Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah
Tertinggal
Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah
Deputi Bidang Pengembangan Regional
dan Otonomi Daerah
Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/BAPPENAS
Kajian Strategis Aktivitas Ruang
Antara Kawasan Strategis Nasional Dengan
Antara Kawasan Strategis Nasional Dengan
Daerah
Tertinggal di Pulau Kalimantan
2010
i
KATA
PENGANTAR
ajian strategis aktivitas ruang antara kawasan strategis nasional dengan daerah tertinggal di pulau Kalimantan dimaksudkan untuk mengetahui potensi pengembangan perekonomian dengan mempertimbangkan aspek keterkaitan ekonomi secara sektoral dan spasial, serta keterkaitan pembangunan ekonomi daerah tertinggal dengan daerah lainnya yang lebih maju. Melalui kajian ini diharapkan dapat menjadi masukan terhadap upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi wilayah Kalimantan khususnya melalui pengembangan kawasan andalan/KAPET, dan pengurangan kesenjangan antardaerah, khususnya dalam memberikan masukan terhadap kebijakan percepatan pembangunan daerah tertinggal dan perbatasan.
Laporan kajian ini pada dasarnya berisi perkembangan pemanfaatan ruang di wilayah Kalimantan dalam mendukung perekonomian daerah, khususnya pada kawasan andalan dan KAPET yang terdapat disetiap provinsi di wilayah Kalimantan. Aspek keterkaitan antarwilayah akan dilihat pada konteks antar‐intra provinsi di wilayah Kalimantan, termasuk mengidentifikasi keterkaitan daerah tertinggal dan perbatasan dengan daerah lainnya. Berdasarkan pemahaman terhadap keseluruhan konteks kajian ini, selanjutnya dilakukan perumusan isu strategis yang akan menjadi dasar pertimbangan dalam penentuan arah kebijakan yang diperlukan.
Kami mengucapkan terimakasih atas segala dukungan berbagai pihak dalam penyusunan laporan kajian ini. Kami sangat menghargai kritik dan saran dari berbagai pihak guna menyempurnakan laporan kajian ini.
Jakarta, Desember 2010
Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal
Dr. Ir. Suprayoga Hadi, MSP
ii
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan dan Sasaran ... 3
1.2.1.Tujuan ... 3
1.2.2.Sasaran ... 3
1.3. Keluaran ... 4
1.4. Manfaat dari kajian ... 4
1.5. Ruang Lingkup Kegiatan ... 4
1.6. Sistematika Penulisan ... 5
BAB II. LANDASAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI WILAYAH KALIMANTAN 2.1. Pengembangan Wilayah Kalimantan dalam RTRW Nasional ... 7
2.1.1. Struktur Ruang ... 10
2.1.2. Pola Ruang ... 13
2.2. Pengembangan Wilayah Kalimantan dalam RPJMN 2010‐2014 ... 15
2.3. Pengembangan Wilayah Kalimantan Berdasarkan Kesepakatan Bersama Gubernur se‐Kalimantan ... 19
2.3.1. Bidang Infrastruktur ... 19
2.3.2. Bidang Tata Ruang ... 22
2.3.3. Bidang Perekonomian ... 22
2.3.4. Bidang Sumberdaya Manusia ... 23
BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Analisis ... 24
3.2. Metode Pelaksanaan Kajian ... 25
3.3. Data ... 25
3.4. Metode Analisis ... 26
3.4.1. Analisis Sektoral ... 26
3.4.2. Keterkaitan Suatu Daerah Terhadap Daerah Lain ... 29
3.4.3. Analisis Model Gravitasi ... 30
3.4.4. Analisis Kualitatif ... 33
3.4.5. Focus Group Discussion ... 33
3.4.6. Wawancara Mendalam ... 34
iii
BAB IV. KONDISI PEREKONOMIAN WILAYAH
4.1. Kinerja Perekonomian di Wilayah Kalimantan
4.1.1. Pertumbuhan Ekonomi ... 35
4.1.2. Pertumbuhan Ekspor‐Impor ... 45
4.1.3. Pertumbuhan Investasi ... 49
4.1.4. Kesejahteraan Masyarakat ... 54
4.2. Iklim Investasi Regional ... 54
4.3. Kondisi Kesenjangan Intra dan Antarwilayah ... 57
4.3.1. Kesenjangan Pendapatan Regional ... 57
4.3.2. Indeks Kesenjangan Regional... 58
BAB V PERKEMBANGAN POLA PEMANFAATAN RUANG DI WILAYAH KALIMANTAN DALAM MENDUKUNG PEREKONOMIAN DAERAH 5.1. Kondisi Kawasan Lindung di Wilayah Kalimantan... 60
5.2. Kondisi Kawasan Andalan di Setiap Provinsi ... 63
5.2.1. Pola dan Struktur Ekonomi Kawasan Andalan ... 63
5.2.2. Sektor Unggulan dan Kompetitif di Kawasan Andalan ... 70
5.3. Identifikasi sektor Unggulan dan Kompetitif di Daerah Tertinggal dan Perbatasan ... 87
5.4. Perkembangan Kinerja KAPET di Wilayah Kalimantan ... 89
5.4.1. Perkembangan Kinerja dan Produk Unggulan KAPET Khatulistiwa ... 91
5.4.2. Perkembangan Kinerja dan Produk Unggulan KAPET DAS KAKAB ... 91
5.4.3. Perkembangan Kinerja dan Produk Unggulan KAPET Batulicin ... 93
5.4.4. Perkembangan Kinerja dan Produk Unggulan KAPET Sasamba ... 95
BAB VI. ANALISIS KETERKAITAN EKONOMI ANTARWILAYAH 6.1. Analisis Dampak Output Inter‐Regional ... 99
6.1.1. Provinsi Kalimantan Barat ... 100
6.1.2. Provinsi Kalimantan Tengah... 102
6.1.3. Provinsi Kalimantan Selatan ... 103
6.1.4. Provinsi Kalimantan Timur ... 105
6.2. Keterkaitan Pergerakan Barang dan Penumpang Antar Wilayah ... 107
6.2.1. Pola Pergerakan Baran dan Penumpang Antar Provinsi ... 107
6.2.2. Pola Pergerakan Barang dan Penumpang Antar Kabupaten/Kota di Setiap Provinsi ... 111
6.3. Analisis Keterkaitan Antar Daerah Menurut Model Gravitasi ... 120
6.3.1. Provinsi Kalimantan Barat ... 121
6.3.2. Provinsi Kalimantan Tengah... 122
6.3.3. Provinsi Kalimantan Selatan ... 123
iv
6.4. Intensitas Interaksi Daerah Tertinggal dan Perbatasan dengan
Daerah Lainnya ... 126
VII. ISU STRATEGIS PEMANFAATAN RUANG DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN
EKONOMI DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL ... 135
VIII. KESIMPULAN SERTA REKOMENDASI DAN TINDAKLANJUT
8.1. Kesimpulan ... 136 8.2. Rekomendasi dan Tindak Lanjut ... 138
DAFTAR PUSTAKA
Pendahuluan
1
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Bangsa Indonesia akan menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Krisis ekonomi global
dapat dipastikan akan mempengaruhi situasi perekonomian nasional beberapa tahun ke depan.
Persaingan global akan semakin kuat berpengaruh pada pembangunan nasional pada masa
yang akan datang. Perekonomian nasional akan menjadi lebih terbuka sehingga secara
langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan
daerah‐daerah di Indonesia. Dalam kaitan itu, tantangan bagi daerah‐daerah adalah
menyiapkan diri menghadapi pasar global untuk mendapatkan keuntungan secara maksimal
sekaligus mengurangi kerugian dari persaingan global melalui pengelolaan sumber daya yang
efisien dan efektif. Oleh karena itu, pemerintah daerah ditantang untuk dapat mampu
memanfaatkan potensi dan peluang keunggulan di masing‐masing daerah dalam rangka
mendukung daya saing nasional sekaligus meminimalkan dampak negatif globalisasi.
