1 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R
BAB VI
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR
6.1 Pengembangan Permukiman
6.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
A. Arah KebijakanArahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional.
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian
yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman
kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e),
serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun
khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 1/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar bidang pekerjaan umum dan
penataan ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap
2 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R
Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam pengembangan permukiman maka UU No. 1/2011 mengamanatkan tugas dan wewenang sebagai berikut :
A. Tugas
1. Pemerintah Pusat
a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman.
b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan Kasiba dan
Lisiba.
c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan
kawasan permukiman.
d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan
nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan hunian dan kawasan permukiman.
e. Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional.
2. Pemerintah Provinsi
a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi di bidang
perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan nasional. b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba dan Lisiba lintas
kabupaten/kota.
c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat provinsi di
bidang perumahan dan kawasan permukiman.
d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan
provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan
kawasan permukiman.
e. Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman lintas kabupaten/kota.
f. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
g. Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi masyarakat,
terutama bagi MBR.
h. Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi. 3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan
dan strategi nasional dan provinsi.
b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
3 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R
kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.
d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.
f. Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan
strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.
h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.
i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan
kawasan permukiman.
j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
B. Wewenang
1. Pemerintah Pusat
a. Menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan criteria rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat, dan aman.
b. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman.
c. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.
d. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional.
e. Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.
f. Mengevalusi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional. g. Mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang perumahan dan
kawasan permukiman.
h. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh.
i. Menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan perumahan dan
4 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R
j. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman.
2. Pemerintah Provinsi
a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat provinsi.
b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang perumahan
dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
d. Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
e. Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
f. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat provinsi.
g. Mengoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR pada tingkat provinsi.
h. Menetapkan kebijakan dan strategi daerah provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat kabupaten/kota.
b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat kabupaten/kota.
e. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR.
f. Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada tingkat kabupaten/kota.
g. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan
5 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R
h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
i. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
B. Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan pengembangan permukiman mengacu pada Permen PU No.
08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan
Permukiman adalah:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan
dan perdesaan;
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial;
