• Tidak ada hasil yang ditemukan

Puasa pada Ibu Menyusui

Dalam dokumen PT. Multimedika Digital Indonesia (Halaman 70-76)

Oleh

Dr. Rizki Nur Rachman Putra Gofur

Salah satu pernyataan yang paling sering muncul saat bulan Ramadhan sudah dekat adalah mengenai bolehkah seorang pasien bepuasa walaupun menderita berbagai macam penyakit. Salah satu pertanyaan yang paling sering muncul adalah bolehkah ibu hamil berpuasa. Jika boleh, apakah dampaknya bagi ibu dan janin? Sebelum menjawab dokter tentu perlu menguasai bukti ilmiah melalui bebagai studi untuk membeikan edukasi yang evidence based. Artikel ini akan membahas dampak puasa Ramadhan pada ibu yang menyusui baik pada ibu maupun pada bayi.

Berpuasa pada bulan Ramadhan adalah pilar bagi agama Islam. Muslim diwajibkan untuk bepuasa dari terbit matahari hingga terbenam matahari selama bulan Ramadhan. Konsumsi makanan dan minuman diperbolehkan hanya pada matahari terbenam hingga Subuh sebelum matahari terbit.

Sebelum mengetahui efek puasa pada ibu menyusui, penting untuk mengetahui sikap ibu

69

menyusui terhadap menyusui saat Ramadhan. Menyusui telah lama disetujui sebagai alternatif pertama untuk menyusui. Banyak faktor yang mempengaruhi ibu hamil dalam menyusui. Sebuah studi cross sectional deskriptif dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2015 di Najran, Saudi Arabia. Studi ini menggunakan kuisioner yang diisi sendiri. Jumlah subyek adalah 169 orang ibu menyusui. Ibu menyusi direkrut secara acak. Hasil studi ini menunjukkan bahwa terdapat 89,9% ibu hamil yang menyusui selama bulan Ramadhan. Sekitar 85,8% ibu menyusui berpendapat bahwa berpuasa tidak mempengaruhi komposisi dan nutrisi.dari air susu ibu. Sekitar 80,5% ibu berpendapat bahwa puasa tidak mempengaruhi volume dari air susu ibu dan petumbuhan dari bayi saat bulan Ramadhan. Pengetahuan wanita mengenai puasa dan pertumbuhan bayi sangat terkait dengan usia dan Pendidikan. Secara umum responden dari penelitian memiliki pengetahuan, sikap, dan praktik yang positif untuk menyusui selama bulan Ramadhan.

Studi kedua dipublikasikan tahun 2007 oleh Khosdel Et al. Studi ini bermaksud untuk mencari

70

dampak antara puasa Ramadhan pada ibu menyusui dengan parameter pertumbuhan bayi yang disusui secara eksklusif. Studi ini berbentuk kohort, dilakukan saat bulan Ramadhan dan lima bulan setelah Ramadhan pada 116 bayi yang disusui berusia 15 hingga 6 bulan. Subyek penelitian dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama berisi 36 bayi yang ibunya bepuasa selama bulan Ramadhan.

Kelompok kedua beisi 80 bayi yang ibunya tidak bepuasa pada bulan Ramadhan. Semua bayi diperiksa secara periodik, dua kali saat bulan Ramadhan, tiga kali saat bulan kedua, dan dua kali setiap bulan hingga bulan keempat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua parameter per-tumbuhan menignkat pada kedua kelompok. Laju peningkatan untuk kedua kelompok ini serupa. Meskipun begitu tren tetap bergantung pada usia, itupun trennya ditemukan sama pada kedua kelompok. Penulis berkesimpulan bahwa puasa Ramadhan tidak mempengaruhi parameter petumbuhan dari bayi yang disusui secara eksklusif, terutama untuk jangka pendek.

71

Studi ketiga dilakukan oleh Rakicioglu et al. di Ankara, Turki. Studi ini bedasar bahwa air susu ibu dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah diet maternal. Faktor diet maternal ini dapat mempengaruhi volume dan komposisi bayi. Studi ini memiliki subyek 21 ibu menyusui dengan usia 17 hingga 38 tahun yang berpuasa pada bulan Ramadhan. Usia bayi yang disusui bekisar antara dua sampai 5 bulan. Studi dilakukan saat bulan Ramadhan, dan dua minggu setelah Ramadhan. Hasil penelitiann menunjukkan pada bulan Ramadhan level zinc, magnesium, potassium pada air susu ibu menurun, dan hasil ini signifikan secara statistic. Berat badan ibu meningkat 1 kg setelah bulan Ramadhan.

Namun perubahan indeks masa tubuh dari ibu tidak signifikan secara statistic. Saat Ramadhan, masukan energi dan nutrisi menurun kecuali masukan protein, vitamin A, vitamin C. Masukan nutrisi ini lebih rendah dari yang direkomen-dasikan untuk ibu hamil. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa tidak ditemukan efek yang signifikan dari komposisi makronutrisi dari air susu ibu, dan secara langsung

72

hubungannya dengan bayi. Terdapat perbedaan yang signifikan antara air susu ibu yang berpuasa dan tidak berpuasa mengenai komosisi mikronutrisi seperti zinc, magnesium, dan potassium. Status nutrisi ibu menyusui ditemukan terdampak akibat puasa Ramadhan. Semua masukan nutrisi (kecuali vitamin A, E, dan C) menurun saat Ramadhan. Untuk alasan ini penulis berkesimpulan bahwa masuk akal untuk memperbolehkan ibu menyusui untuk tidak bepuasa saat bulan Ramadhan.

Walaupun begitu, hasil penelitian ini tidak boleh ditelan mentah mentah. Namun seharusnya dijadikan referensi dalam memberikan saran pada pasien. Keputusan untuk melakukan puasa Ramadhan adalah keputusan pasien, dan dokter harus bekerja sama dengan pasien agar dapat mencapai keputusan yang paling sesuai dengan keadaan pasien. Perlu diingat bahwa masalah agama adalah masalah yang sensitive sehingga memberikan edukasi harus dilakukan secara empatik.

73

Sumber

Al-Qahtani, A. M., Mohamed, H., & Ahmed, A. M. (2020). Knowledge, attitude and practice of Saudi women in Najran area towards

breastfeeding during Ramadan. Sudanese journal of paediatrics, 20(1), 42–48.

https://doi.org/10.24911/SJP.106-1569847908

Khoshdel, Abolfazl. and Najafi,

Mostafa. and Kheiri, Soleiman. and Taheri, Elham. and Nasiri, Jafar. and Yousofi, Hossein. and Jafari Boroujeni,

Amirgholi. (2007) Impact of maternal Ramadan fasting on growth parameters in exclusively breast-fed infants. Iranian journal of Pediatrics, 17 (4).

RAKICIOĞLU, N., SAMUR, G., TOPÇU, A. and TOPÇU, A.A. (2006), The effect of Ramadan on maternal nutrition and composition of breast milk. Pediatrics International, 48:

278-283. https://doi.org/10.1111/j.1442-200X.2006.02204.x

74

Pemilihan Antibiotik pada

Dalam dokumen PT. Multimedika Digital Indonesia (Halaman 70-76)

Dokumen terkait