• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahapan Menuju Tuhan

Nawawi memberikan tafsir lebih luas dari pernyataan al-Busthami> di atas melalui pernyataannya:

Yang dimaksud dengan perkataan Abu Yazi>d tersebut ialah: bahwa Syeikh Abdu Yazid adalah selalu memerangi nafsunya dan menghilangkan kotoran nafsu itu seperti uju>b (merasa dirinya lebih

baik dari yang lain), kibr (sombong), hishu (rakus kepada dunia),

hiqdu (hasrat tidak baik kepada orang lain), 262

Praktek muja>hadah yang dilakukan Al-Busthami> hanya merupakan salah satu contoh dari begitu banyak tauladan yang telah diwariskan oleh para ulama tasawuf, terutama mereka yang menjadi tokoh ternama tarekat dari generasi terdahulu. Setidaknya, Al-Busthami telah memberi pembelajaran penting bahwa, muja>hadah bukanlah sikap dan perilaku yang sederhana. Ia yang dikenal luas memiliki reputasi nyaris sempurna dalam bidang tasawuf, masih saja membutuhkan proses sangat panjang untuk menggapai keberhasilan muja>hadah, tidak kurang dari 68 (enam

puluh delapan) tahun.

C. Qana’ah

Qana>’ah merupakan tahapan kedua yang harus dilalui muri>d dalam

proses pendakiannya menuju wushu>l kepada Allah. Tahapan ini hanya bisa dicapai secara sempurna, jika muri>d telah berhasil mengimplemen– tasikan taubat secara konsisten dan sungguh-sungguh. Muri>d tidak mungkin dapat menjalankan qana>’ah, sementara ia belum mampu meng– hindari berbagai keinginan buruk dari hati dan anggota badannya. Tidak mungkin, misalnya, ia menjalani qana’ah tetapi pada saat yang sama keinginan kedua tangan, kedua kaki, mata, telinga hingga kemaluan di– penuhi secara liar tanpa mempertimbangkan ketentuan syari’at.

Yai Djamal mendefinisikan qana>’ah sebagai bentuk kerelaan untuk menerima pemberian Allah dalam bentuk apapun, meskipun pemberian tersebut sangat jauh dari cukup. Al-Syatha mengatakan:

.ءاطعلا نم ريسيلاب اض رلا يه ةعانقلا

Qana>’ah adalah rela menerima pemberian walaupun hanya sedikit.263

262 Ibid, 62.

Zumrotul Mukaffa

Secara lebih luas, qana>’ah dapat dimplementasikan melalui dua cara, yaitu: 1) meninggalkan segala sesuatu yang disukai, seperti makanan, pa– kaian, minuman, tempat tinggal, maupun barang-barang skunder yang cukup mewah; dan 2) selalu merelakan berapapun pemberian Tuhan yang diterimanya, meskipun kurang dari cukup. Muri>d dituntut hidup penuh sederhana dengan makanan apa adanya dan sekedar menghilang– kan lapar, pakaian semata-mata untuk kepentingan menutup aurat, dan rumah sebagai tempat berteduh untuk menghindari panasnya matahari, dinginnya angin malam dan air hujan.264

Keberhasilan muri>d menjalankan qana>’ah, maka dapat dipastikan ia akan terhindar dari 6 (enam) perilaku buruk lainnya. Di antaranya; a) serakah terhadap keduniaan (al-hirshu); b) mengharapkan pemberian orang lain (al-thama’); c) dengki kepada orang lain yang mendapatkan ke– nikmatan dari Allah (al-hasad); d) tidak memiliki kesabaran menerima takdir kekurangan dari Allah (adam al-shabr bi al-faqr); e) selalu ingin me– miliki barang-barang mewah (al-syahwah); f) berbuat yang merugikan orang lain dan kejahatan, seperti mencuri, merampas, merampok, meni– pu, dan seterusnya.265

Termasuk bagian penting dari pelaksanaan tangga qana>’ah adalah,

muri>d menampakkan ketidakpuasan, ketidakcocokan, dan penolakan ter–

hadap nikmat yang diterimanya, meskipun hanya dirasakan dalam hati dan tidak dinyatakannya secara terbuka. Dalam konteks ini, Abu Hasan Al-Syadzili mengatakan kepada para sahabatnya:

