• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI ASPEK TEKNIS PER SEKTOR - DOCRPIJM 1512351844BAB VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VI ASPEK TEKNIS PER SEKTOR - DOCRPIJM 1512351844BAB VI"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -1

BAB VI

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

Bagian ini menjabar kan r encana pembangunan infr astr uktur bidang Cipta Kar ya yang mencakup empat sektor yaitu pengembangan per mukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, ser ta pengembangan penyehatan lingkungan per mukiman yang ter dir i dar i air limbah, per sampahan, dan dr ainase. Penjabar an per encanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dar i pemetaan isu-isu str ategis yang mempengar uhi, penjabar an kondisi eksisting sebagai baseline aw al per encanaan, ser ta per masalahan dan tantangan yang har us diantisipasi.Tahapan ber ikutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian ter hadap pr ogr am-pr ogr am sektor al, dengan memper timbangkan kr iter ia kesiapan pelaksanaan kegiatan.Kemudian dilanjutkan dengan mer umuskan usulan pr ogr am dan kegiatan yang dibutuhkan.

6.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Ber dasar kan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Per umahan dan Kaw asan Per mukiman, per mukiman didefinisikan sebagai bagian dar i lingkungan hunian yang ter diri atas lebih dar i satu satuan per umahan yang mempunyai pr asar ana, sar ana, utilitas umum, ser ta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kaw asan per kotaan atau per desaan.

Kegiatan pengembangan per mukiman ter dir i dar i pengembangan per mukiman kaw asan per kotaan dan kaw asan per desaan.Pengembangan per mukiman kaw asan per kotaan ter dir i dar i pengembangan kaw asan per mukiman bar u dan peningkatan kualitas per mukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kaw asan per desaan ter dir i dar i pengembangan kaw asan per mukiman per desaan, kaw asan pusat per tumbuhan, ser ta desa ter tinggal.

6.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Ar ahan kebijakan pengembangan per mukiman mengacu pada amanat per atur an per undangan, antar a lain:

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

Ar ahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahw a pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan pr asar ana dan sar ana pendukung bagi selur uh masyar akat ter us meningkat, sehingga kondisi ter sebut mendor ong ter w ujudnya kota tanpa per mukiman kumuh pada aw al tahapan RPJMN ber ikutnya.

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Pasal 4 mengamanatkan bahw a r uang lingkup penyelenggar aan per umahan dan kaw asan per mukiman juga mencakup penyelenggar aan per umahan (butir c), penyelenggar aan kaw asan per mukiman (butir d), pemelihar aan dan per baikan (butir e), ser ta pencegahan dan peningkatan kualitas ter hadap per umahan kumuhdan per mukiman kumuh (butir f). 3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

Pasal 15 mengamanatkan bahw a pembangunan r umah susun umum, r umah susun khusus, dan r umah susun negar a mer upakan tanggung jaw ab pemer intah.

(2)

LAPORAN AKHIR Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -2 Per atur an ini menetapkan salah satunya ter kait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kaw asan kumuh.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/ PRT/ M/ 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

Per atur an ini menetapkan tar get ber kur angnya luas per mukiman kumuh di kaw asan per kotaan sebesar 10% pada tahun 2014. Mengacu pada Per men PU No. 08/ PRT/ M/ 2010 tentang Or ganisasi dan Tata Ker ja Kementer ian Peker jaan Umum maka Dir ektor at Pengembangan Per mukiman mempunyai tugas di bidang per umusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengaw asan teknik, ser ta standar disasi teknis dibidang pengembangan per mukiman. Adapun fungsiDir ektor at Pengembangan Per mukiman adalah: a. Penyusunan kebijakan teknis dan str ategi pengembangan per mukiman di per kotaan dan

per desaan;

b. Pembinaan teknik, pengaw asan teknik dan fasilitasi pengembangan kaw asan per mukiman bar u di per kotaan dan pengembangan kaw asan per desaan potensial; c. Pembinaan teknik, pengaw asan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas per mukiman

kumuh ter masuk per emajaan kaw asan dan pembangunan r umah susun seder hana; d. Pembinaan teknik, pengaw asan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas per mukiman di

kaw asan ter tinggal, ter pencil, daer ah per batasan dan pulau-pulau kecil ter masuk penanggulangan bencana alam dan ker usuhan sosial;

e. Penyusunan nor ma, standar , pr osedur dan kr iter ia, ser ta pembinaan kelembagaan dan per an ser ta masyar akat di bidang pengembangan per mukiman;

f. Pelaksanaan tata usaha Dir ektor at.

6.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

A. Isu Strategis, Permasalahan, dan Tantangan Pengembangan Permukiman

Ber bagai isu strategis nasional yang berpengar uh ter hadap pengembangan per mukiman saat ini adalah:

1. Mengimplementasikan konsepsi pembangunan ber kelanjutan ser ta mitigasi dan adaptasi ter hadap per ubahan iklim.

2. Per cepatan pencapaian tar get MDGs 2020 yaitu penur unan pr opor si r umahtangga kumuh per kotaan.

3. Per lunya dukungan ter hadap pelaksanaan Pr ogr am-Pr ogr am Dir ektif Pr esiden yang ter tuang dalam MP3EI dan MP3KI.

4. Per cepatan pembangunan di w ilayah timur Indonesia (Pr ovinsi NTT,Pr ovinsi Papua, dan Pr ovinsi Papua Bar at) untuk mengatasikesenjangan.

5. Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.

6. Meningkatnya ur banisasi yang ber implikasi ter hadap pr opor sipenduduk per kotaan yang ber tambah, tingginya kemiskinanpenduduk per kotaan, dan ber tambahnya kaw asan kumuh. 7. Belum optimalnya pemanfaatan Infr astr uktur Per mukiman yangsudah dibangun.

8. Per lunya ker jasama lintas sektor untuk mendukung siner gitas dalampengembangan kaw asan per mukiman.

9. Belum optimalnya per an pemer intah daer ah dalam mendukungpembangunan per mukiman. Ditopang oleh belum optimalnyakapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia ser taper angkat or ganisasi penyelenggar a dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan per umahan danper mukiman.

(3)

LAPORAN AKHIR Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -3 1. Masih luasnya kaw asan kumuh sebagai per muki man tidak layak huni sehingga dapat

menyebabkan ter jadinya degr adasi lingkungan, dan pelayanan infr astr uktur yang masih ter batas.

2. Masih ter batasnya pr asar ana sar ana dasar pada daer ah ter tinggal, pulau kecil, daer ah ter pencil, dan kaw asan per batasan.

3. Belum ber kembangnya Kaw asan Per desaan Potensial.

Tantangan pengembangan per mukiman nasional diantar anya: 1. Per cepatan peningkatan pelayanan kepada masyar akat

2. Pencapaian tar get/ sasar an pembangunan dalam Rencana Str ategis Ditjen Cipta Kar ya sektor Pengembangan Per mukiman.

3. Pencapaian tar get MDG’s 2015, ter masuk didalamnya pencapaian Pr ogr am-Pr ogr am Pr o Rakyat (Dir ektif Pr esiden)

4. Per hatian pemer intah daer ah ter hadap pembangunan bidang Cipta Kar ya khususnya kegiatan Pengembangan Per mukiman yang masih r endah

5. Member ikan pemahaman kepada pemer intah daer ah bahw a pembangunan infr astr uktur per mukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemer intah daer ah pr ovinsi dan kabupaten/ kota.

6. Penguatan Siner gi RP2KP/ RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang Cipta Kar ya pada Kabupaten/ Kota.

Per masalahan Per mukiman Kabupaten Magelang antar a lain: 1. Masih r endahnya per sentase r umah tangga pengguna air ber sih. 2. Masih adanya r umah tangga yang belum bisa mengakses listr ik.

3. Masih adanya r umah tangga yang belum bisa mengakses fasilitas sanitasi. 4. Masih adanya r umah tangga yang kur ang layak huni

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

Kondisi eksisting pengembangan per mukiman hingga tahun 2012 pada tingkat nasional mencakup 180 dokumen RP2KP, 108 dokumen RTBL KSK, untuk di per kotaan meliputi 500 kaw asan kumuh di per kotaan yang ter tangani, 385 unit RSH yang ter bangun, 158 TB unit Rusunaw a ter bangun. Sedangkan di per desaan adalah 416 kaw asan per desaan potensial yang ter bangun infr astr uktur nya, 29 kaw asan r aw an bencana di per desaan yang ter bangun infr astr ukturnya, 108 kaw asan per batasan dan pulau keci l di per desaan yang ter bangun infr astr ukturnya, 237 desa dengan komodit as unggulan yang ter tangani infr astr uktur nya, dan 15.362 desa ter tinggal yang ter tangani infr astr ukturnya.

Kondisi eksisting pengembangan per mukiman ter kait dengan capaian suatu kota/ kabupaten dalam menyediakan kaw asan per mukiman yang layak huni. Ter lebih dahulu per lu diketahui per atur an per undangan di tingkat kabupaten/ kota (meliputi per atur an daer ah, per atur an guber nur , per atur an w alikota/ bupati, maupun per atur an lainya) yang mendukung selur uh tahapan pr oses per encanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan per mukiman.

