• Tidak ada hasil yang ditemukan

QUORUM SENSING DAN PEMANFAATANNYA DALAM PENGENDALIAN VIBRIOSIS PADA IKAN

Murwantoko

Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Jl. Flora Bulaksumur Yogyakarta 55281

Email : murwantoko@faperta.ugm.ac.id; murwantoko@yahoo.com

Abstrak

Penyakit bakterial, terutama dari gram negatif, merupakan penyakit penting dalam akuakultur yang telah menyebabkan kerugian yang tinggi. Pengendalian penyakit bakterial ini merupakan kunci penting dalam keberhasilan akuakultur. Pada beberapa bakteri patogen gram negatif telah diketahui pengontrolan ekspresi gen virulensinya melalui quorum sensing yang berupa komunikasi antar sel dengan molekul autoinducer. Mekanisme quorum sensing ini juga ditemukan pada bakteri Vibrio patogen pada ikan. Jenis, mekanisme dan peranan inhibitor quorum sensing Vibrio pada ikan telah banyak dikaji, dan sebagian sudah diterapkan secara in vivo pada ikan. Berbagai pendekatan hidrolisis autoinducer telah dibuktikan mampu menghambat quorum sensing Vibrio patogen. Pendekatan quorum sensing merupakan salah satu alternatif untuk pengendalian penyakit pada ikan.

Pengantar

Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor pembatas utama dalam akuakultur, sehingga pengendalian penyakit merupakan kunci penting dalam manajemen untuk keberhasilan akuakultur. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri merupakan penyakit penting baik pada budidaya di air laut maupun air tawar, baik pada komoditas ikan bersisik maupun spesies yang lain seperti udang. Di antara kelompok bakteri, bakteri gram negatif merupakan kelompok bakteri yang banyak menyerang ikan (Austin dan Austin, 1987). Di antara bakteri gram negatif yang bersifat patogen tersebut antara lain Aeromonas hydrophila, A. salmonicida, Yersinia ruckeri, Vibrio harveyi, V. parahaemolyticus, V. vulnificus, V. alginolyticus, V. anguillarum.

V. harveyi merupakan bakteri air laut, menghasilkan luminescence yang dapat ditemukan dalam keadaan hidup bebas di perairan maupun berada sebagai simbion pada hewan laut. Bakteri ini dikenal sebagai bakteri patogen terpenting pada budidaya berbagai spesies avertebrata seperti udang windu (Penaeus monodon) dan dapat menyebabkan

kematian 100% di hatchery. Di antara faktor virulensi pada V. harveyi adalah produksi ekstra seluler protein (ECP) yang dikenal sebagai toksin T1 dengan berat molekul 1000 kDa. Protein ini diproduksi oleh bakteri pada waktu pertengahan dari fase pertumbuhan eksponensial (Manefield et al., 2000). V. harveyi juga menyerang ikan diantaranya pada ikan summer flounder (Paralichthys dentatus) yang dikenal dengan nama flounder infectious necrotizing enteritis (Gauger et al., 2006).

V. anguillarum merupakan bakteri halotoleran yang terdistribusi luas di perairan laut. Bakteri ini menyebabkan penyakit yang ditandai dengan terbentuknya ulcer di kulit dan septicemia pada lebih dari 80 spesies ikan di perairan laut maupun payau. Berdasarkan tipe antigen O-nya, bakteri ini dikelompokkan menjadi 28 kelompok serotipe. Perbedaan serotipe menunjukkan perbedaan patogenisitas dan inangnya. Serotipe O-1 merupakan strain patogen yang mempunyai inang lebar dan banyak ditemukan menginfeksi ikan-ikan salmon, turbot, seabass dan belanak. Serotipe O-2 bersifat patogen dan ditemukan pada ikan-ikan salmon, turbot, cod dan sidat. Strain serotipe O-3 lebih spesifik hanya menginfeksi pada sidat (Buch et al., 2003).

