• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (Halaman 67-80)

Arah perekonomian Kaltim di triwulan I-2014 diproyeksi menguat seiring adanya perbaikan permintaan global terhadap komoditas

6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Kalimantan Timur (Kaltim) pada triwulan I-2014 diproyeksi menguat didorong oleh peningkatan kinerja sektor pertambangan dan penggalian non migas, serta beberapa sektor pendukung khususnya sektor perdagangan dan bangunan. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar 2,1+1%, lebih tinggi dibandingkan laporan yang tumbuh 1,69% (yoy). Dari sisi permintaan, faktor-faktor pendorong pertumbuhan akan berasal dari peningkatan ekspor serta adanya kenaikan realisasi investasi di Kaltim. Meski cenderung lambat namun pemulihan ekonomi global mulai berimbas pada naiknya permintaan terhadap komoditas energi seperti batubara dan CPO.

Tabel 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Timur

Sumber: BPS Provinsi Kaltim; (P) : Proyeksi KPw BI Kaltim

Perkiraan tumbuhnya pengeluaran masyarakat juga diperkuat dengan indikator Indeks Ekspektasi Konsumen yang berada di level 139,83 di bulan Desember, meningkat dari periode sebelumnya. Masyarakat memiliki ekspektasi optimis terhadap peningkatan penghasilan dan

I II III IV Total I II III IV Total I Total

- Konsumsi Rumah Tangga 10.45 11.27 12.22 10.17 11.03 9.04 7.47 5.27 6.89 7.13 6.66 7.0 - 7.5 - Pengeluaran KLSN 5.10 5.29 4.42 5.29 5.02 5.01 5.01 4.12 7.56 5.44 8.81 8.6 - 9.1 - Pengeluaran Pemerintah 8.05 6.74 6.31 (2.59) 4.37 3.17 1.31 5.91 11.06 5.43 5.14 5.3 - 5.8 - Investasi 6.23 8.43 8.70 8.47 7.97 7.23 5.36 4.41 4.02 5.23 4.81 5.1 - 5.6 - Ekspor 5.69 7.44 0.54 3.74 4.32 3.69 4.10 8.49 4.09 5.06 4.95 4.1 - 4.6 - Impor 6.81 12.35 3.37 9.57 8.01 10.97 9.69 17.05 9.55 11.75 9.98 7.9 - 8.4 - Pertanian 6.67 4.43 8.39 3.13 5.66 1.56 5.57 3.84 8.01 4.67 6.85 4.9 - 5.4 - Pertambangan 9.96 7.44 3.41 0.04 5.07 (0.04) 0.81 (0.89) (0.82) (0.23) (0.47) 0.2 - 0.7 - Industri Pengolahan (6.09) (4.53) (9.42) (3.57) (5.91) (5.78) (6.52) (0.07) (3.09) (3.93) (2.53) (1.3) - (1.8) - Listrik, Gas, Air Bersih 12.50 8.00 7.10 5.28 8.12 5.20 4.78 4.00 3.93 4.47 4.32 4.5 - 5.0 - Bangunan 12.53 13.41 15.06 15.17 14.08 13.75 10.20 8.89 8.04 10.13 10.64 11.1 - 11.6 - Perdagangan, Hotel, Restoran 11.25 10.03 7.22 4.94 8.27 4.78 6.28 6.54 6.10 5.93 6.29 5.9 - 6.4 - Pengangkutan & Komunikasi 12.79 13.28 12.07 9.44 11.85 7.61 7.14 7.23 8.24 7.56 7.91 7.4 - 7.9 - Keuangan, Persewaan 12.62 15.75 18.42 19.44 16.65 17.75 12.98 11.11 10.52 12.93 10.70 11.4 - 11.9 - Jasa-jasa 11.24 11.58 11.43 8.52 10.65 8.39 8.00 8.01 8.60 8.25 8.62 8.3 - 8.8 6.00 5.40 2.66 1.99 3.98 1.13 1.45 2.08 1.69 1.59 2.10 2.4 - 2.9 15.52 13.29 10.47 6.18 11.21 5.23 5.34 4.46 5.63 5.17 5.91 5.8 - 6.3 2014P KOMPONEN PENGGUNAAN SEKTOR EKONOMI

PDRB Kaltim & Kaltara PDRB Non Migas

50

ketersediaan lapangan kerja di akhir tahun. Selain itu, kenaikan UMP di Kalimantan Timur di satu sisi akan menjadi salah satu pendorong permintaan masyarakat, khususnya untuk barang tahan lama.