(4)

LAPORAN AKHIR Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -4 Tabel 6.1

Peraturan Terkait Pengembangan Permukiman

No Peraturan Amanat Kebijakan

Daerah

Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Magelang

NO. KAWASAN KELURAHAN/DESA KECAMATAN LUAS (Ha)

1 2 3 4 5

1. CIKALAN DESA BANYUROJO MERTOYUDAN 20,71

2. SOKA DESA MERTOYUDAN MERTOYUDAN 10,36

3. JAYAN DESA BOROBUDUR BOROBUDUR 2,28

4. SEMPON DESA KEJI MUNTILAN 11,54

5. PANDANSARI DESA PUCUNGREJO MUNTILAN 15,14

6. SEKAWE DESA SOKORINI MUNTILAN 7,29

7. TEGAL ARUM DESA TAMANAGUNG MUNTILAN 4,87

8. KEMBANGAN DESA MADUSARI SECANG 6,05

9. SECANG KELURAHAN SECANG SECANG 6,85

(5)

LAPORAN AKHIR Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -5 6.1.3. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

Analisis kebutuhan mer upakan tahapan selanjutnya dar i identifikasi kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan tar get kebutuhan yang har us dicapai. Ter dapat ar ahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan tar get pembangunan bidang Cipta Kar ya khususnya sektor pengembangan per mukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/ kota. Di tingkat Pusat acuan kebijakan meliputi RPJMN 2010-2014, MDGs 2015 (pengur angan pr opor si r umah tangga kumuh tahun 2020), Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pengur angan luasan kaw asan kumuh tahun 2014 sebesar 10%, ar ahan MP3EI dan MP3KI, per cepatan pembangunan Papua dan Papua Bar at, ar ahan Dir ektif Pr esiden untuk pr ogr am pr o-r akyat, seo-r ta Rensto-r a Ditjen Cipta Kao-r ya 2010-2014. Sedangkan di tingkat kabupaten/ kota meliputi tar get RPJMD, RTRW Kabupaten/ Kota, maupun Renstr a SKPD. Acuan kebijakan ter sebut hendaknya menjadi dasar pada tahapan analisis kebutuhan pengembangan per mukiman.

6.1.4. Kesiapan Daerah terhadap Kr iteria Kesiapan ( Readliness Criteria) Sektor Pengembangan Permukiman

Dalam pengembangan per mukiman ter dapat kr iter ia yang menentukan, yang ter dir i dar i kr iter ia umum dan khusus, sebagai ber ikut.

A. Umum

 Ada r encana kegiatan r inci yang diur aikan secar a jelas.

 Indikator kiner ja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstr a.  Kesiapan lahan (sudah ter sedia).

 Sudah ter sedia DED.

 Ter sedia Dokumen Per encanaan Ber basis Kaw asan (RP2KP, RTBL KSK, Masterplan, Agr opolitan & Minapolitan, dan KSK).

 Ter sedia Dana Daer ah untuk Ur usan Ber sama (DDUB) dan dana daer ah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa ber fungsi.

 Ada unit pelaksana kegiatan.

 Ada lembaga pengelola pasca konstr uksi. B. Khusus

Rusunaw a

 Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA  Dalam Rangka penanganan Kaw asan Kumuh

 Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya  Ada calon penghuni

RIS PNPM

 Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesr a.

 Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.  Tingkat kemiskinan desa >25%.

 Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan  BOP minimal 5% dar i BLM.

PPIP

 Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI

 Usulan bupati, ter utama kabupaten ter tinggal yang belum ditangani pr ogr am Cipta Kar ya lainnya

(6)

LAPORAN AKHIR Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -6 PISEW

 Ber basis pengembangan wilayah

 Pembangunan infr astr uktur dasar perdesaan yang mendukung (i) tr anspor tasi, (ii) pr oduksi pertanian, (iii) pemasar an per tanian, (iv) air ber sih dan sanitasi, (v) pendidikan, ser ta (vi) kesehatan

 Mendukung komoditas unggulan kaw asan

6.2. Penataan Bangunan dan Lingkungan

6.2.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL

Penataan bangunan dan lingkungan adalah ser angkaian kegiatan yangdiper lukan sebagai bagian dar i upaya pengendalian pemanfaatanr uang, ter utama untuk mew ujudkan lingkungan binaan, baik diper kotaan maupun di per desaan, khususnya w ujud fisik bangunangedung dan lingkungannya.

Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undangdan per atur an antar a lain:

1. UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan KawasanPermukiman

UU No. 1 tahun 2011 tentang Per umahan dan Kaw asan Per mukimanmember ikan amanat bahw a penyelenggar aan penyelenggar aanper umahan dan kaw asan per mukiman adalah kegiatan per encanaan,pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, ter masuk di dalamnyapengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan,ser ta per an masyar akat yang ter koor dinasi dan ter padu.Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kavelingtanah yang telah diper siapkan har us sesuai dengan per syar atan dalampenggunaan, penguasaan, pemilikan yang ter cantum pada r encanar inci tata r uang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

2. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

UU No. 28 tahun 2002 member ikan amanat bangunan gedung har usdiselenggar akan secar a ter tib hukum dan diw ujudkan sesuai denganfungsinya, ser ta dipenuhinya per syar atan administr atif dan teknisbangunan gedung.Per syaratan administr atif yang har us dipenuhi adalah:

a. Status hak atas tanah, dan/ atau izin pemanfaatan dar i pemeganghak atas tanah; b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan

c. Izin mendir ikan bangunan gedung.

Per syar atan teknis bangunan gedung melingkupi per syar atan tatabangunan dan per syar atan keandalan bangunan.Per syar atan tatabangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda,mencakup per untukan dan intensitas bangunan gedung, ar sitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan.Sedangkan,per syar atan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan,kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 jugamengamatkan bahw a dalam penyelenggar aan bangunan gedung yangmeliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestar ian danpembongkar an, juga diper lukan per an masyar akat dan pembinaan olehpemer intah. 3. PP 36/ 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun2002 tentang Bangunan

Gedung

(7)

LAPORAN AKHIR Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -7 dan Lingkungan (RTBL) sebagaiacuan r ancang bangun ser ta alat pengendalian pengembanganbangunan gedung dan lingkungan.

4. Permen PU No. 06/ PRT/ M/ 2007 tentang Pedoman UmumRencana Tata Bangunan dan Lingkungan

Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan danpelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Per men PU No.06/ PRT/ M/ 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan danLingkungan.Dalam per atur an ter sebut, dijelaskan bahw a RTBL disusunpada skala kaw asan baik di per kotaan maupun perdesaan yang meliputikaw asan bar u ber kembang cepat, kaw asan ter bangun, kaw asandilestar ikan, kaw asan r aw an bencana, ser ta kaw asan gabungan dar ijenis-jenis kaw asan ter sebut.Dokumen RTBL yang disusun kemudianditetapkan melalui per atur an w alikota/ bupati.

5. Permen PU No.14 / PRT/ M/ 2010 tentang Standar PelayananMinimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Per men PU No: 14 / PRT/ M/ 2010 tentang Standar Pelayanan Minimalbidang Peker jaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenisdan mutu pelayanan dasar Bidang Peker jaan Umum dan PenataanRuang yang mer upakan ur usan w ajib daer ah yang ber hak diper olehsetiap w ar ga secar a minimal. Pada Per men ter sebut dilampir kanindikator pencapaian SPM pada setiap Dir ektor at Jender al di lingkunganKementer ian PU beser ta sektor -sektor nya.

Lingkup Tugas dan Fungsi Dir ektorat PBL

Sebagaimana dinyatakan pada Per men PU No.8 tahun 2010 tentangOr ganisasi dan Tata Ker ja Kementer ian PU, pada Pasal 608 dinyatakanbahw a Dir ektor at Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyaitugas melaksanakan sebagian tugas pokok Dir ektor at Jender al CiptaKar ya di bidang per umusan dan pelaksanakan kebijakan, penyusunanpr oduk pengatur an, pembinaan dan pengaw asan ser ta fasilitasi dibidang penataan bangunan dan lingkungan ter masuk pembinaanpengelolaan gedung dan r umah negar a.

Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahw a Dir ektor atPenataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggar akan fungsi:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan str ategi penyelenggar aanpenataan bangunan dan lingkungan ter masuk gedung dan r umahnegar a;

b. Pembinaan teknik, pengaw asan teknik, fasilitasi ser ta pembinaanpengelolaan bangunan gedung dan r umah negar a ter masukfasilitasi bangunan gedung istana kepr esidenan;

c. Pembinaan teknik, pengaw asan teknik dan fasilitasipenyelenggar aan penataan bangunan dan lingkungan danpengembangan kesw adayaan masyar akat dalam penataanlingkungan; d. Pembinaan teknik, pengaw asan teknik dan fasilitasi r evitalisasikaw asan dan bangunan

ber sejar ah/ tr adisional, r uang ter buka hijau,ser ta penanggulangan bencana alam dan ker usuhan sosial;

e. Penyusunan nor ma, standar , pr osedur dan kr iter ia, ser tapembinaan kelembagaan penyelenggar aan penataan bangunandan lingkungan; dan

f. Pelaksanaan tata usaha Dir ektor at.

