• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. STRATEGI PENGEMBANGAN DAN ARSITEKTUR

6.2. Rancangan Arsitektur Strategik

1) Sasaran Pengembangan Minyak Sawit Indonesia

Mengacu pada tujuan penetapan minyak sawit sebagai komoditas unggulan nasional dan Road Map Pengembangan Klaster Industri Prioritas Tahun 2010-2014, maka sasaran pembangunan industri minyak sawit Indonesia adalah:

A. Jangka Menengah (2010 -2014)

1. Terbentuknya klaster industri pengolahan CPO dan turunannya di Sumut dan Riau

2. Iklim usaha dan investasi yang kondusif. B. Jangka Panjang (2015-2025)

1. Memperluas pengembangan produk akhir;

2. Terbentuknya centre of excellence industri oleokimia; 3. Penguasaan pasar;

4. Pemantapan industri berwawasan lingkungan;

5. Terintegrasinya industri turunan minyak sawit di Kaltim, Kalbar, Kalteng dan Papua.

2) Tantangan Pengembangan Industri Minyak Sawit Indonesia

Berdasarkan Outlook Industri 2012 yang diterbitkan oleh Kementerian Perindustrian, industri minyak sawit Indonesia tidak lepas dari beberapa tantangan yang harus dihadapi, seperti:

1. Permasalahan bagi hilirisasi minyak sawit adalah permintaan minyak sawit dunia yang semakin meningkat disertai dengan harga internasional cukup menarik mendorong kecenderungan ekspor CPO dalam bentuk mentah.

91 2. Tidak seimbangnya kapasitas industri hilir dengan produksi CPO,

sehingga muncul idle capacity, khususnya refinery.

3. Kurangnya intergrasi antara industri CPO dengan industri hilirnya sehingga rantai nilai industri kurang efisien dan kurang berdayasaing. 4. Kegiatan riset dan teknologi industri oleokimia masih perlu ditingkatkan. 5. Penerapan aturan perpajakan mengenai PPN atas produk primer TBS

(Tandan Buah Segar) memberatkan pelaku usaha sehingga justru berpotensi menghambat hilirisasi.

6. Kampanye negatif khususnya terkait masalah lingkungan terkait perkebunan kelapa sawit semakin gencar dilakukan, antara lain berupa Isu REACH/Registration, Evaluation, Authorisation and Restriction of

Chemical substances (kebijakan registrasi bahan kimia, termasuk

Oleokimia untuk pasar Uni Eropa), dan Isu EU Directive (Kebijakan biodiversitas dan lingkungan oleh Parlemen Uni Eropa).

7. Infrastruktur pendukung industri antara lain pelabuhan, akses jalan, angkutan kereta api, listrik, dan gas bumi belum memadai.

3) Program Pengembangan dan Peningkatan Dayasaing Minyak Sawit Indonesia

Perwujudan dari strategi yang telah diperoleh melalui analisis SWOT kemudian diturunkan ke dalam program. Program-program tersebut disusun berdasarkan pertimbangan sasaran dan tantangan yang dihadapi oleh industri minyak sawit Indonesia. Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 17.

92

Tabel 17. Program Pengembangan dan Peningkatan Dayasaing Minyak Sawit

Indonesia

No Strategi Program Penanggung

Jawab

1 Pengembangan sistem pemasaran produk industri CPO

Program workshop, seminar, dan mendorong peran lembaga terkait pemasaran

DMSI dan Gapki

2 Pengembangan industri hilir serta peningkatan nilai tambah minyak sawit

 Menjalin kerjasama R&D pada lembaga riset, perguruan tinggi, dan industri

 Diversifikasi produk oleokimia yang bernilai tambah tinggi

 Inovasi produk dan teknologi melalui peningkatan R&D  Pembangunan klaster industri

untuk pengembangan industri hilir minyak sawit

PPKS, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi 3 Pengembangan SDM pelaku

industri minyak sawit dengan pelatihan dan kegiatan inovasi

 Program pendidikan, pelatihan dan magang

DMSI, Gapki, Apsakindo,

4 Menambah dan memperbaiki infrastruktur yang ada

 Integrasi industri pengolahan CPO dan turunannnya  Membangun satu pelabuhan

ekspor CPO di Kawasan Timur Indonesia untuk memudahkan penjualan CPO keluar negeri Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah, Asosisasi 5 Meningkatkan ekspor produk hilir Pengembangan industri turunan

