BAB VI
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR
6.1 Pengembangan Permukiman
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.
Kebijakan 6.1.1
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain :
Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 1.
Nasional.
Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. 2.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun 3.
Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan 4.
Kemiskinan.
Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan 6.1.2
Isu Strategis Pengembangan Permukiman a.
Setiap kabupaten/kota perlu melakukan identifikasi isu-isu strategis di setiap
kabupaten/kotanya. Tabel 4.1 adalah isu-isu strategis sektor pengembangan permukiman Kabupaten Banyuasin.
Tabel 6.1
Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Kabupaten Banyuasin
No Isu Strategis Keterangan
1 Lingkungan Permukiman
Kumuh
Kekumuhan terkait dengan kehidupan warganya yang sebagian besar merupakan nelayan, dimana kesulitan ekonomi keluarga nelayan semakin besar, dan prioritas mereka lebih kepada bagaimana bertahan hidup ketimbang menjaga lingkungan permukiman mereka
2 Kurangnya Ketersediaan
Prasarana Permukiman
yang Memadai
Kurangnya prasarana permukiman seperti jalan, penerangan jalan (PJU), air bersih, pengolahan air limbah, sampah dll
3 Perkembangan Permukiman Baru
Ketersediaan lahan yang besar di Kabupaten Banyuasin, sangat menjadi pengaruh besar munculnya permukiman baru, khususnya di kawasan perkotaan
4 Pendataan Perumahan &
Permukiman
Permasalahan terkait dengan informasi / pendataan , Perbedaan skala/satuan maupun proses pengumpulan dan data antar instansi menyebabkan berbedanya data yang dihasilkan sehingga informasi kerap jadi kurang akurat.
Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman b.
Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian suatu kota/ kabupaten dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni. Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat kabupaten/kota (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.
peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman
Selain itu data yang dibutuhkan untuk kondisi eksisting adalah mengenai kawasan kumuh, jumlah RSH terbangun, dan Rusunawa terbangun di perkotaan, maupun dukungan
infrastruktur dalam program-program perdesaan seperti PISEW (RISE), PPIP, serta kawasan potensial, rawan bencana, perbatasan, dan pulau terpencil. Data yang dibutuhkan adalah data untuk kondisi eksisting lima tahun terakhir.
Perkotaan
Tabel 6.3 Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 No. Lokasi Kawasan
Kumuh
Luas Kawasan Jumlah Rumah
Permanen
Jumlah Rumah
Semi Permanen
Jumlah Penduduk
1. Kec. Talang Kelapa 275
2. Kec. Banyuasin III 320
3. Kec. Banyuasin I 488
4. Kec. Banyuasin II
Catatan: Masih dalam proses pendataan
Tabel 6.4 Data Kondisi RSH di Kabupaten Banyuasin No. Lokasi RSH Tahun
Pembangunan
Pengelola Jumlah
Penghuni
Kondisi Prasarana CK yang ada Kec. Banyuasin I :
1 - Kel. Merah
Mariana Ilir (Gria Sejahtera)
Jalan
NO. PERDA/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Peraturan
Bupati/Peraturan lainnya Keterangan
NO. No. Peraturan Perihal Tahun
Keterangan
7 - Kel.
Mariana Ilir (Ras Lestari)
Jalan
Kec. Talang Kelapa :
8 Kel. Sukajadi PT.Putivasa
Megahsari
Manunggal Abadi (KPO Griya
15 CV. Anugerah
Wahana Indah
18 Kel. Kenten PT. Sumber
Gaya Azhar
22 (Puspasari) - Jalan
Lingkungan MCK
-23
(Griya Keramat
Indah)
26 CV. Mekarsari - Jalan
Air Minum
Keramat (Tanjung
Harapan Indah)
PT Istana Kenten
Indah
PT Bunga Mas
Jalan
Kec. Rambutan : 50 Kel. Sungai
Kedukan Herman Haji
Air Minum
Kec. Banyuasin III : 59 Kel.