(8)

LAPORAN AKHIR Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -8 Gambar 6.1

Lingkup Tugas PBL

Lingkup kegiatan untuk dapat mew ujudkan lingkungan binaan yang baiksehingga ter jadi peningkatan kualitas per mukiman dan lingkunganmeliputi:

a. Kegiatan penataan lingkungan per mukiman

 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);  Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Ter buka Hijau ( RTH);

 Pembangunan Pr asar ana dan Sar ana peningkatan lingkunganpemukiman kumuh dan nelayan;

 Pembangunan pr asar ana dan sar ana penataan lingkunganpemukiman tr adisional. b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung

 Diseminasi per atur an dan per undangan tentang penataanbangunan dan lingkungan;  Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dangedung;

 Pengembangan sistem infor masi bangunan gedung danar sitektur ;  Pelatihan teknis.

c. Kegiatan pember dayaan masyar akat di per kotaan

(9)

LAPORAN AKHIR Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -9 6.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

A. Isu Strategis, Permasalahan dan Tantangan

Untuk dapat mer umuskan isu str ategis Bidang PBL, maka dapat dilihatdar i Agenda Nasional dan Agenda Inter nasional yang mempengar uhisektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Pr ogr amPNPM Mandiri, yaitu Pr ogr am Nasional Pember dayaan Masyar akatMandiri, sebagai w ujud ker angka kebijakan yang menjadi dasar acuanpelaksanaan pr ogr am-pr ogr am penanggulangan kemiskinan ber basispember dayaan masyar akat. Agenda nasional lainnya adalahpemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Peker jaanUmum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yangmengamanatkan ter layaninya masyar akat dalam pengur usan IMB dikabupaten/ kota dan ter sedianya pedoman Harga Standar BangunanGedung Negar a (HSBGN) di kabupaten/ kota.

Agenda inter nasional yang ter kait diantar anya adalah pencapaianMDG’s 2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestar ianlingkungan hidup. Tar get MDGs yang ter kait bidang Cipta Kar ya adalahtar get 7C, yaitu menur unkan hingga separ uhnya pr opor si penduduktanpa akses ter hadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015,ser ta tar get 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalamkehidupan penduduk miskin di per mukiman kumuh pada tahun 2020.

Agenda inter nasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (GlobalWar ming). Pemanasan global yang disebabkan ber tambahnyakar bondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi ener gi yang ber lebihanmengakibatkan naiknya suhu per mukaan global hingga 6.4 °C antar atahun 1990 dan 2100, ser ta meningkatnnya tinggi muka laut di selur uhdunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi inimember ikan dampak bagi kaw asan-kaw asan yang ber ada di pesisirpantai, yaitu munculnya bencana alam seper ti banjir , kebakar an ser tadampak sosial lainnya.

Agenda Habitat juga mer upakan salah satu Agenda Internasional yangjuga mempengar uhi isu str ategis sektor PBL. Konfer ensi Habitat I yangtelah diselenggar akan di Vancouver , Canada, pada 31 Mei-11 Juni1976, sebagai dasar ter bentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitusebagai lembaga PBB yang mengur usi per masalahan per umahan danper mukiman ser ta pembangunan per kotaan. Konfer ensi Habitat II yangdilaksanakan di lstanbul, Tur ki, pada 3 - 14 Juni 1996 dengan dua temapokok, yaitu "Adequat e Shelt er for All"

dan "Sust ainable HumanSet t lements Development in an Ur banizing Wor ld", sebagai

ker angkadalam penyediaan per umahan dan per mukiman yang layak bagimasyar akat.

Dar i agenda-agenda ter sebut maka isu str ategis tingkat nasional untukbidang PBL dapat dir umuskan adalah sebagai ber ikut:

1. Penataan Lingkungan Per mukiman

a. Pengendalian pemanfaatan r uang melalui RTBL;

b. PBL mengatasi tingginya fr ekuensi kejadian kebakar an diper kotaan;

c. Pemenuhan kebutuhan r uang ter buka publik dan r uang ter bukahijau (RTH) di per kotaan;

d. Revitalisasi dan pelestar ian lingkungan per mukiman tr adisionaldan bangunan ber sejar ah ber potensi w isata untuk menunjangtumbuh kembangnya ekonomi lokal; e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam r angka pemenuhanStandar Pelayanan Minimal; f. Pelibatan pemer intah daer ah dan sw asta ser ta masyar akat dalampenataan bangunan

dan lingkungan.

2. Penyelenggar aan Bangunan Gedung dan Rumah Negar a

(10)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -10 b. Pengendalian penyelenggar aan bangunan gedung dengan per dabangunan gedung di

kab/ kota;

c. Tantangan untuk mew ujudkan bangunan gedung yangfungsional, ter tib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ ber kelanjutan;

d. Ter tib dalam penyelenggar aan dan pengelolaan aset gedung danr umah negar a; e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaangedung dan r umah Negar a. 3. Pember dayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

a. Jumlah masyar akat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 jutaor ang atau sekitar 11,96% dar i total penduduk Indonesia;

b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen aw al ter masukshar ing in-cash sesuai MoU PAKET;

c. Keber lanjutan dan siner gi pr ogr am ber sama pemer intah daer ahdalam penanggulangan kemiskinan.

Isu str ategis PBL ini ter kait dengan dokumen-dokumen seper ti RTR,skenar io pembangunan daer ah, RTBL yang disusun ber dasar skalapr ior itas dan manfaat dar i r encana tindak yang meliputi a) Revitalisasi,b) RTH, c) Bangunan Tr adisional/ ber sejar ah dan d) penanggulangankebakar an, bagi pencapaian ter w ujudnya pembangunan lingkunganper mukiman yang layak huni, ber jati dir i, pr oduktif dan ber kelanjutan.

Tabel 6.3

Isu Strategis Sektor PBL di Kabupaten/ Kota

No Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis Sektor PBL

di Kab/ Kota 1. Penataan Lingkungan Per mukiman Belum ter penuhinya SPM 2. Penyelenggar aan Bangunan Gedung dan Rumah

Negar a

Pengendalian penyelenggar aan bangunan gedung 3. Pember dayaan Komunitas dalam

Penanggulangan Kemiskinan

Peraturan Terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan

No Peraturan Amanat Kebijakan

(11)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -11 tinggal der et, r umah kosong dan bisa dimanfaatkan sebagai Ruang ter buka Hijau .

6.3. Sistem Penyediaan Air Minum ( SPAM)

6.3.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Penyelenggar aan pengembangan SPAM adalah kegiatanmer encanakan, melaksanakan konstr uksi, mengelola, memelihar a,mer ehabilitasi, memantau, dan/ atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggar a pengembangan SPAM adalah badan usaha milik negar a (BUMN)/ badan usaha milik daer ah (BUMD), koper asi, badan usaha sw asta, dan/ atau kelompok masyar akat yang melakukan penyelenggar aan pengembangan sistema penyediaan air minum. Penyelenggar aan SPAM dapat melibatkan per an ser ta masyar akat dalam pengelolaan SPAM ber upa pemelihar aan, per lindungan sumber air baku, pener tiban sambungan liar , dan sosialisasi dalam penyelenggar aan SPAM.

Beber apa per atur an per undangan yang menjadi dasar dalampengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) antar a lain:

a. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

Pada pasal 40 mengamanatan bahw a pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum r umah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung jaw ab Pemer intah dan Pemer intah Daer ah.

b. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka Panjang ( RPJP) Tahun 2005-2025

Per undangan ini mengamanatkan bahw a kondisi sar ana dan pr asar ana masih r endah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.

c. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

(12)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -12 kelestar ian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keter paduan dan keser asian, keber lanjutan, keadilan, kemandir ian, ser ta tr anspar ansi dan akuntabilitas.

d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/ PRT/ M/ 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Per atur an ini mengamanatkan bahw a dalam r angka peningkatan pelayanan/ penyediaan air minum per lu dilakukan pengembangan SPAM yang ber tujuan untuk membangun, memper luas, dan/ atau meningkatkan sistem fisik dan non fisik daam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyar akat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahter a.

e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/ PRT/ M/ 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

Per atur an ini menjelaskan bahw a ter sedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jar ingan per pipaan dan bukan jar ingan per pipaan ter lindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter / or ang/ har i.

SPAM dapat dilakukan melalui sistem jar ingan per pipaan dan/ atau bukan jar ingan per pipaan. SPAM dengan jar ingan per pipaan dapat meliputi unit air baku, unit pr oduksi, unit distr ibusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jar ingan per pipaan dapat meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, ter minal air , mobil tangki air , instalasi air kemasan, ataubangunan per lindungan mata air . Pengembangan SPAM menjadi kew enangan/ tanggung jaw ab Pemer intah dan Pemer intah Daer ah untuk menjamin hak setiap or ang dalam mendapatkan air minum bagi kebutuhan pokok minimal sehar i-har i guna memenuhi kehidupan yang sehat, ber sih, dan pr oduktif sesuai dengan per atur an per undang-undangan, seper ti yang diamanatkan dalam PP No. 16 Tahun 2005.