c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana;
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk
penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan
dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman;
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
6.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
A. Isu Strategis
Isu-isu strategis terkait pengembangan permukiman Kabupaten Sleman saat ini adalah: Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi
terhadap perubahan iklim.
Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan.
Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Directive Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
6 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R
Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan
kumuh.
Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.
Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan permukiman.
Belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di
bidang pembangunan perumahan dan permukiman
B. Kondisi Eksisting
Kondisi eksisting pengembangan permukiman hingga tahun 2012 pada tingkat nasional
mencakup 180 dokumen SPPIP, 108 dokumen RPKPP, untuk di perkotaan meliputi 500 kawasan kumuh di perkotaan yang tertangani, 385 unit RSH yang terbangun, 158 TB unit
Rusunawa terbangun. Sedangkan di perdesaan adalah 416 kawasan perdesaan potensial
yang terbangun infrastrukturnya, 29 kawasan rawan bencana di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 108 kawasan perbatasan dan pulau kecil di perdesaan yang terbangun
infrastrukturnya, 237 desa dengan komoditas unggulan yang tertangani infrastrukturnya, dan 15.362 desa tertinggal yang tertangani infrastrukturnya.
Sedangkan kondisi eksisting pengembangan permukiman Kabupaten Sleman yang akan diuraikan meliputi data kawasan kumuh, data kegiatan peningkatan infrastruktur permukiman
kawasan RSH, data kondisi Rusunawa MBR, data kondisi pengembangan kawasan perdesaan potensial/minapolitan/agropolitan, serta data kondisi kawasan rawan bencana,
7 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R
Tabel 6. 1 Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Sleman Tahun 2014
NO NAMA LOKASI (PADUKUHAN)
LUAS
(Ha) RT
LINGKUP ADMINISTRATIF KEKUMUHAN
LEGALITAS LAHAN PRIORITAS RW KELURAHAN
/DESA KECAMATAN NILAI TINGKATAN
1
Dabag
1,86
05
28
Condongcatur
Depok
244
Sedang
Tanah milik masyarakat
Tinggi
2
Gorongan
0,81
01
33
Condongcatur
Depok
188
Ringan
Tanah milik masyarakat
Sedang
3
Kentungan
0,18
09
51
Condongcatur
Depok
246
Sedang
Tanah kas desa
Sedang
4
Ngropoh
0,52
04
24
Condongcatur
Depok
228
Ringan
Tanah milik masyarakat
Sedang
5
Ngropoh
1,73
02
23
Condongcatur
Depok
280
Sedang
Tanah milik masyarakat
Tinggi
6
Soropadan
1,78
06
38
Condongcatur
Depok
193
Ringan
Tanah milik masyarakat
Sedang
7
Soropadan
2,96
05
35
Condongcatur
Depok
256
Sedang
Tanah milik masyarakat
Tinggi
8
Soropadan
1,05
03
36
Condongcatur
Depok
278
Sedang
Tanah milik masyarakat
Sedang
9
Blimbingsari
0,84
05
16
Caturtunggal
Depok
254
Sedang
Tanah kas desa
Tinggi
10
Gowok
0,64
07
03
Caturtunggal
Depok
248
Sedang
Tanah kas desa
Sedang
11
Janti
0,25
05
03
Caturtunggal
Depok
256
Sedang
Tanah kas desa
Sedang
12
Karangmalang
1,31
01
16
Caturtunggal
Depok
236
Sedang
Tanah milik masyarakat
Tinggi
13
Mrican
1,12
24
08
Caturtunggal
Depok
238
Sedang
Tanah kas desa
Sedang
14
Nologaten
0,23
01
04
Caturtunggal
Depok
306
Sedang
Tanah kas desa
Tinggi
15
Papringan
0,24
01
01
Caturtunggal
Depok
286
Sedang
Tanah kas desa
Sedang
16
Papringan
0,18
07
02
Caturtunggal
Depok
222
Ringan
Tanah kas desa
Sedang
17
Papringan
0,89
28
06
Caturtunggal
Depok
238
Sedang
Tanah kas desa
Sedang
18
Santren
0,13
12
04
Caturtunggal
Depok
284
Sedang
Tanah kas desa
Tinggi
19
Banaran
1,15
01
13
Sendangadi
Mlati
278
Sedang
Tanah milik masyarakat
Tinggi
20
Jatirejo
2,68
02
21
Sendangadi
Mlati
270
Sedang
Tanah milik masyarakat
Sedang
21
Kutu Dukuh
1,01
10
29
Sinduadi
Mlati
252
Sedang
Tanah kas desa
Tinggi
22
Rajek Lor
0,49
03
25
Tirtoadi
Mlati
344
Sedang
Tanah milik masyarakat
Tinggi
23
Rajek Wetan
0,63
04
28
Tirtoadi
Mlati
328
Sedang
Tanah milik masyarakat
Tinggi
8 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R Tabel 6.1. lanjutan
NO NAMA LOKASI (PADUKUHAN)
LUAS
(Ha) RT
LINGKUP ADMINISTRATIF KEKUMUHAN
LEGALITAS LAHAN PRIORITAS RW KELURAHAN
/DESA KECAMATAN NILAI TINGKATAN
25
Karanglo
2,90
05-06
24
Tlogoadi
Mlati
292
Sedang
Tanah milik masyarakat
Sedang
26
Gamping Kidul
0,46
01
16
Ambarketawang
Gamping
286
Sedang
Tanah milik masyarakat
Sedang
27
Mejing wetan
0,45
08
07
Ambarketawang
Gamping
288
Sedang
Tanah milik masyarakat
Sedang
28
Patukan
0,85
08-09
22
Ambarketawang
Gamping
264
Sedang
Tanah milik masyarakat
Tinggi
29
Banyumeneng
0,89
15
04
Banyuraden
Gamping
256
Sedang
Tanah milik masyarakat
Tinggi
30
Somodaran
0,64
01
10
Banyuraden
Gamping
284
Sedang
Tanah milik masyarakat
Rendah
31
Cambahan
0,49
08
31
Nogotirto
Gamping
262
Sedang
Tanah milik masyarakat
Sedang
32
Trini
0,30
02
16
