• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI ASPEK TEKNIS PER SEKTOR - DOCRPIJM 1478161017BAB VI Aspek Teknis Per Sektor Final fix

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VI ASPEK TEKNIS PER SEKTOR - DOCRPIJM 1478161017BAB VI Aspek Teknis Per Sektor Final fix"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

VI-1

BAB VI

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

6.1. Rencana Program Investasi Sektor Pengembangan Permukiman

Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada hakekatnya adalah mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang layak huni (livable), aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan.

Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya dan berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di perkotaan.

Perkembangan permukiman hendaknya juga mempertimbangkan aspek-aspek sosial budaya masyarakat setempat, agar pengembangannya dapat sesuai dengan kondisi masyarakat dan alam lingkungannya. Aspek sosial budaya ini dapat meliputi desain, pola, dan struktur, serta bahan material yang digunakan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan permukiman diantaranya adalah :

1. Peran Kota dalam pengembangan wilayah. 2. Rencana pembangunan Kota.

3. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi Kota bersangkutan seperti struktur dan morfologi tanah, topografi dan sebagainya.

4. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

5. Dalam penyusunan RPIJM harus memperhatikan Rencana Induk (Masterplan) Pengembangan Permukiman.

6. Logical Framework (kerangka logis) penilaian kelayakan investasi dalam pengembangan permukiman.

7. Keterpaduan Pengembangan Permukiman dengan sektor lainnya dilaksanakan pada setiap tahapan penyelanggaraan pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik.

8. Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang tersedia. 9. Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efesiensi dalam Pengembangan

Perkotaan pada kota bersangkutan.

10. Sebagai suatu PS yang tidak saja penting bagi peningkatan kesehatan masyarakat tetapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan.

11. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun swasta.

(2)

VI-2 13. Investasi PS Air Minum dengan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal

pemulihan biaya.

14. Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam pembangunan dan/atau pengelolaan sarana dan prasarana dalam Pengembangan Permukiman, perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut.

15. Safeguard Sosial dan Lingkungan.

16. Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung analisis disertakan dalam bentuk lampiran.

Tabel 6.1 Peraturan Daerah/Peraturan Walikota/Peraturan Bupati terkait Pengembangan Permukiman

No

Perda/Pergub/Perwal/Perbup/Peraturan Lainnya

Amanat Jenis Produk

Pengatuaran Nomor & Tahun Perihal 1. Peraturan Daerah 11 Tahun 2012 Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Bontang 2012-2032

Rencana pengembangan perumahan dan permukiman berdasarkan tingkat

kepadatan. Kepadatan tinggi ada di Kel. Bontang Kuala, Berbas Pantai, Loktuan. Kepadatan sedang berada di Kel. Gunung Elai, Bontang Baru, Api-Api, Berbas Tengah, Tanjung Laut, Tanjung Laut Indah, Satimpo, Kanaan, Telihan, Belimbing dan Guntung. Kepadatan rendah di Kel. Bontang Lestari.

6.1.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

Beberapa isu yang dapat diidentifikasi dan mempengaruhi perkembangan permukiman di Kota Bontang adalah sebagai berikut :

a. Keterbatasan lahan, sebagaimana diketahui bahwa wilayah daratan Kota Bontang hanya sekitar 29% dari luasan adiministarasi keseluruhan kota, atau sekitar 14.780 Ha. Sisa lahan yang dapat dikembangkan hanya seluas 5.248 Ha, sudah termasuk areal terbangun seluas 1.950 Ha dan lahan pertanian seluas 3.075 Ha.

b. Lahan di Kota Bontang, khususnya di wilayah pengembangan baru (daerah Bontang Selatan) merupakan lahan yang masih mentah, dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit guna proses pematangannya. Apalagi dibeberapa lokasi, kondisi tanah kurang menunjang karena cenderung berlempung akibat rembesan drainase alami dari arah teluk/laut, serta masih banyak dipenuhi alang-alang, rawa, dan topografi yang tidak beraturan.

(3)

VI-3 oleh masyarakat pendatang, serta kehidupan perkotaan yang banyak didorong kegiatan industri besar Kota Bontang yang bertumpu pada sektor sumberdaya migas, maka dikuatirkan bahwa perkembangannya bisa sangat berbeda apabila sumberdaya alam tersebut mengalami penyurutan sehingga produksi industrinya berkurang, yang tentunya akan berpengaruh besar terhadap pertambangan ekonomi kota.

d. Seiring perkembangan perekonomian kota, sektor produksi perikanan laut pun tengah digalakan oleh Pemerintah Kota Bontang. Bersamaan dengan itu, kondisi permukiman pesisir, khususnya perkampungan nelayan, mengalami degradasi lingkungan akibat semakin padatnya perumahan, bercampurnya kegiatan produksi hasil perikanan laut, serta buruknya pemahaman akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

e. Sebagimana dipahami dari RTRW Kota Bontang 2012, maka sebagian wilayah Sub BWK A4 dan A5 termasuk kedalam wilayah lindung Taman Nasional Kutai (TNK), khususnya di kawasan tumbuhnya mangroove/bakau di sepanjang pesisir wilayah. Namun pada kenyataannya, di wilayah tersebut telah tumbuh dan berkembang kawasan permukiman pesisir, sebagian bahkan berkembang ke arah pusat kota, menyatu dengan kawasan terbangun yang telah ada. Perubahan guna lahan ini menyebabkan penurunan kualitas lingkungan hidup di kawasan lindung tersebut. f. Rencana pengembangan fisik Kota Bontang diarahkan ke bagian Selatan Kota,

tepatnya ke arah BWK di Kecamatan Bontang Selatan. Namun dalam kenyataannya, dukungan infrastruktur di kawasan ini masih minim, termasuk belum lengkapnya masterplan jaringan, terutama jaringan listrik dan air bersih, yang diharapkan dapat menjadi dasar penyusunan program pengembangan jaringan ke wilayah yang juga dikenal sebagai ”Kota Baru Bontang” ini.

g. Perencanaan dan pengelolaan merupakan kegiatan yang memerlukan dukungan informasi/data yang akurat. Seiring dengan perkembangan kota, maka informasi/data mengenai perumahan dan permukiman akan semakin dinamis pula. Dalam kenyataannya, upaya-upaya pendataan terhadap perumahan dan permukiman di Kota Bontang dirasakan belum maksimal, mengingat berbagai kendala seperti kurangnya koordinasi/keterpaduan antar instansi, khususnya yang bertugas dan berwenang dalam pengelolaan perumahan dan permukiman Kota Bontang. Untuk itu, diperlukan upaya sinkronisasi basisdata perumahan dan permukiman, termasuk utnuk memperoleh kesamaan komponen/variabel dan satuan data yang seragam, sehingga memudahkan upaya analisa data, pemanfaatannya, maupun pemabaharuan data untuk keperluan perencanaan dan pemograman selanjutnya.

(4)

VI-4 Adapun lebih lanjut mengenai pembahasan pencapaian target sasaana dalam bidang pengembangan PSD perumahan dan permukiman adalah sebagai berikut :

Tabel 6. 2 Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Kota Bontang

No Isu Strategis Keterangan

1. Kawasan padat kumuh di kawasan pesisir

Degradasi lingkungan akibat semakin padatnya perumahan, bercampurnya kegiatan produksi hasil perikanan laut, serta buruknya pemahaman akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

Berdasarkan studi Identifikasi Kawasan Kumuh Kota Bontang tahun 2011, teridentifikasi kawasan permukiman kumuh Kota Bontang seluas 126 ha yang tersebar di 15 Kelurahan. 2. Keterbatasan lahan Terdapatnya kawasan lindung yang cukup luas di daratan Kota

Bontang dan lahan milik perusahaan menjadikan lahan permukiman yang dapat dikelola oleh pemerintah terbatas.

3. Kondisi lahan yang masih mentah dan memerlukan biaya yang sangat mahal

Kondisi tanah kurang menunjang karena cenderung berlempung akibat rembesan drainase alami dari arah teluk/laut, serta masih banyak dipenuhi alang-alang, rawa, dan topografi yang tidak beraturan.

4. Perkembangan permukiman liar di kawasan lindung

Perkembangan permukiman di kawasan lindung disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat dan terbatasnya lahan

permukiman di Kota Bontang. 5. Infrastruktur masih minim

di kawasan

pengembangan kota baru dan pulau-pulau kecil

Infrastruktur dan sarana prasarana dasar yang belum merata di kawasan pengembangan kota baru di Kelurahan Bontang Lestari dan pulau-pulau kecil.

