• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahapan Menuju Tuhan

،ةحنجأ يتمأ نم ةفئاطل ىلاعت الله تبنأ ةمايقلا موي ناك اذإ " الله لوسر لاق

،اوؤاش فيك اهيف نوم عنتي اهيف نوحرتسي نانجلا ىلإ مهروبق نم نوريطيف

لوقتف ،اباسح انيأر ام : نولوقيف ؟ باسحلا متيأر له : ةكئلاملا مهل لوقتف

طارص انيأرام :نولوقيف ؟ طار صلا متزج له :مهل

متيأر له مهل لوقتف ،ا

:نولوقيف ؟ متنأ نم ة مأ نم : ةكئلاملا لوقتف ،ائيش انيأر ام : نولوقيف ؟ م نهج

،اين دلا يف مكلامعأ تناك ام انوث دح ،الله مكاندشان :لوقتف ،د محم ة مأ نم

لوقتف ،الله ةمحر لضفب ةلزنملا هذه انغلبف انيف اتناك ناتلصخ : نولوقيف

امف : ةكئلاملا

ىضرنو هيصعن نأ ييحتسن انولخ اذإ انك :نولوقيف ؟ امه

.اذه مكل قحب :ةكئلاملا لوقتف : انل مسق امم ريسيلاب

Berbagai penjelasan di atas memberi petunjuk penting bahwa, qana>’ah merupakan sikap dan perilaku yang sangat penting bagi keberhasilan

muri>d dalam proses pendakian menuju wushu>l kepada Allah.

D. Zuhud

Zuhud memiliki makna dasar ”ketidak-sukaan”, merupakan kebali– kan dari al-raghbah (suka/senang). Dalam makna terminologis, sahabat Nabi dan para ulama memiliki perspektif berbeda dalam mendefinisikan zuhud. Hal dapat dilihat dari definisi Ali bin Abi Thalib, Sufyan al-Tsau– ri, gurunya Abu al-Qa>sim al-Junaidi, Abu Sulaiman al-Darani>, Al-Junaidi, dan al-Syatha> al-Dimyathi. Namun, secara garis besar, mereka memiliki satu visi yang sama bahwa, zuhud pada dasarnya menunjuk pada sikap dan perilaku yang tidak memperdulikan kenikmatan dan kemewahan dunia. Bagi ulama tasawuf, dunia dimaksud didefinisikan sebagai ”sega– la sesuatu yang tidak ada manfaatnya untuk akhirat” (kullu sya’in la> naf’a fi>hi li al-a>khirah).271

Ali bin Abi Thalib, sebagaimana diadaptasi oleh Al-Syatha> Dimyathi, mendefnisikan zuhud berarti mendahulukan orang lain dan mengakhir– kan diri sendiri dalam urusan keduniaan yang disertasi keyakinan dunia identik dengan kehinaan. Ia mengatakan:

.رفاك وأ نمؤم نم اين دلا لكأ نم يلابت لَ نأ

Zumrotul Mukaffa

Zuhud ialah apabila kamu tidak peduli, siapa yang memakan dunia ini, baik orang mukmin atau orang kafir. 272

Dengan bahasa yang lebih singkat, Sufyan al-Tsauri menunjuk zuhud dengan ketiadaan harapan dan ambisi tentang urusan dunia. Menurutnya:

.لملأا رصق اين دلا يف دهزلا

Zuhud di dunia adalah pendek angan-angan. 273

Zuhud sebagai sikap dan perilaku yang tidak memperdulikan dunia juga nampak dalam pendapat gurunya al-Junaidi. Zuhud didefinisikan sebagai:

.بلقلا نم اهرثآ وحمو اين دلا راغصتسا دهزلا

Zuhud ialah menganggap remeh dunia, dan menghapus pengaruh-pengaruh dunia dari hati.274

Hampir sama dengan gurunya, al-Junaidi memberikan definisi zuhud, sebagai berikut:

زلا

.لاملا دقف وه سيلو لاملاب بلقلا ةقلاع دقف وه ده

Zuhud ialah tidak terpengaruhnya hati dengan harta, bukan tidak adanya harta. 275

Sama halnya dengan Sufyan bin ’Uyainah yang mendefinisikan zuhud dengan mengatakan:

ت يازلاف ،لادو ،ءاهو ،ياز :فرحأ ةثلاث دهزلا

كرت ءاهلاو ،ةنيزلا كر

.)ءلاضفلا مللاس( اهتلمجب اين دلا كرت لادلاو ،ىوهلا

Kata zuhud terdiri dari tiga huruf, yakni, zay, ha’ dan dal. Huruf zay berarti meninggalkan berhias, huruf ha’ berarti meninggalkan kesenangan nafsu, dan huruf dal berarti meninggalkan dunia seluruhnya.276