Trihango
Gamping
252
Sedang
Tanah milik masyarakat
Sedang
33
Rogobangsan
1,38
03
04
Bimomartani
Ngemplak
286
Sedang
Tanah milik masyarakat
Tinggi
34
Blotan
2,05
01
40
Wedomartani
Ngemplak
312
Sedang
Tanah milik masyarakat
Tinggi
35
Jongkang
0,75
05
35
Sariharjo
Ngaglik
260
Sedang
Tanah milik masyarakat
Tinggi
36
Nglempongsari
0,55
06
26
Sariharjo
Ngaglik
264
Sedang
Tanah milik masyarakat
Sedang
37
Sumberan
1,38
02
21
Sariharjo
Ngaglik
248
Sedang
Tanah milik masyarakat
Sedang
38
Candi Dukuh
1,00
02
05
Sardonoharjo
Ngaglik
328
Sedang
Tanah milik masyarakat
Sedang
39
Candi Karang
0,72
01
08
Sardonoharjo
Ngaglik
264
Sedang
Tanah milik masyarakat
Tinggi
40
Candi Winangun
0,15
03
12
Sardonoharjo
Ngaglik
314
Sedang
Tanah milik masyarakat
Sedang
41
Turen
0,16
05
24
Sardonoharjo
Ngaglik
304
Sedang
Tanah milik masyarakat
Sedang
42
Turen
1,41
02
01
Sardonoharjo
Ngaglik
274
Sedang
Tanah milik masyarakat
Tinggi
43
Gentingan
1,05
03
05
Sidoagung
Godean
248
Sedang
Tanah milik masyarakat
Sedang
44
Bantulan
0,17
05
04
Sidoarum
Godean
336
Sedang
Tanah milik masyarakat
Sedang
45
Beluran
0,40
03
04
Sidomoyo
Godean
252
Sedang
Tanah milik masyarakat
Tinggi
9 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R
Tabel 6.2 Data Kegiatan Peningkatan Infrastruktur Permukiman RSH di Kabupaten Sleman Tahun 2014
No. Lokasi Kegiatan Tahun
1 RSH Kab. Sleman Perum. Bina Sejahtera, Kec. Berbah 2009
2 RSH Perum. Luhur Setia Mandiri, Seyegan 2009
3 RSH Perum. PNS UGM. Kec. Berbah Ds. Kalitirto 2009
4 RSH Kab. Sleman Perum. Dirgantara Asri, Berbah 2009
5 RSH Kab.Sleman Perum .Pokoh Baru 2009
6 RSH Perum Rusun Mlati, Perum Karangmojo Indah, Dsn. Kutudukuh Kab. Sleman
2012
7 RSH Perum Puromartani Kec. Kalasan 2013
8 RSH Perum Griya Taman Sejahtera Tamanmartani, Kec. Kalasan, Kab.Sleman 2013
Sumber: Satker Bangkim DIY
Tabel 6.3 Data Kondisi Rusunawa MBR di Kabupaten Sleman Tahun 2014
No. Nama Rusunawa Kecamatan Kabupaten Jml Unit Tahun huni
1 GEMAWANG 1 MLATI SLEMAN 96 2005/ 2006
2 GEMAWANG 2 MLATI SLEMAN 96 2007
3 MRANGGEN MLATI SLEMAN 96 2009
4 DABAG 1 DEPOK SLEMAN 99 2009
5 DABAG 2 DEPOK SLEMAN 99 2009
6 DABAG 3 DEPOK SLEMAN 75 2009
7 DABAG 4 DEPOK SLEMAN 96
8 JONGKE (4 Tb) MLATI SLEMAN 96 x 4 2010 belum
se-lesaidibangun
Sumber: DPUPESDM DIY
Potensial/Agropolitan/Minapolitan Tahun 2014
No. Lokasi Kawasan Luas Kawasan (ha)
1 Kws. Agropolitan Sumberrahayu, Kec. Moyudan 631
2 Kws. Minapolitan Berbah 621
3 Kws. Minapolitan Umbulmartani, Ngemplak 666
4 Kws. Agropolitan Sendangarum, Minggir 345
5 Kws. Agropolitan Purwobinangun, Pakem 1.348
6 Kws. Agropolitan Bangunkerto, Turi 703
7 Kws. Agropolitan Merdekorejo, Tempel 613
8 Kws. Agropolitan Margokaton, Seyegan 515
10 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R
Tabel 6.5 Data Kondisi Kawasan Rawan Bencana Tahun 2014
No. Lokasi Kawasan Luas Kawasan (ha)Jumlah Penduduk
(jiwa) 1 Kws. Cangkringan (Umbulharjo, Glagaharjo,
Kepuharjo) (Argomulyo, Wukirsari) Kab. Sleman
4.799 28.177
2 Kws. Turi, Kab. Sleman 741 8.630
3 Kws Prambanan, Kab. Sleman 475 2.508
4 Kws. Pakem, Kab. Sleman 1430 7.598
5 Kws. Tempel, Kab. Sleman 539 9.319
Sumber: Bappeda Kab. Sleman
C. Permasalahan dan Tantangan
Permasalahan pengembangan permukiman secara nasional diantaranya:
1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih
terbatas.
2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah
terpencil, dan kawasan perbatasan.
3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.
Tantangan pengembangan permukiman secara nasional diantaranya: 1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat
2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.
3. Pencapaian target MDG’smnya 2015,pencapaian Program termasuk-Program
Prodidala Rakyat (Direktif Presiden)
4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya
kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah
5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan infrastruktur
permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.
6. Penguatan Sinergi SPPIP/RPKPP dalam Penyusunan RPIJM Kab./Kota
Hasil identifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman Kabupaten
11 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R
Tabel 6.6 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kabupaten Sleman
No. Aspek Permasalahan Tantangan Solusi
1 Teknis
Terdapat Kawasan
kumuh 2 Kelembagaan Terbatasnya kapasitas
kelembagaan
peme-3 Pembiayaan
Terbatasnya
kapasi-tas keuangan daerah lalui PHLN & KPS12 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R Tabel 6.6 lanjutan
No. Aspek Permasalahan Tantangan Solusi
5 Lingkungan
Penurunan kualitas
ling-kungan hidup akibat dari kepadatan permukimanSelain itu sektor pengembangan permukiman Kabupaten Sleman juga menghadapi tantangan pemenuhan pencapaian target Standar Pelayanan Minimum Bidang Cipta Karya
Tahun 2019––100”“100 sebagai berikut :
Tabel 6.7 Tantangan Pemenuhan Target SPM Sektor Pengembangan Permukiman
Jenis
6.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai.
Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di
tingkat kabupaten/kota. Di tingkat Pusat acuan kebijakan meliputi RPJMN 2010-2014, MDGs 2015 (target tahun 2020 untuk pengurangan proporsi rumah tangga kumuh), Standar
Pelayanan Minimal (SPM) untuk pengurangan luasan kawasan kumuh tahun 2014 sebesar 10%, arahan MP3EI dan MP3KI, percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat, arahan
Direktif Presiden untuk program pro-rakyat, serta Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014.
Sedangkan di tingkat kabupaten/kota meliputi target RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, maupun Renstra SKPD. Acuan kebijakan tersebut hendaknya menjadi dasar pada tahapan
13 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R
Tabel 6.8 Kebutuhan & Target Program Pengembangan Permukiman Kabupaten Sleman untuk Lima Tahun Ke Depan
No. Uraian Lokasi Satuan san/Lokasi pada 6 Kec. (Depok, Mlati, Ngaglik, Gamping, Godean & Ngemplak) (41,40 Ha)
Ha 33,12 24,84 16,56 8,28 0
14 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R
Kws. Girikerto, dan Wonokerto, Kec. Turi
Kws. Prambanan Kws. 1 1
6.1.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Permukiman
A. Program Kegiatan
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri
dari:
1) pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta
2) peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.
Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:
1) pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil,
2) pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE),
3) desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa
15 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Infrastruktur kawasan permukiman kumuh Infrastruktur permukiman RSH
Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan/ Minapolitan) Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW) Infrastruktur perdesaan PPIP
Infrastruktur perdesaan RIS PNPM
B. Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
1. Umum
Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra. Kesiapan lahan (sudah tersedia).
Sudah tersedia DED.
Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP, RPKPP, Masterplan Kws. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.
Ada unit pelaksana kegiatan.
Ada lembaga pengelola pasca konstruksi. 2. Khusus
a. Rusunawa
Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh
Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya
Ada calon penghuni b. RIS PNPM
Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
16 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R
Tingkat kemiskinan desa >25%.
Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM.
c. PPIP
Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya lainnya
Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik Tingkat kemiskinan desa >25%
d. PISEW
Berbasis pengembangan wilayah
Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v)
pendidikan, serta (vi) kesehatan
Mendukung komoditas unggulan kawasan
Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan
dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan
kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum,
serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang
selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut: 1. Vitalitas Non Ekonomi
a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.
b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi
terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.
c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan
dan kepadatan penduduk. 2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
17 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R
b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan
kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau
fungsi lainnya.
c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan
permukiman kumuh.
3. Status Kepemilikan Tanah
a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.
b. Status sertifikat tanah yang ada. 4. Keadaan Prasarana dan Sarana
a. Kondisi Jalan b. Drainase
c. Air bersih
d. Air limbah
5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.
b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan dan lainnya.
Identifikasi kriteria kesiapan usulan program dan kegiatan pengembangan permukiman
18 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R
Tabel 6.9 Identifikasi Kriteria Kesiapan Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten Sleman Tahun 2015-2019
No Kegiatan Detail Lokasi Vol. Sat. Tahun
Kriteria Kesiapan Lembaga Pengelola Pasca Konstruksi SK Kumuh SPPIP RPKPP Lahan DED DDUB
1 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Girikerto & Wonokerto
Kec.Turi 1 kws 2017 2014 2011 2011 2016 2016 Siap Siap 2 Penyediaan PSD Kawasan Rawan
Bencana
Girikerto & Wonokerto
Kec.Turi 1 kws 2018 2014 2011 2011 2017 2017 Siap Siap 3 Penyediaan PSD Kawasan Rawan
Bencana
Girikerto & Wonokerto Kec.Turi
1 kws 2019 2014 2011 2011 2018 2018 Siap Siap
4 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Girikerto & Bangunkerto Kec.Turi
1 kws 2017 2014 2011 2011 2016 2016 Siap Siap
5 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Girikerto & Bangunkerto Kec.Turi
1 kws 2018 2014 2011 2011 2017 2017 Siap Siap
6 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Girikerto & Bangunkerto Kec.Turi
1 kws 2019 2014 2011 2011 2018 2018 Siap Siap
7 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Hargobinangun & Purwobinangun, Kec. Pakem
1 kws 2017 2014 2011 2011 2016 2016 Siap Siap
8 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Hargobinangun & Purwobinangun, Kec. Pakem
1 kws 2018 2014 2011 2011 2017 2017 Siap Siap
9 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Hargobinangun & Purwobinangun, Kec. Pakem
1 kws 2019 2014 2011 2011 2018 2018 Siap Siap
8 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Glagaharjo, Kec. Cangkringan
1 kws 2017 2014 2011 2011 2016 2016 Siap Siap
9 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Umbulharjo,
Kec. Cangkringan 1 kws 2017 2014 2011 2011 2016 2016 Siap Siap 10 Penyediaan PSD Kawasan Rawan
Bencana
Kepuharjo, Kec. Cangkringan
1 kws 2017 2014 2011 2011 2016 2016 Siap Siap