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

B.1.Gambaran Umum

1. Kondisi Ketersediaan Perumahan

Pada tahun 2010 jumlah penduduk di Kota Bontang berdasarkan sensus sebesar 143.683 jiwa atau sejumlah 35.738 kepala keluarga. Untuk idealnya dimana 1 rumah tangga menempati 1 rumah maka Kota Bontang membutuhkan sebanyak 35.738 unit rumah.

Tabel 6.3 Jumlah Penduduk, Jumlah KK dan Jumlah Rumah Kota Bontang Tahun 2009-2013

No Keterangan Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

1. Jumlah Penduduk (Jiwa) 143.683 143.683 149.230 154.604 167.294 2. Jumlah KK Asumsi 1 KK 4 Jiwa 35.738 35.738 37.308 38.651 41.824 3. Jumlah Rumah (unit)

Asumsi 1 KK 1 Rumah Dengan 4 Jiwa (Kondisi Ideal)

35.738 35.738 37.308 38.651 41.824

(5)

VI-5

Tabel 6. 4 Data Kondisi Rusunawa di Kota Bontang

No Lokasi

Rusunawa

Tahun

Pembangunan Pengelola

Jumlah Penghuni

Kondisi Prasarana CK yang Ada

1. Kel. Api-Api 2013-Sekarang - - Masih dalam proses

pembangunan

2. Tingkat Kepadatan Permukiman

Kepadatan rata-rata bangunan rumah di Kota Bontang adalah 2 unit/Ha. Kepadatan bangunan tertinggi dimiliki oleh kecamatan Bontang Utara, yaitu 4 unit/Ha, sedangkan kepadatan terendah dimiliki oleh Kecamatan Bontang Selatan dengan rata-rata hanya 1 unit/Ha. Sedangkan dalam skala kelurahan, kepadatan bangunan rumah tertinggi dimiliki oleh Kelurahan Berbas Tengah di Kecamatan Bontang Selatan, yaitu sebesar 30 unit/Ha.

Tabel 6. 5 Kepadatan Bangunan Perumahan Kota Bontang

No Kelurahan Luas Wilayah

Daratan (Ha)

Jumlah Rumah (Unit)

Kepadatan Bangunan (Unit/Ha)

A Kec. Bontang Selatan 10.440 10.564 1

1 Bontang Lestari 8.092 552 0

2 Satimpo 1.561 2.196 1

3 Berbas Pantai 70 1.375 20

4 Berbas Tengah 98 2.946 30

5 Tanjung Laut 135 1.818 13

6 Tanjung Laut Indah 484 1.677 3

B Kec. Bontang Utara 2.620 10.336 4

1 Bontang Kuala 567 469 1

2 Bontang Baru 208 1.685 8

3 Api-Api 459 2.208 5

4 Gunung Elai 179 2.070 12

5 Loktuan 358 3.286 9

6 Guntung 849 618 1

C Kec. Bontang Barat 1.720 4.506 3

1 Kanaan 650 523 1

2 Gunung Telihan 198 1.325 7

3 Belimbing 872 2.658 3

Jumlah Total 14.780 25.406 2

Sumber : RP4D Kota Bontang 2006

(6)

VI-6

3. Kawasan Perumahan Yang Dikelola Oleh Swasta

Kawasan perumahan teratur dan terencana merupakan kawasan yang sesuai dengan arahan rencana tata ruang yang berlaku, dengan difasilitasi pemberian ijinya, serta dieksekusi oleh pemerintah itu sendiri maupun oleh pengembang. Kawasan permukiman ini telah dilengkapi dengan fasilitas yang baik dan dirancang dengan arsitektur yang tertata baik, serta memiliki akses yang cukup mudah ke sarana dan prasarana yang ada.

Tabel 6.6 Kawasan Perumahan Teratur dan Terencana

No Perumahan Pengelola Lokasi Jumlah Tingkat

Hunian 1 Perumahan Bontang

Permai Swasta Kel. Api-api 100

2 Pesona Bukit Sintuk Swasta Kel Belimbing 600 (120) 60% 3 BSD KIE (Bukit Sekatup

Damai) Swasta Kel. Gn Elai 310 75%

4 Pama Persada Swasta Kel. Bontang Lestari 224(172) 60% 5 HOP PT. Badak (HOP

l,ll,lll) Swasta Kel. Satimpo 281

6 HOP PT. Badak (HOP Vl) Swasta Kel. Gn Elai 259 7 KCY (Kaltim Ciptayasa) Swasta Kel. Api-Api 249

8 Disnaker Swasta Kel. Telihan 53/58 80%

9 Korpri l Swasta Kel. Bontang Lestari 1000 (240)

10 Korpri ll Swasta Kel. Bontang Lestari 300

11 Rudal Swasta Kel. Gn. Elai 155

12 Polres Swasta Kel. Gn. Elai 105

13 STM Negeri Swasta Kel. Gn. Elai 69

14 Lembah Asri Swasta Kel. Belimbing 300 (85) 40%

15 KPR-BTN PKT Swasta Kel. Gn. Elai 750

16 Indominco Swasta Kel. Telihan -

Sumber : RP4D Kota Bontang 2006

4. Kawasan Kumuh di Kota Bontang

(7)

VI-7

Tabel 6. 7 Persebaran Lokasi Permukiman Kumuh di Kota Bontang Tahun 2011

No Lokasi Kawasan Kumuh

Luas A Kec. Bontang Selatan

1 Bontang Lestari 8.192 11 15,81 267

Sumber : Identifikasi Kawasan Kumuh Kota Bontang 2011

5. Pembangunan Kasiba di Kota Bontang

Berbagai rencana pembangunan maupun upaya pengembangan fisik kawasan-kawasan fungsional di sekitar Kasiba menjadi salah satu faktor pengaruh bagi upaya pengembangan Kasiba selanjutnya. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah:  Kegiatan Pengembangan :

- Gedung DPRD dan kompleks pemerintahan kota (kawasan pusat

pemerintahan baru Kota Bontang), ± 4 km di Utara Kasiba

- Perumahan PT.PAMA (sebagian telah dihuni) ± 4,5 km di Utara Kasiba

 Kegiatan Pembangunan :

- Kawasan pendidikan STITEK, ±2,5 km di Utara Kasiba

- Stadion Olahraga Bontang (untuk PON 2008), ±1 km di Timur Kasiba - Kawasan Perikanan Terpadu ± 4 km di Utara Kasiba

- Sekolah Pelayaran Kota Bontang ± 5 km di Utara Kasiba - TPA Kota Bontang ± 5,5 km di Utara Kasiba

Prasarana & Sarana di sekitar Kasiba belum berkembang, mengingat luasan dan sebaran kawasan terbangun di wilayah Kelurahan Bontang Lestari yang belum cukup banyak / besar luasannya.

(8)

VI-8 baru, Pemkot Bontang dibantu oleh Ditjen Cipta Karya - Departemen PU telah membuat sumur uji produksi dengan kedalaman ±250 m yang terletak di wilayah sekitar Kawasan Pusat Pemerintahan baru tersebut (±4 km di Utara Kasiba).

Untuk kebutuhan listrik di kawasan-kawasan terbangun sekitar Kasiba Bontang Lestari, jaringan listrik kota (PLN) yang berasal dari pembangkit listrik Kota Bontang belum tersambung. Hal ini menyebabkan kawasan-kawasan terbangun, khususnya permukiman baru yang dikembangkan oleh Developer, mengandalkan Generator-Set sendiri yang bertenaga Solar dan didistribusikan ke rumah-rumah melalui jaringan listrik internal di dalam kompleks perumahan tersebut (contoh: Perum BPI– PT.PAMA), sementara rumah-rumah penduduk yang tinggal di dusun sekitar Kelurahan Bontang Lestari umumnya belum terlayani oleh listrik. Adapun infrastruktur pendukung yaitu :

 Sistem Jaringan Jalan Eksisting

Jaringan jalan yang telah ada di dalam Kasiba merupakan jalan poros utama Kasiba dengan ROW 22m. Selain jalan poros tersebut, yang telah dikembangkan adalah jalan utama didalam perumahan KORPRI – Tahap I berupa jalan lingkungan dengan ROW 18m dan 12m.

 Infrastruktur & Utilitas Pendukung Kawasan

Infrastruktur yang telah tersedia antara lain jaringan listrik di dalam perumahan KORPRI – I, yang terhubung pada sekitar 200 rumah yang telah dibangun, dengan sumber pembangkit energi listrik berupa generator-set yang dikhususkan bagi kebutuhan perumahan KORPRI – I saja.

