSI 2009 TAHUN 2010
(TW. I) (TW.II) (TW. III) (TW I‐III)
Kalimantan Selatan 658,91 108,09 128,55 108,64 345,28
Kalimantan Timur 2.681,45 425,99 390,07 394,37 1.210,43
Volume Impor Non migas (Ribu Ton)
Kalimantan Barat 44,19 17,36 23,49 16,70 57,55
Kalimantan Tengah 9,76 1,55 1,37 1,25 4,17
Kalimantan Selatan 251,51 63,96 82,72 52,31 198,99
Kalimantan Timur 655,48 260,96 344,30 287,21 892,47
Sumber: Bea Cukai Cabang Pontianak
Gambaran pertumbuhan ekspor impor di setiap provinsi di wilayah Kalimantan adalah sebagai berikut:
Provinsi Kalimantan Barat. Ekspor Barang dan Jasa merupakan aalah satu faktor pemicu pertumbuhan ekonomi di triwulan III, dengan percepatan sebesar 5,40% (y‐o‐y). Percepatan ini tidak terlepas dari membaiknya ekspor komoditi bijih aluminium (bauksit) yang melonjak hingga 100,55% menjadi 3,7 juta ton pada triwulan III dengan negara tujuan ekspor adalah China. Ekspor lainnya yang juga mengalami percepatan pertumbuhan adalah karet yang tumbuh 17,27% (y‐o‐y) dengan volume 22 ribu ton. Ekspor karet di triwulan lII merupakan hasil negosiasi kontrak penjualan di beberapa bulan sebelumnya yang pada saat itu masih memiliki kapasitas produksi yang lebih baik. Negara utama pengimpor karet Kalbar masih didominasi oleh Jepang dan Korea Selatan sejalan dengan industri automotifnya yang terus berkembang.
Impor Barang dan Jasa di Kalimantan Barat tumbuh 16,82% (y‐o‐y), melonjak dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,57% (y‐o‐y). Meningkatnya impor ini tidak terlepas dari adanya lonjakan impor mesin boiler dan komponen besi dan baja yang masing‐masing meningkat sebesar 207,64% dan 340,88% dengan volume sebesar 1.351 ton dan 1.236 ton. Industri kelapa sawit yang masih booming dan membaiknya
kegiatan konstruksi dan properti ditengarai sebagai beberapa faktor pemicunya. Sebagian besar impor kedua komoditi tersebut diperoleh dari Malaysia dan China karena faktor biaya distribusi dan harga barang yang lebih murah dibandingkan dengan negara lainnya.
Gambar: 4.3. Perkembangan Kredit Investasi Tahun 2009-2010 (Bulanan)
Perkembangan Kondisi Perekonomian Daerah
47
Provinsi Kalimantan Tengah. Pertumbuhan nilai transaksi (USD) ekspor luar negeri Kalteng pada triwulan III‐2010 tercatat sebesar 54,04% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang menurun 35,06%. Saat ini, ekspor pada PDRB berkontribusi sebesar 7,71%. Nilai ekspor luar negeri terutama disumbang oleh komoditas unggulanyaitu batu bara, karet, dan minyak kelapa sawit dengan nilai USD74,06 miliar atau memiliki porsi sebesar 89,22% dari total ekspor triwulan III. Kenaikan pertumbuhan nilai ekspor dipengaruhi oleh akibat meningkatnya permintaan komoditas internasional dan membaiknya harga komoditas sawit dan karet.
Dilihat dari negara tujuan ekspor, pada triwulan III, Singapura menjadi negara andalan tujuan ekspor Kalteng. Pangsa ekspor ke Singapura mencapai 42% dengan nilai USD33,76 miliar. Diikuti ekspor ke China dan Jepang dengan pangsa masing‐masing 10% atau sebesar USD8,2 miliar dan 6% atau nilai sebesar USD4,4 miliar pada triwulan III. Sedangkan 38% pangsa pasar ekspor lainnya tersebar di negara di Benua Asia dan Eropa seperti Jepang, Saudi Arabia, India, dan Belanda.
Pertumbuhan nilai impor (USD) Kalteng pada triwulan III‐2010 secara tahunan tercatat sebesar 52,55% (yoy), sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 55,63%. Impor Kalteng lebih banyak ditopang oleh permintaan barang modal, yaitu mesin industri tertentu, mesin pembangkit tenaga, dan mesin industri dan perlengkapannya. China masih merupakan negara utama sumber impor Kalteng pada triwulan III‐2010.