Quorum sensing merupakan bentuk komunikasi antar sel untuk mengatur berbagai macam target gen yang tergantung pada kepadatan sel. Quorum sensing ini banyak ditemukan pada bakteri-bakteri Gram negatif, dan di antara gen yang diatur dengan quorum sensing adalah virulensi (Miller and Bassler, 2001). Dalam tulisan ini akan dibahas pengertian dan mekanisme quorum sensing, quorum sensing pada Vibrio patogen ikan dan pemanfaatan quorum sensing untuk pengendalian penyakit.

Quorum Sensing

Cumi-cumi Euprymna scolopes mempunyai light organ yang mampu menghasilkan cahaya untuk menghindari predator. Cahaya ini ditimbulkan dari bahan luciferase yang dihasilkan oleh bakteri Vibrio fischeri yang berada dalam kondisi murni dan kepadatan tinggi yang dapat mencapai 1011 sel/ml dalam light organ. Tetapi ketika bakteri ini berada dalam konsentrasi yang rendah, bakteri ini tidak mampu menghasilkan luciferase dan tidak menghasilkan cahaya (Miller and Bassler, 2001; March and Bentley, 2004). Dengan demikian luciferase ini hanya diekspresikan ketika kepadatan tinggi, atau dengan kata lain ada sejumlah konsentrasi tertentu dari bakteri yang mulai dapat menyebabkan terekspresinya luciferase. Mekanisme ini dikenal dengan nama quorum sensing.

Gen-gen yang bertanggung jawab terhadap ekspresi luciferase berada dalam operon lux. Mekanisme ekspresi operon dan quorum sensing dijelaskan dalam gambar 1. LuxI mengkode sebuah auto inducer synthase yang akan mensintesis auto inducer N-(3- oxohexanoyl)-homoserine lactone (HSL). Gen LuxR menyandi sebuah faktor transkripsi luxR yang selalu diekspresikan dalam jumlah yang rendah. LuxR ini mempunyai kemampuan untuk berikatan dengan autoinducer HSL dan mengubah kemampuan transkripsinya (Miller and Bassler, 2001; March and Bentley, 2004).

Gambar 1. Mekanisme Quorum Sensing pada Vibrio fischeri (March and Bentley,2004)

Pada keadaan konsentrasi bakteri rendah maka konsentrasi HSL juga rendah. Dalam kondisi semacam ini LuxR tidak berikatan dengan HSL dan LuxR tidak dapat berikatan dengan operator operon LuxI CDABE, sehingga tidak terjadi peningkatan ekspresi luciferase. Pada waktu konsentrasi bakteri tinggi akan menyebabkan konsentrasi HSL juga tinggi. Kondisi yang demikian memungkinkan terjadinya ikatan antara LuxR dan HSL. Kompleks LuxR-HSL ini akan berikatan dengan bagian upstream operon LuxI CDABE. Penempelan pada bagian operator operon ini akan mengaktifkan transkripsi semua komponen yang diperlukan untuk menghasilkan luciferase. Kompleks LuxR-HSL juga mampu berikatan dengan promoter luxR dan berperan dalam mekanisme feed back inhibition (Miller and Bassler, 2001; March and Bentley, 2004).

Quorum sensing tidak hanya terjadi pada V. fischeri, tetapi juga banyak pada bakteri yang lain, termasuk juga pada bakteri Gram positif, seperti pada Streptococcus. Quorum sensing telah diyakini berperan dalam berbagai mekanisme kehidupan bakteri seperti perkembangan, sporulasi, produksi antibiotik, induksi faktor virulensi, diferensiasi,

infeksi bakteri (Marc and Bentley, 2004). Faktor virulensi elastase dan exotoxin A dari bakteri patogen pada manusia Pseudomonas aerugenosa (Pearson, 1994), carbopenem dan aktivitas pectinolytic bakteri patogen pada tumbuhan Erwivina carotovora hanya diproduksi ketika kepadatan bakteri tinggi dan diatur dengan mekanisme quorum sensing (Jones et al., 1993).

Quorum Sensing pada Vibrio Patogen pada Ikan

Vibrio harveyi menjalankan beberapa proses metabolisme menggunakan

mekanisme quorum sensing, antara lain bioluminescence, sekresi tipe III (type III secretion/TTS), siderophore, polisakarida dan metalloprotease (Henke and Bassler, 2004). Paling tidak diketahui ada 3 sistem quorum sensing pada V. harveyi (Gambar 2).