Kawasan pengembangan baru / kota baru Bontang diperkirakan akan berkembang dalam 10 tahun, dengan masa pembangunan kawasan adalah 5 tahun, untuk kemudian dalam 5 tahun selanjutnya akan berkembang secara normal. Salah satu demand rumah yang akan dipenuhi oleh Kasiba, berdasarkan arahan pembangunan wilayah yang dijelaskan oleh Pemkot Bontang, adalah perumahan PNS Pemkot Bontang, terkait dengan rencana pemindahan pusat pemerintahan kota ke wilayah Pusat Pemerintahan Baru di Kelurahan Bontang Lestari.

Proyeksi jumlah penduduk yang akan menghuni Kasiba adalah sekitar ± 12.000 jiwa (3.000 keluarga) yang berasal dari pegawai pemerintahan (PNS) yang diperkirakan pindah ke Kasiba ditambah dengan akibat berganda (multiplier effects) dengan asumsi 30% dari jumlah pegawai pemerintahan setelah Kasiba selesai dibangun (tahun ke-5).

(9)

VI-9

6. Pembangunan Lisiba Kelurahan Bontang Lestari - Kota Bontang

Pertimbangan penetapan Lingkungan Siap bangun atau Lisiba sebagaimana dirinci dalam Rencana Tapak/Blok Peruntukan RTR Kasiba Bontang Lestari didasarkan pada kesesuaian dengan rencana distribusi kepadatan penduduk yang pada akhirnya akan menunjukkan tipikal/jenis rumah yang akan dikembangkan dalam suatu lingkungan, serta terkait dengan pertimbangan keruangan dan faktor pentahapan pembangunan yang juga merupakan masukan dari Pemerintah Kota Bontang sendiri. Dengan alasan tersebut, terdapat 4 kelompok Lisiba yang dibedakan berdasarkan karakteristik berikut :

 Lisiba 1 – disediakan bagi pengembangan rumah kecil / RSH dengan type 36/200 serta Rusunawa type 21, yang lebih banyak diperuntukkan bagi golongan masyarakat berpenghasilan menengah kebawah, khususnya dari pegawai negeri sipil (PNS) Kota Bontang.

 Lisiba 2 – disediakan bagi pengembangan rumah menengah dengan type 72/400 yang merupakan tahapan lanjutan dari pengembangan Kasiba berdasarkan demand kebutuhan rumah di Kota Bontang

 Lisiba 3 – merupakan pengembangan lanjut terhadap perumahan Korpri Bontang tahap pertama dengan jenis rumah kecil / RSH type 36/200.

 Lisiba 4 – disiapkan untuk pengembangan lebih jauh guna pemenuhan kebutuhan perumahan baru dalam skala rumah besar type 120/600.

Selanjutnya, masing-masing Lisiba dikembangkan kedalam blok-blok peruntukan yang lebih detil sebagaimana telah dijelaskan dalam Dokumen RTR Kasiba Bontang Lestari. Dalam konteks pengembangan kawasan prioritas, maka setiap Lisiba dan blok peruntukan di dalamnya akan dibahas sesuai dengan tahapan pembangunannya.

Penentuan kawasan priroitas didasarkan pada skala prioritas kepentingan pembangunan yang dijabarkan kedalam strategi pentahapan. Sesuai dengan jangka waktu perencanaan yang mencapai 5 tahun rencana, maka tahapan prioritas penanganan lingkungan dalam Kasiba Bontang Lestari akan dikembangkan kedalam 5 tahap pengembangan.

(10)

VI-10

Tabel 6.8 Kebutuhan PSD Kasiba dan Lisiba Bontang Lestari

No Kebutuhan Komponen Keterangan

1 Kebutuhan rumah Jumlah unit rumah yang dibutuhkan

Jumlah kebutuhan rumah diperkirakan mencapai 3000 unit sampai dengan tahun proyeksi 2016 dengan pertumbuhan penduduk sekitar 7%

Asusmsi kebutuhan rumah, bahwa 1 keluarga menempati 1 unit rumah 2 Pembangunan

jaringan jalan

Jumlah kebutuhan jaringan jalan yang harus disediakan

Kebutuhan pengembangan jaringan jalan di kawasan kasiba lisiba adalah kebutuhan pengembangan jaringan jalan kolektor sekunder, lokal sekunder dan lokal primer. 3 Hidran Umum Kebutuhan pemenuhan

hidran umum

Hidran ditempatkan pada lokasi yang memiliki kepadatan yang tinggi, di pusat- pusat kegiatan, dengan jarak 100 - 200 m, untuk daerah lainnya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi setempat.

Lokasi hidran dekat jalan besar atau persimpangan jalan yang mudah dicapai. 4 Jaringan air

limbah

Pengelolaan air limbah skala kota

Diperlukan pengembangan IPAL skala Kota 1 unit di Bontang Lestari

5 Jaringan drainase Pengembangan jaringan drainase

Sistem pengembangan jaringan drainase terbuka dan jaringan drainase tertutup 6 Persampahan Pengembangan

pengelolaan sistem persampahan

Di Bontang Lestari diperlukan

pengembangan Transfer Depo untuk 1 Kelurahan berjumlah 1 unit. pada kawasan ini juga sudah dikembangkan TPA Bontang Lestari dengan sistem sanitary landfill. 7 Air bersih Pengembangan

alternatif dalam penyediaan air bersih

Pemanfaatan jaringan air bersih kota memerlukan upaya penyediaan reservoir serta pemipaan baru, mengingat sumber air baku kota yang paling dekat dengan lokasi Kasiba terletak 4-5 Km di Utara Kasiba, dengan debit 30 ltr/dtk. Integrasi dengan sistem jaringan air bersih kota akan menjadi tahapan lanjut setelah adanya pembangunan reservoir air di lokasi sumber air baku tersebut.

Pembangunan dan pengembangan sistem jaringan air bersih internal kawasan, memanfaatkan 2 titik air di dalam Kasiba yang terletak sekitar 200 m dan 500 m dari bagian Timur Jalan Poros Utama Kasiba, dengan kedalaman masing-masing mencapai 70m dan debit 1 ltr/dtk. Untuk itu, diperlukan adanya pembangunan reservoir guna menampung dan

(11)

VI-11

7. Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman

a. Jalan Lingkungan

Untuk jalan lingkungan di kawasan permukiman yang ada di Kota Bontang hampir sebagian besar berupa jalan semen, aspal dan kayu ulin. Untuk jalan-jalan lingkungan sudah banyak dilakukan perbaikan dan pengembangan melalui kegiatan BKM (Bantuan Keswadayaan Masyarakat) sebagai upaya mengatasi masalah lingkungan dan kemiskinan di perkotaan. Untuk kegiatan pengembangan jaringan jalan adalah pembuatan jalan baru, semenisasi gang lingkungan dan pembuatan serta perbaikan jalan kayu ulin khususnya di kawasan permukiman pesisir.

b. Saluran Air Hujan/ Drainase

Sistem drainase di kawasan permukiman yang ada di kota Bontang saat ini masih banyak yang belum optimal bahkan cenderung berubah fungsi. Drainase jalan yang harusnya hanya berfungsi atau di desain untuk menampung dan mengalirkan limpasan air hujan yang jatuh ke badan jalan tetapi juga berfungsi untuk menampung air buangan selain dari air hujan. Akibatnya kapasitas saluran tersebut tidak cukup sehingga meluap.

Dari segi fisik prasarana yang ada sebagian besar saluran drainase kota berupa saluran dari pasangan batu, namun kondisi saat ini tidak sedikit dari daluran tersebut yang mengalami kerusakan. Sedimentasi di saluran drainase cukup besar baik itu berasal dari material tanah/pasir dan sampah baik organik maupun non organik. Dari hasil pengamatan di lapangan beberapa faktor yang menghambat kurang lancarnya aliran air di sistem drainase Kota Bontang disebabkan oleh :  Kapasitas saluran dan gorong-gorong kurang memadai /besar.

 Kemiringan dasar saluran yang terlalu landai.

 Pendangkalan saluran akibat sedimen dan juga hambatan aliran oleh sampah.  Tingginya muka air di sungai utama dan anak-anak sungainya saat terjadi

banjir, menyebabkan aliran dari outlet drainase tidak dapat masuk ke sungai.  Tertutupnya sebagian lubang-lubang drainase jalan akibat proses pengaspalan

sehingga menghambat aliran yang akan masuk ke saluran.

 Penutupan bagian atas saluran secara permanen dengan sedikit man hole menyulitkan dalam pemeliharaan saluran.

c. Prasarana Air Minum

Sarana dan prasarana penyediaan dan pengelolaan air minum di kawasan permukiman Kota Bontang masih ada sebagian yang mengunakan tempat penampungan berupa drem. Air yang dipergunakan biasanya dari air sungai, air laut dan air hujan. Kondisi ini ini tidak dapat bertahan lama mengingat kontinuitas kurang terjaga.

