• Tidak ada hasil yang ditemukan

97 demikian, rasio KDB merupakan batas maksimum yang diperbolehkan oleh

KEPALA DINAS SEKRETARIAT

VI- 97 demikian, rasio KDB merupakan batas maksimum yang diperbolehkan oleh

Dinas Tata Kota untuk mendirikan bangunan pada suatu wilayah. Namun pada umumnya, batas rasio tersebut seringkali dilanggar oleh para pemilik bangunan dalam upaya untuk mendapatkan bangunan yang lebih luas. Apabila pelanggaran rasio KDB tersebut dilakukan secara massal dan terus menerus, maka luas lahan terbuka akan menurun secara drastis dan pada akhirnya akan memperparah masalah banjir di wilayah studi.

Salah satu penyebab banjir di wilayah studi adalah elevasi kawasan perumahan yang berada di bawah muka air banjir sungai maupun di bawah muka air normal, sehingga kawasan atau area perumahan tersebut menjadi kawasan yang rawan banjir. Kondisi tersebut terjadi karena pelaksanaan pembangunan kawasan perumahan oleh Pengembang tidak memperhatikan peil banjir yang ada. Pengembang seharusnya melakukan penimbunan sampai pada batas peil banjir sebelum mulai melaksanakan pembangunan perumahan.

Hal lain yang sering terlihat dari lemahnya koordinasi pengawasan pembangunan adalah digunakannya lahan yang berada pada kawasan konservasi untuk keperluan pembangunan. Pelanggaran tersebut mengakibatkan berkurangnya luasan dari kawasan konservasi dan pada akhirnya akan mengurangi luasan dari kawasan resapan atau ruang hijau terbuka.

3. Kebijakan Pembangunan Antar Kawasan

Permasalahan yang terkait dengan kebijakan pembangunan antar kawasan antara lain adalah :

Belum adanya kebijakan yang terpadu antar wilayah kota dan kabupaten di Provinsi Kaltim untuk pengendalian kawasan resapan di daerah hulu sungai.

Masih kurangnya koordinasi dari para pelaku pengelolaan dari setiap komponen infrastruktur dalam perencanaan maupun pembangunannya.

4. Tinjauan Terhadap Sistem Penyaluran Air Hujan Yang Ada

Tinjauan terhadap sistem penyaluran air hujan yang ada akan mencakup tinjauan terhadap sungai sebagai badan penerima air utama, dan sistem saluran sebagai badan pembawa :

a. Perhitungan mengenai kapasitas DAS berdasarkan profil DAS yang ada untuk kemudian dibandingkan dengan debit banjir hasil perhitungan dengan periode ulang 10 tahun, akan memberikan gambaran mengenai kemungkinan terjadinya atau tidak terjadinya luapan pada DAS dimaksud. b. Tinjauan terhadap saluran yang ada meliputi tinjauan dimensi, keadaan

saluran, perlengkapan saluran yang ada, serta hal – hal lain yang dianggap perlu sehingga dapat diharapkan akan didapat dimensi saluran yang sesuai. Hasil pengamatan lapangan adalah sebagai berikut :

Tingkat pelayanan sistem yang ada masih rendah dalam konteks perbandingan antara luas yang harus dilayani dengan panjang sistem yang sudah terbangun/terpasang.

VI-98

Kapasitas saluran belum di disain menurut sistem blok kawasan yang harus dilayani, sehingga ada beberapa saluran yang melayani suatu kawasan terlalu luas.

Sedimentasi dan timbunan sampah menyebabkan kapasitas pengaliran saluran berkurang, akibatnya terjadi luapan.

Genangan yang terjadi dari hasil pengamatan disebabkan oleh luapan, baik dari jaringan tersier, sekunder maupun primer.

Sistem jaringan belum tertata menurut hirarki saluran, dimana hirarki ini akan menentukan besarnya kapasitas pengaliran yang direncanakan. Dari hasil pengamatan ada sistem sekunder yang dimensinya lebih kecil dari sistem tersiernya.

Ukuran gorong – gorong yang terlalu kecil, kerusakan gorong – gorong maupun kerusakan pada saluran merupakan salah satu penyebab terjadinya luapan dan genangan.

5. Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase

Akibat keterbatasan dana, selama ini pemeliharaan prasarana/sarana drainase kurang mendapat perhatian yang cukup dari Instansi yang berwenang. Pemeliharaan prasarana/sarana tidak dilakukan menurut suatu pola yang teratur. Biasanya pemeliharaan akan dilakukan apabila kondisi kerusakan sudah parah atau untuk mengatasi kondisi darurat dan pemeliharaan tersebut dilakukan secara partial tidak secara menyeluruh. Akibat dari tidak teraturnya pemeliharaan yang dilakukan, maka :

Prasarana/sarana drainase tidak berfungsi dengan optimal.