CPO ke arah industri surfaktan, industri pelumas dan biodiesel

Kementerian perindustrian, Kementerian Pertanian 6 Memperhatikan isu nasional dan

internasional dengan memperbaiki kebijakan pemerintah

Peningkatan koordinasi dan sinergi instansi terkait dalam penetapan kebijakan

Pemerintah, Asosiasi, PT & Litbang 7 Memanfaatkan ekspor hulu ke

negara yang lebih membutuhkan produk hulu, misalnya India

Meningkatkan kualitas produk sesuai dengan SNI

Pemerintah Pusat, Gapki, Apkasindo 8 Meningkatkan pola kerjasama

dengan produsen negara lain melalui promosi

 Program Kampanye Green Product atau Countering Negative Campaign On Palm Oil

 Berpartisapasi aktif dalam pameran dan seminar, seperti seperti Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) dan International Conference & Exhibition of Palm Oil

 DMSI dan Malaysia Palm Oil On Board  Pemerintah Pusat, Asosiasi, Perusahaan Swasta, Perguruan Tinggi & Litbang

93

4) Tahap Penyusunan Arsitektur Strategik

Dalam menyusun rancangan arsitektur strategik bagi industri minyak sawit Indonesia, penulis menggabungkan antara strategi, program dan rancang desain arsitektur yang bertujuan memberi gambaran kepada pembaca akan urutan program, prioritas serta tahapan strategi. Tidak ada pertimbangan baku dalam merancang sebuah arsitektur strategik, namun penyusunan prioritas strategi dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu seperti waktu, sasaran yang ingin dicapai, serta tantangan yang harus dihadapi.

Rancangan arsitektur strategik industri minyak sawit Indonesia merupakan rancangan program kegiatan yang dibuat untuk membantu memberi gambaran mengenai tahapan-tahapan yang dapat ditempuh demi mewujudkan sasaran di masa depan. Sumbu X dan Y merupakan sumbu yang menggambarkan dimensi waktu yang diperlukan untuk suatu strategi dan program tertentu. Sumbu X merupakan periode waktu yang digunakan dalam periode tahun, sedangkan sumbu Y waktu yang menggambarkan urutan program kegiatan. Program yang akan dicetak ke dalam arsitektur strategik tersebut terbagi menjadi program bertahap dan program rutin. Berikut ini adalah pembagian program bertahap dan program rutin :

1) Program Bertahap a. Periode I

i. Meningkatkan kualitas produk sesuai dengan SNI b. Periode II

i. Pembangunan klaster industri untuk pengembangan industri hilir minyak sawit

ii. Integrasi industri pengolahan CPO dan turunannnya

iii. Pengembangan industri turunan CPO ke arah industri surfaktan, industri pelumas dan biodiesel

iv. Membangun satu pelabuhan ekspor CPO di Kawasan Timur Indonesia untuk memudahkan penjualan CPO ke luar negeri v. Program workshop, seminar, dan mendorong peran lembaga

94 c. Periode III

i. Inovasi produk dan teknologi melalui peningkatan R&D ii. Diversifikasi produk oleokimia yang bernilai tambah tinggi 2) Program Rutin :

a. Program pendidikan, pelatihan dan magang

b. Peningkatan koordinasi dan sinergi instansi terkait dalam penetapan kebijakan

c. Menjalin kerjasama R&D antara lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan industri

d. Program Kampanye Green Product atau Countering Negative

Campaign On Palm Oil

e. Berpartisapasi aktif dalam pameran dan seminar, seperti seperti

Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) dan International Conference & Exhibition of Palm Oil

95

96

VII KESIMPULAN DAN SARAN