Provinsi Kalimantan Selatan. Pada periode Triwulan II, ekspor yang memiliki pangsa terbesar dalam perekonomian Kalimantan Selatan (69,62%) tumbuh sebesar 28,44% (y‐o‐y), jauh lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang mencapai 63,36% (y‐o‐y). Dengan tingkat pertumbuhan tersebut, ekspor menyumbang sebesar 15,25% terhadap pertumbuhan ekonomi atau lebih rendah dibandingkan sumbangan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 31,02%.
Aktivitas ekspor luar negeri selama triwulan II‐2010 cenderung melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, meski permintaan ekspor masih relatif tinggi seiring dengan pulihnya ekonomi global Adanya gangguan produksi tambang batu bara akibat faktor cuaca, telah menghambat laju ekspor komoditas ini, meskipun permintaan baik dari pasar domestik dan internasional masih cukup prospektif. Volume ekspor Kalimantan Selatan selama triwulan II‐ 2010 mencapai 22,79 juta ton atau turun 7,95% (y‐o‐y) dibandingkan periode yang sama di tahun 2009 yang mencapai 24,76 juta ton. Namun demikian, secara keseluruhan, kinerja ekspor selama tahun 2010 sejak Januari hingga Juni 2010 jauh lebih baik dibandingkan periode yang sama di tahun 2009. Volume ekspor selama Januari‐Juni 2010 mencapai 49,25 juta ton atau meningkat sebesar 47,62% dari periode yang sama di tahun 2009.
Dilihat dari komoditasnya, penurunan ekspor terutama dipengaruhi oleh penurunan ekspor batu bara yang memiliki pangsa volume ekspor terbesar, yaitu mencapai 82,9%. Selama bulan April‐Juni 2010, volume ekspor batu bara mencapai 21,23 juta ton atau turun sebesar 9,21% (y‐ o‐y) dibandingkan periode yang sama di tahun 2009. Sedangkan nilai ekspor batu bara yang mencapai US$1,19 miliar pada April‐Juni 2010 mengalami penurunan sebesar 14,15% (y‐o‐y) dibandingkan triwulan II‐2009. Faktor curah hujan yang relatif tinggi menyebabkan gangguan terhadap aktivitas eksplorasi tambang dan kegiatan angkutan tambang.
Perkembangan Kondisi Perekonomian Daerah
48
Volume ekspor minyak sawit (CPO) yang mengalami lonjakan pada dua triwulan sebelumnya, pada April‐Juni 2010 mencapai 110,28 juta ton atau kembali tumbuh normal sebesar 30,9% (y‐ o‐y) dibandingkan periode yang sama tahun 2009 yang hanya mencapai 84,49 juta ton. Angka pertumbuhan ini jauh lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan di triwulan I‐2010 yang mencapai 1.053,23% (y‐o‐y). Ekspor produk kayu olahan masih relatif baik yang ditandai dengan volume ekspor kayu olahan pada periode April‐Juni 2010 mencapai 54,09 ribu ton atau tumbuh sebesar 8,18% (y‐o‐y) dibandingkan periode yang sama tahun 2009. Namun demikian, laju pertumbuhan ekspor komoditas ini juga lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 82,99% (y‐o‐y).
Di sisi lain, kinerja ekspor karet menunjukkan perkembangan yang terus membaik, meskipun harga karet di pasar internasional sempat terkoreksi. Pada bulan April‐Juni 2010, volume ekspor karet (crumb rubber) mencapai 26,86 ribu ton atau mengalami pertumbuhan sebesar 14,22% (y‐o‐y). Membaiknya harga karet terindikasi pula pada meningkatnya nilai ekspor karet yaitu mencapai US$81,52 juta, atau meningkat tajam sebesar 159,58% (yoy) dibandingkan triwulan II‐ 2009. Selain karena perkembangan harga yang cukup baik, kenaikan ekspor karet juga dipengaruhi oleh perluasan pangsa pasar ekspor ke India.
Dilihat dari negara tujuan ekspor, China pada triwulan ini masih menjadi negara utama tujuan ekspor Kalimantan Selatan dengan pangsa ekspor mencapai 21,56% dan nilai ekspor mencapai US$196,07 juta. Sementara India bergerak menempati posisi kedua terbesar dengan pangsa ekspor sebesar 15,52% dan nilai ekspor mencapai US$141,07 juta. Pada posisi ketiga ditempati oleh Jepang, dengan pangsa 15,19% atau dengan nilai ekspor mencapai US$138,07 juta.