Dari sisi sektoral, perbaikan pertumbuhan ekonomi akan lebih didorong oleh sektor non migas, khususnya komoditas batubara dan CPO. Permintaan batubara dari pasar Cina di triwulan mendatang masih akan kuat meski dibayangi pelemahan harga di pasar domestiknya memasuki hari raya Imlek. Musim liburan imlek yang berlangsung di akhir Januari sampai awal

Februari sempat membuat trader Cina menahan permintaannya. Ekspor ke Cina memasuki

bulan Maret diperkirakan melonjak dalam rangka restock paska musim libur Imlek.

Selain itu tarik ulur kebijakan pemerintah Cina untuk mengurangi impor batubara kualitas rendah (low rank), termasuk jenis lignite, dalam rangka mengurangi tingkat emisi menambah kekhawatiran sebagian perusahaan batubara di Indonesia. Pasalnya sebagian besar

impor batubara lignite Cina berasal dari Indonesia, khususnya Kalimantan Selatan dan

Kalimantan Timur. Di tahun 2013 Cina mengimpor 59,8 juta ton jenis lignite atau sekitar 18,3% dari total impor batubaranya. Industri batubara Indonesia berpotensi kehilangan lebih dari 20 juta ton ekspor ke Cina6

. Atau dampaknya sekitar 5% terhadap pencapaian produksi batubara Indonesia tahun 2014 yang ditargetkan sebanyak 397 juta ton.

Optimisime juga datang dari Jepang, yang meskipun perekonomiannya di 2014 diprediksi melambat namun kebutuhan terhadap batubara dipastikan meningkat seiring dengan telah ditutupnya seluruh pembangkit listrik tenaga nuklir. Dalam setahun terakhir, terdapat kenaikan ekspor batubara ke negara tersebut sekitar 2 juta ton. Pembeli Jepang yang terkenal loyal merupakan pasar potensial yang selalu dijaga oleh perusahaan batubara nasional. Dengan kebutuhan terhadap batubara kualitas tinggi, pasar Jepang sanggup membayar lebih mahal sepanjang mutu dan ketepatan waktu dapat dijamin.

Industri batubara Kaltim juga berpeluang untuk melirik pasar negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam dan Pakistan sejalan dengan kebutuhan PLTU-nya yang terus meningkat. Kebutuhan listrik di Malaysiia naik 5% setiap tahunPLTU-nya dan Indonesia tercatat sebagai importir batubara terbesar bagi Malaysia yakni sekitar 67%.

Sebaliknya untuk pasar India di triwulan I-2014 diproyeksi stagnan akibat perlambatan di industri otomotif dan sektor konstruksi, yang disertai oleh tingkat inflasi yang tinggi dan lemahnya nilai tukar Rupee. Sementara pasar Korea Selatan diprediksi stabil yang berasal dari

kebutuhan generator PLN Korea (Korea Electric Power Corporation) yang memang didesain

untuk jenis batubara Indonesia.

Beberapa faktor resiko didentifikasi mewarnai bisnis batubara Kaltim di awal tahun 2014. Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) diketahui bahwa sifat hujan di beberapa daerah di Kaltim pada awal Januari dan Februari berada di atas normal. Pengusaha akan cenderung menggenjot produksinya memasuki pertengahan Februari

6

IHS Mc.Closkey Coal Report, Issue 327, 24 Januari 2014

Gambar 6.1 Prakiraan Sifat Hujan Kalimantan

Sumber: BMKG

51

dan bulan Maret yang mulai memasuki musim kering dengan intensitas curah hujan rendah.