Pangkalan
Balai
(Griya Praja) - Jalan
Lingkungan MCK
-Air Minum
-60 Kedondong
Raye
62 Kel. Kayuara
Kuning PT. Graha Musi
Bersama
PT. Jaya Terang
Abadi
Kec. Sembawa : 64 Lalang
CV. Rotan Mas
Jalan
Harapan PT. C Sumatera
Air Minum
PT Pring Prima
Jalan
Agung (Griya Sedulang
Setudung)
(Griya Azhar 30)
Jalan
(Griya Betung
Mandiri)
Catatan: Masih dalam proses pendataan
Pedesaan
Tabel 6.5 Data Program Perdesaan Di Banyuasin Tahun 2012
No. Program/Kegiatan Lokasi Satuan Status
1 RIS PNPM
Tahun 2009 50 Desa 11 Unit Jembatan Beton, 55.110 meter Penimbunan Jalan Tanah, 13.535 meter Pembuatan Jalan Beton, 7 unit pemasangan gorong-gorong, 10.966 meter Pengerasan Jalan dengan koral, 2 Unit Tembatan Perahu, 1 Unit jembatan kayu, 978 unit Penampungan air hujan, 11 Unit Rehabilitasi Jembatan, 1.330 meter Pembangunan Siring Pasang, 3.240 meter Normalisasi saluran Sekunder, 1.040 meter Normalisasi saluran Navigasi, 950 meter
Normalisasi
Tahun 2010 46 Desa
Tahun 2011 37 Desa
Tahun 2012 17 Desa
Tahun 2013 18 Desa
Tahun 2013 30 Desa
3. SLBM
*Data yang dibutuhkan adalah data yang masih berlangsung hingga lima tahun ke belakang
Catatan: Masih dalam proses pendataan
Tabel 6.6 Data Kondisi Infrastruktur Perdesaan Di Banyuasin Tahun 2012
No Infrastruktur Terbangun Lokasi Satuan Kondisi
1
Penyediaan SP Permukiman Pulau Terkecil (Peningkatan/Pembangunan Jalan Perdesaan,
Pengawasan PSD Pulau Kecil Terpencil)
Ds.Sukomulyo – Sukomulyo
Kec.Tungkal Ilir
1 KWS
2
Pengembangan Kawasan Agropolitan (Pengawasan PSD Pulau Kecil Terpencil,
Pengawasan Kawasan Kabupaten Banyuasin)
Ds. Banyu Urip, Kec.Tanjung Lago,
Pangkalan Balai
1 Paket
3.
Pengembangan Infrastruktur Skala Kawasan
(Peningkatan/ Pembangunan Jalan Perdesaan)
Kec.Banyuasin II, KTM Telang, Sembawa, Kec.
Banyuasin III
1 KWS
4.
Pengembangan SP Kawasan Agropolitan (Peningkatan/ Pembangunan Jalan Perdesaan, Pembuatan Gorong-Gorong, Pembangunan
Jembatan Perdesaan, Pembuatan Saluran)
Kec.Banyuasin II, KTM Telang, Sembawa,
Kec.Banyuasin III
1 KWS
5.
Peningkatan Infrastruktur Skala Kawasan (Pembangunan/ Peningkatan Infrastruktur, Pembangunan Jalan Perdesaan, Pembangunan Jembatan Perdesaan, Rehabilitasi/Pemeliharaan Jembatan Perdesaan, Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jalan Perdesaan, Pembuatan Gorong-Gorong,
Pembuatan Saluran)
Merah Mata,
Kec.Talang Kelapa
1 KWS
6. Kegiatan di Pulau Kecil dan Terpencil Air Solo Batu Kec,
Air Saleh
1 KWS
7.
Pengembangan SP Kawasan Agropolitan (Pembangunan Jalan Perdesaan, Pembuatan
Gorong-Gorong, Pembuatan Saluran)
Kec.Muara Padang,
Kec.Tungkal Ilir
1 KWS
8.
Kegiatan Pengembangan Kawasan Eks. Transmigrasi (Pembangunan Jalan Perdesaan,
Pembuatan Gorong-Gorong, Pembuatan Saluran)
KTM Telang, Ds.Mulya Sari,
Kec,Tanjung Lago
1 KWS
9.
Penyediaan PS Permukiman di Pulau Terpencil (Pembangunan Jembatan Perdesaan,
Pembangunan Jalan Perdesaan, Pembuatan Gorong-Gorong, Pembuatan Saluran, Rehabilitasi/
Pemeliharaan Pasar Perdesaan)
Air Solok Batu,
Kec.Air Saleh
1 KWS
Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman c.
Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:
Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat a.
menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastrukturyang masih terbatas.
Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil,daerah b.
terpencil, dan kawasan perbatasan.
Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial c.
Tantangan pengembangan permukiman di antaranya : Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat a.
Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta b.