اوبرشاو ،ماع طلا بيطأ نم اولك : هباحصلأ يلذاشلا نسحلا وبأ خيشلا لاق

مكدحأ نإف ،باي ثلا نيلأ اوسبلاو ،شارفلا ءاطوأ ىلع اومانو ،بارشلا ذلأ نم

اذإ ام فلاخب ركشلل هيف وضع لك بيجتسي لله دمحلا : لاقو ،كلذ لعف اذإ

ا ىلع مانو ،ةأبعلا سبلو ،حلملاب ريعشلا زبخ لكأ

ءاملا برشو ،ضرلأ

ضعبو زازئمشا هدنعو كلذ لوقي هنإف ،لله دمحلا : لاقو ،نخسلا حلاملا

زازئمشا دجول ةريصبلا نيعب رظن ه نأ ولو ،ىلاعت الله رودقم ىلع طخس

ع تمتملا نإف ،نيقيب ايندلاب ع تمت نم ىلع مثلإا يف حجري هدنع يذلا طخسلاو

و هناحبس قحلا هحابأ ام لعف اين دلاب

طخسو زازئمشا هدنع ناك نمو ،ىلاعت

. قحلا هم رح ام لعف دقف

264 Ibid, 65. 265 Ibid, 68.

Tahapan Menuju Tuhan

Berkatalah Syaikh Abu al-Hasan al-Syadzili kepada murid-muridnya: ”Makanlah makanan yang paling enak, minumlah minuman yang paling lezat, dan tidurlahdi atas permadani yang paling lembut serta pakailah pakaian yang paling halus, karena sesungguhnya katika salah satu dari kalian mengerjakan hal itu kemudian mengucapkan “alhmadulillah”, maka seluruh anggota (badan) ikut bersyukur kepada Allah. Berbeda halnya ketika hanya makan roti gandum dengan garam, berpakaian selimut, tidur di atas tanah, dan hanya minum air yang asin lagi hangat kemudian mengucapkan “ alhmadulillah”, maka sungguh ia berkata demikian namun dihatinya ada rasa kecewa dan setengah tidak puas atas takdir Allah Swt. sungguh jikalau ia mau melihat dengan mata hatinya, niscaya ia akan mengerti dan yakin bahwa dosa rasa kecewa dan ketidakpuasan yang ada dihatinya itu melebihi dosa orang yang senang dengan dunia secara nyata. Karena sesungguhnya orang yang bersenang-senang dengan dunia itu berarti mengerjakan sesuatu yang diperbolehkan oleh Allah Swt. Sedangkan orang yang merasa kecewa dan tidak puas (atas pemberian Allah) berarti telah mengerjakan sesuatu yag diharamkan oleh Allah Swt.”266

Bukan hanya tidak qana>’ah, muri>d yang didalam hatinya terdapat ke– tidakpuasan atas apa yang diterimanya, sama halnya telah melakukan perilaku yang diharamkan.

Banyak ditemukan Hadits yang menunjukkan arti penting qana>’ah bagi muri>d. Konsistensi dan kesungguhannya dalam menjalani qana>’ah akan menempatkannya sebagai salah satu umat manusia yang dapat menjaga kesabarannya, sehingga dicintai Allah, memperoleh kebaha– giaan, dan seterusnya. Sebaliknya, muri>d yang gagal menjaga qana>’ah akan mengalami kegagalan menyeluruh dalam pendakiannya menuju Tuhan, karena ia selalu diliputi oleh kerakusan, ketamakan, dan kela– hapan (al-syara>hah).

Hadits riwayat Jabir memberikan petunjuk bahwa, qana>’ah dianalo– gikan sebagai gudang yang tidak ada habisnya.