Pemer intah dalam hal ini adalah Dir ektor at Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Kar ya, Kementer ian Peker jaan Umum yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Dir ektor at Jender al Cipta Kar ya di bidang per umusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan pr oduk pengatur an, pembinaan dan pengaw asan ser ta fasilitasi di bidang pengembangan sistem penyediaan air minum. Adapun fungsinya antar a lain mencakup:

 Menyusun kebijakan teknis dan str ategi pengembangan sistema penyediaan air minum;  Pembinaan teknik, pengaw asan teknik dan fasilitasi pengembangan sistem penyediaan air

minum ter masuk penanggulangan bencana alam dan ker usuhan sosial;  Pengembangan investasi untuk sistem penyediaan air minum;

 Penyusunan nor ma, standar , pr osedur dan kr iteria ser ta pembinaan kelembagaan dan per an ser ta masyar akat di bidang air minum.

6.3.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan A. Isu Strategis, Permasalahan dan Tantangan Pengembangan SPAM Isu Strategis Kabupaten Magelang dalam Pencapaian Target Air Minum 2015 Ber dasar kan per masalahan dan tantangan ditinjau dar i kelima aspek ter sebut di atas, isu strategis penyediaan air minum dan sanitasi Kabupaten Magelang yang akan ditangani sampai dengan 2015 adalah sebagai ber ikut :

1) Masih r endahnya cakupan dan kualitas pelayanan ai r minum dan sanitasi yang layak; 2) Rendahnya kesadar an masyar akat untuk mener apkan per ilaku hidup ber sih dan sehat; 3) Kur angnya upaya pengelolaan lingkungan (konser vasi dan per lindungan sumber daya air ); 4) Penguatan kapasitas kelembagaan pengelolaan pelayanan air minum dan sanitasi di

masyar akat;

(13)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -13 6) Keter batasan sumber daya manusia yang menangani teknologi masalah air minum dan

penyehatan lingkungan;

7) Ter batasnya keter sediaan air yang sust ainable dan dapat diandalkan;

8) Belum optimalnya dukungan kebijakan anggar an bagi per luasan cakupan akses air minum dan sanitasi;

9) Belum optimalnya fasilitasi pemer intah daer ah untuk melibatkan dunia usaha dan lembaga donor dalam pendanaan pembangunan air minum dan sanitasi.

Isu Strategis Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Kabupaten Magelang Tabel 6.5

Proyeksi Jumlah Penduduk dengan Akses Air Minum Layak

Tahun 2010 2015

Cakupan Penduduk dengan akses air minum layak (%) 51,60 % 75,80 %

Cakupan Penduduk Perkotaan dengan akses air minum layak (%) 88,31 % 94,16 %

Cakupan Penduduk Perdesaan dengan akses air minum layak (%) 45,01 % 72,51 %

Jumlah Penduduk dengan akses air minum layak (jiwa) 609.745 922.202

Jumlah Penduduk Perkotaan dengan akses air minum layak (jiwa) 158.763 175.961

Jumlah Penduduk Perdesaan dengan akses air minum layak (jiwa) 450.982 746.630

Tambahan penduduk dengan akses air minum layak (jiwa) 312.457

Tambahan penduduk perkotaan dengan akses air minum layak (jiwa) 17.198

Tambahan penduduk perdesaan dengan akses air minum layak (jiwa) 395.648

B. Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM

i. Aspek Teknis

Tidak ter penuhinya kebutuhan air minum yang layak akan ber dampak pada r endahnya der ajad kesehatan masyar akat sehingga tingkat kesejahter aanpun akan r endah. Ser ing kita jumpai kasus kekur angan/ kesulitan air ber sih ter jadi pada lingkungan pedesaan dengan tingkat pendapatan r endah. Hal ini bisa disebabkan kar ena masyar akat ter sebut kur ang mampu menyediakan infr astr uktur pendukung pemenuhan kebutuhan air ber sih secar a sw adaya, atau mungkin juga kar ena tidak ter sedianya sumber mata air yang dekat.

Apabila mengacu tar get MDG, pada tujuan 7: memastikan kelestar ian lingkungan hidup pada Tar get 10: Penur unan sebesar separ uh, pr opor si penduduk tanpa akses ter hadap sumber air minum yang aman dan ber kelanjutan ser ta fasilitas sanitasi dasar pada 2015 maka diper lukan biaya yang besar untuk mencapainya (Lapor an Per kembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia Per 25 Agustus 2005). Khusus untuk bidang air minum, tar get 10 diter jemahkan bahw a Kabupaten Magelang dihar apkan mampu melayani kebutuhan air minum dengan cakupan 80% untuk penduduk per kotaan sudah ter layani jar ingan air minum per pipaan dan untuk perdesaan 70%.

Keber hasilan pencapaian tar get ter sebut akan sangat ber gantung pada banyak hal, diantar anya keter sediaan sumber air dibanding kebutuhan, Rencana dan Kebijakan Daer ah, manifestasi dar i Rencana dan Kebijakan, kemampuan dan kapasitas kelembagaan yang ada dan tentunya tingkat kemampuan pembiayaan.

(14)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -14 pembangunan air minum. Selain itu banyak sar ana dan pr asar ana air minum ter bangun tidak ter pelihar a dan tidak ber lanjut pengelolaannya. Kondisi di atas semakin r umit dengan tidak ter sedianya data yang akur at dan disepakati oleh semua pihak yang ber akibat pada kur ang optimalnya penetapan kebijakan (Lapor an Per kembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia Per 25 Agustus 2005).

Melalui penyusunan Rencana Aksi Daer ah Air Minum ini dihar apkan adanya komitmen ber sama selur uh komponen untuk mendukung capaian kiner ja pelayanan air minum bagi masyar akat Kabupaten Magelang.

Pr opor si r umah tangga di Kabupaten Magelang dengan akses ke sumber air minum dan sanitasi layak telah meningkat sebesar 6,18 % dan 12,91 % sejak tahun 2008 s/ d 2010. Dengan tingkat kenaikan ter sebut, pada 2010 jumlah r umah tangga yang telah memiliki akses ber kelanjutan pada sumber air minum layak dan sanitasi layak mencapai masing-masing 51,60 % dan 62,81 %. Dibandingkan dengan tar get 7C MDGs Indonesia dan tar get SPM Pr ovinsi Jaw a Tengah, Kabupaten Magelang per lu member ikan per hatian khusus pada upaya peningkatan cakupan akses air minum yang layak.

Tinjauan cakupan akses air minum yang layak dan ber kelanjutan pada perdesaan dan per kotaan menunjukkan per lunya per hatian khusus pada kaw asan per desaan yang umumnya penduduk ber penghasilan r endah.

Selain masalah kemiskinan penyebab r endahnya akses air minum yang layak diantar anya adalah ter batasnya keter sedian sumber air baku, pencemar an sumber mata air dan banyak sumber mata air per mukaan yang mengalami penyusutan maupun kehilangan debit disebabkan meningkatnnya tata guna lahan secar a keselur uhan dan akibat bencana er upsi gunung Mer api.

Masyar akat miskin ser ingkali tidak memiliki akses ke sumber air minum, sehingga ber dampak pada r endahnya per ilaku hidup ber sih dan sehat. Sebagai contoh menggunakan air yang tidak sesuai dengan standar kesehatan untuk mandi,memasak dan minum .

Dar i aspek pendanaan, pr ogr am Air Minum belum menjadi pr ogr am pr ior itas bagi Pemer intah Kabupaten Magelang dan masyar akat, sehingga alokasi anggar an untuk bidang air minum ter sebut masih minim.

Dar i aspek kelembagaan lemahnya kapasitas lembaga pengelola air minum di masyar akat menyebabkan pr ogr am keber lanjutan pasca konstr uksi menjadi ter hambat. Hal ter sebut disebabkan tidak adanya pembinaan dar i Pemer intah Daer ah kepada Badan Pengelola yang ada di masyar akat.

Sumber air minum yang layak meliputi air minum per pipaan dan air minum non-per pipaan ter lindung yang ber asal dar i sumber air ber kualitas dan ber jar ak sama dengan atau lebih dar i 10 meter dar i tempat pembuangan kotor an dan/ atau ter lindung dar i kontaminasi lainnya. Sumber air minum layak meliputi air leding, ker an umum, sumur bor atau pompa, sumur ter lindung dan mata air ter lindung, ser ta air hujan.

(15)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -15 sungai, danau, kolam, dan salur an ir igasi/dr ainase. Air kemasan dianggap sebagai sumber air minum layak hanya jika r umah tangga yang ber sangkutan menggunakannya untuk memasak dan menjaga keber sihan tubuh, dan di Indonesia penggunaan air kemasan tidak dikategor ikan sebagai sumber air minum layak ter kait aspek keber lanjutannya.

Kehilangan Air

Kehilangan air yang ter jadi bisa disebabkan oleh ber bagai hal baik teknis maupun nonteknis, namun penyebab potensial yang member ikan kontr ibusi ter besar ter hadap kehilangan air ini umumnya adalah :

1. Kehilangan air secar a fisik pada jar ingan pipa tr ansmisi dan distr ibusi, yang bisa disebabkan kar ena :

 Kondisi pipa yang sudah tua sehingga banyak ter jadi kebocor an pada sambungan.

 Jenis pipa seper ti ACP ( Asbes Cement Pipe ) yang r entan ter hadap kebocor an.  Adanya pipa yang pecah akibat getar an dar i beban diatasnya.

2. Adanya illegal connection ( sambungan liar )

3. Kondisi meter pelanggan yang r usak, kur ang baik atau tingkat keakur atannya r endah, sehingga air yang ter catat sebagai air ter jual tidak sesuai dengan tingkat pemakaian air yang sesungguhnya.