Karya sektor Pengembangan Permukiman.
Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian Program- Program c.
Pro Rakyat (Direktif Presiden)
Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya d.
kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah
Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan e.
infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.
Penguatan Sinergi SPPIP/RPKPP dalam Penyusunan RPIJM Kab./Kota f.
Tabel 6.7 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kab. Banyuasin
1. Aspek Teknis
Persyaratan pembangunan 1)
perumahan d an
permukimanbelum tersusun 2)
3)
Belumtersusunya pedoman 4)
teknis perencanaan dan
Belum sepenuhnya menerapkan ketentuan lingkungan hunian yang berimbang sesuai dengan peraturan pemerintah
Pedoman teknis tersebut harus mampu menampung panduan proses yang partisipatif
Pembangunan rumah sederhana, rumah menengah dan rumah mewah wajib
menerapkan
perancangan kawasan perumahan dan permukiman
Belum adanya pedoman sistem pengendalian
permukiman informal
dan transparan serta mampu
memberdayakan masyarakat
berimbang sesuai dengan peraturan pemerintah
Arah kebijakan perlu disusun dalam penanganan permukiman informal
2. Aspek Kelembagaan Lembaga-lembaga yang 1)
dibentuk pemerintah dalam pengendalian pembangunan perumahan belum berjalan sesuai yang diharapkan
Belum jelasnya tugas dan 2)
wewenang Pemerintah daerah dalam penyelenggaraan
perumahan dan permukiman
Kurang berperanya lembaga pada tingkat daerah seperi BP4D dan BPR
Lemahnya komitmen pemerintah dalam pengembangan kawasan perumahan
dan permukiman
Aspek kelembagaan lebih dikonsentrasikan pada pemantapan kelembagaan perumahan dan permukiman, baik ditingkat birokrasi maupun masyarakat.
Berlakunya kebijakan otonomi daerah menuntut pemerintah daerah berperan lebih aktif dalam
penyelenggaraan perumahan dan
permukiman
Membentuk suatu lembaga yang mengkhususkan diri dalam bidang perumahan dan permukiman
Memberikan dasar hukum bagi pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas dan
kewenanganya untuk penyelenggaraan perumahan dan permukiman yang disesuaikan dengan kondisi di daerah
3. Aspek Pembiayaan Minimnya dukungan 1)
perbankan dan dana dari
pemerintah
Belum tersedianya dana jangka panjang bagi pembiayaan perumahan yang menyebabkan terjadingan ketidaksesuaian pendanaan dalam
pengadaan perumahan
Upaya pembiayaan dalam pemenuhan perumahan dengan mekanisme pasar formal relative kecil dibandingkan pemenuhan sendiri
secara swadaya
Mobilisasi sumber-sumber pembiayaan perumahan perlu diefektifkan seperti mempermudah akses kredit kepada perbankan terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah, pemberian pinjaman dengan bunga sangat lumak serta pemberian subsidi
3. Aspek Peran Serta Masyarakat/Swasta
Peran serta masyarakat 1)
belum diatur secara konkrit
Belum memberdayakan peran masyarakat agar mampu memenuhi kebutuhan rumahnya sendiri yang sehat, aman, serasi dan produktif tanpa
merusak lingkungan
pemenuhan secara swadaya (mandiri) kurang optimal dalam memenuhi kebutuhan perumahan yang dilengkapi dengan sarana prasarana
dasar yang memadai
Perubahan terhadap peraturan terkait agar peran serta
masyarakat dalam seluruh proses penyelenggaraan perumahan dan permukiman bisa terakomodir. Misalnya pengaturan dalam pembentukan kelompok masyarakat untuk mengatur rencana pemenuhan kebutuhan
pembangunan sarana dan prasarana.
Peningkatan kapasitas dan kemampuan masyarakat dalam pengembangan perumahan swadaya
4. Aspek Lingkungan Permukiman
Menurunya daya dukung 1)
lingkungan
Timbulnya permukiman kumuh
Pembangunan kawasan baru yang di tata secara
berkelanjutan dan focus pada fungsi
tempat tinggal
Penataan bangunan dan lingkungan secara berkelanjutan serta pengembangan kawasan siap bangun (Kasiba) dan
lingkungan siap bangun (lisiba) sesuai dengan RTRW
6.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Analisis kebutuh an dan target pencapaian pengembangan permukiman Kabupaten Banyuasin dapat diuraikan pada tabel berikut.