11 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Wukirsari, Kec. Cangkringan
1 kws 2018 2014 2011 2011 2017 2017 Siap Siap
12 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Argomulyo, Kec. Cangkringan
1 kws 2019 2014 2011 2011 2018 2018 Siap Siap
13 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Gayamharjo, Kec. Prambanan
19 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R Tabel 6.9 lanjutan
No Kegiatan Detail Lokasi Vol. Sat. Tahun
Kriteria Kesiapan Lembaga Pengelola Pasca Konstruksi SK Kumuh SPPIP RPKPP Lahan DED DDUB
14 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Sumberharjo, Kec. Prambanan
1 kws 2017 2014 2011 2011 2016 2016 Siap Siap
15 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Wukirharjo, Kec. Prambanan
1 kws 2017 2014 2011 2011 2016 2016 Siap Siap
16 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Kec. Prambanan 1 kws 2018 2014 2011 2011 2017 2017 Siap Siap
17 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Kec. Prambanan 1 kws 2019 2014 2011 2011 2018 2018 Siap Siap
18 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Sumberharjo (potensi wisata),Kec. Prambanan
1 kws 2015 2014 2011 2011 2014 2014 Siap Siap
19 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Madurejo, Kec. Prambanan
1 kws 2016 2014 2011 2011 2015 2015 Siap Siap
20 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Sidoarum Kec. Gamping 1 kws 2017 2014 2011 2011 2016 2016 Siap Siap 21 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Sidoarejo Kec. Gamping 1 kws 2017 2014 2011 2011 2016 2016 Siap Siap 22 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Ambarketawang,
Banyuraden, Nogotirto, Trihanggo Kec. Gamping
2 kws 2017 2014 2011 2011 2016 2016 Siap Siap
23 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Ambarketawang, Banyuraden, Nogotirto, Trihanggo Kec. Gamping
1 kws 2018 2014 2011 2011 2017 2017 Siap Siap
24 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Ambarketawang, Banyuraden, Nogotirto, Trihanggo Kec. Gamping
1 kws 2019 2014 2011 2011 2018 2018 Siap Siap
25 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Sendangadi, Tlogoadi, Tirtoadi, Sumberadi (Kentingan), Sinduadi, Kec. Mlati
1 kws 2017 2014 2011 2011 2016 2016 Siap Siap
26 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Kel. Triharjo dan Kel. Caturharjo, Kec. Sleman
1 kws 2017 2014 2011 2011 2016 2016 Siap Siap
27 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Caturtunggal (Mrican, Papringan,
Ambarrukmo) Kec. Depok
20 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R Tabel 6.9 lanjutan
No Kegiatan Detail Lokasi Vol. Sat. Tahun
Kriteria Kesiapan Lembaga Pengelola Pasca Konstruksi SK Kumuh SPPIP RPKPP Lahan DED DDUB
28 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Kws.Depok
(Caturtung-gal dan Condongcatur) 1 kws 2017 2014 2011 2011 2016 2016 Siap Siap 29 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Kws.Depok
(Caturtung-gal dan Condongcatur)
1 kws 2018 2014 2011 2011 2017 2017 Siap Siap
30 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Kws.Depok (Caturtung-gal dan Condongcatur)
1 kws 2019 2014 2011 2011 2018 2018 Siap Siap
31 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Wedomartani, Kec.Ngemplak
1 kws 2017 2014 2011 2011 2016 2016 Siap Siap
32 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Sariharjo, Sukoharjo, Kec. Ngaglik
1 kws 2017 2014 2011 2011 2016 2016 Siap Siap
33 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Sumberahayu, Sumber-arum, Sumberagung, Kec. Moyudan
1 kws 2015 2014 2011 2011 2014 2014 Siap Siap
34 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Sumberahayu Kec. Moyudan
1 kws 2016 2014 2011 2011 2015 2015 Siap Siap
35 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Sumberarum, Kec. Moyudan
1 kws 2017 2014 2011 2011 2016 2016 Siap Siap
36 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Sumberagung,
Kec. Moyudan 1 kws 2018 2014 2011 2011 2017 2017 Siap Siap 37 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan
Potensial
Sumberagung, Kec. Moyudan
1 kws 2019 2014 2011 2011 2018 2018 Siap Siap
38 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Sendangagung, Kec. Minggir
1 kws 2015 2014 2011 2011 2014 2014 Siap Siap
39 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Sendangarum, Kec. Minggir
1 kws 2016 2014 2011 2011 2015 2015 Siap Siap
40 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Sendangarum, Kec. Minggir
1 kws 2019 2014 2011 2011 2018 2018 Siap Siap
41 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Margoadi, Margomulyo, Kec. Seyegan
1 kws 2015 2014 2011 2011 2014 2014 Siap Siap
42 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Pondokrejo, Kec. Tempel
1 kws 2015 2014 2011 2011 2014 2014 Siap Siap
43 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Sumberejo, Kec. Tempel
21 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R Tabel 6.9 lanjutan
No Kegiatan Detail Lokasi Vol. Sat. Tahun
Kriteria Kesiapan Lembaga Pengelola Pasca Konstruksi SK Kumuh SPPIP RPKPP Lahan DED DDUB
44 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Merdikorejo, Kec. Tempel
1 kws 2017 2014 2011 2011 2016 2016 Siap Siap
45 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Lumbungrejo, Kec. Tempel
1 kws 2018 2014 2011 2011 2017 2017 Siap Siap
46 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Banyurejo, Kec. Tempel
1 kws 2019 2014 2011 2011 2018 2018 Siap Siap
47 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Pasar Tempel Kec. Tempel
1 kws 2015 2014 2011 2011 2014 2014 Siap Siap
6.1.5 Usulan Program dan Kegiatan
Usulan prioritas program dan kegiatan berikut pembiayaan yang dibutuhkan diuraikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 6.10 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten Sleman Tahun 2015-2019
No Kegiatan Detail Lokasi Vol. Sat. Tahun
SUMBER PENDANAAN (RP. JUTA)
1 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Girikerto & Wonokerto Kec.Turi
1 kws 2017 3.750 2.250
2 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Girikerto & Wonokerto Kec.Turi
1 kws 2018 1.250 750
3 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Girikerto & Wonokerto
Kec.Turi 1 kws 2019 1.250 750