Industri batubara juga masih akan berhadapan dengan masalah cash flow akibat

pergerakan harga yang stagnan. Untuk mempertahankan keuntungan, pengusaha harus menjalankan berbagai strategi efisiensi untuk mempertahankan margin. Bauran strategi efisiensi yang ditempuh antara lain dengan mengurangi stripping ratio, menunda investasi, pengurangan jumlah kendaraan dan pembelian peralatan, memangkas jumlah konsultan, hingga menekan biaya perjalanan dinas karyawan. Pemegang lisensi IUP diupayakan menjalin kemitraan yang lebih intens dengan PKP2B daripada melakukan ekspor secara langsung

melalui trading company. Strategi tersebut akan lebih menjamin cash flow perusahaan menjadi

lebih sehat karena term pembayaran yang lebih pendek dan adanya kepastian penjualan

sehingga mempengaruhi kredibilitas perusahaan di mata lembaga pembiayaan.

Sementara itu kontraksi pertumbuhan sektor migas meski diproyeksi melandai namun masih menyisakan kekhawatiran akan pencapaian produksi yang lebih rendah dibanding tahun lalu. Meningkatnya target lifting migas nasional dalam APBN dari 830.000-850.000 barel per hari (bph) di tahun 2013 menjadi 870.000 bph di tahun 2014 sejatinya akan berpengaruh pada strategi perusahaan migas di Kaltim untuk lebih meningkatkan produksi. Namun angka tersebut memiliki gap yang cukup besar dengan target lifting hasil pembahasan rencana kerja dan

anggaran (work program and budget/WP&B) 2014 sebesar 804.000 bph. Sedangkan untuk gas

alam di APBN ditargetkan 7.175 juta bBtud di APBN atau setara 2.110.000 barel ekuivalen minyak per hari, sedangkan target WP&B sebesar 6.853 juta bBtud per hari.

SKK Migas berpendapat bahwa potensi tambahan produksi minyak bumi sebesar 23.000 bph yang dapat direalisasikan oleh KKKS antara lain dengan cara mengoptimalkan kegiatan yang ada dan mengurangi gangguan operasional yang tidak perlu terjadi. Upaya dimaksud antara lain dengan memaksimalkan potensi sumur pengembangan di luar WP&B yang teridentifikasi sebanyak 49 sumur. Dalam menyikapi tantangan tersebut, regulator dan pelaku hulu migas menyiapkan beberapa langkah untuk mengatasi masalah gangguan

operasiona, mengurangi penghentian produksi yang tidak direncanakan (unplanned shutdown)

melalui evaluasi detail rencana pemeliharaan fasilitas produksi, serta meminimalisir masalah

decline rate yang tajam dengan cara memastikan jadwal pengeboran sumur tepat waktu dan optimalisasi proses pengembangan. Tidak kalah penting adalah kendala pembebasan lahan dan perizinan yang harus terus dicarikan solusinya.

Grafik 6.1 Lifting Gas Alam Kalimantan Timur Grafik 6.2 Lifting Minyak Bumi Kalimantan Timur

Sumber: Kementerian ESDM Sumber: Kementerian ESDM

-30% -25% -20% -15% -10% -5% 0% -50 100 150 200 250 300 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2011 2012 2013 Lifting Gas g (yoy) (RHS) -35% -30% -25% -20% -15% -10% -5% 0% 5% 10% -2 4 6 8 10 12 14 16 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2011 2012 2013 Lifting Minyak g (yoy) (RHS) (jt barel)

52

Tantangan lainnya yang saat ini dihadapi oleh sektor migas adalah masih kurangnya

infrastuktur di midstream dan downstream sehingga kelancaran pasokan gas dari produsen ke

konsumen sedikit terhambat. Hal ini mengakibatkan tidak terserapnya gas sebesar 420 juta mmscfd. Langkah yang diambil oleh SKK Migas dalam mengatasi hal ini adalah memperbaiki mekanisme alokasi gas ke konsumen.