Di sisi lain, kesenjangan pembangunan antar wilayah merupakan tantangan yang masih harus
dihadapi oleh bangsa Indonesia dewasa ini. Pengurangan kesenjangan pembangunan antar
wilayah perlu dilakukan tidak hanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh
wilayah Indonesia, tetapi juga untuk menjaga stabilitas dan kesatuan nasional. Tujuan penting
dan mendasar yang akan dicapai untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah bukan untuk
memeratakan pembangunan fisik di setiap daerah, terutama untuk mengurangi kesenjangan
kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, baik di masing‐masing daerah maupun
antardaerah.
Untuk mengatasi masalah dan tantangan tersebut, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahap Kedua (2010‐2014) telah menetapkan beberapa skala proritas utama
pembangunan, salah satunya yaitu memperkuat daya saing perekonomian. Daya saing
perekonomian pada periode 2010‐2014 diharapkan dapat lebih meningkat melalui :
1. Penguatan industri manufaktur sejalan dengan penguatan pembangunan pertanian dan
peningkatan pembangunan kelautan dan sumber daya alam lainnya sesuai potensi daerah
secara terpadu serta meningkatnya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
2. Percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara
pemerintah da dunia usaha;
3. Peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan;
4. Penataan kelembagaan ekonomi yang mendorong prakarsa masyarakat dalam kegiatan
Pendahuluan
2
5. Pengembangan jaringan infrastruktur transportasi, serta pos dan telematika; peningkatan
pemanfaatan energi terbarukan, khususnya bioenergi, panas bumi, tenaga air, tenaga angin,
dan tenaga surya untuk kelistrikan; serta pengembangan sumber daya air dan
pengembangan perumahan dan permukiman.
6. Pengembangan industri kelautan yang meliputi perhubungan laut, industri maritim,
perikanan, wisata bahari, energi dan sumber daya mineral secara sinergi, optimal, dan
berkelanjutan.
Dalam RPJMN 2010‐2014, arah kebijakan pengembangan wilayah Kalimantan adalah: (i)
Pengembangan sentra produksi pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perikanan; (ii)
pengembangan gugus industri (cluster) pengolahan berbasis sumber daya alam; (iii)
pengembangan lumbung energi nasional; (iv) pengembangan industri pariwisata alam dan
budaya; (v) pengembangan sistem jaringan infrastruktur perhubungan multimoda yang
terintegrasi untuk memperkuat keterkaitan domestik intrawilayah; (vi) percepatan
pertumbuhan dan pemerataan internal wilayah melalui kerjasama antardaerah dalam
pengembangan industri unggulan wilayah; (vii) peningkatan daya dukung lingkungan melalui
rehabilitasi dan konservasi daerah aliran sungai, lahan kritis, hutan lindung, dan hutan produksi;
(viii) pengembangan angkatan kerja berkualitas dan berdaya saing; (ix) peningkatan
kesejahteraan rakyat melalui pengembangan ekonomi lokal dan penanggulangan kemiskinan;
(x) pengembangan kawasan perbatasan; dan (xi) penguatan otonomi daerah dengan
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas birokrasi serta kualitas pelayanan publik.
Dokumen perencanaan pembangunan di wilayah Kalimantan, telah mempertimbangkan
Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang wilayah Kalimantan
sejalan dengan Undang‐Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Struktur ruang wilayah mencakup sistem pusat perkotaan, sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi,
sistem jaringan telekomunikasi, dan sistem jaringan sumber daya air. Sistem perkotaan
menurut RTRWN, Pulau Kalimantan memiliki 5 Pusat Kegiatan Nasional (PKN), 8 kawasan
perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN). dan 25 Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW). Sementara dari aspek pola ruang wilayah mencakup kawasan lindung dan kawasan budi
daya termasuk kawasan andalan dengan sektor unggulan yang prospektif dikembangkan.
Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional ditetapkan sebagai kawasan andalan,
yaitu sebanyak 21 kawasan andalan yang tersebar di 4 provinsi di wilayah Kalimantan.
Adanya perbedaan karakteristik alam, ekonomi, sosial dan budaya, sebaran sumberdaya alam
khususnya minyak dan gas, serta pertumbuhan pusat perdagangan dan industri yang
terkonsentrasi di beberapa daerah menyebabkan timbulnya kantong‐kantong pertumbuhan,
sementara beberapa daerah lainnya masih relatif tertinggal. Hal ini telah menyebabkan
terjadinya kesenjangan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat antardaerah. Kondisi ini
tentunya telah menjadi perhatian pemerintah, khususnya melalui kebijakan pengurangan
kesenjangan antarwilayah. Namun demikian, perumusan kebijakan yang lebih operasional
masih sangat diperlukan, khususnya dalam mengoptimalkan pemanfaatan ruang dengan
mempertimbangkan keterkaitan antarwilayah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan
Pendahuluan
3
Kajian strategis di wilayah Kalimantan ini akan difokuskan pada aspek pola pemanfaatan ruang
melalui pengembangan kawasan strategis nasional untuk pengembangan perekonomian, yaitu
kawasan andalan/ KAPET, serta daerah tertinggal dan kawasan perbatasan. Disamping itu,
tinjauan keterkaitan antarwilayah secara fisik (physical linkages) khususnya dilihat dari interaksi
antarwilayah dengan dukungan sarana dan prasarana transportasi. Berdasarkan hasil analisis
dan tinjauan dari berbagai aspek terkait dalam pelaksanaan kajian strategis ini diharapkan
dapat memberikan masukan dalam perumusan kebijakan pembangunan ekonomi di tingkat
regional (kalimantan) dimasa mendatang, serta memberikan masukan dalam upaya mengurangi ketimpangan pembangunan antarwilayah.
Identifikasi permasalahan yang menjadi dasar kajian strategis ini meliputi:
• Sejauhmana perkembangan perekonomian wilayah Kalimantan dilihat dari
Pemanfaatan Ruang dalam pengembangan kawasan strategis nasional melalui
pengembangan kawasan andalan dan KAPET?
• Sejauhmana keterkaitan ekonomi pada lingkup antar dan intra di wilayah
Kalimantan?.
• Masukan kebijakan apa yang diperlukan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi
dan percepatan pembangunan daerah tertinggal dan perbatasan di wilayah
kalimantan.
1.2.
Tujuan
dan
Sasaran:
1.2.1. Tujuan
Kajian Strategis Pemanfaatan Ruang di Wilayah Kalimantan dalam Mendukung Pertumbuhan
Ekonomi dan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Perbatasan, secara teknis
bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi potensi pengembangan perekonomian diwilayah Kalimantan dilihat dari
aspek daya saing daerah, sebaran kegiatan ekonomi, serta pola hubungan antardaerah,
khususnya dalam aspek keterkaitan ekonomi secara sektoral dan spasial.
2. Mengetahui keterkaitan pembangunan ekonomi daerah tertinggal dengan daerah lainnya
yang lebih maju, khususnya dengan sistem perkotaan PKN, PKSN, PKW, dan PKL.
3. Memberikan arah kebijakan pembangunan ekonomi di tingkat regional (kalimantan) dalam
kaitannya dengan upaya mendorong laju pertumbuhan ekonomi, dan mengurangi
kesenjangan antardaerah.
1.2.2. Sasaran
Sasaran kajian strategis dalam melihat kinerja perekonomian daerah akan dilakukan dengan
mempertimbangkan sumber data yang digunakan, yaitu analisis Interregional Input‐Output
(IRIO) akan dilakukan pada unit analisis provinsi, sementara untuk melihat kinerja
perekonomian di daerah tertinggal dan perbatasan akan dilakukan pada unit analisis
Pendahuluan
4
data Origin Destination (OD) akan dilakukan pada unit analisis kabupaten/kota, khususnya
dalam melihat keterkaitan daerah tertinggal dan perbatasan dengan sistem perkotaan Nasional (PKN, PKSN dan PKW).