(12)

VI-12 Wilayah yang terdiri dari pulau-pulau terkecil dan keadaan topografinya, menjadikan penduduk sulit untuk mendapatkan air bersih, sehingga diperlukan instalasi penampungan air hujan (Pah) atau diperlukan terminal air yang disuplay melalui kapal air untuk wilayah pesisir dan mobil tangki untuk wilayah darat.

Secara umum untuk prasarana air bersih di kawasan permukiman sudah sebagian besar dilayani oelh jaringan PDAM. Untuk jumlah pemakai SR sebanyak 63.978 atau 10.663 SR dengan pemakai persambungan adalah 6 jiwa dan jumlah pemakai HU sebanyak 5500 dengan jumlah HU terpasang 55 unit dengan pemakai per HU unit adalah 100 jiwa.

Jumlah pemakaian air perhari perorang adalah 180 l/org/hari dengan asumsi satu sambungan untuk 6 orang maka jumlah pemakaian air persambungan adalah 786 l/samb/hari. Untuk pemakaian air domestik dengan jumlah penduduk pada tahun 2008 sebanyak 136.486 maka jumlah pemakaian air domestik adalah sebesar 17.723.121 l/hari.

Sumber air baku yang dimanfaatkan adalah sumur dalam (deep well). Kondisi deep well Kota Bontang pada tahun 2008 terdapat 12 unit yang tersebar dibeberapa lokasi. Jumlah kapasitas konstruksi deep well mencapai 380 l/dt, untuk kapasitas terpasang mencapai 335 l/dt dengan realisasi kapasitas deep well mencapai 177,37 l/dt.

d. Prasarana Air Limbah

Untuk kebutuhan sanitasi masyarakat Kota Bontang belum memiliki sanitasi terpusat, akan tetapi pada beberapa Kelurahan sudah memiliki sanitasi komunal dengan sistem MCK Plus Biogester (SANIMAS). Jumlah total pengguna SANIMAS Kelurahan Tanjung Laut adalah 231 jiwa termasuk orang dewasa dan anak-anak atau 56 KK. Sedangkan jumlah total pengguna SANIMAS di Indah adalah 436 jiwa termasuk orang dewasa dan anak-anak atau 108 KK. Sisanya menggunanan MCK atau langsung dibuang ke sungai serta di bibir pantai. Limbah cair industri (dari industri besar maupun kecil) masih sering dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan. Pelayanan pengurasan tanki septik atau cubluk biasanya dilakukan oleh oleh Dinas PMK dengan truk tinja atau secara manual. Biasanya lumpur dari tangki septik/cubluk rumah tangga (RT) baru disedot kalau fasilitasnya sudah buntu.

Untuk prasarana penampungan air kotor/tinja, sebagian besar sudah ditunjang dengan tangki septik, baik individu maupun komunal, walaupun masih ada yang menggunakan sungai, dan lubang tanah, sesuai dengan ketersediaan sarana yang ada.

(13)

VI-13 Pada umumnya masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir untuk keperluan BAB-nya masih ada yang dilakukan dibibir-bibir pantai. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan dan kurangnya memperhatikan kesehatan. Kondisi ini juga dipengaruhi kurangnya dukungan PSD di kawasan permukiman khususnya di kawasan padat kumuh dan kawasan kumuh pesisir.

e. Prasarana Persampahan

Pelaksanaan pengumpulan sampah dari wadah sampah ke TPS dilaksanakan oleh penghasil sampah. Masyarakat penghasil sampah memindahkan sampah yang dihasilkannya ke suatu tempat yang berfungsi sebagai TPS, dapat berupa peralatan terbuka, bak sampah, atau kontainer.

Untuk pola penanganan lainnya terkait persampahan di kawasan permukiman, pelaksanaan pengumpulan sampah dari wadah sampah dilaksanakan oleh petugas kebersihan (petugas kantor Kebersihan) dan secara langsung dipindahkan ke dalam truk pengangkut sampah. Pola individu langsung ini dilaksanakan pada daerah-daerah permukiman teratur dan permukiman dipinggir jalan utama yang dilalui oleh truk pengangkut sampah.

C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

Rumusan pokok permasalahan dalam pembangunan perumahan dan permukiman di Kota Bontang terdapat tiga hal yakni permasalahan yang mendesak untuk ditangani, permasalahan yang perlu diantisipasi, dan permasalahan kelembagaan dan tata laksana pembangunan perumahan dan permukiman. Untuk penjabaran lebih lanjut adalah sebagai berikut :

Tabel 6.9 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kota Bontang

No Permasalahan Pengembangan

Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif solusi 1 Aspek Teknis

a) Kepemilikan lahan

b) Pendataan perumahan masih belum optimal

a.Status kepemilikan lahan dan bangunan di wilyah

pengembangan ‘Kota Baru”

di Bontang Selatan.

a.Perbedaan skala/satuan proses pengumpulandan data antar instansi

a. Perlunya upaya tegas secara normatif dengan c. Penyiapan lahan untuk

relokasi kawasan permukiman.

(14)

VI-14 No Permasalahan Pengembangan

Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif solusi f. Standarisasi variabel dan

unit/satuan data antar 2 Aspek Kelembagaan

a) Belum optimlnya yang telah ada seperti BP4D, Forum Kota, dan lain-lain. terjual (habis) dan aktivitas di lingkungan oleh warga masyarakat. 3 Aspek Pembiayaan a.Keterbatasan dana APBD

dalam pengembangan permukiman Kota Bontang

(15)

VI-15 No Permasalahan Pengembangan

Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif solusi 4 Aspek Lingkungan

Permukiman Rumah Tangga Polutif di Kawasan Perumahan f. Degradasi kawasan g. Kebutuhan prasarana dan

sarana umum

a.Spot permukiman kumuh di wilayah kota lama Bontang (Kecamatan Bontang Utara) khususnya kelurahan pesisir memiliki kepadatan

penduduk yang tinggi. b.Beberapa permukiman

kumuh warga ada yang letaknya di belakang bangunan besar.

c.Pengolahan air limbah untuk kawasan permukiman diatas air wilayah pesisir.

d.Industri rumah tangga yang keberadaanya tidak sesuai pada Taman Nasional Kutai g.Penurunana kualitas

i. Keterbatasan lahan secara kualitas pada kawasan pengembangan yang belum dikembangkan, seperti pada Bontang Lestari.

j. Pembangunan sarana dan prasarana yang dapat menjangkau seluruh Kota Bontang terutama pada b. Peningkatan kualitas hidup

warga permukiman kumuh, dan sarana umum (PSU), seperti air minum, jaringan jalan akses, pengelolaan limbah dan jaringan listrik serta jaringan komunikasi khususnya kawasan kumuh dan bontang Lestari. d. Merelokasi industri rumah

tangga polutif menjadi salah satu solusi melalui upaya pengembangan kawasan perumahan berbasis industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan dan sarana dan prasarana pengolahan limbah industri.

e. Regulasi dan kontrol serta pengendalian yang ketat, dengan menegaskan bahwa kawasan lindung tidak boleh diintervensi dengan

penggunaan lahan apapun termasuk permukiman. f. Relokasi maupun penyiapan

(16)

VI-16

6.1.2. Analisisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

A. Analisis Permasalahan

Terjadi kecenderungan naiknya angka kebutuhan perumahan di Bontang, ini disebabkan oleh karena :

a. Menurunnya kualitas perumahan akibat rendahnya tingkat perawatan sehingga banyak rumah yang tergolong tidak lagi layak huni,

b. Naiknya kebutuhan perumahan di wilayah perkotaan Kota Bontang sebagai akibat dari pesatnya pertumbuhan penduduk karena faktor pengaruh migrasi disamping angka kelahiran yang cukup besar dan juga tidak terlepas dari keberadaan 2 (dua) buah perusahaan berskala nasional di Kota Bontang yaitu PT. Pupuk Kalimantan Timur Tbk. Dan PT. Badak NGL yang membuat terjadinya kecenderungan naiknya kebutuhan rumah sewa di Kota Bontang, dimana hal itu disebabkan oleh :

1. Daya beli masyarakat yang kurang sanggup terhadap rumah yang berstatus hak milik,

2. Naiknya jumlah pendatang sementara,

3. Bagi masyarakat kelas atas, meningkatnya pertimbangan kepraktisan pengelolaan dan kemudahan akses. Kedepan penyediaan perumahan terbanyak tetap dilayani oleh developer. Penyediaan perumahan oleh pemerintah dalam bentuk publik/hearing bagi kelas paling bawah akan ada sebagai bentuk penyelamatan.