4 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Girikerto & Bangunkerto Kec.Turi
1 kws 2017 3.450 900
5 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Girikerto & Bangunkerto Kec.Turi
1 kws 2018 1.150 300
6 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Girikerto & Bangunkerto Kec.Turi
1 kws 2019 1.150 300
7 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Hargobinangun & Purwo-binangun, Kec. Pakem
22 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R Tabel 6.10 lanjutan
No Kegiatan Detail Lokasi Vol. Sat. Tahun
SUMBER PENDANAAN (RP. JUTA)
8 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Hargobinangun & Purwo-binangun, Kec. Pakem
1 kws 2018 1.320 700
9 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Hargobinangun & Purwo-binangun, Kec. Pakem
1 kws 2019 1.320 700
10 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Glagaharjo, Kec. Cangkringan
1 kws 2017 1.130 1.500
11 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Umbulharjo, Kec. Cangkringan
1 kws 2017 1.130 1.500
12 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Kepuharjo, Kec. Cangkringan
1 kws 2017 1.130 1.500
13 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Wukirsari Kec. Cangkringan
1 kws 2018 1.130 1.500
14 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Argomulyo, Kec. Cangkringan
1 kws 2019 1.130 1.500
15 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Gayamharjo, Kec. Prambanan
1 kws 2017 1.145 650
16 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Sumberharjo,
Kec. Prambanan 1 kws 2017 1.500 100
17 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Wukirharjo, Kec. Prambanan
1 kws 2017 1.500 100
18 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Prambanan 1 kws 2018 1.500 100
19 Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana
Prambanan 1 kws 2018 1.500 100
20 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Sumberharjo (potensi wisata), Kec. Prambanan
1 kws 2015 1.102 650
21 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Madurejo, Kec. Prambanan 1 kws 2016 1.000 100
22 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Sidoarum, Kec. Gamping 1 kws 2017 987 420 23 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Sidoarum, Kec. Gamping 1 kws 2017 1.000 100 24 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Ambarketawang,
Banyuraden, Nogotirto, Trihanggo Kec. Gamping
1 kws 2017 1.250 650
25 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Ambarketawang, Banyuraden, Nogotirto
23 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R Tabel 6.10 lanjutan
No Kegiatan Detail Lokasi Vol. Sat. Tahun
SUMBER PENDANAAN (RP. JUTA)
25 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Ambarketawang, Banyuraden, Nogotirto
1 kws 2017 3.000 200
26 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Ambarketawang, Banyuraden, Nogotirto
1 kws 2018 1.500 100
27 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Ambarketawang, Banyuraden, Nogotirto
1 kws 2019 1.500 100
28 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Sendangadi, Tlogoadi, Tir-toadi, Sumberadi (Kenti-ngan), Sinduadi, Kec. Mlati
1 kws 2017 1.400 1.500
29 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Kel. Triharjo & Kel. Caturharjo, Kec. Sleman
1 kws 2017 1.250 1.500
30 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Caturtunggal (Mrican, Papringan, Ambarrukmo), Kec. Depok
1 kws 2017 1.200 200
31 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Kws. Depok (Caturtunggal dan Condongcatur)
1 kws 2017 3.000 400
32 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Kws. Depok (Caturtunggal dan Condongcatur)
1 kws 2018 1.500 200
33 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Kws. Depok (Caturtunggal dan Condongcatur)
1 kws 2019 1.500 200
34 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Wedomartani, Kec. Ngemplak
1 kws 2017 915 600
35 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Sariharjo, Sukoharjo, Sinduharjo, Kec. Ngaglik
1 kws 2017 850 1.000
36 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Sumberahayu, Sumber-arum, Sumberagung, Kec. Moyudan
1 kws 2015 998 500
37 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Sumberahayu Kec. Moyudan
1 kws 2016 1.000 200
38 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Sumberarum, Kec. Moyudan
1 kws 2017 1.000 200
39 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Sumberagung,
24 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R Tabel 6.10 lanjutan
No Kegiatan Detail Lokasi Vol. Sat. Tahun
SUMBER PENDANAAN (RP. JUTA)
40 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Sumberagung, Kec. Moyudan
1 kws 2019 1.000 200
41 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Sendangagung, Kec. Minggir
1 kws 2015 1.000 200
42 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Sedangarum,
Kec. Minggir 1 kws 2016 1.000 200
43 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Sedangarum, Kec. Minggir
1 kws 2019 1.000 200
44 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Margoadi, Margomulyo, Kec. Seyegan
1 kws 2015 1.325 1.200
45 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Pondokrejo, Kec. Tempel 1 kws 2015 985 1.200
46 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Sumberejo Kec. Tempel 1 kws 2016 957
47 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Merdikorejo Kec. Tempel 1 kws 2017 945
48 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Lumbungrejo Kec. Tempel 1 kws 2018 857
49 Penyediaan PSD Kawasan Perdesaan Potensial
Banyurejo Kec. Tempel 1 kws 2019 918
50 Penyediaan PSD Kawasan Kumuh Pasar Tempel Kec. Tempel 1 kws 2015 987 100
25 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R 6.2 Penataan Bangunan dan Lingkungan
6.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
A. Arah Kebijakan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai
bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung
dan lingkungannya. Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada
Undang-undang dan peraturan antara lain:
1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan
sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU
No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan,
pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan
secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung. Persyaratan administratif yang
harus dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah; b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan
c. Izin mendirikan bangunan gedung.
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan
persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung,
arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan,
persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam
penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh
pemerintah.
3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung
26 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R
peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran
masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan.
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen
RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa
RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan
rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen
RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 1/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang adalah
ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar bidang pekerjaan umum dan penataan ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap
warga secara minimal dalam hal ini terkait indikator SPM persentase jumlah Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang diterbitkan.sebesar 60% pada tahun 2019.
B. Lingkup Kegiatan
Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan
bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan
pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan
gedung dan rumah negara. Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa
Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan
lingkungan termasuk gedung dan rumah negara;
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan bangunan
27 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R
bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan;
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan
kerusuhan sosial;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan
penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada sektor PBL,
yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan
kemiskinan
Sumber : Dit. PBL, DJCK, 2012
Gambar 6. 1 Lingkup Tugas PBL
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:
a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman
28 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R
Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan nelayan;
Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional. b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung
Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan; Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;
Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur; Pelatihan teknis.
c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan; Paket dan Replikasi.
6.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
A. Isu Strategis
Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat melihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda
Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar
acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang
mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di
kabupaten/kota.
Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah isu Pemanasan Global (Global
Warming). Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan
global hingga 6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100, serta meningkatnnya tinggi muka laut di
seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya bencana
alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya. Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga mempengaruhi isu strategis sektor PBL.
Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB
29 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R
tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan
permukiman yang layak bagi masyarakat.
Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis Kabupaten Sleman untuk bidang PBL dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut: 1) Penataan Lingkungan Permukiman
a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;
b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;
c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di
perkotaan;
d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan
bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal; e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan
Minimal;
f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.
2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan,
kenyamanan dan kemudahan);
b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung
di kab/kota;
c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan
mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan;
d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara; e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah
Negara.
3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sejumlah 271.552 Jiwa atau 76.356 KK; b. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam
penanggulangan kemiskinan.
B. Kondisi Eksisting
Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program direktorat PBL adalah dengan jumlah kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi berupa peningkatan
30 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R
Perda Bangunan Gedung (BG) hingga tahun 2012 adalah sebanyak 106 Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa Peraturan Bupati/Walikota adalah sebanyak 2
Kabupaten/Kota, 9 Kabupaten/Kota dengan perjanjian bersama, dan 32 Kabupaten/Kota dengan kesepakatan bersama.
Sedangkan kondisi eksisting penataan bangunan dan lingkungan Kabupaten Sleman yang akan diuraikan meliputi peraturan daerah terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan,
dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), data penanganan kebakaran,
data kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH), serta data kawasan tradisional bersejarah, yang dijelaskan melalui tabel-tabel sebagai berikut ini.