No. URAIAN Unit
No. URAIAN Unit
Lokasi
Ket.
1. Jumlah Penduduk Jiwa
Kepadatan Penduduk Jiwa/Km2 Proyeksi Persebaran
2. Sasaran Penurunan Kawasan Kumuh
Ha
3. Kebutuhan Rusunawa TB
4. Kebutuhan RSH unit
5. Kebutuhan Pengembangan Permukiman Baru
Kawasan
Catatan: Masih dalam proses pendataan
Tabel 6.9 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perdesaan yang Membutuhkan Penanganan Untuk 5 Tahun
No
1. Jumlah Penduduk Jiwa
Kepadatan Penduduk Jiwa/Km2
Proyeksi Persebaran
2. Desa Potensial untuk Agropolitan
Desa 3 3 3 3 3
3. Desa Potensial untuk Minapolitan
Desa 1 1 1 1 1
4. Kawasan Rawan Bencana
Kws
5. Kawasan Perbatasan Kws 6. Kawasan Permukiman
Pulau-Pulau Kecil
Kws
7. Desa Kategori Miskin Desa 8. Kawasan dengan
Komoditas Unggulan
Kws
Catatan: Masih dalam proses pendataan
Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman 6.1.4
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari :
Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa 1.
Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari :
pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial 1.
(Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil, pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE), 2.
desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM 3.
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan SPPIP dan RPKPP ataupun review bilamana diperlukan.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Infrastruktur kawasan permukiman kumuh
Infrastruktur permukiman RSH
Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya
Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan/Minapolitan)
Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil
Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)
Infrastruktur perdesaan PPIP
Infrastruktur perdesaan RIS PNPM
Sumber: Dit. Pengembangan Permukiman, 2012
Gambar 6.1 Alur Program Pengembangan Permukiman
Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut :
Umum 1.
Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
Kesiapan lahan (sudah tersedia).
Sudah tersedia DED.
Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP, RPKPP,
Masterplan Kws. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah
untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi. Ada unit pelaksana kegiatan.
Ada lembaga pengelola pasca konstruksi
Khusus 2.
Rusunawa
Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA
Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh
Ada calon penghuni
RIS PNPM
Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.
Tingkat kemiskinan desa >25%
Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM
PPIP
Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta
Karya lainnya
Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik
Tingkat kemiskinan desa >25%
PISEW
Berbasis pengembangan wilayah
Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii)
produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan
Mendukung komoditas unggulan kawasan
Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut :
Vitalitas Non Ekonomi 1.
Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.
Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi
Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang
dinilai,mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah
apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.
Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor
ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, dll. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan
permukiman kumuh. 3. Status Kepemilikan Tanah
Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.
Status sertifikat tanah yang ada
4. Keadaan Prasarana dan Sarana Kondisi Jalan
Drainase
Air bersih
Air limbah
Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota 5.
Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan
indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan
(grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan dan lainnya.
6.1.5 Usulan Program dan Kegiatan
Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman a.
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan
Setelah memperhatikan kriteria kesiapan maka dapat dirumuskan usulan program dan kegiatan pengembangan permukiman kabupaten/kota yang disusun berdasarkan prioritasnya seperti tabel 4.10
Tabel 6.10
Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten Banyuasin
No. Kegiatan Volume Satuan Biaya (Rp) Lokasi
1 Peningkatan Jalan Lingkungan Dan Saluran 1 Kawasan Sukajadi, Merah Mata