272 Ibid, 76. 273 Ibid, 76.

274 Moch. Djamaluddin Achmad, Jalan Menuju Allah, 75. 275 Ibid, 75.

Tahapan Menuju Tuhan

Berbeda dengan definisi-definisi sebelumnya, Al-Darani> memiliki de– finisi lebih luas tentang zuhud, yang tidak hanya terbatas pada aspek material keduniaan semata. Ia menegaskan:

.الله نع كلغشي ءيش لك كرت اندنع دهزلا

Zuhud menurut kami, ialah meninggalkan sesuatu yang menyibukkan kamu untuk mendekatkan diri kepada Allah. 277

Meskipun keseluruhan definisi memiliki substansi yang sama, tidak menempatkan dunia dengan berbagai aspeknya sebagai prioritas yang harus dieksploitasi dan diakumulasi kedalam kepemilikan pribadi, na– mun masing-masing definisi derajat penekanan berbeda. Di satu sisi, tidak adanya prioritas terhadap dunia ditunjukkan oleh ketidak pedulian, tidak memiliki harapan dan ambisi, berkomitmen tidak terganggu, dan menganggap remeh urusan keduniaan tersebut. Manifestasi tidak mem– prioritaskan dunia kedalam bentuk sikap dan perilaku yang memandang rendah terhadapnya disebut sebagai puncak tertinggi zuhud. Sehingga, sikap dan perilaku yang merendahkan dunia itu lah merupakan penger– tian zuhud yang sebenarnya. Yai Djamal mengatakan:

Dari berbagai macam definisi tersebut, menurut ulama pendapat yang unggul ialah,bahwa zuhud itu menganggap remeh dunia seluruhnya, dan menganggap remeh semua persoalan dunia. Maka barang siapa yang punya anggapan bahwa dunia itu kecil dan remeh, maka dunia itu hina baginya, kemudian dia tidak merasa senang mempunyai sedikit pun dari dunia itu, dan tidak merasa susah atas tiadanya sesuatu itu, dan dia tidak mengambil dari dunia ini kecuali sesuatu yang berguna beribadah kepada tuhannya, dan dia selalu disibukkan dengan dzikir kepada Allah dan mengingat-ingat akhirat. Hal ini adalah kondisi zuhud yang paling tinggi, maka barang siapa yang telah sampai pada derajat ini, maka tubuhnya berada di dunia sedangkan ruh dan akalnya berada di akhirat278

Keberhasilan muri>d dalam menjalani zuhud dapat dilihat dari tiga indikator utama. Pertama, memiliki harta yang lebih dari cukup dan bahkan nyaris tak terhitung jumlahnya, namun hati muri>d sama sekali tidak terpengaruh untuk menjadi cinta dunia. Muri>d dalam konteks ini

277 Ibid, 75. 278 Ibid, 76.

Zumrotul Mukaffa

disebut dengan orang yang zuhud dalam harta (al-zuhd fi al-ma>l). Kedua,

muri>d tidak memiliki harta yang cukup dan bahkan sangat kekurangan,

namun hatinya tetap tidak terpengaruh untuk mengejar dunia. Muri>d dalam indikator kedua ini disebut juga sebagai orang yang zuhud dalam harta. Ketiga, mendapatkan banyak pujian, sanjungan, kewibawaan, dan bahkan sangat disegani oleh masyarakat sekitarnya, namun keseluru– hannya tidak membuat muri>d lupa daratan.279

Agar dapat memenuhi indikator zuhud di atas, maka Al-Ghazali memberikan rambu-rambu yang harus dijalani. Menurutnya, muri>d yang sedang menjalani zuhud seharusnya dalam hatinya selalu memegang te– guh pada tiga hal penting. Pertama, tidak merasa suka cita dengan harta yang dimilikinya dan tidak merasa susah atas harta yang tidak ada, bah– kan seyogyanya ia dalam kondisi sebaliknya artinya merasa susah de– ngan adanya harta dan merasa gembira dengan tiadanya harta. Kedua, pujian dan hinaan sama saja baginya, ia tidak merasa bangga dengan pujian, juga tidak merasa hina oleh cacian. Ketiga, ia merasa tenang dan ayem bersama dengan Allah, dan merasa enak berbakti kepada-Nya.280

Selain itu, muri>d juga harus mengimplementasikan empat sikap yang dapat memperkuat konsistensi dan kesungguhannya dalam menjaga pe– rilaku zuhudnya. Pertama, memberikan pengampunan atas kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh individu masyarakat kepadanya, baik ke– salahan dalam bentuk perilaku yang menyinggung perasaan, menyakiti, dan seterusnya. Muri>d harus menyadari bahwa, berbagai kesalahan yang ditimpakan kepadanya, lebih karena ketidak-tahuan para pelakunya.