نفيلَ زنك ةعانقلا :لاق هنأ ،صلى الله عليه وسلم الله لوسر نع

Qana>’ah ialah seperti gudang yang tidak ada habisnya.267

Kehidupan muri>d yang benar-benar qana>’ah akan diliputi oleh ke– bahagiaan, dan tidak terganggu oleh keterbatasan rizki yang dimilikinya. Teks Hadist meriwayatkan:

266 Moch. Djamaluddin Achmad, Jalan Menuju Allah, 71 - 72. 267 Ibid, 67.

Zumrotul Mukaffa

فك هقزر ناكو ملاسلال يده نمل ىبوط

)يذمرتلا هجرخأ( هب يضرو افا

Kebahagiaan yang sangat besar adalah bagi orang yang mendapatkan petunjuk untuk beragama islam dan rezekinya berkecukupan (pas-pasan) dan rela menerima rezeki tersebut.268

Keterbatasan rizki justru dipahami muri>d sebagai bentuk cinta Allah, karena ia merasa limpahan rizki akan berpotensi menjauhkan dirinya untuk melakukan pendakian menuju Tuhannya. Ia sangat percaya sepe– nuhnya kandungan Hadits Abu al-Syeikh dari Ali yang menyatakan:

لعج ادبع بحأ اذإ الله نإ

)يلع نع( افافك هقزر

Sesungguhnya Allah apabila mencintai hambanya, maka Allah memberi rezekinya kerkecukupan.269

Hadits lain memberikan petunjuk sifat qana>’ah Rasul Muhammad, sehingga membuatnya pernah tidak makan selama tiga hari. Sungguh pun demikian, ketika Sayyidatuna Fatimah membuatkan roti untuknya, namun tidak cukup untuk memenuhi rasa laparnya, tetap saja Rasulullah Muhammad SAW menerimanya dengan lapang dada. Dalam hadits riwayat Anas digambarkan:

لا هذه ام :اهل لاقف الله لوسرل زبخ ةرسكب ةمطاف تءاج

؟ ةمطاف اي ،ةرسك

ه نإ ا مأ :لاقف ،ةرسكلا هذهب كتيتأ ىتح يسفن بطت ملو هتزبخ اصرق :تلاق

.ما يأ ةثلاث ذنم كيبأ مف لخد ماعط ل وأ

Datanglah Fatimah dengan membawa sepotong kepada Rasulallah, kemudian Beliau bertanya: “ apa sepotong roti ini, wahai Fatimah ? Fatimah menjawab: “ sepotong roti yang aku buat sendiri, dan hati saya tidak merasa senang sebelum membawa sepotong roti ini kepadamu. Rasulullah bersabda: “ ingatlah, bahwa roti ini adalah makanan pertama kali yang masuk di perut ayahmu selama tiga hari”.270

Muri>d yang qana>’ah juga akan mendapatkan posisi mulia dihadapan

Allah di akhirat nanti. Dalam hadist dinyatakan:

268 Moch. Djamaluddin Achmad, Jalan Menuju Allah, 65. 269 Ibid, 65.

Tahapan Menuju Tuhan

،ةحنجأ يتمأ نم ةفئاطل ىلاعت الله تبنأ ةمايقلا موي ناك اذإ " الله لوسر لاق

،اوؤاش فيك اهيف نوم عنتي اهيف نوحرتسي نانجلا ىلإ مهروبق نم نوريطيف

لوقتف ،اباسح انيأر ام : نولوقيف ؟ باسحلا متيأر له : ةكئلاملا مهل لوقتف

طارص انيأرام :نولوقيف ؟ طار صلا متزج له :مهل

متيأر له مهل لوقتف ،ا

:نولوقيف ؟ متنأ نم ة مأ نم : ةكئلاملا لوقتف ،ائيش انيأر ام : نولوقيف ؟ م نهج

،اين دلا يف مكلامعأ تناك ام انوث دح ،الله مكاندشان :لوقتف ،د محم ة مأ نم

لوقتف ،الله ةمحر لضفب ةلزنملا هذه انغلبف انيف اتناك ناتلصخ : نولوقيف

امف : ةكئلاملا

ىضرنو هيصعن نأ ييحتسن انولخ اذإ انك :نولوقيف ؟ امه

.اذه مكل قحب :ةكئلاملا لوقتف : انل مسق امم ريسيلاب

Berbagai penjelasan di atas memberi petunjuk penting bahwa, qana>’ah merupakan sikap dan perilaku yang sangat penting bagi keberhasilan

muri>d dalam proses pendakian menuju wushu>l kepada Allah.