2 Pengembangan Sarana Dan Prasarana Kws
Agropolitan
1 Kawasan Tanjung Lago,
Sembawa, Muara Padang 3 Penyus.Ded Pengembangan Kws Tertinggal
Pulau Terpencil
1 Kawasan Kab. Banyuasin
4 Ded Minapolitan 1 Kawasan Tanjung Lago
5 Kegiatan Penyediaan PSD Bagi Kawasan RSH TNO/POLRI dan MBR (Peningkatan Jalan Lingkungan dan Pengawasan
Kawasan Perkotaan)
1 Kawasan Pangkalan Balai
6 Dukungan SP Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh (Pengawasan Kawasan Kumuh Nelayan, Pembangunan
Jalan Poros dan Saluran)
1 Kawasan KWS.SUNGSANG
7 Kegiatan Penyediaan PSD bagi Kawasan RSH TNI/POLRI dan MBR (Peningkatan Jalan Lingkungan, Pembuatan
Gorong-Gorong, Pembuatan Saluran)
1 Kawasan Kenten Laut,
Sukajadi,
Kec.Talang Kelapa
8 Dukungan S dan P Penataan Lingkungan
Kumuh
1 Kawasan Sukomoro
9 Penyediaan SP Permukiman Pulau Terkecil (Peningkatan/Pembangunan Jalan
Perdesaan, Pengawasan PSD Pulau Kecil
Terpencil)
1 Kawasan Ds.Sukomulyo –
Sukomulyo Kec.Tungkal Ilir
10 Pengembangan Kawasan Agropolitan (Pengawasan PSD Pulau Kecil Terpencil, Pengawasan Kawasan Kabupaten
Banyuasin)
1 Kawasan Ds. Banyu Urip,
Kec.Tanjung Lago, Pangkalan Balai
11 Pengembangan Infrastruktur Skala Kawasan (Peningkatan/ Pembangunan
Jalan Perdesaan)
1 Kawasan Kec.Banyuasin II,
KTM Telang, Sembawa, Kec. Banyuasin III 12 Pengembangan SP Kawasan Agropolitan
(Peningkatan/ Pembangunan Jalan Perdesaan, Pembuatan Gorong-Gorong, Pembangunan Jembatan Perdesaan,
Pembuatan Saluran)
1 Kawasan Kec.Banyuasin II,
KTM Telang, Sembawa, Kec.Banyuasin III
13 Rehabilitasi Saluran Drainase 1 Kawasan Kabupaten
Banyuasin
14 Pengembangan Pengelolaan Persampahan 1 Kawasan Kabupaten
Banyuasin
15 Pengembangan Pengelolaan Air Limbah 1 Kawasan Kabupaten
Banyuasin 16 Penyediaan Air Minum di Kota Kecil atau
IKK Rawan Air Belum Ada Sistem
Penyediaan Air Minum
1 Kawasan Kabupaten
Banyuasin
17 Pengembangan Kasiba dan Lisiba 1 Kawasan Kabupaten
Banyuasin 18 Pemberdayaan Masyarakat dalam Rangka
Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh
1 Kawasan Kabupaten
Banyuasin 19 Penyediaan Prasarana, Sarana dan Ultilitas
(PSU) bagi Kawasan Permukiman Baru dan Perbaikan PSU bagi Kawasan
Permukiman yang Telah Terbangun
1 Kawasan Kabupaten
Catatan: Masih dalam proses pendataan
Usulan Pembiayaan Pembangunan Permukiman b.
Adapun untuk usulan pembiayaan dapat dijabarkan usulan pembiayaan baik dari APBD Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, APBN, maupun dari masyarakat dan swasta, sesuai dengan kemampuan pembiayaan pemerintah kabupaten/kota.
Tabel 6.11 Usulan Pembiayaan Proyek No. KEGIATAN APBN (Rp x
Juta)
APBD Prov
(Rp x Juta)
APBD Kab/Kota (Rp
x Juta)
Masyarakat
(Rp x Juta)
Swasta (Rp x
Juta)
CSR (Rp x
Juta)
Total (Rp x Juta)
1 Peningkatan Jalan
Lingkungan Dan
Saluran
2.800.000.000 400.000.000 550.000.000 - - - 3.750.000.000
2 Pengembangan Sarana Dan Prasarana Kws
Agropolitan
5.600.000.000 500.000.000 2.550.000.000 - - - 8.650.000.000
3 Penyus.Ded Pengembangan Kws Tertinggal
Pulau Terpencil
- - 650.000.000 - - - 650.000.000
4 Ded Minapolitan - - 650.000.000 - - - 650.000.000
6.2 Penataan Bangunan dan Lingkungan
Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL 6.2.1
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk
mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan peraturan antara lain :
UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman 1.
UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 2.
3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
Bangunan dan Lingkungan
5. Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL (Permen PU No. 8 tahun 2010)
Lingkup tugas dan fungsi dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada sector PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan
kemiskinan seperti ditunjukkan pada Gambar 6.2
Sumber : Dit. PBL, DJCK, 2012
Gambar 6.2 Lingkup Tugas PBL
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:
Kegiatan penataan lingkungan permukiman a.
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan
Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional
Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung b.
Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;
Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;
Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;
Pelatihan teknis
c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
Paket dan Replikasi
Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan 6.2.2
Isu Strategis a.
Isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
Penataan Lingkungan Permukiman 1.
a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;
b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;
c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan;
d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal; e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan
Minimal;
f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara 2.
a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota;
c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan;
e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara
Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan 3.
a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia;
b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai MoU PAKET;
c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan.
Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, scenario
pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran bagi pencapaian terwujudnya pembangunan
lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.
Tabel 6.12 Isu Strategis sektor PBL di Banyuasin
No. Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis sektor PBL
di Kab Banyuasin 1. Penataan Lingkungan Permukiman
Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh di a.
perkotaan dan permukiman nelayan
Masih terdapat daerah yang terisolir terutama wilayah b.
pesisir karena belum tersedianya akses jalan
Penanggulangan kemiskinan di Perkotaan dan kawasan c.
pesisir belum focus, terpadu dan komprehensif
Masih minimnya ketersediaan sarana pengangkutan dan d.
tempat pembuangan sampah
2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung
dan Rumah Negara a.Belum tersedianya Perda Bangunan Gedung
Belum meratanya pembangunan terutama bangunan b.
Masih banyaknya bangunan gedung Negara yang belum c.
memenuhi persyaratan aturan keselamatan bangunan gedung
Masih ada penyelenggaraan bangunan gedung d.
dan rumah Negara yang kurang tertib dan tidak efisien
Masih banyaknya asset Negara berupa tanah dan e.
gedung yang belum teradministrasikan dengan baik
3. PemberdayaanKomunitas dalam
Penanggulangan Kemiskinan a. Belum optimalnya pembinaan dan penanganan komunitas penduduk asli
Rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja b.
Kondisi Eksisting b.
Untuk data kondisi eksisting terkait dengan Peraturan Daerah yang telah disusun mencakup Raperda dan Perda Bangunan Gedung, Perda RTBL, Perda RISPK, SK Bupati/Walikota, Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota, yang terkait sektor PBL. Informasi tersebut dapat dirangkum dalam tabel seperti tabel 4.13
Tabel 6.13
Peraturan Daerah/Peraturan Bupati terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan No. Perda/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Peraturan
Bupati/Peraturan lainnya
Ket.
Nomor Tahun Tentang
1 26 2007 RTBL Kawasan
Sungsang
2 239 2010 RTBL Sepanjang
jalan pangkalan balai – perbatasan
palembang
Catatan: Masih dalam proses pendataan
Untuk kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman setiap Kab/Kota dapat menggambarkan kondisi eksistingnya dengan acuan seperti tabel 6.14
Tabel 6.14 Penataan Lingkungan Permukiman
N
RTH Pemenuhan SPM Penanganan Kebakaran
Catatan: Masih dalam proses pendataan
Untuk kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Kabupaten/ Kota dapat digambarkan kondisi eksistingnya seperti tabel 4.15
Tabel 6.15 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
No. Kawasan Jumlah
Bangunan Gedung berdasarkan
fungsi
Status
Kepemilikan
Kondisi
Bangunan
Ketersediaan Utilitas BG
1. Kawasan Perkantoran
Fungsi Hunian : 40 Unit Rumah Dinas Pejabat Pemerintahan
Hak Milik Pemkab. Banyuasin
Baik Jaringan listrik, air dan telekomunikasi
Fungsi
Keagamaam : 1 Unit Masjid Fungsi Usaha : Pasar Kuliner Fungsi Sosial Budaya : 2 Unit Bangunan Sekolah
Fungsi Khusus : 1 Unit Bangunan Graha Sedulang Setudung
2. Kawasan Hutan Larangan
Fungsi Sosial Budaya : 4 Unit Bangunan Sekolah
Hak Milik Pemkab. Banyuasin
Baik Jaringan listrik, air dan telekomunikasi
Catatan: Masih dalam proses pendataan
Untuk kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan setiap Kab/Kota dapat menggambarkan kondisi eksistingnya dengan acuan seperti table 4.16
Tabel 6.16 Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
No. Kab/Kota Kegiatan PNPM
Mandiri
Kegiatan lainnya
Permasalahan dan Tantangan c.
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:
Penataan Lingkungan Permukiman 1.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara 2.
Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau 3.
Kapasitas Kelembagaan Daerah 4.