1.3.
Keluaran
Keluaran yang akan dihasilkan dari pekerjaan ini meliputi :
a) Hasil identifikasi potensi dan daya saing daerah, serta sebaran kegiatan ekonomi
disetiap provinsi, dan disetiap kabupaten daerah tertinggal dan perbatasan,
b) Diketahuinya keterkaitan ekonomi secara sektoral dan spasial yang diindikasikan oleh
Keterkaitan Antar Wilayah yang tinggi,
c) Diketahuinnya interaksi ekonomi daerah tertinggal dengan daerah lainnya yang lebih
maju, khususnya dengan sistem perkotaan PKN, PKSN, PKW,
d) Tersusunnya input untuk kebijakan pembangunan ekonomi di tingkat regional
(kalimantan) dalam kaitannya dengan upaya mendorong laju pertumbuhan ekonomi,
dan mengurangi kesenjangan antardaerah.
1.4.
Manfaat
dari
kajian
Kajian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap upaya peningkatan pertumbuhan
ekonomi wilayah Kalimantan khususnya melalui pengembangan kawasan andalan/KAPET, dan
kebijakan pengurangan kesenjangan antardaerah, khususnya dalam memberikan masukan
terhadap kebijakan percepatan pembangunan daerah tertinggal
1.5.
Ruang
Lingkup
Kegiatan
Untuk menghasilkan output pekerjaan yang dihadapkan, diperlukan ruang lingkup pekerjaan
sebagai berikut:
a) Pengumpulan data‐data dan literatur dari berbagai sumber, antara lain: (a) Hasil kajian
yang relevan, Khususnya Kajian Prakarsa Strategis untuk wilayah Kalimantan, dan hasil
kajian Model Keterkaitan Regional (Sumber Bappenas). (b) Data sekunder bidang sosial
dan ekonomi (sumber BPS), (c) data sektoral departemen teknis yang meliputi: data
infrastruktur, dan Tata Ruang Wilayah Pulau Kalimantan (Kementerian PU), Data Origin
Destination (OD) (Kementerian Perhubungan), (d) Kebijakan‐kebijakan nasional,
regional, sektoral dan tata ruang yang terkait dengan pembangunan daerah, (e)
Pendahuluan
5
b) Kajian literatur, merupakan kegiatan review terhadap berbagai referensi yang relavan,
khususnya hasil Prakarsa Strategis di Wilayah Pulau Kalimantan, serta hasil kajian model Keterkaitan Regional berdasarkan Data IRIO.
c) Pengolahan dan Analisis data, meliputi kegiatan analisis penilaian kinerja
perekonomian daerah, khususnya mengenai analisis Kutub Pertumbuhan; Analisis
Sektoral (Analisis LQ, dan Shift Share); dan Analisis Spasial untuk menujukkan
keterkaitan antar daerah tertinggal dan perbatasan dengan daerah lain yang lebih maju (khususnya dengan sistem Perkotaan nasional).
d) Focus Group Discussion (FGD) di daerah
e) Penyusunan laporan kajian
f) Sosialisasi dan Diskusi hasil Kajian berupa Lokakarya/workshop dengan mengundang
stakeholders terkait untuk diseminasi hasil kajian di tingkat pusat dan sosialisasi ke
daerah terpilih.
1.6.
Sistematika
Penulisan
Penulisan laporan Akhir dari kajian ini terdiri dari 8 bab, yaitu :
Bab I: Pendahuluan
Bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang dan permasalahan yang menjadi dasar pentingnya penyusunan kajian, serta berisi tujuan, sasaran, dan keluaran, manfaat yang diharapkan, serta ruang lingkup kegiatan, dan sistematika penulisan dari kajian ini.
Bab II: Landasan Kebijakan Pembangunan di Wilayah Kalimantan
Bab ini berisi penjelasan mengenai berbagai kebijakan terkait dalam pembangunan di
wilayah Kalimantan, diantaranya meliputi: (i) Pengembangan Wilayah Kalimantan dalam RTRW Nasional berdasarkan struktur ruang yang meliputi sistem perkotaan nasional di
kalimantan, sistem jaringan transportasi nasional di pulau Kalimantan, pola ruang yang
meliputi kawasan lindung nasional, dan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis
nasional (ii) Pengembangan wilayah Kalimantan dalam RPJMN 2010‐2014 (iii)
pengembangan wilayah Kalimantan berdasarkan kesepakatan bersama gubernur se‐
Kalimantan yang meliputi kebijakan dibidang bidang infrastruktur, bidang tata ruang,
bidang perekonomian, bidang sumberdaya manusia
Bab III: Metodologi
Bab ini berisi penjelasan mengenai metodologi yang digunakan adalah berdasarkan
analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis Kuantitatif dalam studi ini meliputi: (i)
Analisis Klassen; (iii) Analisis Sektoral (Analisis, LQ, dan Shift Share); (iv) Analisis
Gravitasi. Sedangkan Analisis Kualitatif yang akan dilakukan dalam studi ini meliputi: (i)
Focus Group Disscussion (FGD); (ii) Wawancara Mendalam; dan (iii) Analisis Dokumen
Pendahuluan
6
Bab IV: Perkembangan Kondisi Perekonomian Daerah
Bab ini berisi mengenai gambaran kinerja perekonomian di wilayah Kalimantan dilihat
dari pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan investasi, pertumbuhan ekspor‐impor, dan
kondisi kesejahteraan masyarakat, iklim investasi regional, kondisi kesenjangan intra
dan antarwilayah berdasarkan kesenjangan pendapatan regional, indeks kesenjangan
regional.
BAB V. Perkembangan Pola Pemanfaatan Ruang Di Wilayah Kalimantan Dalam Mendukung Perekonomian Daerah.
Bab ini berisi mengenai penjelasan kondisi kawasan lindung di wilayah Kalimantan,
kondisi kawasan andalan di setiap provinsi, pola dan struktur ekonomi kawasan andalan,
sektor unggulan dan kompetitif di kawasan andalan, identifikasi sektor unggulan dan
kompetitif di daerah tertinggal dan perbatasan, serta perkembangan kinerja kapet di
wilayah kalimantan
BAB VI. Analisis keterkaitan ekonomi antarwilayah
Bab ini berisi penjelasan hasil analisis dampak output inter‐regional, pola pergerakan
barang dan penumpang antarwilayah, pola pergerakan barang dan penumpang
antarprovinsi, pola pergerakan barang dan penumpang antar kabupaten/ kota di setiap
provinsi, analisis keterkaitan antardaerah menurut model gravitasi, serta hasil
identifikasi keterkaitan daerah tertinggal dan perbatasan dengan daerah lainnya.
BAB VII. Isu Strategis Pemanfaatan Ruang Dalam Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Dan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal.
Bab ini berisi uraian isu‐isu strategis dalam rangka pemanfaatan ruang dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi dan percepatan pembangunan daerah tertinggal.
BAB VIII. Kesimpulan dan Rekomendasi.
Landasan Kebijakan Pembangunan di Wilayah Kalimantan
7
BAB
II
LANDASAN
KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN
DI
WILAYAH
KALIMANTAN
Bab II akan menyajikan tentang kebijakan pembangunan yang mengatur pengembangan wilayah Kalimantan secara keseluruhan sebagai satu kesatuan pulau, diantaranya yaitu RTRW Nasional, RPJMN Buku III Wilayah Kalimantan, serta kesepakatan antar Gubernur di Pulau Kalimantan. Pembahasan dokumen kebijakan ini sangat penting sebagai dasar untuk memahami lebih jauh struktur dan pola ruang dalam kaitannya dengan upaya pengembangan pusat pertumbuhan dan pembangunan daerah tertinggal serta perbatasan di Wilayah Kalimantan.
2.1.