Gambar 2. Mekanisme Quorum Sensing pada Vibrio harveyi (Henke and Bassler, 2004).

Autoinducer pada sistem1 berupa N-(3-hydroxybutanoyl)-homoserine lactone (HSL) disingkat HAI-1 (harveyi autoinducer 1) diproduksi oleh LuxM dan dideteksi oleh LuxN. Autoinducer pada sistem 2 disebut AI-2 berupa 3A-methyl-5,6-dihydro-furo(2,3- D)(1,3,2) dixaborole-2,2,6,6A-tetraol dan precursornya diproduksi oleh LuxS. Dua protein LuxP dan LuxQ berfungsi bersama-sama sebagai sensor AI-2. LuxP mempunyai kemiripan dengan periplasmic ribose binding protein. Sistem ketiga ditemukan setelah penelitian quorum sensing pada Vibrio cholerae. Auto inducer pada sistem Cqs berupa CAI-1 (dari cholerae autoinducer 1) diproduksi oleh CqsA (dari cholerae quorum sensing autoinducer)

dan dideteksi oleh sensor yang dinamakan CqsS (dari cholerae quorum sensing sensor) (Henke and Bassler, 2004).

LuxN, LuxQ dan CsqS merupakan protein hibrid dari dua komponen yang mengandung domain sensor kinase dan respon regulator. Pada konsentrasi V. harveyi yang rendah (tidak ada autoinducer), LuxN, LuxQ dan CsqS mengalami autofosforilasi dan mentransfer fosfat pada protein fosfotranferase LuxU, yang selanjutnya akan sampai pada respon regulator LuxO. LuxO yang terfosforilasi menjadi aktif dan bersama-sama dengan

σ54 mengaktifkan ekspresi gen yang menyandi small regulatory RNAs (sRNAs). sRNAs bersama-sama dengan chaperone RNA yang disebut Hfq merusak mRNA yang menyandi protein aktivator LuxR. Karena Lux R diperlukan dalam regulasi ekspresi gen-gen target pada quorum sensing, maka dengan rusaknya mRNA LuxR tersebut menyebabkan tidak terekspresi LuxCDABE (penyandi luciferase) dan cahaya maupun gen-gen lain di bawah quorum sensing tidak dihasilkan (Henke and Bassler, 2004). .

Pada waktu konsentrasi bakteri tinggi, maka autoinducer-autoinducer juga banyak di sekitar sel. Dengan adanya autoinducer tersebut LuxN dan LuxQ berubah sifatnya dari kinase menjadi fosfatase. Aliran fosfat yang terjadi kebalikan dari arah pada waktu konsentrasi bakteri sedikit, dan akibatnya LuxO tidak terfosforilasi. LuxO yang demikian menjadi tidak aktif dan tidak dapat memacu ekspresi sRNAs dan mengaktifkan translasi mRNA LuxR. LuxR berikatan pada promoter operon LuxCDABE dan gen lain sehingga mengaktifkan ekspresi dan menghasilkan cahaya (Henke and Bassler, 2004). .

Sistem dengan jalur LuxS-AI-2 merupakan jalur umum yang ditemukan pada rentang inang yang lebar dari golongan bakteri, dan AI-2 ini diperkirakan digunakan menjadi alat komunikasi antar spesies (Bassler et al., 1997), autoinducer yang diproduksi bakteri Bacteriode fragilis, B. vukgatus dan B. distasonis mampu dideteksi oleh quorum sensing pada V. harveyi (Antunes et al., 2005). Jalur LuxM dan HAI-1 lebih bersifat spesifik dan terbatas pada V. harveyi dan kerabat dekatnya V. parahaemolyticus, mengindikasikan bahwa HAI-1 digunakan sebagai molekul komunikasi yang spesifik pada spesies. Sistem CqsA-CAI masih terbatas ditemukan pada V. cholerae dan V. harveyi. Dari ketiga sistem quorum sensing pada V. harveyi tersebut, jalur CqsA-CAI mampu menginduksi quorum sensing dalam jumlah bakteri yang lebih rendah dari dua sistem lainnya (Henke and Bassler, 2004). .