Permasalahan lainnya adalah ketersediaan rumah terbatas backlog kebutuhan rumah 20%. Sedangkan tiap tahun kebutuhan akan rumah layak terus bertambahnya sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Permasalahan backlog kebutuhan rumah akan terus bertambah besar jika tidak pengembangan perumahan tidak dilakukan. Berdasarkan gap analisis berikut akan terlihat kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan rumah akan semakin besar jika tidak melakukan pengembangan perumahan lima tahun ke depan. Gap analisis mengasumsikan pertumbuhan rumah sejalan dengan pertumbuhan KK (0,90%).

Permasalahan pengembangan perumahan juga terkendala adanya keterbatasan lahan di Kota Bontang. Sebagaimana diketahui, bahwa wilayah daratan Kota Bontang hanya sekitar 29% dari luasan adiministarasi keseluruhan kota, atau sekitar 14.780 Ha. Dari jumlah lahan tersebut, terdapat 4 bagiam besar pemanfaatan lahan potensial, yaitu:

1. Kawasan Hutan Lindung dan Taman nasional Kutai (TNK) seluas ± 5.950 Ha 2. Area PT. Badak LNG seluas ± 1.572 Ha

3. Area PT. Pupuk kaltim seluas ± 2.010 Ha

4. Sisa lahan yang dapat dikembangkan hanya seluas 5.248 ha.

(17)

VI-17 Sebagai arahan penanganan kedepan diharapkan ada zoning regulation pengembangan dalam pemanfaatan lahan permukiman.

Berkembangnya kawasan perkotaan di wilayah Kota Bontang menuntut tersedianya lahan khususnya permukiman sebagai komponen guna lahan kota dengan proporsi terbesar. Kurangnya mekanisme kontrol memungkinkan pengembangan lahan-lahan permukiman mengintervensi kawasan-kawasan dengan fungsi lindung. Kondisi ini perlu diantisipasi melalui regulasi dan kontrol serta pengendalian yang ketat, dengan menegaskan bahwa kawasan lindung tidak boleh diintervensi dengan penggunaan lahan apapun termasuk permukiman.

Seiring perkembangan perekonomian Kota Bontang, sektor produksi perikanan laut pun tengah digalakan oleh Pemerintah Kota Bontang. Bersamaan dengan itu, kondisi permukiman pesisir, khususnya perkampungan nelayan, mengalami degradasi lingkungan akibat semakin padatnya perumahan, bercampurnya kegiatan produksi hasil perikanan laut, serta buruknya pemahaman akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

Banyak hal yang terkait dengan keberadaan kantong – kantong kawasan kumuh di Kota Bontang. Pada dasarnya yang utama adalah kurangnya dukungan PSD Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman. Hal ini juga ditambah dengan tingkat perekonomian masyarakat yang tergolong lemah dan minimnya skill yang dimiliki sehingga berdampak sangat kompleks bagi penyebab berkembangnya kantong – kantong kawasan kumuh di Kota Bontang.

Dengan adanya kantong–kantong kawasan kumuh maka permasalahan perumahan dan permukiman yang mendesak adalah keberadaan spot permukiman kumuh di wilayah kota lama Bontang (Kecamatan Bontang Utara) yang terdiri dari beberapa Kelurahan, khususnya di Kelurahan-Kelurahan pesisir yaitu:

1. Kelurahan Berbas Pantai 2. Kelurahan Berbas Tengah 3. Kelurahan Loktuan

4. Kelurahan Tanjung Laut Indah

Wilayah-wilayah tersebut, khususnya Berbas Pantai, memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, begitu pula dengan jumlah spot permukiman kumuh yang berhasil diidentifikasi oleh Pemkot Bontang sendiri. Kekumuhan terkait dengan kehidupan warganya yang sebagian besar sebagai Nelayan, dimana akibat kenaikan harga BBM maka semakin banyak nelayan yang tidak dapat melaut, sehingga kesulitan ekonomi keluarga nelayan semakin besar, dan prioritas mereka lebih kepada bagaimana bertahan hidup ketimbang menjaga lingkungan permukiman mereka.

(18)

VI-18 fungsi perumahan. Diperlukan upaya pemisahan fungsi yang jelas antara fungsi perumahan dengan fungsi industri rumah tangga polutif. Upaya merelokasi industri rumah tangga polutif menjadi salah satu solusi melalui upaya pengembangan kawasan perumahan berbasis industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan dan sarana dan prasarana pengolahan limbah industri.

Selain itu, dibeberapa lokasi yang lebih kedalam ke arah pusat kota, khususnya di kawasan Berbas Tengah dan Tanjung Laut, terdapat permukiman kumuh warga yang letaknya ”tersembunyi” di belakang bangunan-bangunan besar perumahan maupun pertokoan, dan agak menjorok kedalam dalam suatu perkampungan tengah kota. Kondisi ini juga dikarenakan minimnya dukungan Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman terutama air bersih, sanitasi dan sumber daya ekonomi masyarakat yang masih rendah. Sebagai dampaknya perhatian terhadap keikutsertaan dalam berpartisipasi menjaga kesehatan lingkungan sangat kurang mendapat perhatian.

Rencana pengembangan fisik Kota Bontang diarahkan ke bagian Selatan Kota, tepatnya ke arah BWK di Kecamatan Bontang Selatan. Namun dalam kenyataannya, dukungan infrastruktur di kawasan ini masih minim, termasuk belum lengkapnya masterplan jaringan, terutama jaringan listrik dan air bersih, yang diharapkan dapat menjadi dasar penyusunan program pengembangan jaringan ke wilayah yang juga dikenal sebagai ”Kota Baru Bontang” ini. Kondisi ini disebabkan banyak hal yakni terutama masalah pendanaan dalam pengembangan kawasan baru di Bontang Lestari.

Beberapa prasarana permukiman seperti seperti penerangan jalan (PJU), air minum, pengolahan air limbah, dan lain-lain merupakan masalah tersebdiri di Kota Bontang. Di beberapa lokasi permukiman, khususnya spot-spot permukiman spontan, penerangan jalan terasa kurang, seperti jalan menuju kawasan permukiman di Bontang Kuala dan Berbas Pantai. Saluran dan fasilitas pengolahan air limbah/ tinja juga menjadi prasarana yang perlu segera disediakan, terutama di kawasan permukiman atas air di wilayah pesisir, yang masih banyak mengandalkan buangan alami, mengakibatkan penumpukkan air limbah yang akan terlihat pada saat air laut sedang surut. Kondisi ini dapat menimbulkan masalah kesehatan lingkungan. Sebagai dampak belum optimalnya pemerataan pembangunan di Kawasan Kota Baru, maka hal ini berdampak pada tingkat lambannya perkembangan daerah ini. Sebagai antisipasi kedepan maka dalam hal ini Pemerintah Daerah Kota Bontang terus menggalakkan upaya percepatan pengembangan dan pembangunan pada Kawasan Kota Baru.

Permasalahan perkembangan kawasan permukiman pada sempadan sungai merupakan salah satu fenomena yang menunjukkan persaingan dalam penggunaan lahan yang bersifat intervensi pada kawasan sempadan sungai. Kondisi ini sebagai akibat para penduduk kurang dapat menjangkau haga beli tanah pada kawasan perkotaan sehingga mereka lebih memilih untuk memanfaatkan lahan pada kawasan sempadan sungai.

(19)

VI-19  Kurang dimanfaatkannya organisasi/kelembagaan yang telah ada seperti BP4D,

Forum Kota, dan lain-lain.

 Perlunya pembentukan Badan Pengelola (BP) Kasiba seiring dengan upaya pengembangan Kasiba Bontang Lestari yang sedang berjalan.

 Pengelolaan perumahan yang dikembangkan oleh swasta (resmi) kerap dilakukan oleh developer/pengembang kawasan tersebut. Namun demikian, ada beberapa lokasi yang badan pengelolanya tidak aktif lagi, terutama setelah rumah-rumah dalam kawasan tersebut laku terjual (habis) dan aktivitas di lingkungan permukimannya berjalan lancar, walaupun sesungguhnya developer selalu memiliki tanggung jawab untuk menjalankan pelayanan pengelolaan perumahan. Akibatnya di beberapa lokasi perumahan, pengelolaan dilakukan secara swadaya oleh warga masyarakat.