Kedua, muri>d pada saat yang sama juga harus menahan diri untuk tidak

melakukan perilaku yang menyakiti, mengganggu, merugikan, dan sete– rusnya kepada orang lain. Jika pada akhirnya melakukan kesalahan, ia harus menyadari hal itu akibat ketidak tahuan dirinya. Ketiga, muri>d tidak sekali-kali mengharapkan pemberian dari orang lain dalam bentuk apa pun yang berorientasi pada keduniaan. Keempat, muri>d pada saat yang selama, selama ada kemampuan selalu memberikan yang terbaik kepada orang lain, baik pemberian berupa materi maupun non-materi.281 Keha– rusan menjaga empat sikap ini diperkuat oleh pendapat Ha>tim al-Asham, ketika ditanya oleh Ahmad bin Hanbal. Al-Syatha> menggambarkan:

279 Ibid, 77. 280 Ibid, 79. 281 Ibid, 80.

Tahapan Menuju Tuhan

عبرأ كدنع نوكي ىتح اهنم ملستلَ : متاح هل لاقف ؟ اين دلا نم ةملا سلا ام

نوكتو ،كبيس مهل لذبتو ،مهنع كلهج عنمتو ،مهلهج موقلل رفغت نأ :لاصخ

.اين دلا نم تملس اذكه تنك اذإف اسيآ مهبيس نم

(Ahmad bin Hanbal) bertanya: ”Apakah itu keselamatan dari dunia?” Hatim menjawab: “Engkau tidak akan selamat dari dunia sehingga engkau memiliki empat hal: Pertama, agar engkau mengampuni kebodohan masyarakat. Kedua, agar engkau menjag dirimu berbuat bodoh kepada masyarakat. Ketiga, menyerahkan pemberianmu pada masyarakat. Keempat, agar engkau tidak mengharapkan pemberian masyarakat.282

Seperti halnya qana>’ah, zuhud merupakan tahapan yang dapat meng– antarkan muri>d mencapai kedudukan mulia disisi Tuhannya. Al-Ghazali menegaskan, zuhud dapat menyebabkan pelaku memperoleh kedudukan mulia dari beberapa derajatnya orang-orang yang sedang mendaki di jalan Allah (sa>liki>n). Ia mengatakan:

.نيكلا سلا تاماقم نم فيرش ماقم اين دلا يف دهزلا

Zuhud di dunia merupakan tangga yang mulia dari beberapa tangga yang dilalui oleh orang-orang yang merambah jalan Allah.283

Al-Syatha> Dimyathi juga mengatakan, zuhud merupakan derajat yang lebih tinggi dibandingkan takwa kepada Allah, karena manifesta– sinya akan menjadi penyebab pelakunya dicintai-Nya. Sementara, tidak ada derajat yang lebih tinggi yang melebihi cintanya Allah kepada makh– luknya. Pendapat Al-Syatha> diperkuat oleh Hadits yang menegaskan:

.سا نلا ك بحي سا نلا دنع اميف دهزاو الله كبحي اين دلا يف دهزا

هجام نبا هاور

Berbuatlah zuhud di dalam dunia maka engkau akan dicintai Allah, berbuat zuhud dalam apa yang dimiliki oleh masyarakat, maka engkau akan dicintai masyarakat.284

Penting dicatat bahwa, banyak ditemukan Hadits yang menggam– barkan arti penting zuhud bagi muri>d yang sedang menjalani proses pen– dakian menuju Tuhannya.

282 Ibid, 81.

283 Moch. Djamaluddin Achmad, Jalan Menuju Allah, 77. 284 Ibid, 77 .

Zumrotul Mukaffa

قطنأو هبلق يف ةمكحلا الله تبنأ لَإ اين دلا يف دبع دهز ام " الله لوسر لاق

اهنم هجرخأو اهءآودو اين دلا بيع هر صبو هناسل اهب

ملا سلا راد ىلإ املاس

)يقهيبلا هاور(

Selama seorang hamba itu zuhud di dunia, pasti Allah akan menumbuhkan hikmah di hatinya, mengucapkan hikmah itu pada lisannya, menampakkan padanya cacat dunia dan obatnya, dan Allah akan mengeluarkan dari dunia dengan selamat menuju surga tempat keselamat.285

Hadits-hadits di atas secara keseluruhan menggambarkan penting– nya perilaku zuhud bagi muri>d.