Pengembangan
Wilayah
Kalimantan
dalam
RTRW
Nasional
Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang‐Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional; penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional; pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional; mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor; penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; penataan ruang kawasan strategis nasional; dan penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi : (1) Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki; dan (2) Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional. Rencana struktur ruang Wilayah Kalimantan diperlihatkan pada gambar 2.1. Sedangkan kebijakan pengembangan pola ruang meliputi : (1) kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung; (2) kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya; (3) kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional. Rencana pola ruang wilayah Kalimantan diperlihatkan pada gambar 2.2.Pada bagian ini akan diuraikan arahan‐arahan dalam RTRWN mengenai perwujudan struktur ruang dan pola ruang di Wilayah Kalimantan.
Landasan Kebijakan Pembangunan di Wilayah Kalimantan
8
Gambar 2.1. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kalimantan
Sumber : BKPRN
Landasan Kebijakan Pembangunan di Wilayah Kalimantan
9
Gambar 2.2. Struktur Ruang Wilayah Kalimantan
Sumber : BKPRN
Landasan Kebijakan Pembangunan di Wilayah Kalimantan
a. Sistem Perkotaan Nasional di Kalimantan
Menurut RTRWN, Pulau Kalimantan memiliki 5 Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yaitu Pontianak, Palangkaraya, Banjarmasin, Kawasan perkotaan Samarinda‐Balikpapan‐BontangKawasan perkotaan Samarinda‐ Balikpapan‐Bontang, dan Tarakan. PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. PKN ditetapkan dengan beberapa kriteria : (1) kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor‐impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional; (2) kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi; dan/atau; (3) kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
Untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota, ditetapkan kawasan‐kawasan perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). PKW ditetapkan dengan beberapa kriteria yaitu : (1) kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor‐impor yang mendukung PKN; (2) kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau; (3) kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten. Pulau Kalimantan secara keseluruhan memiliki 25 PKW, terdiri dari 8 PKW di Kalimantan Barat, 5 PKW di Kalimantan Tengah, 8 4 PKW di Kalimantan selatan, dan 8 PKW di Kalimantan Timur.
Untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan Negara, ditetapkan 8 kawasan perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN). PKSN ditetapkan dengan kriteria : (1) Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga; (2) pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga; (3) pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya; dan/atau (4) pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.
Palangkaraya 1. Kuala Kapuas
2. Pangkalan Bun
3. Buntok
4. Muarataweh
Landasan Kebijakan Pembangunan di Wilayah Kalimantan
b. Sistem Jaringan Transportasi Nasional di Pulau Kalimantan
Sistem jaringan transportasi nasional terdiri atas sistem jaringan transportasi darat, sistem jaringan transportasi laut; dan sistem jaringan transportasi udara. Sistem jaringan transportasi darat terdiri atas jaringan jalan nasional, jaringan jalur kereta api, dan jaringan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan. Sistem jaringan transportasi laut terdiri atas tatanan kepelabuhanan dan alur pelayaran. Sedangkan sistem jaringan transportasi udara terdiri atas tatanan kebandarudaraan dan ruang udara untuk penerbangan.
Dari sisi sistem jaringan transportasi darat, pengembangan jaringan jalan nasional diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas antar kawasan dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan menjaga keutuhan NKRI. Rencana pengembangan jalan nasional (arteri primer dan kolektor primer) di Pulau Kalimantan meliputi jalan trans Kalimantan poros selatan dan poros tengah yang membentang dari timur ke barat. Selain itu, direncanakan 18 ruas jalan bebas hambatan di Pulau Kalimantan (Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan) untuk mengantisipasi kebutuhan aktivitas transportasi yang semakin meningkat (Tabel 2.2).
Tabel 2.2. Rencana Jaringan Jalan Nasional (kiri) dan
Rencana Jaringan Jalan Bebas Hambatan di Pulau Kalimantan (kanan)
Rencana Jalan Nasional Rencana Jalan Bebas Hambatan Antar Kota
1. Banjarmasin‐Liang Anggang
2. Simpang Penajam‐Balikpapan
3. Balikpapan‐Samarinda
10. Kuala Kapuas – Banjarmasin
11. Marahaban – Banjarmasin
Landasan Kebijakan Pembangunan di Wilayah Kalimantan
12
Adapun jaringan jalur kereta api direncanakan pengembangannya di Pulau Kalimantan untuk memfasilitasi kebutuhan angkutan orang dan barang secara massal dan jarak jauh yang menghubungkan kota‐kota PKN. Sedangkan jaringan lintas penyeberangan laut sebagai bagian dari system jaringan transportasi darat yang menghubungkan Pulau Kalimantan dengan pulau‐pulau besar lainnya seperti Jawa, Sumatera, dan Sulawesi meliputi jalur lintas penyebarangan jalur utara, jalur lintas penyebarangan sabuk tengah, dan jalur lintas penyebarang penghubung sabuk. Peta rencana jaringan kereta api antar kota dan lintas penyeberangan di Pulau Kalimantan dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Rencana Jaringan Jalur Kereta Api (kiri) dan Jalur Lintas Penyeberangan (kanan)
Dari sisi sistem jaringan transportasi laut, sebaran pengembangan pelabuhan laut nasional/internasional di Pulau Kalimantan diarahkan untuk mendukung aktifitas ekonomi (ekspor‐impor) pada kota‐kota PKN dan PKW. Terdapat 14 pelabuhan yang akan dikembangkan di Pulau Kalimantan, 4 pelabuhan merupakan Pelabuhan internasional dan 10 lainnya merupakan Pelabuhan nasional. Rencana Pengembangan Pelabuhan di Pulau Kalimantan dapat dilihat pada Tabel 2.3 dan Gambar 2.3.
Tabel 2.3. Rencana Pengembangan Pelabuhan di Pulau Kalimantan
Peta Rencana Pelabuhan Nama Pelabuhan Jenis Pelabuhan
1. Pontianak (Provinsi Kalbar)
2. Banjarmasin (Provinsi Kalsel)
3. Balikpapan (Provinsi Kaltim)
4. Tarakan (Provinsi Kaltim)
PELABUHAN
INTERNASIONAL
1. Ketapang (Provinsi Kalbar)
2. Kumai (Provinsi Kalteng)
3. Batulicin (Provinsi Kalsel)
4. Nunukan (Provinsi Kaltim)
5. Samarinda (Provinsi Kaltim)
6. Tanjung Sengata (Provinsi Kaltim)
7. Tanjung Redep (Provinsi Kaltim)
8. Pasir/Tanah Grogot (Provinsi Kaltim)
9. Tanjung Selor (Provinsi Kalimantan Timur)
10. Tanjung Santan (Provinsi Kalimantan Timur)
PELABUHAN
Landasan Kebijakan Pembangunan di Wilayah Kalimantan
13
Dari sisi sistem jaringan transportasi udara, terdapat 15 bandar udara yang memilik nilai strategis menurut kacamata nasional. 1 bandar undara merupakan Pusat Penyebaran Primer, 3 bandar udara merupakan Pusat Penyebaran Sekunder, dan 11 bandar lainnya merupakan Pusat Penyebaran Tersier.