Tabel 6. 10 Alternatif Pemecahan Permasalahan PSD Perumahan dan Permukiman

No Permasalahan Alternatif Pemecahan

1 Lingkungan kumuh a)Penyediaan dukungan PSD perumahan dan permukiman; b)Relokasi kawasan jika hal ini dimungkinkan;

c)Penyediaan perumahan bagi nelayan (RUSUNAWA); d)Dapat dialakukan penataan dan peremajaan kawasan. 2 Minimnya PSD permukiman a)Perlunya penyediaan PSD perumahan dan permukiman;

b)Proritas pada kawasan pengembangan baru mengingat adanya keterbatasan dana APBD Kota;

c)Perlunya prioritasi program pembangunan PSD dengan kebutuhan mendesak yang perlu ditangani.

3 Berkembanya indutri polutif pada kawasan padat kumuh

a)Perlunya pembekalan ketrampilan bagi para penduduk setempat teruatam pada pengembangan sektor ekonomi hasil tangkapan laut nelayan;

b)Pemindahan kawasan indutsri berbasis aglomerasi dengan dukungan fasilitas dan utiltas yang memadahi;

c)Sosialisasi dan pelibatan masyarakat secara penuh. 4 Intervensi kawasan

permukiman pada kawasan lindung

a)Perlunya upaya tegas secara normatif dengan pemberlakuan PERDA tata ruang;

b)Relokasi kawasan permukiman dengan ganti untung pada penduduk;

c)Penyiapan lahan untuk relokasi kawasan permukiman. 5 Kepemilikan lahan a)Pembebasan lahan pada kawasan pengembangan baru;

b)Pendekatan persuasif kepada masyarakat seiring dengan adanya upaya pengembangan pembangunan kawasan; c)Sosialisasi kebijakan-kebijakan terkait dengan

pengembangan kawasan pembangunan . 6 Pendataan perumahan masih

belum optimal

a)Pengembangan sistem informasi data base secara komputerisasi;

(20)

VI-20

No Permasalahan Alternatif Pemecahan

c)Kemitraan dalam pengembangan sistem informasi pengembangan perumahan dan permukiman. 7 Intervensi kawasan

permukiman di sempadan sungai

a)Perlunya upaya tegas secara normatif dengan pemberlakuan PERDA;

b)Pemasangan patok kawasan yang dikuatkan dengan PERDA kawasan sempadan sungai;

c)Relokasi kawasan permukiman dengan ganti untung pada penduduk;

d)Penyiapan lahan untuk relokasi kawasan permukiman; e)Pembebasan lahan pada kawasan sempadan sungai. 8 Belum optimlnya

kelembagaan dalam pengembangan perumahan dan permukiman

a)Perlunya pembentukan Badan Pengelola (BP) Kasiba seiring dengan upaya pengembangan Kasiba Bontang Lestari yang sedang berjalan;

b)Upaya ini dapat dilakukan dengan pemantapan kelembagaan, menjalin kemitraan, mengoptimalkan kelembagaan yang sudah ada dan pemantapan peraturan perundang-undangan. Sumber : Hasil Kajian

Terkait dengan permasalahan kelembagaan perumahan dan permukiman di Kota Bontang maka diperlukan adanya upaya–upaya penguatan kelembagaan, program kemitraan dan pelibatan peran aktif masyarakat dalam program – program pengembagan pembangunan. Dengan adanya upaya ini diharapkan pembangunan dapat lebih terarah dan sesuai dengan kebutuhan.

2. Rekomedasi

Program-program bidang perumahan dan permukiman yang diusulkan dalam lima tahun mendatang di Kabupaten/Kota dapat dikelompokkan ke dalam beberapa fokus program, yaitu:

 Dengan adanya apot-spot kawasan kumuh di Kota Bontang, maka diharapkan perlu adanya peningkatan kualitas lingkungan dengan penyediaan dukungan PSD permukiman. Untuk kegiatan penyediaan perumahan dalam rangka mengurangi spot-spot kawasan kumuh dapat dilakukan dengan penyediaan RUSUNAWA untuk penduduk nelayan.

 Untuk persoalan berkembangnya industri polutif di kawasan padat kumuh, maka diperlukan upaya-upaya pendekatan yang partisipatif serta adanya pembekalan-pembekalan ketrampilan bagi penduduk setempat dalam pengembangan bidang ekonomi.

 Pengelolaan air limbah secara terpusata di Kota Bontang belum tersedia, maka untuk jangka panjangnya perlu penyediaan IPAL khususnya di kawasan wisata Bontang Kuala dan di Kelurahan Bontang Lestari. Secara umum di Kota Bontang perlu ditingkatkan pengembangan penyehatan lingkungan permukiman.

(21)

VI-21 yang dimanfaatkan maka perlu dicarikan alternayif-alternatif pengembangan air bersih guna menunjang cakupan pelayanan air bersih di Kota Bontang. Sebagai dasar pertimbangan bahwasannya penduduk Kota Bontang terus mengalami pertambahan sehingga hal ini perlu diantisipasi dalam perencanaan penyediaan air bersih Kota Bontang.

 Persoalan krisis air bersih tidak terlepas dari adanya perkembangan jumlah penduduk, persoalan degradasi lahan kawasan resapan air dan sumber air baku itu sendiri. Untuk menyikapai hal ini maka diperlukan upaya pengembangan penyediaan sumur resapan dalam, sumur pantau dan penyediaan kawasan resapan air dan catcemen area.  Dengan pengembangan kawasan baru Kota Bontang ke arah Selatan, maka hal ini

perlu diantisipasi kedepannya dalam penyediaan prasarana dan sarana serta infrastruktur yang memadahi terutama kebutuhan air bersih, persampahan, drainase dan sanitasi lingkungan termasuk penyediaan pengelolaan air limbah.

 Adanya intervensi lahan ke areal kawasan lindung, maka dalam hal ini diperlukana upaya tegas pemerintah daerah dalam menetapkan zoning regulation. Untuk kawasan-kawasan permukiman yang sudah menempati pada kawasan lindung, diharapkan ada upaya-upaya pendekatan persuasif dan upaya relokasi permukiman dengan penyiapan lahan maupun penyiapan perumahan baru.

 Dengan adanya intervensi perkembangan permukiman pada kawasan sempadan sungai khususnya maka diperlukan tindakan tegas zoning regulation dan upaya-upaya persuasif kepada penduduk dengan langkah kongkrit berupa relokasi kawasan permukiman.

 Pengembangan sistem informasi basis data perumahan dan permukiman merupakan salah satu langkah yang dapat menunjang upaya di penyediaan informasi perkembangan perumahan dan permukiman di Kota Bontang, sehingga untuk kedepannya dapat digunakan berbagai keperluan terutama proragam pengendalian pembangunan dan peningkatan bidang perumahan dan permukiman.

 Persoalan banjir juga masih merupakan permasalahan dalam bidang pengembangan perumahan dan permukiman. Terkait dengan penyediaan drainase lingkungan, maka untuk pembangunannya perlu dikoodinasikan antar sektor pembangunan agar pembangunan yang ada dapat searah dan terpadu antar kawasan. Sebagai antisipasi secara sektoral perlu pengembangan drainase lingkungan yang terpada dengan pengembangan PSD perumahan dan permukiman lainnya.

 Perlu adanya pemantapan kelembagaan dalam bidang pengembangan perumahan dan permukiman mengingat masih belum optimalnya koordinasi kelembagaan yang ada.

3. Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman

Kegiatan pengembangan permukian terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari :

1. Infrastruktur kawasan permukiman kumuh;

(22)

VI-22 Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:

1. Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan/ Minapolitan);

2. Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana;

3. Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil; 4. Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW); 5. Infrastruktur perdesaan PPIP;

6. Infrastruktur perdesaan RIS PNPM.

Selain kegiatan fisik di atas, program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan SPPIP dan RPKPP atau review bilamana diperlukan.

Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman dapat kita lihat pada gambar berikut :

Gambar 6. 1 Alur Fungsi dan Program Pengembanagan Permukiman

6.1.3. Kesiapan Daerah Terhadap Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) Sektor

Pengembangan Permukiman

Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.

1. Umum

a. Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.

(23)

VI-23 d. Sudah tersedia DED.

e. Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP, RPKPP, Masterplan Kawasan Agropolitan, Minapolitan, dan KSK).

f. Ada unit pelaksana kegiatan.

g. Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.

2. Khusus

Rusunawa

a. Kesediaan Pemda untuk penandatanganan MoU. b. Dalam Rangka penanganan kawasan kumuh.

c. Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air minum dan PSD lainnya.

d. Ada calon penghuni. RIS PNPM

a. Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.

b. Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya. c. Tingkat kemiskinan desa >25%.

d. Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM.

PPIP

a. Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI.

b. Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya lainnya.

c. Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik. d. Tingkat kemiskinan desa >25%.