Dari sektor non migas, perekonomian masih didorong dari optimisme perbaikan pertumbuhan sektor pertambangan batubara Kaltim di triwulan I-2014 yang diperkuat dengan lanjutan peningkatan ekspor ke India seiring dengan mulai membaiknya produksi manufaktur besi-baja dan otomotif. Hal ini terindikasi dari Purchasing Manufacturing Index (PMI) negara tersebut yang berada di angka 51,4 pada bulan Januari 2014. Sementara itu ekspor batubara Kaltim ke Cina diperkirakan masih akan tumbuh stabil seiring dengan mulai membaiknya harga. Ekspor batubara ke Jepang dan Korea Selatan juga berpeluang besar untuk meningkat untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik di negara tersebut, menggantikan sumber tenaga nuklir yang terus dikurangi. Walaupun isu larangan impor batubara kualitas rendah

(lignite) oleh pemerintah Cina masih membayangi kekhawatiran sebagian produsen batubara lokal.

Hasil liaison Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur mengindikasikan bahwa pelaku usaha semakin optimis bahwa penguatan harga akan berlanjut di tahun 2014, khususnya di semester II. Menyiasati naiknya ongkos produksi di tengah harga batubara yang belum sepenuhnya pulih saat ini, pelaku industri batubara secara umum tetap berupaya melakukan bauran strategi efisiensi untuk mempertahankan level margin. Upaya tersebut

antara lain dengan melakukan pengurangan shift kerja dan menunda investasi dan pembelian

beberapa peralatan kerja yang baru. Perusahaan kontrak karya (PKP2B) cenderung untuk lebih

menjaga hubungan baik dengan buyer untuk mendapatkan repeat order dan referensi pembeli

baru. Sementara bagi perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) diharapkan dapat

bermitra dengan PKP2B dibandingkan melakukan ekspor langsung melalui perusahaan trading.

Dengan strategi tersebut maka cash flow perusahaan menjadi lebih sehat dan adanya kepastian

penjualan akan dapat mempengaruhi kredibilitas perusahaan di mata lembaga pembiayaan. Strategi ini juga dapat menghindarkan keterlambatan pengiriman ekspor akibat pemeriksaan yang lebih intensif sehubungan dengan penerapan larangan ekspor mineral mentah.

Grafik 6.3 Pengapalan LNG Kaltim Grafik 6.4 Produksi Batubara PKP2B Kaltim

Sumber: Salah satu perusahaan LNG di Kaltim Sumber: McCloskey Indonesian Coal Report

-30% -25% -20% -15% -10% -5% 0% 5% 10% 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 2011 2012 2013 (yoy)

Cargo Std. Cargo Growth (yoy)

-20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% -5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2011 2012 2013 Produksi PKP2B g (yoy) (RHS) (juta ton)

53

Grafik 6.5 Harga CPO Internasional & TBS Lokal Grafik 6.6 Harga Batubara Internasional

Sumber: IMF, Disbun Provinsi Kaltim Sumber: Kementerian ESDM

Tendensi perkembangan positif lainnya juga ditunjukkan dengan meningkatnya harga batubara global serta masih stabilnya harga batubara acuan (HBA). Harga Batubara Acuan (HBA) pada bulan Januari 2014 ditetapkan sebesar US$81,9, sementara di pasar internasional optimisme pelaku pasar terindikasi dari harga batubara global mengalami peningkatan dan kembali mencapai level US$64,04 per ton, lebih tinggi dibandingkan posisi rerata triwulan IV-2013 yang berada di level US$63,63 per ton.

6.2. Proyeksi Inflasi

Pergerakan inflasi Kaltim pada triwulan I-2014 diproyeksi mereda dibanding triwulan IV-2013 yang tercatat pada posisi 9,65% (yoy). Laju inflasi di triwulan mendatang diperkirakan berada pada kisaran 8,83±1% (yoy). Sejumlah faktor resiko diidentifikasi akan mempengaruhi perkembangan harga-harga di kota Samarinda, Balikpapan dan Tarakan yang merupakan sampel kota inflasi di Kalimantan Timur.