Tabel 4.17
Permasalahan dan Tantangan Sektor PBL Kabupaten Banyuasin
No
Aspek Penataan Bangunan dan
I. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman 1. Aspek Teknis
Pedoman Teknis
1. Belum tersusunya pedoman teknis atau peraturan daerah terkait penataan lingkungan permukiman
Optimalisasi penerapan dan pengendalian teknis pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan daerah terkait
Segera melakukan penyusunan pedoman teknis penataan lingkungan permukiman 2. Aspek Kelembagaan
Peran kelembagaan 1.
pemerintah
Belum mantapnya kelembagaan yang ada untuk meningkatkan peran pemda dalam
penyelenggaraan penataan lingkungan
Penguatan kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat dalam penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan
Peningkatan kapasitas peran Pemda dalam penyelenggaraan penataan lingkungan
3. Aspek Pembiayaan Alokasi anggaran
1. Masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk penataan lingkungan permukiman
Kebutuhan akan sarana prasarana permukiman semakin tinggi
Meningkatkan anggaran dan menjalin kerjasama pihak swasta dalam pembiayaan untuk penataan lingkungan permukiman 4. Aspek Peran Serta
Masyarakat / Swasta Pelibatan 1.
masyarakat dalam penataan lingkungan permukiman
Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional untuk lebih melibatkan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman
Penataan lingkungan permukiman kumuh, nelayan dan tradisional melalui pemberdayaan masyarakat
Bentuk peran serta masyarakat dan atau swasta harus diatur dalam peraturan terkait
5. Aspek Lingkungan Permukiman
Penataan Bangunan 1.
dan Lingkungan
Masih banyak dijumpai adanya suatu lingkungan permukiman yang pertumbuhan dan perkembanganya tidak terkendali berakibat pada degradasi lingkungan dan kekumuhan.
Pembangunan disertai dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai
Ketersediaan
Kurang diperhatikanya sarana lingkungan seperti taman, sarana olah raga dan hidran kebakaran Masih adanya
permukiman kumuh yang tersebar di wilayah perkotaan dan pesisir dengan kondisi rumah yang tidak layak huni
Perkembangan penduduk perkotaan yang meningkat tajam Tantangan
penanganan permukiman kumuh melalui kemitraan Pemerintah, Swasta dan Masyarakat
perencanaan permukiman Peningkatan kualitas lingkungan
permukiman, perbaikan rumah dan pemberian dukungan prasarana dan sarana permukiman
II Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara 1. Aspek Teknis
Perda Bangunan 1.
Gedung
Perizinan bangunan 2.
gedung
Belum tersusunya perda bangunan gedung sebagai pedoman teknis
penyelenggaraan bangunan gedung di Kabupaten Banyuasin
Masih rendahnya kualitas pelayanan publik dalam pelayanan perizinan bangunan gedung
Rendahnya kualitas pekerjaan dan
ketidakmampuan pelaksana untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati
Menyederhanakan proses birokrasi
Peningkatan transparansi dan pengembangan sistem informasi
Segera menyusun NSPM serta perda bangunan gedung disertai dengan peningkatan
kemampuan pengelola teknis aparat
penyelenggaraan pembangunan gedung Negara
Mendorong berkembangnya industry konstruksi yang kompetitif Peningkatan teknologi dalam rangka perbaikan pelayanan perizinan Peningkatan kualitas dan kuantitas arsip gedung dan rumah negara
2. Aspek Kelembagaan Lembaga terkait 1.
penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah Negara
Belum terbentuk dan berperanya lembaga terkait penyelenggaraan bangunan gedung di daerah
Mewujudkan sistem institusi/organisasi yang efektif dan efisien dalam mendukung good governance
Penguatan kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung
Lembaga terkait 2.
penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah Negara
Lembaga 3.
pengawasan konstruksi bangunan
Belum terbentuk dan berperanya lembaga terkait penyelenggaraan bangunan gedung di daerah
Belum optimalnya peran lembaga yang menangani pengawasan konstruksi dan keselamatan bangunan
Mewujudkan sistem institusi/organisasi yang efektif dan efisien dalam mendukung good governance
Penyelenggaraan dan pengelolaan bangunan gedung secara tertib, fungsional, serasi dan selaras dengan lingkungannya, dengan tetap menjamin keandalan teknis dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan
Penguatan kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung Meningkatkan kapasitas kelembagaan
pengawasan konstruksi dan keselamatan bangunan gedung melalui sosialisasi dan pelatihan
3. Aspek Pembiayaan Pendanaan 1.
Terbatasnya pembiayaan, belum tepat biaya
Selain embiayaan untuk mbangunan juga
Pengadaan Tanah 2.