PISEW

a. Berbasis pengembangan wilayah.

b. Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan.

c. Mendukung komoditas unggulan kawasan.

Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No.1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri :

1. Ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi. 2. Ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum

3. Penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum

4. Pembangunan rumah, perumahan dan permukiman yang tidak sesuai dengan RTRW.

(24)

VI-24 Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut :

1. Vitalitas Non Ekonomi

a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota

b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.

c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.

2. Vitalitas Ekonomi Kawasan

a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis

b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya

c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman kumuh

3. Status Kepemilikan Tanah

a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman

b. Status sertifikat tanah yang ada.

4. Keadaan Prasarana dan Sarana

a. Kondisi jalan b. Drainase c. Air bersih d. Air limbah

5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.

b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana

penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan dan lainnya.

6.1.4. Usulan Program dan Kegiatan Sektor Pengembangan Permukiman

A. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman

(25)

VI-25

Tabel 6. 11 Usulan dan Prioritas Kegiatan Pengembangan Permukiman Kota Bontang

No Kegiatan Vol. Sat. Biaya

(x 1.000.000) Lokasi

Kriteria Kesiapan 1. Pembangunan Jalan

Lingkungan Kelurahan 5 Paket 75.000 Kota Bontang Siap

2. Pembangunan Jalan Menuju

Rusunawa Api-Api 1 Paket 5.000 Kel. Api-Api Siap

3. Pembangunan Jalan

Lingkungan Rusunawa Api-Api 1 Paket 5.000 Kel. Api-Api Siap 4. Pembangunan Rumah Layak

Huni 290 Unit 21.540 Kota Bontang Siap

5. Pembangunan Landscape

Rusunawa Kel. Api-Api 1 Paket 2.500 Kel. Api-Api Siap

6. Pemb. Rusunawa Kel.

Tanjung Laut Indah 1 TB 24.160

Kel. Tanjung

Laut Indah Belum Siap 7. Pembangunan Rusunawa Kel.

Loktuan 1 TB 24.160 Kel. Loktuan Belum Siap

8. Penyediaan Infrastruktur Kawasan Kumuh Perkotaan Kawasan Kumuh Pesisir

5 Paket 15.000 Kota Bontang Siap

9. Penyediaan infrastruktur

Kawasan Kumuh Perkotaan 5 Paket 12.500 Kota Bontang Siap

JUMLAH 242.015

B. Usulan Pembiayaan Pembangunan Permukiman

(26)

VI-26

Tabel 6. 12 Usulan Pembiayaan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kota Bontang

No Kegiatan

APBN Pusat

APBD Prov.

APBD

Kota Masy.

Swasta

/CSR TOTAL

x 1.000.000 1. Pembangunan Jalan

Lingkungan Kelurahan - - 75.000 - - 75.000

2. Pembangunan Jalan Menuju

Rusunawa Api-Api 5.000 - - - - 5.000

3. Pembangunan Jalan Lingkungan Rusunawa Api-Api

5.000 - - - - 5.000

4. Pembangunan Rumah Layak

Huni - 18.415 3.125 - - 21.540

5. Pembangunan Landscape

Rusunawa Kel. Api-Api - - 1.650 - - 1.650

6. Pemb. Rusunawa Kel.

Tanjung Laut Indah 30.000 - 12.000 - - 42.000

7. Pembangunan Rusunawa

Kel. Loktuan 30.000 - 10.000 - - 40.000

8. Penyediaan Infrastruktur Kawasan Kumuh Perkotaan Kawasan Kumuh Pesisir

10.000 - - - - 10.000

9. Penyediaan infrastruktur

Kawasan Kumuh Perkotaan 7.500 - 5.000 - - 12.500

(27)

VI-27

Tabel 6. 13 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kota Bontang

No Output Indikator Output Rincian Lokasi Vol Sat

Sumber Dana (x 1.000.000) Tahun

APBN APBD

Prov

APBD

Kota Masy Swasta CSR 2015 2016 2017 2018 2019

Murni PHLN

1. Infrastruktur Kawasan Permukiman Perkotaan

Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh

Pembangunan Jalan

Lingkungan Kelurahan Kota Bontang 5 Paket - - - 75.000 - - - 15..000 15.000 15.000 15.000 15.000

Penyediaan Infrastruktur Kawasan Kumuh Perkotaan Kawasan Kumuh Pesisir

Kota Bontang 5 Paket 15.000 - - - 3.000 3.000 3.000 3.000 3.000

Penyediaan infrastruktur

Kawasan Kumuh Perkotaan Kota Bontang 5 Paket 7.500 - - 5.000 - - - 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500

Infrastruktur Permukiman RSH Yang Meningkat Kualitasnya

Pembangunan Rumah Layak

Huni Kota Bontang 1 Paket - - 19.050 3.125 - - - 4.435 4.435 4.435 4.435 4.435

Pembangunan Jalan Menuju

Rusunawa Api-Api Kota Bontang 2 Paket 5.000 - - - 2.500 2.500 - - -

2. Rusunawa Beserta Infrastruktur Pendukungnya

Rusunawa Beserta Infrastruktur Pendukungnya

Pembangunan Sarana Prasarana Rusunawa Kel. Api-Api

Kel. Api-Api 1 Paket - - - 2.500 - - - 2.500 - - - -

Pemb. Rusunawa Kel. Tanjung Laut Indah

Kel. Tj. Laut

Indah 1 TB 20.000 - - 4.000 - - - 4.000 20.000

Pembangunan Rusunawa Kel.

Loktuan Kel. Loktuan 1 TB 20.000 - - 2.000 - - - 2.000 20.000 -

Pembangunan Jalan Lingkungan Rusunawa Kel. Api-Api

(28)

VI-28

6.2 Penataan Bangunan dan Lingkungan

6.2.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan A.Isu Strategis

Dalam merumuskan isu strategis Bidang PBL perlu melihat Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.

Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG’s 2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.

Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global Warming). Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100, serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya.

Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi masyarakat.

Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Penataan Lingkungan Permukiman

a. Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran; b. Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk

(29)

VI-29 infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;

c. Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;

d. Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM. 2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);

b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota;

c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan;

d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara; e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah

Negara.

3. Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia;

b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai MoU PAKET;

c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan.

Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi :

a. Revitalisasi; b. RTH;

c. Bangunan tradisional/bersejarah;

d. Penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.

(30)

VI-30 Tabel 6. 14 Isu Strategis Sektor PBL di Kota Bontang

No Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis Sektor PBL di Kota Bontang 1. Penataan Lingkungan

Permukiman

a.Belum semua kawasan pengembangan kota memiliki acuan RTBL.

b.Penurunan citra kawasan sebagai akibat permukiman kumuh.

c.Penataan kawasan parkir belum terkelola secara optimal.

d.Kota Bontang belum mempunyai Peraturan Daerah atau Perwali terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan.

2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

a.Kurang ditegakannya aturan keselamatan, keamanan, dan kenyamanan bangunan gedung.

3. Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

a.Masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemberdayaan komunitas dalam rangka penanggulangan kemiskinan.

B.Kondisi Eksisting

Untuk tahun 2013 capaian nasional dalam pelaksanaan program direktorat PBL adalah dengan jumlah kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi berupa peningkatan kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan melalui program P2KP/PNP adalah sejumlah 10.925 kelurahan/desa. Untuk jumlah Kabupaten/Kota yang telah menyusun Perda Bangunan Gedung (BG) hingga tahun 2013 adalah sebanyak 106 Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa Peraturan Bupati/Walikota adalah sebanyak 2 Kabupaten/Kota, 9 Kabupaten/Kota dengan perjanjian bersama, dan 32 Kabupaten/Kota dengan kesepakatan bersama.

Tabel 6. 15 Peraturan Daerah/Peraturan Walikota/Peraturan Bupati terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan

No

3 Tahun 2011 Bangunan Gedung

 Persyaratan tata bangunan untuk suatu kawasan ditetapkan dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) yang diatur dalam Perwali.

2 Peraturan Daerah

11 Tahun 2012 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bontang Tahun 2012-2032

 Pembagian zonasi dalam kawasan perumahan disusun dalam Rencana Detail Tata Ruang dan/atau Peraturan Zonasi didasarkan pada klasifikasi kepadatan rendang, sedang dan tinggi.