Milton et al. (1997) ketika melakukan skrining terhadap autoinducer pada Vibrio anguillarum mendapatkan autoinducer berupa N-(3-oxodecanoyl)-L-homeserine lactone

(ODHL) yang disintesis oleh gen VanI. Sementara Buch et al. (2003) melakukan skreening terhadap 150 isolat V. anguillarum dan mendapatkan 148 isolat menghasilkan homoserine lactone untuk komunikasi antar sel. Paling tidak ditemukan 4 macam homoserine lactone, dan ODHL ditemukan pada semua isolat. Selama infeksi rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) dengan V. anguillarum, homoserine lactone berhasil diekstraksi dari ginjal, hati dan otot. Homoserine lactone bisa dideteksi baik in vitro dan in vivo ketika jumlah bakteri mencapai 107 sel/ml atau sel/gram.

Aplikasi Quorum Sensing

Quroum sensing berhubungan secara langsung ataupun tidak langsung dengan terjadinya penyakit. Oleh karena itu perlu dikaji unuk aplikasi dalam manajemen kesehatan. March and Bentley (2004) membuat daftar pemanfaatan signaling qourum sensing untuk pengendalian penyakit pada berbagai spesies bakteri, inang dan pendekatannya baik yang sudah diaplikasikan maupun yang diusulkan.

Penghambatan signaling pada quorum sensing merupakan hal yang paling banyak dilakukan. Sintesis dan pengujian bahan-bahan sintetik terhadap sifat agonis ataupun antagonis terhadap quorum sensing pada Vibrio fischeri telah banyak dikaji. Reverchon et al. (2002) menemukan modifikasi N-acyl-homoserine lactone dengan substitusi pada posisi C-4 dengan alkyl menunjukkan kemampuan induksi. Sedangkan substitusi dengan phenyl menunjukkan aktivitas antagonis yang nyata. Castang et al. (2004) mensintesis AHL analog dengan mengganti ikatan carboxamide dengan sulfonamide dan menguji kemampuan inbitornya dengan 2-oxohexanoyl-L-homoserine-lactone. Beberapa senyawa yang disintesis menunjukkan aktivitas antagonis. Frezza et al. (2006) juga mendapatkan beberapa modifikasi substitusi urea pada homoserine lactone menunjukan kemampuan antagonis yang nyata. Hasil analisis memperkirakan aktivitas antagonis ini disebabkan AHL analog tersebut mencegah dimerisasi reseptor LuxR (Reverchon et.al., 2002; Castang et.al., 2004, Frezza et.al., 2006).

Sintesis dan pengujian bahan bahan antagonis terhadap quorum sensing pada Vibrio harveyi juga dilakukan. Beberapa bahan sintesis dari kelompok asam-asam boronic (boronic acids) dan pyrogallol berhasil ditemukan dalam konsentrasi beberapa mikromolar mampu bersifat inhibitor pada quorum sensing V. harveyi (Ni et.al., 2008a,b).

Pencarian bahan inhibitor juga dilakukan dari bahan alami. Vattem et al. (2007) menskrining bahan kimia tumbuhan dengan menguji penghambatan ekstrak buah, tanaman

dan rempah-rempah pada mekanisme quorum sensing. Beberapa jenis ekstrak dapat menghambat quorum sensing dan menghambat penyebaran bakteri patogen Escherichia coli O157 dan Pseudomonas aeruginosa. Tanaman teratai juga mempunyai kemampuan untuk menginaktifkan N-hexanoyl-L-homoserine lactone, bahkan mampu mendegradasi AHL golongan N-acyl-homoserine lactone (Delalande et al., 2005).