Tabel 2.4. Rencana Pengembangan Bandar Udara
Peta Rencana Bandar Udara Nama Bandar Udara Jenis Bandar Udara
Sepinggan (Provinsi Kaltim) PUSAT PENYEBARAN PRIMER
1. Supadio (Provinsi Kalbar)
2. Syamsuddin Noor (Provinsi Kalsel)
3. Samarinda Baru (Provinsi Kaltim)
PUSAT PENYEBARAN
SEKUNDER
1. Paloh (Provinsi Kalbar)
2. Pangsuma (Provinsi Kalbar)
3. Susilo (Provinsi Kalbar)
4. Rahadi Usman (Provinsi Kalbar)
5. Cilik Riwut (Provinsi Kalteng)
6. Iskandar (Provinsi Kalteng)
7. Stagen (Provinsi Kalsel)
8. Juwata (Provinsi Kaltim)
9. Kalimarau‐Berau (Provinsi Kaltim)
10. Nunukan (Provinsi Kaltim)
11. Bontang (Provinsi Kaltim)
PUSAT PENYEBARAN TERSIER
2.1.2. Pola Ruang
a. Kawasan Lindung Nasional
Kawasan lindung nasional terdiri atas beberapa jenis, yaitu kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya, kawasan rawan bencana alam, kawasan lindung geologi; dan kawasan lindung lainnya. Menurut RTRWN, Wilayah Kalimantan memiliki 40 Kawasan Lindung nasional berupa suaka alam laut, suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut, cagar alam dan cagar alam laut, Taman Nasional dan Taman Nasional Laut, Taman Hutan Raya, serta Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut (Tabel 2.5)
Tabel 2.5. Sebaran Kawasan Lindung di Pulau Kalimantan
Jenis Kawasan Lindung Nama Kawasan Lindung
Suaka Alam Laut 1. Suaka Alam Laut Sambas Kalimantan Barat
2. Suaka Alam Laut Pulau Sebatik Kalimantan Timur
Suaka Margasatwa dan Suaka
Margasatwa Laut
1. Suaka Margasatwa Lamandau Kalimantan Tengah
2. Suaka Margasatwa Pleihari Martapura Kalimantan Selatan
3. Suaka Margasatwa Kuala Lupak Kalimantan Selatan
Cagar Alam dan Cagar Alam
Laut
1. Cagar Alam Mandor Kalimantan Barat
2. Cagar Alam Gunung Raya Pasi Kalimantan Barat
3. Cagar Alam Muara Kendawangan Kalimantan Barat
4. Cagar Alam Niyut‐Penrissen Kalimantan Barat
5. Cagar Alam Bukit Sapat HawungKalimatan Tengah
6. Cagar Alam Bukit Tangkiling Kalimatan Tengah
Landasan Kebijakan Pembangunan di Wilayah Kalimantan
14
Jenis Kawasan Lindung Nama Kawasan Lindung
8. Cagar Alam Muara Kaman Sedulang Kalimantan Timur
9. Cagar Alam Padang Luwai Kalimantan Timur
10. Cagar Alam Teluk Apar Kalimantan Timur
11. Cagar Alam Teluk Adang Kalimantan Timur
12. Cagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut, Selat Sebuku Kalimantan Selatan
13. Cagar Alam Teluk Pamukan Kalimantan Selatan
14. Cagar Alam Sungai Lulan Dan Sungai Bulan Kalimantan Selatan 15. Cagar Alam Teluk Pamukan Kalimantan Selatan Cagar Alam Laut
Kepulauan Karimata Kalimantan Barat
Taman Nasional dan Taman
Nasional Laut
1. Taman Nasional Betung Kerihun Kalimantan Barat
2. Taman Nasional Danau Sentarum Kalimantan Barat
3. Taman Nasional Gunung Palung Kalimantan Barat
4. Taman Nasional Bukit Baka – Bukit Raya Kalimantan Barat – Kalimantan
Tengah
5. Taman Nasional Tanjung Puting Kalimantan Tengah
6. Taman Nasional Sebangau Kalimantan Tengah
7. Taman Nasional Kayan Mentarang Kalimantan Timur
8. Taman Nasional Kutai Kalimantan Timur
Taman Hutan Raya 1. Taman Hutan Raya Sultan Adam Kalimantan Selatan
2. Taman Hutan Raya Bukit Suharto Kalimantan Timur
Taman Wisata Alam dan
Taman Wisata Alam Laut
1. Taman Wisata Alam Belimbing Kalimantan Barat
2. Taman Wisata Alam Asuansang Kalimantan Barat
3. Taman Wisata Alam Dungan Kalimantan Barat
4. Taman Wisata Alam Gunung Melintang Kalimantan Barat
5. Taman Wisata Alam Bukit Kelam Komplek Kalimantan Barat
6. Taman Wisata Alam Tanjung Keluang/Teluk Keluang Kalimantan Tengah
7. Taman Wisata Alam Pleihari Tanah Laut Kalimantan Selatan
8. Taman Wisata Alam Laut Bengkayang Kalimantan Barat
Landasan Kebijakan Pembangunan di Wilayah Kalimantan
15
Gambar 2.1. Kawasan Andalan Laut (kiri) dan Kawasan Andalan Darat (Kanan) di Pulau Kalimantan
Tabel 2.6. Daftar Kawasan Andalan di Pulau Kalimantan
PROVINSI KAWASAN ANDALAN
KALBAR 1. Kawasan Pontianak dan Sekitarnya
2. Kawasan Singkawang dan Sekitarnya
3. Kawasan Ketapang dan Sekitarnya
4. Kawasan Kapuas Hulu dan Sekitarnya
5. Kawasan Sanggau dan Sekitarnya
6. Kawasan Andalan Laut Pontianak dan sekitarnya
7. Kawasan Andalan Laut Ketapang dan Sekitarnya
KALTENG 1. Kawasan Sampit ‐ Pangkalan Bun
2. Kawasan Buntok
3. Kawasan Muara Taweh
4. Kawasan Kuala Kapuas
5. Kawasan Andalan Laut Kuala Pembuang
KALSEL 1. Kawasan Kandangan dan Sekitarnya
2. Kawasan Banjarmasin Raya dan Sekitarnya
3. Kawasan Batulicin
4. Kawasan Andalan Laut Pulau Laut
KALTIM 1. Kawasan Tanjung Redeb dan Sekitarnya
2. Kawasan Sangkuriang, Sangata, dan Muara Wahau (Sasamawa)
3. Kawasan Tarakan, Tanjung Salas, Nunukan, Pulau Bunyu, dan Malinau (Tatapanbuma)
dan sekitarnya
4. Kawasan Bontang‐Samarinda‐Tenggarong‐Balikpapan Penajam dan sekitarnya
5. Kawasan Andalan Laut Bontang‐Tarakan dan sekitarnya
2.2.
Pengembangan
Wilayah
Kalimantan
dalam
RPJMN
2010
‐
2014
RPJM Nasional 2010‐2014 Buku III disusun dengan mengacu kepada draft Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan yang hingga saat ini masih dibahas dan disempurnakan (matriks terlampir). RPJMN 2010‐ 2014 memberikan arahan pengembangan wilayah Kalimantan sebagai berikut :
Landasan Kebijakan Pembangunan di Wilayah Kalimantan
16
sumber daya kelautan, pesisir dan pulau‐pulau kecil, serta mengurangi risiko dampak bencana alam;
(2) Mendayagunakan posisi strategis secara geografis yang berdekatan dengan negara bagian Malaysia di Sarawak dan Sabah dalam kerangka kerja sama ekonomi subregional BIMP‐EAGA;
(3) Mendorong percepatan penanganan kawasan perbatasan antarnegara dengan negara Malaysia di Serawak dan Sabah sebagai beranda depan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia di wilayah Kalimantan;
(4) Meningkatkan aksesibilitas internal wilayah Kalimantan untuk mewujudkan sinergi pengembangan potensi wilayah dan pemerataan tingkat perkembangan antarwilayah melalui percepatan fungsionalisasi jaringan jalan lintas Kalimantan secara terpadu dengan pengembangan jaringan angkutan sungai, angkutan laut, jaringan jalan rel kereta api dan angkutan udara;
(5) Mendorong peran kawasan andalan sebagai penggerak pengembangan ekonomi wilayah Kalimantan;
(6) Mengembangkan industri pengolahan yang berbasis pada sektor kelautan, pertanian, perkebunan, pertambangan, kehutanan secara berkelanjutan, dan industri pariwisata yang berbasis pada penguatan dan pengembangan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat lokal dan kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan
(7) Mendorong berfungsinya pusat‐pusat permukiman perkotaan sebagai pusat pelayanan jasa koleksi dan distribusi di wilayah Kalimantan.