Tabel 6.11 Peraturan Daerah Tentang Bangunan Gedung
No. No. Perda Substansi Pengaturan
1. No. 5 Tahun 2011 Persyaratan Bangunan Gedung Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Tabel 6.12 Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Sleman
RTBL Kawasan Visi Penataan Tahun
Penyusunan RTBL Kws. Jl. Tentara Pelajar Penataan Kawasan Perdagangan dan
Permukiman
2010
Kws. Candi Gebang-Stadion Maguwoharjo-Embung Tambakboyo
Penataan Kawasan Budaya, Olahraga dan Konservasi Sumber Daya Air
31 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R
Tabel 6.14 Kawasan Ruang Terbuka Hijau Kabupaten Sleman tahun 2014 N
o Nama RTH Lokasi Jenis RTH
Luas (m2) 1 Sleman 1 (Tirta Arta) Jl. Merapi (Seb. Timur kantor
DIKOPINDA)
Taman Kota 6100
2 Sleman 2 (Jl. Magelang) Jl Magelang Taman Kota 6700
3 Sleman 3 (Jl Magelang) Jl. Magelang Taman Kota 4000
4 Sleman 4 (Jl Magelang) Jl. Magelang Taman Kota 4500
5 Sleman 5 (Tugu Adipura) Jl. Magelang (Tugu Adipura) Taman Kota 4500 6 Sleman 6 (Pertamina) Komplek Perum Pertamina
Purwomartani
Taman Kota 2500
7 Sleman 7 (Pertamina) Komplek Perum Pertamina Purwomartani
Taman Kota 2000
8 Sleman 8 (Pertamina) Komplek Perum Pertamina Purwomartani
Taman Kota 2500
9 Sleman 9 (Jl Merapi) Jl. Merapi Taman Kota 4500
10 Sleman 10 (Perkantoran Dinas)
Kompleks Perkantoran Dinas Kab. Sleman
Taman Kota 3000
11 Sleman 11 (Jl Magelang) Kompleks Perkantoran Dinas Kab. Sleman
Taman Kota 2000
Sumber: Satker PBL DIY
Tabel 6.15 Kawasan Tradisional Bersejarah Kabupaten Sleman Tahun 2014
No. Nama Kawasan Lokasi
1 Situs Kraton Ambarketawang Kec. Gamping
2 Kws. Candi kedulan, Kec. Kalasan
3 Kws. Mbah Bergas Kec. Margagung
4 Kws. Wonolelo Saparan, Ds. Widodomartani Kec. Ngemplak 5 Kws. Sadranan Wot Galeh, Ds. Sendangtirto Kec. Berbah 6 Kws. Bedug Midang, Mranggen, Ds. Margodadi Kec. Seyegan 7 Kws. Bathok Bulu, Sambiroto, Ds. Purwamartani, Kec. Kalasan
8 Kws. Kelor,Ds. Bangunkerto Kec. Turi
Sumber: Bappeda Kab. Sleman
C. Permasalahan dan Tantangan
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan
tantangan nasional yang dihadapi, antara lain: a. Penataan Lingkungan Permukiman:
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;
32 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R
Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;
Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.
b. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:
Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia;
Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;
Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian;
Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;
Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan;
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien; Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.
Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah raga.
c. Kapasitas Kelembagaan Daerah:
Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;
Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;
Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.
d. Target Pemenuhan SPM Penataan Ruang
Kegiatan penataan lingkungan permukiman yang salah satunya melakukan pengelolaan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan. Standar SPM terkait dengan sektor
33 | A S P E K T E K N I S P E R S E K T O R
Kabupaten/Kota untuk menyusun kebutuhan akan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan.
Sedangkan hasil identifikasi permasalahan dan tantangan penataan bangunan dan lingkungan Kabupaten Sleman dijelaskan melalu tabel berikut ini.
Tabel 6.16 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Sleman
No. Aspek Permasalahan Tantangan Solusi
1 Teknis
Terbatasnya Ruang
Ter-buka Hijau Peningkatan sarana dan
prasarana dasar pendu-kung revitalisasi kawasan tradisional bersejarah Peningkatan Ruang
Terbu-ka Hijau
Sosialisasi dan penegakan
peraturan terkait Bangun-an Gedung2 Kelembagaan
Terbatasnya kapasitas
kelembagaan pemerin-tah daerah dalam Pena-taan Bangunan dan Lingkungan Reformasi birokrasi dan
tuntutan pelayanan prima3 Pembiayaan
Terbatasnya kapasitas
keuangan daerah Potensi alternative
pembia-yaan infrastruktur diluar APBN/APBD melalui sum-ber pembiayaan PHLN dan KPS Peningkatan pembiayaan
infrastruktur dasar Penata-an BPenata-angunPenata-an dPenata-an Lingku-ngan melalui PHLN & KPS4 Peran Serta
Potensi sumber daya
ma-syarakat dalampengelola-5 Lingkungan