Kehilangan air semacam ini per lu ditekan melalui pr ogr am penur unan kebocor an air , sehingga jumlah air yang bisa diselamatkan dapat dimanfaatkan untuk menjamin kuantitas dan kontinuitas air pelanggan, atau bahkan menjadi potensi untuk penambahan pelanggan bar u.

Secar a keselur uhan, upaya yang dilakukan baik melalui r ehabilitasi jar ingan ser ta pemasangan alat ukur ser ta per aw atan secar a r utin atau ber kala, dihar apkan akan dapat menur unkan kehilangan air dati 29,56 % pada akhi r Tahun 2010, menjadi 20,56 % pada tahun 2015.

Sedangkan untuk SPAM ber basis masyar akat khususnya di per desaan, kar ena sistem yang dilaksanakan masih sangat seder hana, maka per hitungan tingkat kehilangan air belum dapat diukur .

Tabel 6.6

Gambaran Tingkat Kebocoran Air Minum Pada Pelayanan Sistem Jaringan Perpipaan di Kabupaten Magelang Tahun 2010

Sumber : PDAM dan DMAC Kab. Magelang

Sambungan Pelayanan

(16)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -16 Apabila ditinjau dar i sebar an desa-kota, penduduk di perdesaan yang telah mengakses air minum layak bar u sekitar 45,01 % dar i jumlah penduduk per desaan. Sedangkan di perkotaan, penduduk yang telah mengakses air minum layak telah mencapai 88,31 % dar i jumlah penduduk di per kotaan.

Meskipun status kiner ja air minum Kabupaten Magelang telah cukup baik dibandingkan capaian pr ovinsi Jateng dan r ata-r ata nasional 2009, namun kiner ja ini masih per lu peningkatan agar minimal sama dengan tar get SPM Jaw a Tengah 2014. Target SPM Provinsi Jawa Tengah adalah 75% untuk air minum.

Tabel 6.7

Cakupan Penduduk Kabupaten Magelang dengan Akses Air Minum Aman Tahun 2010

Sistem

Cakupan Pelayanan SPAM Bukan Jaringan Perpipaan Kabupaten Magelang Tahun 2010

(17)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -17 Tabel 6.9

Status Kinerja Air minum Kabupaten Magelang

No Indikator

Capaian Kabupaten

Magelang Capaian Pr ovinsi Capaian Nasional

Tar get Kab. Magelang

Tar get SPM Jateng

Tar get MDGs-Indonesia 2008 2009 2010 2008 2009 2010 2008 2009 2010 2015 2014 2015

1 Pr opor si penduduk) dengan akses

air minum yang layak (%) 45,42 47,71 51,60 58,00 46,50 47,71 75,80 75,00 68,87

Per kotaan 88,31 60,00 50,20 49,82 94,16 75,29

Per desaan 45,01 56,00 43,00 45,72 72,51 65,81

2 Pr opor si penduduk dengan akses

sanitasi yang layak (%) 49,90 55,19 62,81 54,00 48,60 51,19 81,40 68,00 62,41

Per kotaan 76,26 67,00 66,70 69,51 88,13 76,82

(18)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -18 Tabel 6.10

Jumlah Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum No Kecamatan PDAM Sumur Bor Sumur

Ter lindung

Mata Air Ter lindung

Air Hujan

1 Salaman 1.577 8.202 1.257

2 Bor obudur 826 9.008 95

3 Ngluw ar - 6.444 72

4 Salam 141 9.755 10

5 Sr umbung - 3.343 562

6 Dukun - 4.011 1.591

7 Muntilan 3.316 15.736 666

8 Mungkid 3.156 9.484 2.083

9 Saw angan 648 695 220

10 Candimulyo 2.262 1.361 1.885

11 Mer toyudan 17.423 5.057 2.043

12 Tempur an 180 6.979 65

13 Kajor an 275 605 432

14 Kaliangkr ik 17 366 366

15 Bandongan 644 2.996 2.791

16 Windusar i - 211 923

17 Secang 7.650 6.176 945

18 Tegalr ejo 513 7.592 469

19 Pakis 176 1.201 1.055

20 Gr abag 1.796 6.049 231

21 Ngablak - 2.351 355

Tot al 40.600 107.622

(19)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -19 Tabel 6.11

Tingkat Pelayanan PDAM Tirta Gemilang Kabupaten Magelang

No STATUS PDAM

JUMLAH PENDUDUK 2010 (JIWA) CAKUPAN PELAYANAN (JIWA) KAPASITAS PERKOTAAN (LITER / DETIK)

INDIKASI TK. KEBOCORAN

(%) PERKOTAAN PERDESAAN TOTAL PERKOTAAN PERDESAAN TOTAL PRODUKSI

TERPASAN G (AIR YG DIDISTRIB USIKAN)

INDIKASI KAP.IDLE

1 2 3 4 5 = 3 + 4 6 7

8 = 6 +

7 9 10 11 = 9 - 10 12

SEHAT 179.777 1.001.946

1.181.72

3 110.335 497.288

607.62

3 470,00 435,958 34,042 7,243

(20)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -20

No. Unit Pelayanan SL Akt i f

(uni t SL) L/ dt (m3)

I Unit Mer t oyudan 18, 174 207. 39 6, 540, 211

1 Mert oyudan 7, 688 81. 97 2, 584, 986

Si j aj ur ang 1, 709 24. 58 775, 175

Semar en 1, 591 20. 39 642, 979

Kar angampel 4, 388 37. 00 1, 166, 832

2 Banj ar negoro 7, 355 96. 68 3, 049, 023

Si j aj ur ang 7, 355 96. 68 3, 049, 023

3 Kal inegoro 3, 131 28. 74 906, 202

Si j aj ur ang + Si l i ncat 2, 405 23. 00 725, 328

Si j aj ur ang 726 5. 74 180, 874 Ai r Produksi

Kontinuitas Pengaliran

Air baku PDAM Tirta Gemilang Kabupaten Magelang diambil dari beber apa mata air yang

dialirkan melalui pipa transmisi air baku PVC diameter Φ 3 ” – Φ 12 ” ke ground reservoir kemudian didalam pengolahannya tidak dilakukan dengan sistem pengolahan lengkap hanya diber i desinfeksi yang ber fungsi untuk membunuh bakteri & kuman, pr oses desinfeksi tersebut menggunakan kaporit.

Setelah dar i r eser voir air yang sudah diolah didistribusikan secar a langsung dengan sistem gr avitasi ke unit pelayanan.

Beberapa sumber air yang menjadi sumber air baku antara lain:

1. Unit Mertoyudan

2. Unit Secang

No. Unit Pelayanan

(l/ det ) (m3)

II Unit Secang 14 7. 00 4, 63 5, 79 2 1 Grabag 1 9. 54 6 16 , 1 43 . 3 6 Tl ogor ej o 19. 54 616, 143

2 Secang 11 8. 46 3, 73 5, 82 5 Tl ogor ej o 8. 46 266, 865 Ci t r osono 110. 00 3, 468, 960

3 Tegalrej o 9. 00 28 3 , 82 4 Lebak + Si dandang 9. 00 283, 824

(21)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -21 3. Unit Muntilan

Cakupan layanan air minum Kabupaten Magelang

Pelayanan ter hadap konsumen yang menjadi penekanan baik dar i sisi kualitas, debit maupun tekanan , pada per kembangannya belum dapat ter penuhi sepenuhnya. Hal ini terdapat pada beber apa daer ah unit pelayanan yang memi liki tekanan , debit, dan kualitas tidak sesuai dengan yang dihar apkan atau dibaw ah standar t dan ber sifat kasuistis dar i har apan dan keinginan pelanggan. Dan yang masih jauh dar i har apan dan keinginan pelanggan adalah w aktu ber oper asinya PDAM Kabupaten Magelang yang belum ber oper asi 24 jam. Apabila keadaan ini ber kelanjutan dan tidak seger a diantisipasi akan ber dampak pada penur unan air ter jual maupun jumlah pelanggan yang aktif, ser ta sulitnya menambah jumlah pelanggan bar u.

Lemahnya sosialisasi dan koor dinasi PDAM Kabupaten Magelang kepada pelanggan maupun masyar akat umum ter hadap pr oduk air minum yang dihasilkan akan ber pengar uh ter hadap peningkatan atau penambahan jumlah pelanggan, yang aktif , ser ta sulitnya menambah jumlah pelanggan, hal ini nampak pada peningkatan jumlah pelanggan maupun air ter jual dar i tahun ke tahun yang r elatif keci l, sedangkan potensi masyar akat yang belum ter layani masih cukup tinggi dan daer ah yang belum ter layanipun sudah ter lew ati jar ingan distribusi.

Daer ah pelayanan PDAM Tir ta Gemilang Kabupaten Magelang dibagi dalam 3 (tiga) unit pelayanan yang ter diri dar i 10 sub unit pelayanan yaitu sub unit Mertoyudan, Gr abag, Salaman, Secang, Muntilan, Banjar negor o, Kalinegor o, Tegalr ejo dan Candimulyo. Adapun cakupan pelayanan yang dilayani PDAM adalah40.475 sambunganr umah yang ber ada di 16 kecamatan (Mungkid, Gr abag, Salaman, Bor obudur , Secang, Muntilan, Tegalr ejo, Kajor an, Kali angkr ik, Mer toyudan, Candimulyo, Pakis, Saw angan, Bandongan, Tempur an, dan Salam).