RPJM Nasional juga memberikan perhatian khusus terhadap pengembangan sistem pusat permukiman di wilayah Kalimantan, yang ditekankan pada terbentuknya fungsi dan hierarki pusat permukiman sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang meliputi pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal dan pusat kegiatan strategis nasional di kawasan perbatasan negara. Pengembangan PKN di wilayah Kalimantan diarahkan untuk :
(1) Mendorong pengembangan kota Balikpapan, Banjarmasin, dan Pontianak sebagai pusat pelayanan primer;
(2) Mendorong pengembangan kota Palangkaraya, Samarinda, Bontang, dan Tarakan sebagai pusat pelayanan sekunder.
Pengembangan PKW di wilayah Kalimantan diarahkan untuk :
(1) Mendorong pengembangan kota Singkawang, Sambas, Ketapang, Sintang, Sanggau, Sampit, Kuala Kapuas, Tanjung Redeb, Sangata, Tanjung Selor, Malinau, Nunukan, dan Tenggarong sebagai pusat pelayanan sekunder; dan
(2) Mendorong pengembangan kota Mempawah, Putussibau, Entikong, Pangkalan Bun, Buntok, Muarateweh, Amuntai, Martapura, Marabahan, Kotabaru, Tanlumbis, Sungai Nyamuk, Sangasanga, Tanah Grogot, dan Sendawar sebagai pusat pelayanan tersier.
Sedangkan pengembangan PKL di wilayah Kalimantan ditetapkan melalui peraturan daerah provinsi berdasarkan usulan pemerintah kabupaten/kota dengan kriteria sebagaimana ditetapkan dalam RTRWN dan pengembangan kota‐kota PKL merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengembangan sistem pusat permukiman di wilayah Kalimantan.
Landasan Kebijakan Pembangunan di Wilayah Kalimantan
17
Aruk, Jagoibabang, Nangabadau, Entikong, Jasa, Nunukan, Simanggaris, Long Midang, dan Long Pahangai.
Berdasarkan RPJMN, terdapat 10 tujuan pembangunan wilayah Kalimantan dalam kurun waktu 2010— 2014 meliputi :
1. Meningkatkan standar hidup masyarakat di wilayah Kalimantan;
2. Meningkatkan produksi dan produktivitas sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan
pertambangan di wilayah Kalimantan;
3. Meningkatkan ketersediaan, kualitas, dan jangkauan pelayanan prasarana dan sarana
transportasi, baik darat, laut maupun udara;
4. Meningkatkan jumlah, mutu dan jangkauan sistem jaringan prasarana dasar (jalan, pelabuhan,
lapangan udara, telekomunikasi, listrik dan telepon);
5. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat wilayah Kalimantan terhadap pelayanan publik dasar; 6. Mewujudkan keseimbangan pembangunan wilayah Kalimantan bagian Timur dengan wilayah
Kalimantan bagian Barat, Tengah, dan Selatan;
7. Meningkatkan sinergi dalam pengelolaan sumber daya hutan dan tambang dengan
memperhatikan keseimbangan antara kepentingan dan hak ulayat, perlindungan masyarakat adat, dan pengembangan usaha;
8. Meningkatkan fungsi transportasi laut dan sungai untuk daerah terpencil dan pedalaman di
wilayah Kalimantan;
9. Meningkatkan aksesibilitas antarwilayah di Kalimantan dan daerah perbatasan;
10. Meningkatkan kondisi keamanan dan pengawasan kawasan perbatasan antara Kalimantan dan
Malaysia.
RPJMN juga memberikan sasaran pengembangan wilayah Kalimantan secara terukur hingga akhir 2014 meliputi pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, pengangguran, angka kematian bayi, rata‐rata lama sekolah, angka harapan hidup, dan pendapatan per kapita.
Tabel 2.7. Sasaran Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan Dan Pengangguran
di Wilayah Kalimantan dalam Dokumen RPJMN 2010—2014
Provinsi
Pertumbuhan Ekonomi (%) Kemiskinan Pengangguran
2010 2014 2010 2014 2010 2014
Kalimantan Barat 4,7 – 5,2 4,8 – 5,4 8,03 – 7,94 4,66 – 4,59 5,7 – 6,2 4,9 – 5,4
Kalimantan Tengah 5,0 – 5,6 6,1 – 6,7 6,94 – 6,61 3,61 – 3,57 3,9 – 4,3 2,9 – 3,3
Kalimantan Selatan 5,5 – 5,9 6,3 – 6,9 4,01 – 3,85 1,01 – 1,01 5,1 – 5,6 3,9 – 4,3
Kalimantan Timur 3,0 – 3,5 3,6 – 4,1 5,87 – 5,52 2,03 – 2,01 8,2 – 9,1 5,5 – 6,1
Sumber : RPJMN 2010‐2014
Landasan Kebijakan Pembangunan di Wilayah Kalimantan
18
Tabel 2.8 Sasaran Angka Kematian Bayi, Angka Harapan Hidup, Rata‐Rata Lama Sekolah Dan
Pendapatan Per Kapita Di Wilayah Kalimantan dalam Dokumen RPJMN 2010—2014
Provinsi
Angka
Kematian Bayi
1)
Rata‐Rata Lama
Sekolah 2)
Angka Harapan
Hidup 3)
Pendapatan per kapita
(Rp. Ribu) 4)
2010 2014 2010 2014 2010 2014 2010 2014
Kalimantan Barat 28 25 7,06 7,42 70,31 71,04 6.763,97 7.174,57
Kalimantan Tengah 23 21 8,25 8,56 71,75 72,31 8.244,58 9.043,21
Kalimantan Selatan 34 30 7,68 7,96 68,54 69,79 8.224,03 8.758,01
Kalimantan Timur 20 14 9,24 9,68 72,63 73,74 35.103,57 38.757,95
Sumber : RPJMN 2010‐2014
Selanjutnya, RPJMN memberikan arah kebijakan dan strategi pengembangan wilayah Kalimantan dalam kurun waktu 2010—2014 adalah:
1. Pengembangan Kalimantan sebagai sentra produksi pertanian, perkebunan, kehutanan, dan
perikanan dilaksanakan dengan strategi pengembangan yaitu meningkatkan produktivitas budi daya tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan.
2. Pengembangan gugus (cluster) industri pengolahan berbasis sumber daya alam dilaksanakan
dengan strategi mengembangkan Pontianak, Palangkaraya, Banjarmasin, dan Balikpapan sebagai pusat industri pengolahan berbasis sumber daya alam yang melayani sentra‐sentra produksi di sekitarnya.
3. Pengembangan Kalimantan sebagai lumbung energi nasional, yang dilaksanakan dengan strategi
pengembangan : (a) mengoptimalkan industri migas dan pertambangan; (b) mengembangkan industri energi alternatif terbarukan.
4. Pengembangan industri pariwisata alam dan budaya yang dilakukan dengan strategi
mengembangkan gugus (cluster) industri pariwisata.
5. Pengembangan sistem jaringan infrastruktur perhubungan multimoda terintegrasi memperkuat
keterkaitan domestik antarwilayah dengan strategi : (a) mengintegrasikan integrasi jaringan jalan dan jaringan transportasi lainnya; (b) meningkatkan pelayanan jaringan angkutan sungai dan laut dan mengintegrasikannya dengan jaringan transportasi lainnya; (c) meningkatkan integrasi jaringan angkutan udara dan jaringan lainnya; (d) meningkatkan jangkauan pelayanan telekomunikasi.
6. Pengembangan Kalimantan sebagai wilayah tumbuh pesat dan merata dengan strategi
mengembangkan produk/industri unggulan wilayah dan kerja sama antardaerah.
7. Peningkatan daya dukung lingkungan untuk menjamin keberlanjutan pembangunan dan
mempertahankan fungsi Kalimantan sebagai paru‐paru dunia dengan strategi pengembangan: (a) meningkatkan konservasi dan rehabilitasi daerah aliaran sungan (DAS), lahan kritis, hutan lindung, dan hutan produksi; (b) mengembangkan sistem mitigasi bencana alam banjir dan kebakaran hutan.