Delisea pulchra merupakan makroalga berwarna merah di dasar perairan laut yang banyak ditemukan di Australia Tenggara diketahui menghasilkan halogenated enone dan furanone yang mempunyai kemampuan menghambat penempelan hewan dan tumbuhan. Metabolit dari alga ini secara aktif dapat menghambat mekanisme luminescence pada V. fischeri. Halogenated furanone diperkirakan berfungsi memindahkan AHL dari receptor LuxR sehingga menghambat aktivasi transkripsi gen-gen yang disandi di bawah mekanisme quorum sensing (Manefield et.al, 1999).

Manifield et.al. (2004) mengkaji penggunaan halogenated furanone (Gambar 3) untuk pengendalian penyakit oleh Vibrio harveyi pada udang windu. Halogenated furanon dari D. pulchra ini mampu menghambat produksi bioluminescence dan tidak berpengaruh pada pertumbuhan V. harveyi. Faktor virulensi toxin T1 yang diproduksi oleh V. harveyi juga dihambat dengan halogenated furanon. Uji invivo toksisitas ekstrak supernatan yang diperlakukan furnanon terhadap udang windu juga menunjukkan mortalitas yang lebih rendah dibandingkan ekstrak supernatan tanpa furnanon.

Penggunaan furanone sintetik, furanone C-30 (Gambar 3) dalam pengendalian penyakit dilakukan terhadap infeksi V. anguillarum pada ikan rainbow trout. Pada penelitan kohabitasi, ikan rainbow trout diinfeksi dengan V. anguillarum serotie O-1, kemudian dipelihara dengan ikan sehat di dalam medium yang diberi furanone C-30 pada konsentrasi 0,01 dan 0,1 μM. Pengamatan terhadap mortalitas ikan mendapatkan mortalitas 96% pada perlakuan kontrol, sedangkan pada perlakuan furanone 0,01 μM menghasilkan mortalitas 46%, dan pada konsentrasi 0,1 μM mortalitasnya hanya 14%. (Rasch et.al, 2004). Dengan demikian penggunaan quorum sensing inhibitor dapat digunakan untuk pengendalian penyakit pada ikan.

C

D

Gambar 3. Struktur AHL yang diproduksi oleh V. harveyi (A), V. anguillarum (C), halogenated furnaone dari D. pulchra (B) dan sintetik furanone C-30. (Manifield et. Al. 2004; Rasch et.al., 2004)

Beberapa spesies Bacillus mampu menghasilkan enzim AiiA lactonase yang

mampu menghidrolisis ikatan cincin lactone pada AHL, sehingga mengubah konformasi dari AHL. Perubahan struktur ini mencegah AHL untuk berikatan dengan regulator transkripsi LuxR. Bai et.al. (2008) mengklon gen aiiA dari Bacillus thuringiensis BF1 pada vektor pET-24d(+) dan memproduksi protein rekombinannya pada Escherichia coli BL21 (DE3). V. harveyi dikultur tanpa penambahan lysat bakteri, dengan penambahan lysat bakteri dengan vektor kosong atau dengan penambahan lysat bakteri yang mengandung protein rekombinan aiiA, kemudian diukur luminescencenya. Tanpa pemberian lysat atau dengan pemberian lysat kosong tetap menghasilkan lumiescence yang tinggi. Pemberian lysat yang mengandung protein rekombinan bisa menurunkan luminescence 85%. Strategi menghidrolisis homoserin lactone juga dilakukan dengan pendekatan lain. Marin et.al. (2007) memproduksi antibodi yang mampu menghidrolisis N-(3-oxo-acyl) homoserine lactone (AHL) dengan pendekatan strategi imunisasi reaktif mengunakan hapten squeric monoester monoamide. Hasil penelitian bisa mendapatkan antibodi yang mampu menghidrolisis AHL. Dengan demikian antibodi katalis ini dapat digunakan sebagai cara bau dalam menghambat mekanisme qourum sensing.