Batu bara juga merupakan komoditas ekspor utama Kalimantan Selatan ke Jepang dengan pangsa nilai ekspor mencapai 79%. Demikian pula dengan China, sekitar 82% dari total nilai ekspor Kalsel ke China merupakan komoditas tambang ini. Secara keseluruhan, volume ekspor batu bara untuk tiga negara tersebut pada triwulan II‐2010 mencapai 11,64 juta ton atau sebesar 54,92% dari total ekspor batu bara Kalimantan Selatan.
Komoditas utama lainnya yang diekspor ke China, India, dan Jepang adalah komoditas industri pengolahan, seperti produk kayu olahan, minyak nabati (CPO), dan dan karet olahan. Pada triwulan II‐2010, nilai ekspor komoditas industri pengolahan tersebut mencapai US$121,99 juta. Aktivitas impor barang yang masuk ke Kalimantan Selatan pada triwulan II‐2010 mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari sebelumnya kontraksi ‐4,30% (y‐o‐y) menjadi 82,17% (y‐o‐y). Dari sisi volume, pertumbuhan impor barang dari luar negeri di triwulan II (April‐Mei 2010) naik signifikan sebesar 312,72% (y‐o‐y), jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang sebesar 18,34% (y‐o‐y), maupun pada periode yang sama tahun sebelumya yang tumbuh negatif sebesar ‐27,5% (y‐o‐y).
Meningkatnya laju pertumbuhan impor barang terutama dipengaruhi oleh kenaikan impor barang‐barang modal ke Kalimantan Selatan, sejalan dengan meningkatnya aktivitas investasi baru pasca berlangsungnya Pemilu Kada Gubernur Kalimantan Selatan pada bulan Juni 2010. Selain itu, membaiknya nilai tukar Rupiah diperkirakan turut mendorong volume impor alat‐alat berat dan pendukungnya. Nilai impor barang modal meraup pangsa sebesar 79,56% dari total nilai impor Kalimantan Selatan yang sebagian besar merupakan impor alat angkutan industri.
Perkembangan Kondisi Perekonomian Daerah
49
Pada periode Triwulan II, kenaikan terbesar terjadi pada impor alat transpor industri, dengan laju pertumbuhan sebesar 270,73% (y‐o‐y). Seiring dengan itu, nilai impor Kalimantan Selatan pada triwulan II‐2010 mencapai US$109,26 juta (April‐Mei 2010), lebih tinggi dibandingkan nilai impor triwulan sebelumnya yang mencapai US$108,09 juta.
Kalimantan Timur. Laju pertumbuhan ekspor Kalimantan Timur pada triwulan III‐2010, diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan yaitu 8,72% (yoy), tumbuh lebih rendah jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekspor triwulan II‐2010 yaitu sebesar 13,93%. Perlambatan tersebut terlihat juga dari perkembangan ekspor Pelabuhan Samarinda, yang pada triwulan III‐2010 tumbuh sebesar 41% (yoy) dengan volume ekspor pada triwulan III mencapai 13,97 juta ton atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 66% (yoy). Berdasarkan data ekspor non migas yang berasal dari Ditjen Bea dan Cukai yang diolah oleh Bank Indonesia, ekspor non migas Kalimantan Timur triwulan III‐2010 mencapai USD 3.265 juta, mengalami pertumbuhan secara tahunan sebesar 29,89% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, yang tercatat sebesar USD 2.513 juta. Pertumbuhan ini mengalami perlambatan jika dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II‐2010 yang mencapai 35,34% (yoy).
Berdasarkan negara tujuan utama ekspor Kalimantan Timur pada triwulan III, China memiliki pangsa terbesar yaitu 21,56%, diikuti oleh Korea Selatan (15,85%), dan Jepang (15,00%) (Grafik 1.10). Berdasarkan komoditasnya, ekspor bahan bakar mineral masih menjadi komoditas andalan ekspor non migas Kalimantan Timur dengan pangsa pasar terbesar, yaitu mencapai 90,19% dengan nilai USD 2.944 juta (Tabel 1.2). Nilai ekspor komoditas ini mengalami ekspansi sebesar 32,36% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, sehingga ekspansi ekspor komoditas ini memberikan kontribusi sebesar 29,19% terhadap pertumbuhan ekspor non migas Kaltim pada triwulan III.