8. Pengembangan angkatan kerja berkualitas dan berdaya saing dengan strategi pengembangan: (a)
Landasan Kebijakan Pembangunan di Wilayah Kalimantan
19
9. Peningkatan kesejahteraan rakyat melalui pengembangan ekonomi lokal dengan strategi
pengembangan : (a) memperluas dan meningkatkan sinergi program‐program penanggulangan kemiskinan; dan (b) memperluas kesempatan usaha dan meningkatkan pemberdayaan rumah tangga miskin.
10. Pengembangan kawasan perbatasan sebagai beranda depan wilayah nasional dengan strategi
pengembangan : (a) meningkatkan stabilitas keamanan dan ketertiban kawasan perbatasan; (b) meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan perbatasan dengan pengembangan ekonomi local; (c) Pengembangan daerah otonom yang transparan, akuntabel, dan berorientasi pada pelayanan publik dengan strategi pengembangan: (d) meningkatkan kualitas legislasi dan regulasi; (e) meningkatkan penegakan hukum, hak asasi manusia (HAM), dan pemberantasan korupsi; dan (f) meningkatkan kualitas pelayanan publik.
2.3.
Pengembangan
Wilayah
Kalimantan
Berdasarkan
Kesepakatan
Bersama
Gubernur
se
‐
Kalimantan
Salah satu kebijakan strategis pengembangan wilayah Kalimantan yang penting untuk diperhatikan adalah hasil kesepakatan gubernur se‐Kalimantan dalam Forum kerjasama revitalisasi dan percepatan pembangunan regional kalimantan (FKRP2RK) . Gubernur dalam setiap wilayah administrasi di Pulau Kalimantan telah melakukan pembahasan secara intensif yang melibatkan semua pemangku kepentingan, dan menyepakati Program Pembangunan Bersama Kalimantan Tahun 2011. Program yang diusulkan tersebut meliputi bidang infrastruktur, tata ruang, dan sumberdaya manusia.
2.3.1. Bidang Infrastruktur
a. Jalan Lintas Kalimantan
Forum menyepakati pembangunan jalan lintas Kalimantan Poros Selatan yang diusulkan penanganannya pada tahun 2011 sepanjang 2.573 km, meliputi :
• Kalimantan Barat : Pembangunan jalan sepanjang 470 Km, termasuk Jembatan Tayan 1.400 m.
• Kalimantan Tengah : Pemeliharaan Jalan sepanjang 1.620 Km dan Jembatan sepanjang 652 m, Pembangunan Jalan sepanjang 250 Km dan Jembatan sepanjang 443 m.
• Kalimantan Selatan : Pembangunan jalan sepanjang 876 Km termasuk ruas Margasari‐Buas‐Buas‐ Batas Kalteng dan Fly Over Banjarmasin.
• Kalimantan Timur : Pembangunan jalan sepanjang 1.010 Km , Jembatan P. Balang sepanjang 1.344 meter, Jembatan Mahkota II sepanjang 1.200 meter, dan Free‐way Balikpapan‐Samarinda Tahap I. Untuk jalan poros tengah diusulkan pada tahun 2011 penanganan jalan sepanjang 1.446 Km, meliputi :
• Kalimantan Barat : Pembangunan jalan sepanjang 486 Km.
• Kalimantan Tengah: Pemeliharaan Jalan sepanjang 388 Km dan Jembatan sepanjang 423 meter.
• Kalimantan Selatan : Pembangunan Jalan sepanjang 210 Km dan jembatan sepanjang 1,2 Km.
• Kalimantan Timur: Pembangunan jalan sepanjang 361 Km.
Untuk jalan poros utara/paralel perbatasan, diusulkan pada tahun 2011 penanganan jalan total sepanjang 2.004 Km. Kalimantan Barat sepanjang 966 Km, dan Kalimantan Timur sepanjang 1.038 Km.
Landasan Kebijakan Pembangunan di Wilayah Kalimantan
20
b. Jalan Rel Kereta Api
Sebagai upaya untuk merealisasikan jaringan transportasi jalan rel Forum menyepakati perlunya studi kelayakan dan pembangunan jaringan yang meliputi beberapa segmen :
(1) Kalimantan Barat
Rute I : Pontianak ‐ Singkawang ‐ Sambas ‐ Paloh ‐ Aruk Sajingan ‐Bengkayang ‐ Landak sepanjang 515 km
Rute II : Pontianak ‐ Tayan ‐ Sanggau ‐ Sintang ‐ Putusibau‐sepanjang 600 km. (2) Kalimantan Timur
Rute I : Kalipapak ‐ Kotabangun ‐ Samarinda ‐ Balikpapan sepanjang 230 km Rute II : Bontang ‐ Samarinda sepanjang 115 km.
Rute III : Tabang ‐ Lubuk Tutung 185 km.
Rute IV : Muara Wahau ‐ Lubuk Tutung ‐ Maloy 150 km. (3) Kalimantan Tengah.
Tahap I : Puruk Cahu ‐ Bangkuang ‐ Batanjung (185 km + 175 Km =360 Km) Tahap II : Kudangan ‐ Kumai (195 Km), dalam tahap desain
Tahap III : Puruk Cahu ‐ Kuala Kurun ‐ Tumbang Samba ‐ Kuala Pembuang (466 Km), dalam tahap desain
Tahap IV : Tumbang Samba ‐ Rantau Pulut ‐ Nanga Bulik (418 km)
Tahap V : Kuala Kurun ‐ Palangka Raya ‐ Pulang Pisau ‐ Kuala Kapuas (390 Km) (4) Kalimantan Selatan
Rute I : KotaTanjung‐Tanjung Pamukan sepanjang 150 Km.
Rute II : Kota Tanjung (Kab. Tabalong)‐ Tg. Pulau Datu (Kab. Tanah Laut) sepanjang 300 Km
Dalam rangka sinergitas pembangunan jalan rel di Kalimantan, disepakati bahwa masing‐masing Provinsi di Kalimantan akan menggunakan rel standar dengan lebar 1435 mm.
c. Sumber Daya Air
Program‐program di bidang sumberdaya air yang disepakati antara lain :
1. Program Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan Sumber Daya Air Lainnya. 2. Program Pengendalian Banjir.
3. Program Pembangunan Air baku.
4. Penerbitan Peraturan Pemerintah (PP) tentang Pembentukan Badan Pengelola DAS Barito, DAS Mahakam dan DAS Sesayap yang terdiri dari lintas sektor dan berfungsi merumuskan perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian pengeloaan DAS secara komprehensif dan sinergis.
5. Pengelolaan DAS Jelai ‐ Kendawangan sebagai satu kesatuan perencanaan secara komprehensif.
d. Transportasi Darat
Program‐program di bidang transportasi darat yang disepakati antara lain :
1. Pembangunan jembatan timbang percontohan masing‐masing 1 (satu) unit tiap Provinsi.
Landasan Kebijakan Pembangunan di Wilayah Kalimantan
21
Pembangunan Terminal Tipe A Samarinda dan Balikpapan.
3. Pembangunan dan Peningkatan Lalu Lintas Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (LLASDP) 4. Pengadaan dan Pemasangan Fasilitas Lalu Lintas pada Ruas Jalan Lintas Kalimantan
e. Transportasi Laut
Program‐program di bidang transportasi laut yang disepakati antara lain : 1. Pembangunan Pelabuhan Temajo / Tj. Gondol (50 M) untuk Kalbar
2. Beroperasinya 2 (dua) pelabuhan laut Bagendang Kabupaten Kotawaringin Timur dan Bumiharjo Kabupaten Kotawaringin Barat sebagai pelabuhan yang melayani angkutan Crude Palm Oil (CPO), General Cargo dan Kontainer di Kalimantan Tengah.