Penutup

Mekanisme quorum sensing yang telah banyak dikaji ternyata juga ditemukan pada bakteri Vibrio patogen pada ikan. Pengunaan inhibitor quorum sensing dalam mengendalikan penyakit ikan sudah dilakukan dan terbukti bahwa pada perlakuan pemberian inhibitor mendapatkan sintasan yang lebih baik dari kontrol. Sintesis dan

skrining inhibitor quorum sensing telah banyak dilakukan terhadap Vibrio fischeri. Meskipun demikian, mengingat autoinducer yang dihambat adalah AI-2 yang merupakan bahan komunikasi umum, maka kemungkinan besar inhibitor-inhibitor yang sudah dihasilkan pada system V. fischeri dapat diaplikasikan pada Vibrio pathogen pada ikan.

Protein enzim seperti AiiA yang dihasilkan oleh Bacillus thuringiensis maupun antibodi katalisis telah terbukti mampu menghidrolisis autoinducer dengan baik secara in vitro. Untuk itu perlu dikaji lebih banyak terhadap sumber-sumber bahan yang dapat menghidrolisis autoinducer. Kajian lain yang perlu dilakukan adalah bagaimana aplikasi bahan-bahan tersebut secara in vivo.

Dari hasil-hasil di atas pedekatan quorum sensing untuk pengendalian penyakit bakterial pada ikan terutama dari golongan Vibrio dapat dijadikan alternatif yang baik untuk dikembangkan di masa mendatang. Meskipun demikian perlu kajian yang lebih banyak baik dalam konteks ilmu murni maupun aplikasinya dalam pemanfaatan langsung dalam sistem akuakultur.

Daftar Pustaka

Antunes, L.C.M., L. Q. Ferreira, E. O. Ferreira, K. R. Miranda, K. E. S. Avelar, R. M. C. P. Domingues, M. C. S. Ferreira. 2005. Bacteroides species produce Vibrio harveyi autoinducer 2-related molecules, Anaerobe 11 : 295-301.

Austin, B. and D. A. Austin. 1987. Bacterial Fish Pathogens: Disease in Farmed and Wild Fish. Ellis Horwood Limited, West Sussex, England.

Bai,F., Y. Han, J. Chen and X. Zhang.2008. Disruption of quorum sensing in Vibrio harveyi by the AiiA protein of Bacillus thuringiensis, Aquaculture 274 : 36-40

Bassler, B. L., E. P. Greenberg, and A. M. Stevens. 1997. Cross-species induction of luminescence in the quorum-sensing bacterium Vibrio harveyi. J. Bacteriol. 179:4043–4045.

Buch,C., J. Sigh, J. Nielsen, J.L. Larsen and L. Gram. 2003. Production of Acylated Homoserine Lactones by Different Serotypes of Vibrio anguillarum Both in Culture and During Infection of Rainbow Trout, Systematic and Applied Microbiology 26 : 338-349.

Castang, S., B. Chantegrel, C. Deshayes, R. Dolmazon, P. Gouet, R. Haser, S. Reverchon, W. Nasser, N. Hugouvieux-Cotte-Pattat and Doutheau. 2004 . N-Sulfonyl homoserine lactones as antagonists of bacterial quorum sensing, Bioorganic & Medicinal Chemistry Letters 14 : 5145-5149.

Delalande,L., D. Faure, A. Raffoux, S. Uroz, C. D'Angelo-Picard, M. Elasri, A. Carlier, R. Berruyer, A. Petit, P. Williams, Y. Dessaux. 2005. N-hexanoyl-l-homoserine lactone, a mediator of bacterial quorum-sensing regulation, exhibits plant-dependent stability and may be inactivated by germinating Lotus corniculatus seedlings, FEMS Microbiology Ecology 52: 13-20.

Frezza, M., S.Castang, J. Estephane, L. Soulere, C. Deshayes, B. Chantegrel, W. Nasser, Y. Queneau, S. Reverchon and A. Doutheau. 2006. Synthesis and biological evaluation of homoserine lactone derived ureas as antagonists of bacterial quorum sensing, Bioorganic & Medicinal Chemistry 14 : 4781-4791

Frezza, M., L.Soulere, S. Reverchon, N. Guiliani, C. Jerez, Y. Queneau and A. Doutheau. 2008. Synthetic homoserine lactone-derived sulfonylureas as inhibitors of Vibrio fischeri quorum sensing regulator, Bioorganic & Medicinal Chemistry 16 :3550- 3556.