Grafik 6.7 Laju Inflasi Provinsi Kaltim & Proyeksi di Triwulan I-2014

Sumber: BPS Prov.Kaltim, diolah

*) Okt-Des 2013 merupakan angka perkiraan KPw BI Kaltim

Dari sisi permintaan, faktor pendukung meredanya inflasi antara lain berimbas dari kembali normalnya konsumsi masyarakat untuk komoditas bahan makanan. Selain itu siklus bisnis di awal tahun, baik oleh pemerintah maupun swasta umumnya cenderung konservatif sehingga tidak berpotensi mendorong permintaan terhadap komoditas bahan bangunan

400.00 600.00 800.00 1,000.00 1,200.00 1,400.00 1,600.00 1,800.00 1 2009 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2010 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2011 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2012 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2013 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2014 (Rp/Kg) (USD/MT) Rerata Harga TBS Kaltim International CPO Price 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 1 2009 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2010 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2011 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2012 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2013 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2014 (USD/MT)

Harga Batubara Acuan (HBA) International Coal Price -2 0 2 4 6 8 10 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 2011 2012 2013 2014 N ata l & T ah un B ar u IK en ai ka n B B M Id ul F itr i N ata l & T ah un B ar u Id ul F itr i N ata l & T ah un B ar u Id ul F itr i

54

maupun durable goods lainnya. Faktor resiko yang perlu diwaspadai adalah depresiasi nilai Rupiah yang dapat menyebabkan inflasi yang bersifat imported inflation dan kenaikan harga kontrak/sewa rumah di awal tahun.

Dari sisi ekspektasi, asesmen kenaikan laju inflasi Kaltim dikonfirmasi oleh hasil Survei Konsumen pada triwulan sebelumnya dimana responden mengekspektasikan adanya volatilitas harga 3 bulan yang akan datang. Sesuai dengan hasil survei tersebut, ekspektasi konsumen cenderung semakin meningkat pada bulan awal triwulan dan kemudian menurun pada dua bulan selanjutnya. Hal ini sejalan dengan perkiraan inflasi yang akan kembali cukup tinggi pada bulan Januari dan kemudian mereda di bulan Februari dan Maret.

Grafik 6.8 Rerata Tinggi Gelombang di Laut Jawa & Selat Makassar

Grafik 6.9 Ekspektasi Konsumen

Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Sumber: Survei Konsumen KPw BI Prov. Kaltim

Sementara dari sisi penawaran, banjir yang terjadi di beberapa lokasi di Jawa Timur juga berpotensi ditransmisikan kepada kenaikan harga di Kalimantan Timur, terutama komoditas pertanian. Faktor resiko lainnya yang perlu diwaspadai adalah tingginya gelombang di Laut Jawa dan Sulawesi yang dapat menghambat distribusi barang, terutama komoditas yang diangkut dari Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Namun demikian, sejumlah faktor penarik juga diidentifikasi mampu menahan inflasi antara lain adanya komitmen salah satu produsen semen untuk memberikan tambahan suplai semen ke Kalimantan Timur. Faktor eksternal harga

perdagangan future untuk komoditi emas dan kedelai yang masih akan mengalami koreksi

akan berimbas pada penurunan harga emas perhiasan dan produk kedelai serta turunannya di Kaltim.

Berdasarkan komposisi pembagiannya, kenaikan laju inflasi di triwulan mendatang

akan dipicu oleh kelompok volatile food akibat naiknya permintaan terhadap sejumlah

kebutuhan pokok pada awal tahun. Adapun pengaruh inflasi dari kelompok core dan

administered price diperkirakan tidak terlalu tinggi. Potensi tekanan dari kelompok

administered price dipicu oleh kenaikan LPG 12 kg yang sempat terjadi pada awal tahun. Namun demikian, dampak kenaikan ini diperkirakan tidak cukup signifikan karena share LPG 12 kg yang masih relatif rendah. Sementara dari kelompok core, musim libur awal tahun juga dapat memberikan tekanan inflasi meskipun relatif tidak tinggi.