Meningkatnya kerugian yang diderita oleh masyarakat.

Meningkatnya biaya pemeliharaan.

Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai arti penting sarana drainase untuk menjaga kesehatan lingkungan juga merupakan salah satu permasalahan yang perlu mendapat perhatian. Semua pihak paham bahwa membuang sampah di selokan akan dapat menimbulkan banjir karena kapasitas saluran menjadi berkurang. Namun faktanya hal – hal tersebut masih terus terjadi.

VI-99

Tabel 6.37 Identifikasi Permasalahan Pengelolaan Drainase

No Aspek Pengelolaan Drainase Permasalahan Yang Dihadapi Tindakan Yang Sudah Dilakukan Yang Sedang Dilakukan A. Kelembagaan :

1.Bentuk Organisasi Pengelola 2.Tata Laksana (Tupoksi, SOP, dll) 3.Kuantitas dan Kualitas SDM

- - SDM masih terbatas - - - - - Peningkatan SDM B. Pembiayaan : - Sumber-sumber pembiayaan (APBD Prov/Kab.kota/Swasta/Masy.dll) - Retribusi Dana terbatas Tidak Ada Peningkatan pendanaan Tidak Ada Peningkatan pendanaan Tidak Ada C. Perundangan terkait sektor

drainase :

(Perda, Pergub, Perwali, dst) Masih lemahnya penegakan hukum terhadap pelanggaran - Penguatan penegakan hukum D. Peran serta Masyarakat dan

Swasta Masih kurangnya kesadaran masyarakat mengenai arti penting sarana drainase Sosialisasi kepada masyarakat tentang arti pentingnya sarana drainase Sosialisasi kepada masyarakat tentang arti pentingnya sarana drainase E Teknis Operaional PS

Aspek Perencanaan (MP, FS, DED) - - -

A. Saluran :

- Primer Sedimentasi Peningkatan

O&P

Peningkatan O&P

- Sekunder Sedimentasi Peningkatan

O&P

Peningkatan O&P

- Tersier Sedimentasi Peningkatan

O&P

Peningkatan O&P

B.Turap Tanah labil Perkuatan turap Perkuatan turap

D.Bangunan pelengkap (gorong- gorong, pintu air, pompa, talang dsb

Sedimentasi Peningkatan O&P

Peningkatan O&P

E. Waduk kolam retensi, sumur resapan

Sedimentasi Peningkatan O&P

Peningkatan O&P

VI-100

b. Tantangan Pengembangan Drainase

Tantangan yang dihadapi secara umum adalah mencegah penurunan kualitas lingkungan permukiman di perkotaan, optimalisasi fungsi pelayanan dan efisiensi prasarana dan sarana drainase yang sudah terbangun, peningkatan dan pengembangan sistem yang ada, pembangunan baru secara efektif dan efisien yang menjangkau masyarakat berpenghasilan rendah dan menunjang terwujudnya lingkungan perumahan dan permukiman yang bersih dan sehat serta meningkatkan ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah.

Tantangan lainnya adalah adanya Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke PU an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan didalam dokumen RPI2JM yang merupakan tantangan tersendiri bagi pelayanan pengelolaan drainase. Target pelayanan dasar bidang drainase sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum dapat dilihat melalui tabel 4.48 dibawah ini.

Tabel 6.38 SPM Bidang Cipta Karya berdasarkan Permen PU No. 14/PRT/M2010 Jenis Pelayanan Dasar Standard Pelayanan Umum Waktu

Pencapaian Keterangan Indikator Nilai Penyehatan Lingkungan Permukiman (Sanitasi Lingkungan & Persampahan

Drainase Tersedianya sistem jaringan drainase skala kawasan dan skala kota sehingga tidak terjadi genangan (>30 CM selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 kali setahun

50% 2014 DPU

6.3.3.2. Analisis Kebutuhan Drainase

A.Analisis Kebutuhan

Analisis diperlukan untuk mencari akar permasalahan berdasarkan kondisi yang ada saat ini dari berbagai aspek teknis maupun non teknis, serta berbagai kendala yang dihadapi dalam rangka mencapai sasaran yang diinginkan. Analisis permasalahan dapat dilakukan dengan gap analisis yaitu suatu metoda yang membandingkan antara kebutuhan dan pengelolaan yang tersedia sehingga dapat direncanakan kapasitas penyediaan pengelolaan drainase lima tahun ke depan. Dari gap analisis di bawah terlihat gap genangan dan kapasitas drainase yang tersedia tiap tahun cukup besar

VI-101