No. Unit Pelayanan

(l/ det ) (m3) III Unit Munt ilan 150. 61 4, 749, 677

1 Salaman 32. 00 1, 009, 152

Si dosar i 15. 00 473, 040

Si pr agak 6. 00 189, 216

Si gandul an 11. 00 346, 896

2 Borobudur 41. 61 1, 312, 253

Semar en 9. 61 303, 101

Bl ambangan 25. 00 788, 400

Combr ang 7. 00 220, 752

3 Munt ilan 50. 00 1, 576, 800

Semar en 50. 00 1, 576, 800

4 Candimulyo 27. 00 851, 472

Semar en 20. 00 630, 720

Banyut emumpang 7. 00 220, 752

(22)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -22 Tabel 6.12

Tingkat Pelayanan Air Minum Kabupaten Magelang Tahun 2010 Berdasarkan Penyelenggara Pelayanan

Gambaran Pelayanan Air Minum dengan Sistem Jaringan Perpipaan di Kabupaten Magelang Tahun 2010

PDAM mer upakan Badan Usaha Milik Daer ah, sehingga sumber dana yang diper oleh ber asal dar i anggar an pemer intah. Tar if air minum PDAM ditetapkan dengan membedakan golongan pelanggan sosial, non niaga, niaga dan industr i. Tar if juga dibedakan melalui mekanisme insentif dan disinsentif. Jika pemakaian air setiap bulan melebihi ambang batas yang ditetapkan maka tar if dasar air juga akan naik secar a pr ogesif.

Dengan asumsi distr ibusi air kepada pelanggan ber jalan nor mal, maka tinggi r endahnya pener imaan PDAM dar i penjualan air sangat dipengar uhi oleh dua hal yaitu :

 Besar an tar if yang diber lakukan kepada pelanggan.  Besar an pemakaian air oleh pelanggan.

Tingkat tar if yang ber laku saat ini adalah tar if yang telah ditetapkan ber dasar kan Keputusan Bupati Magelang No. 15 / Kpts / 2003 yang mulai diber lakukan sejak bulan Juni 2006. Ber dasar Keputusan ini tar if air mengalami penyesuaian setiap 6 bulan ( dua kali dalam setahun ) hingga bulan Desember 2006. Besar an tar if dasar sejak bulan Juni 2006 hingga saat ini sekitar Rp. 690,-/ m3 ( untuk golongan r umah tangga ter endah ).

(23)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -23 Tabel 6.14

Besaran Tarif PDAM Kabupaten Magelang

Sumber : PDAM Kabupat en Magelang

Dengan ketentuan tar if ter sebut maka untuk tahun 2013 pendapatan usaha yang diper oleh adalah sebesar Rp 26.033 jutayang ter dir i dar i:

 Pendapatan Air : Rp. 20.839 juta

(diper oleh dar i har ga air dan jasa administr asi)

 Pendapatan Non Air : Rp.3.640 juta

(diper oleh dar i sambungan bar u, pendaftar an sambungan bar u, jasa per encanaan, balik nama, jasa penyambungan kembali, denda r ekening dan lain-lain).

Jika dilihat dar i komponen biaya maka komponen biaya yang paling tinggi adalah sebagai ber ikut :

 Biaya administr si dan umum sebesar 50 % dar i total biaya oper asional. Pr opor si ter besar dar i biaya administr asi dan umum ini ber asal dar i biaya pegaw ai ( 36 % ) dan r upa-r upa umum ( 27 % )

 Biaya distr ibusi sebesar 25 % dar i total biaya oper asional. Pr opor si ter besar pada biaya distr ibusi adalah pada biaya pegaw ai ( 70 % )

 Biaya penyusutan 13 % dar i total biaya oper asional. Pr opor si ter besar pada pos biaya penyusutan adalah pada jar ingan distr ibusi dan tr ansmisi

Dalam suatu pr oses pr oduksi, ada dikenal biaya tetap dan biaya var iabel. Yang ter masuk dalam biaya tetap adalah biaya administr asi dan umum ( tidak ter masuk biaya bunga pinjaman ), biaya pemelihar aan dan biaya penyusutan. Sedangkan yang ter masuk biaya var iabel antar a lain biaya sumber air baku ( r etr ibusi ), biaya bahan kimia, biaya bahan bakar untuk pr oduksi, dan biaya listr ik. Umumnya pada per usahaan yang ber jalan baik , biaya tetap per m3 air ter jual akan lebih kecil dar i biaya var iabelnya. Apabila ter jadi biaya tetap per m3 air ter jual lebih besar dar i biaya var iabelnya, maka yang per lu mendapat per hatian adalah kebijakan-kebijakan manajemen yang diter apkan.

Untuk SAM per desaan yang dikelola oleh BPSPAMS maka besar nya iur an tidaklah sama untuk masing-masih desa. Besar nya iur an sangat ber var iatif untuk masing-masih desa, namun pada umumnya masih r elatif sangat kecil. Bahkan ada desa yang belum memungut iur an sama sekali. Besar nya iur an ditentukan berdasar kan kesepakatan dar i masyar akat pener ima manfaat. Hampir semua desa jumlah dana yang diper oleh dar i iur an lebih kecil dar i biaya oper asional dan pemelihar aan. Belum ada yang memper hitungkan biaya pengembangan dan cost r ecover y.

(24)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -24

iii. Kelembagaan

a) Organisasi PDAM Kabupaten Magelang Struktur Organisasi

PDAM Tirta Gemilang Kabupaten Magelang didir ikan ber dasar kan Per atur an Daer ah Kabupaten Magelang Nomor 11 Tahun 1980, tanggal 1 Desember 1980, tentang pendir ian PDAM Kabupaten Magelang yang dir ubah untuk per tama kalinya dengan Per atur an Daer ah Kab. Magelang nomor 9 Tahun 1998 dan ter akhir dengan Per atur an Daer ah Kab. Magelang nomor 9 Tahun 2001.

Tujuan pendir ian PDAM Tirta Gemilang Kabupaten Magelang adalah ikut ser ta menunjang pembangunan daer ah dan pembangunan ekonomi nasional dalam r angka meningkatkan kesejahter aan dan memenuhi kebutuhan r akyat , dengan usaha menyediakan air minum yang sehat dan memenuhi syar at bagi masyar akat di w ilayah Kabupaten Magelang ser ta meningkatkan kesejahter aan pegaw ai per usahaan.

PDAM Tirta Gemilang Kabupaten Magelang , mempunyai w ilayah cakupan pelayanan meliputi 15 Kecamatan dar i total 21 Kecamatan yang ada di Kabupaten Magelang.

Untuk SPAM ber basis masyar akat pengelolaannya diser ahkan kepada BPSPAMS yang dibentuk di masing-masing desa ber dasar kan Sur at Keputusan Kepala Desa. Sedangkan di tingkat Kabupaten telah dibentuk semacam Asosiasi BPSPAMS yang ber anggotakan BPSPAMS per desaan se Kabupaten Magelang.

Susunan or ganisasi PDAM Kabupaten Magelang, seper ti pada yang terdapat dalam lampir an. Per ubahan dan per kembangan suatu per usahaan tidaklah har us selalu diser tai dengan per ubahan str uktur or ganisasinya, namun yang har us dilakukan adalah menyesuaikan dengan per kembangan dan sumber daya manusia yang ada sehingga kedinamisan akan nampak dengan nyata yang juga akan diikuti oleh kedinamisan pr oduktifitas. Str uktur or ganisasi yang ada saat ini adalah Str uktur Or ganisasi yang berdasar kan Sur at Keputusan Bupati Kabupaten Magelang Nomor 690.076/ 64/ VI/ 2010 tanggal 14 Juni 2010. Ber dasar kan kondisi dan str uktur or ganisasi yang yang telah disesuaikan dengan kondisi saat ini (Kep Men Ot Da Nomor 8 Tahun 2000) , maka peker jaan antar a bagian/ seksi yang satu dengan yang lain dalam str uktur or ganisasi lebih r amping sesuai dengan kebutuhan .

Pola pandang, antar a senior itas pada saat ini tidak ber pengar uh ter hadap penempatan kar yaw an dalam str uktur or ganisasi, sehingga dalam penyampaian lapor an tidak akan ter dapat lapor an untuk kepentingan yang ber beda, hal ini ber dampak pada pengambilan kebijakan yang dikaw atir kan akan tidak tepat.

(25)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -25 C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan SPAM

i. Per masalahan Pengembangan SPAM

Tantangan utama dalam meningkatkan akses air minum yang layak antar a lain sebagai ber ikut:

1) Belum lengkap dan terbaharukannya perangkat peraturan yang mendukung penyediaan air minum yang layak.

Sejumlah per atur an yang ada sudah tidak sesuai dengan kondisi yang ada, sebagai contoh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Per usahaan Daer ah yang belum dir evisi, sehingga menyulitkan PDAM untuk melakukan kor por asi. Di samping itu, per an dan tanggungjaw ab pemer intah daer ah dalam beker ja sama dengan masyar akat setempat dalam pelaksanaan pembangunan air minum dan sanitasi per lu lebih diper jelas.