Sejumlah upaya pemerintah dan stakeholders daerah untuk menjaga kestabilan harga

di awal tahun terus dilakukan. Berbagai program jangka menengah dan jangka panjang yang telah diprioritaskan seperti pemberian bantuan sarana dan prasarana pertanian, peternakan kelinci sebagai upaya diversifikasi bahan pangan, pengembangan Rumah Pangan Lestari, dan

-2 -1 0 1 2 3 4 5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 2010 2011 2012 2013 2014

Laut Jawa Selat Makassar Inflasi Kaltim (RHS)

(meter) (%, mtm) 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 2011 2012 2013

55

pemetaan kebutuhan semen, serta program Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) yang serentak telah siap dipergunakan di kota Samarinda, Tarakan dan Balikpapan. PIHPS

Samarinda yang Komoditas Samarinda

telah diperkenalkan kepada masyarakat secara resmi pada 24 Januari 2014. Sementara itu perkembangan PIHPS Balikpapan

Seputar Harga Bahan Pokok Terkini akan dilaunching pada bulan Februari 2014 bertepatan

dengan HUT kota Balikpapan. Adapun untuk PIHPS Tarakan sudah melakukan soft launching

pada Agustus 2013 dan saat ini sedang melakukan penyempurnaan data. Program PIHPS yang dilakukan oleh kota Samarinda, Balikpapan dan Tarakan berupaya membuat informasi harga menjadi lebih transparan sehingga ke depannya diharapkan dapat menjaga ekspektasi harga di masyarakat. Kerjasama antar daerah yang akan dijajaki dengan beberapa kota dan provinsi sentra produksi pangan seperti Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Gorontalo juga menjadi agenda penting yang akan dilakukan sepanjang tahun 2014. Kerjasama antar daerah ini nantinya akan semakin maksimal dengan disepakatinya peran kota Balikapapan sebagai hub Kaltim dan Kaltara dengan provinsi lainnya dalam Rakorda TPID Se-Kaltim dan Kaltara.

Boks 2.

Perkembangan Batubara Terkini

Kondisi Umum

Kondisi terakhir memperlihatkan bahwa kebutuhan batubara global melambat di bawah perkiraan dengan hanya tumbuh 2,3% pertahun1. Walau konsumsi menurun, Cina masih tetap memegang peranan penting sebagai konsumen terbesar dunia yaitu 2,806 miliar ton di tahun 2012, lebih dari 50% konsumsi dunia yang mencapai 5,530 miliar ton. Hal penting yang menjadi perhatian adalah masih terjadinya kelebihan produksi batubara dunia yang menyebabkan harga batubara menjadi murah dan seakan sulit untuk kembali ke level tertingginya seperti di awal tahun 2011. Indikasi berlebihnya pasokan terlihat dari pertumbuhan produksi yang mulai melebihi pertumbuhan konsumsi mulai tahun tahun 2012 lalu.

Grafik B2.1 Produksi&Konsumsi Batubara Dunia

Sumber: BP Statistical Review of World Energy, Jun-2013

Tabel B2.1 Harga Pasar Batubara (US$/ton)

Sumber: IHS McCloskey, Xinhua Infolink, Marex Spectron, 7 Feb 2014

Penurunan harga yang terjadi dalam 3 tahun terakhir selain merupakan imbas dari suksesnya produksi shale gas sebagai pengganti pembangkit listrik di Amerika Serikat (AS) juga akibat perlambatan ekonomi yang merembet ke hampir semua negara khususnya negara OECD Eropa serta non-OECD seperti Cina dan India sehingga kebutuhan batubara tidak seperti perkiraan semula. Di saat yang sama pasokan dunia menjadi berlebih akibat sejumlah negara eksportir batubara menaikkan target produksi, khususnya Australia, Indonesia, Kolombia, Rusia, dan Afrika Selatan.

Untuk turut mendukung pemulihan harga global, salah satu upaya yang dilakuakan pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) adalah dengan menetapkan target produksi tahun 2014 sebesar 397 juta ton, lebih rendah 5,7% dari pencapaian tahun 2013 yang diestimasi mencapai 421 juta ton. Sementara ekspor ditargetkan sekitar 302 juta ton, turun 9% dari realisasi 2013 sebanyak 332 juta ton. Sebaliknya kewajiban pasokan domestik ditetapkan meningkat dari realisasi tahun lalu sebesar 89 juta ton menjadi 95,6 juta ton. Di tahun ini pemerintah akan lebih fokus pada pengoptimalan penerimaan dari batubara tidak melalui peningkatan produksi namun lebih memperbaiki aspek pengawasan serta turut menjaga keseimbangan supply dan harga batubara global.