Gauger, E., R. Smolowitz, K. Uhlinger, J. Casey and M. Gomez-Chiarri. 2006. Vibrio harveyi and other bacterial pathogens in cultured summer flounder, Paralichthys dentatus. Aquaculture 260:10-20.

Henke, J.M. and B.L. Bassler. 2004. Three parallel quorum sensing system regulate gne expression in Vibrio harveyi. J. Bacteriol. 186:6902-6914.

Jones, S., YU, B., Bainton, N. J., Birdsall, M., Bycroft, B.W., Chhabra, S. R., Cox, A. J. R., Golby, P., Reeves, P. J., Stephens, S., Winson, M. K., Salmond, G. P. C., Stewart, G. S. A. B., Williams, P. 1993. The lux autoinducer regulates the production of exoenzyme virulence determinants in Erwinia carotovora and Pseudomonas aeruginosa. EMBO J. 12:2477–2482

Manefield, M., L. Harris, S.A. Rice, R. de Nys and S. Kjelleberg. 2000. Inhibition of luminescence an dvirulence in black tiger prawn (Penaeus monodon) pathogen Vibrio harveyi by intercellular signal antagonist. Appl. Environ. Microbiol. 66:2079- 2084

March, J.C. and W.E. Bentley. 2004. Quorum sensing and bacterial cross-talk in biotechnology. Currnt Opinion in Biotechnology 15:495-502

Marin, S.L., Y. Xu, M. M. Meijler, K. D. Janda. 2007. Antibody catalyzed hydrolysis of a quorum sensing signal found in Gram-negative bacteria, Bioorganic & Medicinal Chemistry Letters.17: 1549-1552.

Miller, M.B. and B.L. Bassler. 2001. Quorum sensing in bacteria. Annu. Rev. Microbiol. 55:165-199

Milton, D.L., A. Hardman, M. Camara, S.R. Chhabra, B.W. Bycroft, G.S.A.B. Stewart and P. Williams. 1997. Quorum sensing in Vibrio anguillarum: Characterization of the vanI/vanR locus and identification of the autoinducer N-(3-oxodecanoyl)-L- homoserine lactone. J. Bateriol. 179:3004-3012.

Ni,N., H. Chou, J. Wang, M.Li, C. Lu, P C. Tai and B. Wang. 2008a. Identification of boronic acids as antagonists of bacterial quorum sensing in Vibrio harveyi. Biochemical and Biophysical Research Communications 369:590-594

Ni, N., G. Choudhary, M. Li and B. Wang. 2008b. Pyrogallol and its analogs can antagonize bacterial quorum sensing in Vibrio harveyi, Bioorganic & Medicinal Chemistry Letters 18:1567-1572.

Pearson, J. P., Gray, K. M., Passador, L., Tucker, K. D., Eberhard, A., Iglewski, B. H., Greenberg, E. P.1994. Structure of the autoinducer required for expression of Pseudomonas aeruginosa virulence genes. Proc. Natl. Acad. Sci. USA 91: 197–201.

Rasch, M., C. Buch, B. Austin, W.J. Slierendrecht, K.S. Ekmann, J.L. Larsen, C. Johansen, K. Riedel, L. Eberl, M. Givskov and L. Gram. 2004. An Inhibitor of Bacterial Quorum Sensing Reduces Mortalities Caused by Vibriosis in Rainbow Trout (Oncorhynchus mykiss, Walbaum), Systematic and Applied Microbiology 27 : 350- 359.

Reverchon, S., B. Chantegrel, C. Deshayes, A. Doutheau and N. Cotte-Pattat. 2002. New synthetic analogues of N-acyl homoserine lactones as agonists or antagonists of transcriptional regulators involved in bacterial quorum sensing, Bioorganic & Medicinal Chemistry Letters 12 :1153-1157.

Vattem,D.A., K. Mihalik, S.H. Crixell, R.J.C. McLean, 2007. Dietary phytochemicals as quorum sensing inhibitors, Fitoterapia 78:302-310.

PENGARUH RETARDAN DAN ASPIRIN DALAM MENGINDUKSI