Sementara itu, pertumbuhan impor Kalimantan Timur pada triwulan III‐2010 mengalami penurunan sebesar 14,34% (yoy); lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II‐2010 yang mengalami penurunan sebesar 18,81% (yoy). Berdasarkan data yang tercatat di Bea Cukai, nilai impor non‐migas Kaltim selama triwulan III‐2010 berjumlah USD 394,37 juta, atau mengalami penurunan 26,70% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang turun 20,48%(yoy). Komoditas impor terbesar Kalimantan Timur pada triwulan III‐2010 adalah komoditas nuclear react., boilers, dan mechanical appl. (pangsa 29,47%) dengan impor sebesar USD 116,23 juta atau menurun 15,28% (yoy), diikuti oleh komoditas ships, boats, and floating structures dengan nilai 67,09 juta (pangsa 17,01%) atau turun 58,90% (yoy) (Tabel 1.3). Sementara berdasarkan negara asal impor, mayorita berasal dari Amerika Serikat yaitu sebesar USD 87,91 juta (pangsa 22,29%), diikuti oleh Singapura yaitu sebesar USD 73,68 juta (18,68%), dan Jepang sebesar USD 58,27 juta (14,78%).
Secara keseluruhan, perdagangan komoditas non migas Kalimantan Timur pada triwulan II‐2010 masih mengalami net export (jumlah ekspor non migas Kaltim melebihi besar dibandingkan dengan jumlah impor non migas Kaltim) sebesar USD 1.244,3 juta, atau mengalami penurunan sebesar ‐5,05% (yoy).
Perkembangan Kondisi Perekonomian Daerah
50
4.1.3. Pertumbuhan Investasi
Perkembangan investasi di wilayah Kalimantan, secara umum menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat dicerminkan dari perkembangan investasi provinsi‐provinsi di Kalimanatan, yang menunjukkan peningkatan dari sisi penyaluran Kredit Investasi Perbankan. Gambaran selengkapnya pertumbuhan investasi di setiap provinsi dapat dijelaskan sebagai berikut:
Kalimantan Barat. Kegiatan investasi yang mengalami percepatan sebesar 7,33% (y‐o‐y), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 4,25% (y‐o‐y). Kinerja investasi yang membaik ini tidak terlepas dari kontribusi pelayanan satu atap melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di 12 kabupaten dan kota di Kalbar sehingga proses perizinan usaha dapat lebih cepat. Selain itu, prospek usaha di bidang pertambangan dan perkebunan juga masih menjanjikan sejalan dengan permintaan dunia yang stabil bahkan dengan kecenderungann meningkat.
Dari sisi pembiayaan, meningkatnya investasi antara lain tercermin pada outstanding kredit investasi oleh sektor perbankan yang tumbuh lebih baik dibandingkan outstanding kredit di triwulan II‐2010. Sampai dengan bulan September 2010, pertumbuhan kredit berdasarkan lokasi kantor tumbuh 40,42% (y‐o‐y), sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar39,80% (y‐o‐y).
Sementara indikator kegiatan investasi yang meningkat dapat dilihat perkembangan realisasi investasi proyek swasta dengan penanaman PMDN/ PMA di Kalimantan Barat hingga triwulan III‐2010. Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) meningkat hingga Rp757 miliar menjadi Rp8,2 triliun untuk pelaksanaan 1 (satu) proyek. Sementara realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) naik sebesar USD31 juta menjadi USD1,1 miliar yang terbagi untuk 3 proyek. Dilihat dari sektornya, baik kegiatan PMDN maupun PMA keduanya banyak bergelut di usaha perkebunan dengan total realisasi proyek mencapai 89 proyek. Realiasi proyek terbanyak berikutnya berada pada industri kimia dan industri kayu masing‐masing sebanyak 27 dan 23 proyek.
Tabel: 4.7. Perkembangan Investasi Proyek PMDN/PMA di Kalimantan Barat, Tahun 2005- (2010 Triwulan III)
Sumber: BKPM, Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah. Kegiatan investasi yang ditunjukkan oleh Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) secara tahunan mengalami peningkatan sebesar 11,38% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya (8,88%), atau berkontribusi 4,27% terhadap pertumbuhan ekonomi
Perkembangan Kondisi Perekonomian Daerah
51
Kalteng. Meningkatnya laju investasi ditengarai berasal dari realisasi investasi pembelian alat – alat berat dan masuknya investor baru khususnya pada sub sektor perkebunan.