Perusahaan batubara skala besar (PKP2B) diberikan target sebesar 329 juta ton atau sekitar 82% dari target produksi tahun ini, dan sisanya berasal dari operasionalisasi tambang kecil-menengah. Kontribusi IUP dalam 3 tahun terakhir menurun drastis dari sekitar 30% menjadi 17% disebabkan banyak perusahaan yang menghentikan operasionalnya karena tidak sanggup menanggung ongkos produksi yang membubung.

1

Medium Term Coal Market Report 2013, Internasional Energy Agency (IEA), 16 Desember 2013

-1,0% 0,0% 1,0% 2,0% 3,0% 4,0% 5,0% 6,0% 7,0% 8,0% 9,0% 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 %g Produksi %g Konsumsi

Produksi dan Konsumsi Batubara Dunia (miliar Ton)

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Konsumsi 5,2 5,6 5,9 6,2 6,4 6,5 6,5 6,9 7,3 7,5 Produksi 5,2 5,6 6,0 6,3 6,5 6,7 6,8 7,2 7,6 7,8 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Konsumsi 3.870 4.144 4.334 4.559 4.744 4.828 4.802 5.136 5.380 5.530 Produksi 3.814 4.124 4.362 4.597 4.761 4.928 4.973 5.252 5.573 5.701 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Konsumsi 2.610,02.795,22.923,23.075,13.199,83.256,33.238,73.464,03.628,83.730,1 Produksi2.572,72.781,32.942,43.100,73.211,13.324,23.354,33.542,73.759,13.845,3 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Konsumsi 5,2 5,6 5,9 6,2 6,4 6,5 6,5 6,9 7,3 7,5 Produksi 5,2 5,6 6,0 6,3 6,5 6,7 6,8 7,2 7,6 7,8 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Konsumsi 3.870 4.144 4.334 4.559 4.744 4.828 4.802 5.136 5.380 5.530 Produksi 3.814 4.124 4.362 4.597 4.761 4.928 4.973 5.252 5.573 5.701 2003200420052006200720082009201020112012 Konsumsi 2.610,02.795,22.923,23.075,13.199,83.256,33.238,73.464,03.628,83.730,1 Produksi2.572,72.781,32.942,43.100,73.211,13.324,23.354,33.542,73.759,13.845,3

Pasar Transaksi Des-12 Feb-13 Des-13 Jan-14 Feb-14

NW Europe steam coal marker 90,04 87,72 84,59 82,10 80,10

Richards Bay FOB Marker 89,16 85,48 84,62 80,14 80,53

Newcastle FOB marker 90,55 93,18 84,34 79,90 76,85

Australian 5.500kv NAR FOB marker 73,71 75,53 71,10 66,70 66,30 South China CFR marker (5.500kc NAR) 84,46 85,65 84,35 77,85 77,75 Indonesian Sub-bit FOB marker 62,43 64,63 62,33 60,80 60,10 Australian prime hard coking coal FOB 158,86 171,51 138,21 129,83 129,19

Grafik B2.2 Produksi Batubara Indonesia

Sumber: ESDM, diolah Ket.: *) Angka sementara T) Target Pemerintah -50 100 150 200 250 300 350 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013* 2014(T) PKP2B IUP Ekspor Domestik (juta Ton) 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013* 2014(T) Produksi Batubara 124 132 152 193 215 234 257 276 371 386 421 397

Kinerja Industri Batubara Indonesia Tahun 2013

Tahun 2013 menjadi masa sulit bagi industri pertambangan Nasional. Hampir semua harga komoditi tambang mengalami pelemahan, tidak terkecuali harga batubara Indonesia. Pemulihan ekonomi sejumlah negara maju - termasuk juga Cina dan India yang terhambat membuat kebutuhan industri terhadap sumber energi batubara tidak seperti yang diperkirakan banyak kalangan. Hal ini mengakibatkan pasar batubara kelebihan pasokan sehingga memicu harga semakin melemah. Harga acuan batubara (HBA) yang sempat menyentuh posisi tertingginya di Maret 2011 (US$122,43/ton), terjerembab ke level terendah di bulan Agustus 2013 (US$76,7/ton). Investasi besar-besaran yang dilakukan saat harga tinggi menjadi beban terbesar bagi perusahaan tambang dalam menghadapi situasi harga yang sulit di tahun 2013.