2) Belum adanya kebijakan komprehensif lintas sektor dalam penyediaan air minum dan sanitasi yang layak.

Banyak institusi dan lembaga yang membidangi pembangunan air minum dan sanitasi, sehingga dibutuhkan koor dinasi yang lebih intensif, ter utama pada tatar an pelaksanaan pr ogr am.

3) Menurunnya kualitas dan kuantitas sumber daya air minum.

(26)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -26 4) Belum diimbanginya pertumbuhan penduduk, terutama di perkotaan dengan

pembangunan infrastruktur air minum dan sanitasi yang layak.

Tingkat investasi dalam penyediaan sambungan per pipaan khususnya di per kotaan tidak mampu mengimbangi laju per tumbuhan penduduk per kotaan. Begitu pula investasi dalam penyediaan layanan sambungan air limbah ter pusat skala kota (severage system) dan skala komunal (communal system) .

5) Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS) .

Keadaan dan per ilaku tidak sehat ter cer min dar i masih tingginya kasus diar e yang mencapai 411 per 1.000 penduduk (Sur vei Mor biditas Diar e Kemkes, 2010). Mencuci tangan dengan sabun masih jar ang dilakukan; sekitar 47% per sen r umah tangga masih melakukan buang air besar di tempat ter buka; dan meskipun hampir semua r umah tangga mer ebus air untuk minum, namun 76,19 % . dar i air ter sebut masih mengandung bakter i E. coli. Hal ini menunjukkan ar ti pentingnya kampanye ser ta komunikasi, infor masi dan edukasi (KIE) untuk menumbuhkan kesadar an dan mengubah per ilaku masyar akat. Saat ini, upaya KIE telah dilakukan namun masih kur ang memadai. Hal ini mencer minkan masih r endahnya pr ior itas yang diber ikan oleh par a pemangku kepentingan ter hadap pelaksanaan KIE.

6) Masih terbatasnya penyedia air minum yang layak baik oleh PDAM dan non-PDAM yang sehat ( kredibel dan profesional) , terutama di daerah perkotaan.

Kiner ja PDAM yang tidak baik dapat semakin diper bur uk oleh anggapan masyar akat bahw a air adalah sesuatu yang dapat diper oleh secar a cuma-cuma, bukan mer upakan komoditas yang langka.Hal ini membuat masyar akat enggan membayar iur an air minum, yang pada akhir nya memper sulit penyedia layanan untuk meningkatkan layanannya melalui investasi bar u.Penetapan dan pengatur an tar if belum memenuhi pr insip pemulihan biaya (full-cost r ecover y).Di samping itu, dalam penyediaan air minum ber basis masyar akat, kualitas sumber daya manusia pada lembaga pengelola juga masih menjadi kendala.

7) Masih terbatasnya kapasitas pemerintah daerah untuk menangani sektor air minum, padahal penyediaan dan pengelolaan air minum yang layak telah menjadi kewenangan pemerintah daerah.

Dukungan per encanaan dan penganggar an untuk penyediaan air minum yang layak belum menjadi pr ior itas, ter cer min dar i r endahnya alokasi anggar an daer ah dalam mendukung pembangunan bar u maupun per baikan infr astr uktur air minum yang telah ada. Selain itu, masih minimnya kapasitas sumber daya manusia pelaksana pembangunan air minum di daer ah juga menjadi kendala penyediaan air minum.

8) Investasi sistem penyediaan air minum yang layak masih kurang memadai, baik dari pemerintah maupun swasta.

Hal ter sebut antar a lain diakibatkan oleh pendanaan yang masih ber tumpu pada anggar an Pemer intah Pusat. Rendahnya kiner ja keuangan PDAM juga menyebabkan PDAM sulit mendapatkan sumber pendanaan alter natif. Sementar a itu, sumber pendanaan dar i pihak sw asta, baik dalam bentuk Ker jasama Pemer intah dan Sw asta (KPS) ataupun Corporate Social Responsibility ( CSR) masih belum dimanfaatkan secar a signifikan.

(27)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -27 1) Teknis:

Permasalahan yang dihadapi adalah:

a) Kualitas jar ingan sar ana air ber sih (SAB) belum memenuhi syar at teknis b) Kur angnya keter sediaan sumber mata air

c) Masih adanya kebocor an air di jar ingan eksisting PDAM

d) Di luar jar ingan per pipaan, saat ini opsi yang ter sedia adalah sumur bor (sumur dalam), sehingga ada kemungkinan kegagalan dalam pengebor an;

Tantangan yang dihadapi adalah

a) Per kembangan teknologi penyediaan air ber sih yang semakin maju

b) Ancaman bencana lahar dingin gunung Mer api ter hadap jar ingan per pipaan PDAM c) Belum ter sedianya cadangan air baku yang sustainable dan dapat diandalkan d) Beber apa desa tidak ter dapat sumber mata air

2) Sosial:

Permasalahan yang dihadapi adalah:

a) Rendahnya per ilaku hidup ber sih dan sehat, ter utama bagi masyar akat per desaan b) Rendahnya daya beli masyar akat ter hadap penyediaan sar ana air minum dan

penyehatan lingkungan

c) Konflik pemanfaatan air untuk air minum dan ir igasi per tanian

d) Anggapan masyar akat di per desaan bahw a air belum dinilai sebagai bar ang ekonomi, sehingga menyulitkan pengembangan pengelolaan sar ana air minum dan sanitasi.

Tantangan yang dihadapi adalah:

a) Per tumbuhan penduduk yang tinggi sehingga semakin banyak yang memer lukan akses air minum dan sanitasi layak sampai dengan 2015

b) Per ubahan budaya masyar akat 3) Kelembagaan:

Permasalahan yang dihadapi adalah:

a) Kur ang optimalnya pengelolaan sar ana pr asar ana Air minum

b) Ter batasnya kemampuan kelembagaan pengelolaan sar ana air minum di per desaan c) Ter batasnya jumlah sumber daya manusia untuk komunikasi, infor masi, dan

edukasi (KIE) PHBS.

d) Kur angnya monitor ing pengelolaan sar ana pr asar ana Air minum

ii. Tantangan Pengembangan SPAM

Beber apa tantangan dalam pengembangan SPAM di Kabupaten Magelang diantar anya adalah:

1) Tantangan I nter nal:

(28)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -28 b) Banyak potensi dalam hal pendanaan pengembangan SPAM yang belum dioptimalkan.

Sedangkan adanya tuntutan pener apan tar if dengan pr insip full cost r ecover y mer upakan tantangan besar dalam pengembangan SPAM.

c) Adanya tuntutan untuk penyelenggar aan SPAM yang pr ofesional mer upakan tantangan dalam pengembangan SPAM di masa depan.

d) Adanya tuntutan penjaminan pemenuhan standar pelayanan minimal sebagaimana disebutkan dalam PP No. 16/ 2005 ser ta tuntutan kualitas air baku untuk memenuhi standar yang diper lukan.

e) Adanya potensi masyar akat dan sw asta dalam pengembangan SPAM yang belum diber dayakan.

2) Tantangan Ekster nal

a) Tuntutan pembangunan yang ber kelanjutan dengan pilar pembangunan ekonomi , sosial, dan lingkungan hidup.

b) Tuntutan pener apan Good Gover nance melalui demokr atisasi yang menuntut pelibatan masyar akat dalam pr oses pembangunan.

c) Komitmen ter hadap kesepakatan Millennium Development Goals (MDGs) 2015 dan Pr otocol Kyoto dan Habitat, dimana pembangunan per kotaan har us ber imbang dengan pembangunan per desaan.

d) Tuntutan peningkatan ekonomi dengan pember dayaan potensi lokal dan masyar akat , ser ta peningkatan per an ser ta dunia usaha, sw asta

e) Kondisi keamanan dan hukum nasional yang belum mendukung iklim investasi yang kompetitif.

6.3.3. Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum

Kebutuhan sistem penyediaan air minum ter jadi kar ena adanya gap antar a kondisi yang ada saat ini dengan tar get yang akan dicapai pada kur un w aktu ter tentu. Kondisi pelayanan air minum secar a nasional sebesar 47, 71%, dilihat dar i pr opor si penduduk ter hadap sumber air minum ter lindungi (akses aman) yang mencakup 49,82% di per kotaan dan 45,72% di per desaan.

Per hitungan pr oyeksi kebutuhan air minum dilakukan ter hadap kebutuhan Domestik dan non Domestik. Beber apa asumsi, ter masuk yang ber asal dar i ketentuan Dir jen Cipta Kar ya digunakan dalam per hitungan pr oyeksi kebutuhan air . Asumsi yang digunakan dalam menghitung pr oyeksi kebutuhan air di IKK se-Kabupaten Magelang dapat dilihat pada tabel.