(31)

VI-31

Tabel 6. 16 Penataan Lingkungan Permukiman Kota Bontang

Kawasan Tradisional/Bersejarah RTH Pemenuhan SPM Penanganan Kebakaran

Nama Kawasan Dukungan

Infrastruktur CK Lokasi/Nama RTH RTH Publik RTH Privat

Ketersediaan

IMB % IMB HSBGN Instansi Prasrana Kebakaran

Kelurahan Bontang Kuala

Masjid Tua Bontang Kuala

RTH Pekarangan - 28,87 Tersedia 100% Tersedia Dinas

Kebersihan Pertamanan dan PMK

Sarana:

Kendaraan Operasional (mobil

pemadam), peralatan teknik operasional, Kelengkapan Personal,dll

Prasarana :

Pasokan air utk pemadam kebakaran Tabung pemadam

Bangunan pos pemadam RTH Taman dan

Hutan Kota 1.391,11 -

RTH Jalur Hijau

Jalan - -

RTH Fungsi

(32)

VI-32 Untuk kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara di Kota Bontang dapat digambarkan kondisi eksistingnya seperti tabel berikut

Tabel 6. 17 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

Fungsi Bangunan Uraian/ Lokasi

Perdagangan dan Jasa Pasar Tradisional, pusat perbelanjaan dan toserba yang terdapat pada 4 lokasi, yaitu pasar Telihan Bontang Barat, Pasar Rawa Indah Kel. Tj. Laut Indah dan Pasar Loktuan di Kec. Bontang Utara. Secara umum fasilitas perdagangan dan jasa menyebar diwilayah kota Bontang yakni di Kecamatan Bontang Selatan, Bontang Barat dan Bontang Utara.

Pada saat ini konsentrasi perdagangan dan jasa lebih banyak di Kecamatan Bontang Utara. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh kawasan pusat kota sebagai zone control dalam pengembangan wilayah Kota Bontang.

Pemukiman Jenis permukiman di Kota Bontang meliputi permukiman nelayan, permukiman secara umum, dan permukiman berupa kompleks.

Permukiman nelayan berada di kawasan pesisr kota Bontang. Pada umumnya permukiman ini muncul secara spontan terkait dengan adanya kegiatan masyarakat sebagai nelayan.

Perumahan secara umum pada umumnya terdapat dua macam yakni perumahan tidak terencana akan tetapi teratur dan perumahan terencana dan teratur. Perumahan ini tersebar dihampir seluruh wilayah kecamatan Kota Bontang. pe

Umahan ini bersifat permanen, semi permanen dan non permanen.

Perumahan jenis kompleks yakni bersifat perumahan teratur dan terencana yang dikembangkan oleh pihak pemerintah dan swasta. Perumahan ini terutama di kawasan PT. Badak LNG dan PT. PKT. Perumahan lainnya adalah perumahan untuk pegawai pemerintahan (PNS) yang pada saat ini lebih dikembangkan ke arah Kelurahan Bontang Lestari. Perumahan ini berupa perumahan BTN dan Real Estate.

Perumahan Pengelola Lokasi

Perumahan Bontang Permai Swasta Kel. Api-api

Pesona Bukit Sintuk Swasta Kel Belimbing

BSD KIE (Bukit Sekatup Damai Swasta Kel. Gn Elai

Pama Persada Swasta Kel. Bontang Lestari

HOP PT. Badak (HOP l,ll,lll) Swasta Kel. Satimpo

HOP PT. Badak (HOP Vl) Swasta Kel. Gn Elai

KCY (Kaltim Ciptayasa) Swasta Kel. Api-Api

Disnaker Swasta Kel. Telihan

Korpri l Swasta Kel. Bontang Lestari

Korpri ll Swasta Kel. Bontang Lestari

Rudal Swasta Kel. Gn. Elai

Polres Swasta Kel. Gn. Elai

STM Negeri Swasta Kel. Gn. Elai

Lembah Asri Swasta Kel. Kayu Mas

KPR-BTN PKT Swasta Kel. Gn. Elai

Indominco Swasta Kel. Telihan

Perumahan hijau Swasta Kel. Guntung

Tariza Regency II Swasta Kel. Tanjung Laut

Halal Square Swasta Kel. Bontang Baru

(33)

VI-33

Fungsi Bangunan Uraian/ Lokasi

SMA dan PT.

Kecamatan Sekolah SD Negeri Sekolah SD Swasta

Bontang Selatan 14 14

Bontang Utara 11 9

Bontang Barat 4 6

Kecamatan Sekolah SMP Negeri Sekolah SMP Swasta

Bontang Selatan 2 1

Bontang Utara 2 8

Bontang Barat 12 5

Kecamatan Sekolah SMA Negeri Sekolah SMA Swasta

Bontang Selatan 1 3

Bontang Utara 1 3

Bontang Barat 7 2

Untuk perguruan tinggi berupa Kampus STITEK dan pendidikan kesehatan (AKPER) Akademi Keperawatan dan Kesehatan.

Perkantoran Untuk pusat pemerintahan (Kantor Walikota) terdapat di Kelurahan Bontang Lestari Kecamatan Bontang Selatan. Selain Kantor Walikota juga terdapat Kantor DPRD dan Dinas-Dinas dalam 1 lokasi. Untuk perkantoran yang terkait dengan pelayanan langsung kepada masyarakat baik Kelurahan, Kecamatan dan kantor pelayanan lainnya lokasi tersebar di wilayah Kota Bontang.

Kesehatan Bangunan fasilitas kesehatan ini tersebar di wilayah Kecamatan Kota Bontang yakni berupa fasilitas Rumah Sakit, Puskesmas, Balai Pengobatan dan Puskesmas Pembantu.

Kecamatan Rumah

Sakit Puskesmas Pustu

Balai Pengobatan Bontang

Selatan 1 3 - 1

Bontang Utara 2 2 2 2

Bontang Barat 2 1 - 1

Bangunan Tradisional Bersejarah Bangunan Tua Bontang Kuala terdapat di Kelurahan Bontang Kuala Kecamatan Bontang Utara baik itu berupa permukiman maupun fasilitas pendukung didalamnya termasuk Masjid Tua Bontang Kuala.

Bangunan Peribadatan Secara umum bangunan peribadatan tersebar di seluruh wilayah Kota Bontang. Secara historis masjid Bontang Kuala yang termasuk didalam wilayah Kecamatan Bontang Utara adalah masjid tertua di Kota Bontang.

Kecamatan Mesjid Gereja Katholik

Gereja

Protestan Pure Vihara

Bontang Selatan 41 1 12 - -

Bontang Utara 49 3 14 1 -

(34)

VI-34 Untuk kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan di Kota Bontang dapat digambarkan kondisi eksistingnya seperti tabel berikut :

Tabel 6. 18 Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

No. Kecamatan Kegiatan PNPM Mandiri Kegiatan lainnya

1. Bontang Selatan Semenisasi jalan, rehab rumah, pembangunan hidran umum,

pembangunan drainase, pembangunan turap, pembuatan sumur, pengurugan dan semenisasi dermaga

Aladin

2. Bontang Utara Rehab posyandu, pembangunan gorong-gorong, semenisasi jalan, pembangunan drainase, pembuatan jalan kayu, pembuatan sumur, pengadaan gerobak sampah

Aladin

3. Bontang Barat Pembangunan drainase, semenisasi jalan, rehab rumah

Aladin

C. Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kota

Bontang

Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain :

Penataan Lingkungan Permukiman:

 Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;

 Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan

 permukiman;

 Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;

 Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.

Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:

 Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;

 Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia;

 Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);

Gambar

Tabel 6.8 Kebutuhan PSD Kasiba dan Lisiba Bontang Lestari
Tabel 6.9 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kota Bontang
gambar berikut :
Tabel 6. 13 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kota Bontang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini memfokuskan Pada tahap ketika peneliti terjun langsung ke SMP IT Assa’idiyyah Kirig Mejobo Kudus sebagai tempat penelitian, maka peneliti akan

Sikap positif itu adalah pengendalian diri agar senantiasa berfikir dengan melihat sisi positif disetiap obyek yang terlihat, terdengar, atau bahkan dalam bentuk afirmasi

Seperti pada UU Nomer 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen mengatakan bahwa “Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan

Schubungan dengan hal tersebut saya mohon sudi kiranya Bapak/lbu bcrkenan memberi ijin bagi mahasiswa yang bersangkutan untuk mcngambil data di tempat yang Bapa,k!Ibu

Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk membuat aplikasi pengolahan data keberatan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Selatan dan

Sistem yang dibuat penulis adalah Self Service peminjaman dan Pengembalian buku.Alat ini bekerja dengan membaca label barcode jenis 128 oleh barcode reader

A simple RC filter with low corner frequency is needed during testing in order to filter the noise present on the voltage source driving the tuning line.

Metode dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D) dengan model pengembangan Brog and Gall yang telah di modifikasi oleh Sugiyono. Ada 7