Untuk mempertahankan keuntungan, pengusaha memilih tetap fokus berproduksi sambil menjalankan berbagai strategi efisiensi untuk mempertahankan marginnya. Bauran strategi efisiensi yang ditempuh antara lain dengan mengurangi stripping ratio, menunda investasi, pengurangan jumlah kendaraan dan pembelian peralatan, memangkas jumlah konsultan, hingga menekan biaya perjalanan dinas karyawan.

Upaya menggenjot produksi berimbas pada tingginya pencapaian tahun 2013 yang diestimasi sebanyak 421 juta ton. Realisasi tersebut mengalami kenaikan 9,1% dibanding tahun 2012 yang tercatat 386 juta ton, atau melenceng hampir 15 dari target pemerintah sebanyak 368 juta ton. Sementara itu ekspor tercatat mencapai 332 juta ton, lebih tinggi 9,2% dari tahun sebelumnya.

Tingginya angka realisasi tahun 2013 tersebut sebagian besar merupakan penambahan dari perusahaan besar pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) yang memiliki modal kuat untuk bertahan dari krisis harga. Sebagian perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) sanggup menggenjot produksi, tetapi tidak sedikit yang harus menutup operasionalnya akibat biaya produksi yang meningkat. Di saat bersamaan defisit neraca pembayaran Indonesia dan langkah AS (The Fed) untuk mengurangi stimulus moneternya memaksa nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi yang cukup besar. Langkah Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan untuk menjaga stabilitas keuangan dan inflasi di sisi lain berdampak pada memburuknya cashflow perusahaan akibat naiknya suku bunga pembiayaan.

Dari aspek perbankan juga mencerminkan kesulitan yang dihadapi oleh sektor pertambangan. Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa kredit yang diberikan untuk sektor ini naik dari Rp 87 triliun di tahun 2011 menjadi Rp 126 triliun pada Desember 2013. Namun di sisi lain NPL sektor ini naik dari Rp246,68 miliar (0,34%) menjadi Rp586,58 triliun atau 1,51%. Selama 3 tahun terakhir sektor ini mengalami penurunan share dari 3,95% menjadi 3,83%. Perbankan mulai sangat selektif menyalurkan kredit untuk industri pertambangan batubara, termasuk kepada sektor pendukungnya seperti penyewaan kapal tongkang,

tugboat, maupun alat berat.

Situasi Bisnis Batubara Tahun 2014

Situasi bisnis batubara tahun 2014 diperkirakan tidak jauh berbeda dengan tahun lalu. Pasar dunia masih cenderung kelebihan produksi disertai pemulihan ekonomi global yang belum sesuai harapan, sehingga harga batubara juga diprediksi belum akan bullish meski ada potensi membaik.

Di kuartal I tahun ini, ekspor AS diperkirakan masih akan lebih rendah dari periode sebelumnya, dari 28,5 juta ton menjadi 26,7 juta ton. Sementara produksi meningkat dari 249,5 juta ton di triwulan IV-2013 menjadi 255,9 jua ton di periode ini2. Hal ini erat kaitannya dengan langkah untuk mengurangi penggunaan batubara mulai sejak tahun 2010 guna menurunkan emisi karbon.

Pemulihan ekonomi Cina yang terhambat juga menjadi tantangan besar bagi bisnis batubara Indonesia. Berbagai lembaga riset internasional memperkirakan perlambatan ekonomi Cina masih akan berlanjut hingga tahun 2014. IMF memproyeksi pertumbuhan ekonomi Cina tahun 2014 sekitar 7,3%, lebih lambat dari tahun 2013 yang diestimasi 7,5%3. Meski demikian, sektor manufaktur yang merupakan konsumen batubara Indonesia mulai menunjukkan perbaikan. Badai salju panjang yang terjadi di bulan Januari juga berpotensi membuat permintaan naik untuk menjaga stok aman.

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (Halaman 67-80)