Tabel. 6.15

(29)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -29 Subjek satuan kebutuhan

Dokter Pr aktek l/ unit/ har i 1.000 Bidan Pr aktek l/ unit/ har i 1.000 Dukun Bayi l/ unit/ har i 1.000 Jamban Umum l/ unit/ har i 500 Masjid l/ unit/ har i 2.000 Mushola l/ unit/ har i 1.000 Ger eja l/ unit/ har i 700 Kuil l/ unit/ har i 700 Pur a l/ unit/ har i 700 Wihar a l/ unit/ har i 700 Pondok Pesantr en l/ unit/ har i 3.000 Pasar Umum l/ unit/ har i 6.000 Pasar Ikan l/ unit/ har i 6.000 Pasar Hew an l/ unit/ har i 6.000 Toko/ Kios/ War ung l/ unit/ har i 500 KUD/ BUUD l/ unit/ har i 50 Koper asi l/ unit/ har i 50 BPR l/ unit/ har i 50 Lumbung Desa l/ unit/ har i 50 Hotel/ Losmen l/ unit/ har i 3000 War ung makan l/ unit/ har i 1000 War tel l/ unit/ har i 50 Usaha Peter nakan l/ unit/ har i 10000 Penggilingan Padi l/ unit/ har i 50 Rental l/ unit/ har i 50

(Sumber : Dir jen Cipta Kar ya)

6.3.4. Kesiapan Daerah Terhadap Kriter ia Kesiapan ( Readliness Cr iteria) Sektor Air Minum

Kelengkapan (r eadiness cr iter ia) usulan kegiatan Pengembangan SPAM pemer intah kabupaten/ kota adalah sebagai ber ikut:

1. Ter sedia Rencana Induk Pengembangan SPAM (sesuai PP No. 16 / 2005 Pasal 26 ayat 1 s.d 8 dan Pasal 27 tentang Rencana Induk Pengembangan SPAM.

2. Ter sedia dokumen RPI2JM bidang Cipta Kar ya 3. Ter sedia studi kelayakan/ justifikasi teknis dan biaya

 Studi Kelayakan Lengkap: Penambahan kapasitas ≥ 20 l/detik atau diameter pipa JDU ter besar ≥ 250 mm

 Studi Kelayakan Seder hana: Penambahan kapasitas 15-20 l/ detik atau diameter pipa JDU ter besar 200 mm;

 Justifikasi Teknis dan Biaya: Penambahan kapasitas ≤ 10 l/detik atau diameter pipa JDU ter besar ≤ 150 mm;

4. Ter sedia DED/ Rencana Teknis (sesuai Per men No. 18/ 2007) 5. Ada indikator kiner ja untuk monitor ing

(30)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -30

 Indikator Outcome: Jumlah SR/ HU yang dimanfaatkan oleh masyar akat pada tahun yang sama

6. Ter sedia lahan/ ada jaminan keter sediaan lahan

7. Ter sedia Dana Daer ah Untuk Ur usan Ber sama (DDUB) sesuai kebutuhan fungsional dan r encana pemanfaatan sistem yang akan dibangun

8. Institusi pengelola pasca konstr uksi sudah jelas (PDAM/ PDAB, UPTD atau BLUD)

9. Dinyatakan dalam sur at per nyataan Kepala Daer ah tentang kesanggupan/ kesiapan menyediakan syar at-syar at di atas.

6.4. Penyehatan Lingkungan Permukiman

Mengacu pada Per men PU Nomor . 08/ PRT/ M/ 2010 tentang Organisasi dan Tata Ker ja Kementer ian Peker jaan Umum maka Dir ektor at Pengembangan Penyehatan Lingkungan Per mukiman mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Dir ektor at Jender al Cipta Kar ya di bidang kebijakan, pengatur an, per encanaan, pembinaan, pengaw asan, pengembangan dan standar disasi teknis di bidang air limbah, dr ainase dan per sampahan per mukiman.

Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 656, Dir ektor at Pengembangan Penyehatan Lingkungan Per mukiman menyelenggar akan fungsi :

a. Penyusunan kebijakan teknis dan str ategi pengembangan air limbah, dr ainase dan per sampahan;

b. pembinaan teknik, pengaw asan teknik dan fasilitasi pengembangan air limbah, dr ainase dan per sampahan ter masuk penanggulangan bencana alam dan ker usuhan sosial;

c. pembinaan investasi di bidang air limbah dan per sampahan;

d. penyusunan nor ma, standar , pr osedur dan kr iteria ser ta pembinaan kelembagaan dan per an ser ta masyar akat di bidang air limbah, dr ainase dan per sampahan; dan

e. pelaksanaan tata usaha dir ektor at.

6.4.1. Air Limbah

A. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Air Limbah

Beber apa per atur an per undangan yang mengatur pengelolaan air limbah, antar a lain: 1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional.

Pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diar ahkan untuk mew ujudkan ter penuhinya kebutuhan dasar masyar akat ser ta kebutuhan sektor -sektor ter kait lainnya, seper ti industr i, per dagangan, tr anspor tasi, par iwisata, dan jasa sebagai upaya mendor ong per tumbuhan ekonomi.

2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan pentingnya pengatur an pr asar ana dan sar ana sanitasi dalam upaya per lindungan dan pelestar ian sumber air .

3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

Per atur an ini mengatur penyelenggar aan pr asar ana dan sar ana air limbah per mukiman secar a ter padu dengan penyelenggar aan sistem penyediaan air minum.

(31)

LAPORAN AKHIR

Penyusunan RPI2JM Kabupaten Kabupaten Magelang VI -31 5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/ PRT/ M/ 2010 tentang Standar Pelayanan

Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

Mensyar atkan ter sedianya sistem air limbah setempat yang memadai dan ter sedianya sistem air limbah skala komunitas/ kaw asan/ kota.

6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 02/ MENKLH/ I/ 1998 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan

Mengamanatkan bahw a Pengolahan yang dilakukan ter hadap air buangan dimaksudkan agar air buangan ter sebut dapat dibuang ke badan air pener ima menur ut standar yang diter apkan, yaitu standar alir an (str eam st andar d) dan standar efluen (effluent st andar d).

Air Limbah yang dimaksud disini adalah air limbah per mukiman (Municipal Wastew ater ) yang terdir i atas air limbah domestik (r umah tangga) yang ber asal dar i air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia. dar i lingkungan per mukiman ser ta air limbah industr i r umah tangga yang tidak mengandung Bahan Ber acun dan Ber bahaya (B3). Air buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dapat menimbulkan pengar uh yang mer ugikan ter hadap kualitas lingkungan sehingga per lu dilakukan pengolahan.

Pengolahan air limbah per mukiman di Indonesia ditangani melalui dua sistem yaitu sistem setempat (onsite) ataupun melalui sistem ter pusat (offsite). Sanitasi sistem setempat (onsite) adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah ber ada dalam batas tanah yang dimiliki dan mer upakan fasilitas sanitasi individual sedangkan sanitasi sistem ter pusat (offsite) adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air li mbah dipisahkan dengan batas jar ak dan mengalir kan air limbah dar i r umah-r umah menggunakan per pipaan (sew er age) ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

B. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan Pengelolaan Air Limbah Permukiman

1. Isu Strategis, Permasalahan dan Tantangan Pengelolaan Air Limbah Permukiman Isu Str ategis Per masalahan Limbah cair yang di Hadapi Kabupaten Magelang

1. Ketr esedian Lahan Cukup

2. Sumber Air Ber sih Cukup Banyak 3. Belum ada IPLT

4. Peluang Bisnis/ ekonomi pemanfaatan Limbah

5. Per tumbuhan Penduduk Cukup Tinggi disbanding Rata Jaw a Tengah 6. KK Miskin masih Banyak

7. Limbah Rumah Tangga Masuk Salur an Dr ainase 8. Regulasi belum ada tentang Per da

9. Koor dianasi antar SKPD belum ada atua belum Jelas 10.Sudah ada Contoh MCK Komunal

11.Per an ser ta Per empuan mulai di Ber dayakan

12.Memanfaatkan dan Mengelola ber basisi ke sumber daya Alam yang memper hatikan Kelestar ian

2. Kondisi Eksisting Air Limbah

Air Limbah Domestik dibagi menjadi dua yaitu air sisa kegiatan r umah tangga yang disebut dengan gr eywat er dan tinja yang mer upakan sisa metabolisme manusia yang ser ing disebut

Gambar

Tabel 6.1 Peraturan Terkait Pengembangan Permukiman
Tabel 6.3 Isu Strategis Sektor PBL di Kabupaten/ Kota
Tabel 6.5 Proyeksi Jumlah Penduduk dengan Akses Air Minum Layak
Tabel 6.7
+6

Referensi

Dokumen terkait

VI - 6 Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas

- Secara umum, kepedulian masyarakat baik laki-laki maupun perempuan tentang pentingnya drainase bagi penyehatan lingkungan permukiman di Kabupaten Samosir belum

Perhitungan yang dilakukan meliputi kebutuhan domestik dan kebutuhan non domestik dimana kebutuhan domestik melalui sambungan rumah dan kran umum. Jumlah kran umum

persampahan serta kondisi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di dalam masyarakat Kabupaten Musi Rawas Utara yang meliputi kesediaan masyarakat membayar retribusi,

Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global Warming). Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu

Instansi Pemerintah Kabupaten Klungkung yang menangani dan terkait dalam pengelolaan persampahan adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Pemerintah Kabupaten Klungkung

Selain Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, instansi lain yang terlibat di dalam pengelolaan air limbah adalah Seksi Penyehatan Lingkungan, Bidang Perkotaan

Pelayanan air bersih sistem non perpipaan yang dimanfaatkan oleh penduduk di Kabupaten Luwu untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya cukup tinggi dibanding dengan