Gambar: 4.5. Pertumbuhan Investasi dan PDRB (yoy)
Sumber: BPS Kalimantan tengah
Sementara itu, kegiatan investasi berdasarkan realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA) dibandingkan dengan rencananya, masih relatif kecil pada triwulan III tercatat 10,67% dan 30,78%. Namun demikian, realisasi investasi PMDN pada triwulan ini meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, salah satunya disebabkan adanya 1 (satu) perusahaan di sektor perkebunan yang telah merealisasikan investasi sebesar Rp2 triliun.
Tabel: 4.8. Realisasi Investasi PMDN Kalimantan Tengah Triwulan III-2010
Menurut sektor usaha, nilai realisasi investasi PMDN tertinggi masih dicapai oleh sektor perkebunan sebesar Rp10.421,79 miliar. Tingginya realisasi di sub sektor perkebunan dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan yang sebelumnya telah merencanakan investasi sebelum dikeluarkannya larangan untuk melakukan kegiatan di lahan yang baru. Realisasi investasi PMA sampai dengan triwulan III di sektor perkebunan masih belum berubah, sama dengan triwulan sebelumnya yaitu sebesar USD 2,43 miliar.
Perkembangan Kondisi Perekonomian Daerah
52
Tabel: 4.9. Realisasi Investasi PMA Kalimantan Tengah Triwulan III-2010
Kalimantan Selatan. Aktivitas investasi di Kalimantan Selatan pada triwulan II‐2010 mengalami pertumbuhan yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II‐2010, investasi yang tercermin dari indikator Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh dari 0,18% (y‐o‐y) pada triwulan I‐2010 menjadi 29,31% (y‐o‐y) pada triwulan II‐2010. Peningkatan investasi terutama terjadi di sektor pertambangan khususnya batu bara dan bijih besi, seiring dengan prospek sektor pertambangan yang terus membaik. Kenaikan ini antara lain terkait dengan realisasi investasi salah satu perusahaan tambang terbesar di Kalimantan Selatan yang membuka lahan eksplorasi baru. Selain itu, salah satu produsen baja dari China juga telah merealisasikan investasi sebesar US$ 568,6 ribu untuk pembebasan lahan dan kini tengah melanjutkan realisasi pembangunan pabrik baja hulu berkapasitas produksi 500 ribu ton/th senilai US$ 220 juta.
Kenaikan investasi terlihat pula dari tingginya volume impor barang modal dan impor kendaraan truk dan alat berat. Selama bulan April‐Juni 2010, nilai impor barang modal meningkat sebesar 127,62% (y‐o‐y), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 13,31%. Sementara nilai impor alat transportasi penunjang industri juga tumbuh signifikan sebesar 54,17% (y‐o‐y), setelah pada triwulan sebelumnya menyusut sebesar 76,69%. Namun demikian, pemberlakukan UU No. 4/2009 yang diatur lebih lanjut melalui PP No.23/2010 mengenai Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara sejak 1 Februari 2010 dirasa cukup menyulitkan investor baru. Hingga Juni 2010, belum ada investor baru di bidang batu bara yang melakukan eksplorasi. Investasi yang tercatat hingga saat ini merupakan reinvestment dari para pemain lama berupa pembukaan lahan eksplorasi baru. Membaiknya kegiatan investasi didukung pula oleh pembiayaan perbankan. Kredit investasi perbankan (berdasarkan lokasi proyek) pada posisi Juni 2010 tumbuh sebesar 12,09% (y‐o‐y), meningkat dibandingkan pertumbuhan kredit investasi pada triwulan I‐2010 yang turun sebesar ‐13,28% (y‐o‐y). Terkait pembiayaan dan suku bunga, berdasarkan informasi yang diperoleh melalui survei liason, masih terdapat kendala yang dihadapi perusahaan dalam proses pemberian pinjaman dari perbankan yaitu prosedur dari perbankan yang cukup memakan waktu lama dan tingkat suku bunga yang masih relatif lebih tinggi serta persyaratan agunan
Perkembangan Kondisi Perekonomian Daerah
53
yang merepotkan. Salah satu perusahaan mengeluhkan kondisi ini yang menyebabkan perusahaan tidak dapat mengikuti tender karena terlambat dalam penyediaan dana.