3. Pembangunan Pelabuhan Laut Bukit Pinang Tahap IV, Pembangunan Pelabuhan Laut Teluk Segintong dan pelabuhan laut Batanjung di Kuala Kapuas (Kalimantan Tengah)
4. Subsidi Angkatan Laut Perintis Pulang Pisau ‐ Gresik, Sukamara ‐ Semarang di Kalimantan Tengah. 5. Pembangunan Pelabuhan Maloy Kutai Timur, Kalimantan Timur.
6. Pembangunan Terminal Peti Kemas Kariangau Pelabuhan Balikpapan, Kalimantan Timur. 7. Pembangunan Pelabuhan Palaran Samarinda di Kaltim.
8. Pembangunan Pelabuhan Malundung Tarakan, Kalimantan Timur.
9. Perrbangunan Pelabuhan Laut alternatif Pulau Datu Tanah Laut, Kalimantan Selatan. 10. Peningkatan kapasitas bongkar muat pelabuhan Trisakti Banjarmasin.
f. Transportasi Udara
Program‐program di bidang transportasi udara yang disepakati antara lain : 1. Peningkatan bandara Supadio Pontianak menjadi Bandara Internasional 2. Pembangunan Bandara Tebelian Kab. Sintang, Kalimantan Barat. 3. Pembangunan Bandara Singkawang Kalbar.
4. Pembangunan Terminal Penumpang Baru, pelapisan landasan dan penambahan fasilitas penunjang Bandara Tjilik Riwut di Palangka Raya sebagai persianan Bandara Embarkasi Haji.
5. Perpanjangan Runway Bandara Syamsudin Noor dari 2.500 meter menjadi 3.000 meter, dan pembangunan terminal dan sarana pendukungnya berstandar internasional.
6. Pengembangan Bandara Sepinggan, Balikpapan, Kalimantan Timur yang telah ditetapkan sebagai Bandar Udara Internasional yaitu perpanjangan landas pacu dari 2.500 meter menjadi 3.250 meter serta perluasan terminal penumpang.
7. Pembangunan Bandara Sungai Siring Samarinda sebagai pengganti Bandara Temindung Samarinda, Kalimantan Timur.
8. Pengembangan Sandara Internasional Juwata Tarakan, Kalimantan Timur (perluasan terminal penumpang.
9. Subsidi angkutan udara perintis untuk kawasan perbatasan dan pedalaman.
10. Membuka rute Penerbangan Regional se Kalimantan (Pontianak, Palangka Raya, Banjarmasin, Balikpapan, Kota Kinibalu, Brunai, Kuching).
g. Energi dan Kelistrikan
Program‐program di bidang energi dan kelistrikan yang disepakati antara lain :
1. Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listn'k Yang Baru di Pulau Kalimantan
2. Penyusunan Rencana Aksi Nasional Pengembangan Pulau Kalimantan sebagai Lumbung Energi Nasional (sudah masuk dalam Rancangan PERPRES Rl tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Kalimantan).
Landasan Kebijakan Pembangunan di Wilayah Kalimantan
22
5. Penyelesaian Perencanaan Pembangunan PLTN.
6. Meningkatnya Ratio Elektrifikasi di Kalimantan menjadi 95% sebelum tahun 2014 sejalan dengan meningkatnya jumlah desa yang teraliri listrik.
7. Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Alternatif dalam mendukung Kebijakan Energi Nasional.Membangun kemitraan dalam pembangunan pembangkit Listrik, baik dengan swasta nasional dan lokal yang mengacu kepada Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah dari Hasil kesepakatan antar provinsi di wilayah Kalimantan.
8. Pembangunan PLTU Mulut Tambang di Kalimantan dan Jaringan Interkoneksi Kabel Bawah Laut (Sea bed cable) Kalimantan ‐ Jawa sepanjang 430 Km, dimana pada tahun 2010 BAPPENAS akan melaksanakan FS melalui dana AUSAID. Dari kajian awal dana yang dibutuhkan adalah Rp. 198 Triliun.
h. Telekomunikasi
Usulan Program dan kegiatan tahun 2011 dalam pengembangan telekomunikasi, adalah pemenuhan sasaran program Universal Service Obligation (USO) untuk pengadaan sarana telekomunikasi di perbatasan seperti (Desa Berdering, Desa Pintar, Desa Informasi)
2.3.2. Bidang Tata Ruang
Beberapa agenda yang disepakati untuk diselesaikan antara lain : (1) Penyelesaian RTR Pulau Kalimantan; (2) Percepatan Penyelesaian RTRWP se Kalimantan; (3) Review/Penyelesaian Perpres RTR Kawasan Perbatasan/KASABA; (4) Penyelesaian tata batas wilayah antar provinsi se Kalimantan; (5) Penataan Ruang SWS Garito dan SWS Jelai secara Terpadu; (6) Implementasi Kerjasama Heart of Borneo meliputi tindak Lanjut Pengusulan Gunung Lumut sebagai World Natural and Cultural Heritage (Starting
point Implementasi Heart of Borneo di Kalimantan Tengah), fasilitasi best management practices dan
Sertifikasi Hijau bagi perusahaan di wilayah cakupan HoB, inisiasi pembentukan Foundation dan Trust Fund Management of HoB, sert a pembentukan sekretariat HoB;
2.2.3 Bidang Perekonomian
Usulan program dan kegiatan Bidang Perekonomian Regional Kalimantan sebagai berikut: 1. Program Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Kawasan Hutan
2. Program Pengendalian Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) / zoonosis seperti Flu Burung, Rabies, Brucellosis dan penyakit jemberana.
3. Program Pengendalian dan Pengawasan Lalu lintas ternak dan produk‐produk peternakan. 4. Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) 2014 dan Keamanan Pangan Asal Hewan
5. Program pengembangan Lumbung Pangan Desa dalam rangka mewujudkan Kalimantan sebagai Lumbung Pangan Indonesia, dan Pengendalian Hama dan penyakit tanaman.
6. Program Persiapan Pembangunan Kluster Baja
7. Program Peningkatan Mutu Hasil Karet Rakyat (Bahan Olahan Karet Rakyat)
8. Program Penetapan Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia (KEKI) di Wilayah Kalimantan.
9. Program peningkatan nilai tambah daya saing, industri hilir, pemasaran dan ekspor hasil pertanian. 10. Program penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana pertanian.
Landasan Kebijakan Pembangunan di Wilayah Kalimantan
23
2.3.4. Bidang Sumberdaya Manusia
Usulan beberapa program/kegiatan yang diarahkan dalam program/kegiatan strategis bidang SDM diantaranya:
1. Pembangunan SD ‐ SMP satu atap, SMK Model (investasi) di Kalbar 2. Pembangunan Gedung Institut llmu Pemerintahan di Kalimantan Selatan
3. Pengembangan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (Pembangunan Laboratorium) di Kalimantan Selatan dan Pembangunan Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya.
4. Pengembangan PoUtoknik Perkebunan di Kalimantan Barat. 5. Pengemoangan Po‐lueknik Pertambangan di Kalimantan Selatan.
6. Peningkatan Pelayanan Kesehatan, Surveilance, epidemiologi dan penanggulangan wabah. 7. Pemberdayaan masyarakat miskin, kepulauan, pedalaman dan perbatasan serta
penyempurnaan pelaksanaan pemberian bantuan sosial
8. Pelatihan dan Magang serta peningkatan kapasitas SDM Pemerintah Daerah dan Transmigrasi di Wilayah Perbatasan.
9. Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. 10. Pembangunan/Peningkatan/Pengadaan sarana dan prasarana Lembaga Pemasyarakatan Khusus
Narkoba
11. Pembangunan Sekolah Olahraga Regional/Nasional di Samarinda dengan memanfaatkan fasilitas PON XVII Kaltim.
12. Pembinaan Olahraga yang bersifat Internasional
13. Pembangunan/Pengadaan sarana dan prasarana Kodam VI Tanjungpura di Kalimantan Barat, Pembangunan Pos Keamanan di Perbatasan antar negara dan Pulau terluar