Terbatasnya anggaran untuk pengadaan tanah
dialokasikan pembiayaan untuk pemeliharaan
Kebutuhan bangunan publik terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk
pihak swasta dalam pembiayaan untuk penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara
4. Aspek Peran serta Masyarakat/Swasta
Peran serta 1.
masyarakat
Masih rendahnya apresiasi masyarakat terhadap peraturan bangunan gedung
Pelibatan masyarakat lokal dalam implementasi penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah Negara sehingga dapat
meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat lokal.
Pemberdayaan masyarakat melalui sosialisasi dan pelibatan masyarakat mulai dari penyusunan program sampai dengan pelaksanaan 5. Aspek Lingkungan
Permukiman Bangunan Tidak 1.
Layak Huni
Kualitas bangunan 2.
Masih banyak terdapat bangunan tidak layak huni yang menjadi permukiman kumuh
Kurang ditegakkanya aturan keselamatan bangunan gedung
Berkurangnya permukiman yang tidak layak huni
Menciptakan bangunan yang handal, aman dan berkualitas
Pendataan dan melaksanakan program perbaikan rumah tidak layak huni.
Optimalisasi peran penyedia konstruksi dalam menerapkan profesionalisme Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
1. Aspek Teknis Landasan Hukum 1.
dan Landasan Operasional
Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional untuk lebih melibatkan swasta dalam penanggulangan kemiskinan
Masing-masing instansi terkait menyiapkan skema kegiatan yang berbeda-beda
Segera menyusun ladasan hukum dan operasional yang terpadu dan komprehensif 2. Aspek Kelembagaan
Lembaga 1.
komunitas yang menaungi penanggulangan kemiskinan
Belum mantapnya lembaga komunitas yang ada untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan
Pemberdayaan komunitas secara komprehensif dalam aspek ekonomi, sosial budaya, politik dan lingkungan
Membentuk lembaga yang terkait seperti lembaga pelatihan, pemasaran dan pendanaan
3. Aspek Pembiayaan Ketersediaan Dana
1. Ketersediaan Dana terbatas
Ketersediaan dana murah jangka panjang dan berkelanjutan
Harga kebutuhan dasar masyarakat seperti rumah yang tidak terjangkau oleh pemerintah
Membentuk lembaga pembiayaan, pengerahan dan pemupukan dana, pemanfaatan sumber biaya serta kemudahan bantuan pembiayaan melalui prinsip konvensional atau prinsip syariah 4. Aspek Peran serta
Masyarakat/Swasta Pemberdayaan 1.
Masyarakat
Kurang tersedia
ruanguntuk Keterlibatan masyarakat dan atau dunia usaha (swasta)
dalamkegiatan emerintah untuk penanggulangan kemiskinan
Berupaya pengembangan skema proyek pemerintah yang memberi peluang keterlibatan dunia usaha sehingga terinternalisasi dalam proyek pemerintah
jangka panjang 5. Aspek Lingkungan
Permukiman Sarana dan 1.
prasarana dasar
Keterbatasan akses dalam mendapatkan sarana dan prasarana dasar masyarakat sehingga cenderung menimbulkan mekumuhan
Tidak hanya Perencanaan secara fisik pembangunan tapi juga perencanaan untuk memecahkan masalahsosial ekonomi
Memprioritaskan penataan lingkungan bagi masyarakat miskin yang tinggal di permukiman kumuh seperti perbaikan kampong Melakukan pendampingan sosial
Tabel 6.18
Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
No Aspek Penataan Bangunan dan Lingkungan III. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
1 Aspek Teknis 2 Aspek Kelembagaan 3 Aspek Pembiayaan
4 Aspek Peran Serta Masyarakat / Swasta 5 Aspek Lingkungan Permukiman
Catatan: Masih dalam proses pendataan
Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan 6.2.3
Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kab/Kota, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan p ada Permen PU No. 8 Tahun 2010.
Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari Direktorat PBL meliputi: Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1.
RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan) 2.
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran 3.
Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah 4.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) 5.
Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara 6.
Tabel 6.19 SPM Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
No Jenis Pelayanan Dasar Standar Pelayanan Minimal Waktu
Pencapaian Keterangan
No Jenis Pelayanan Dasar Indikator Nilai Waktu Keterangan
VI. Penataan pengurusan IMB di kabupaten/kota.
100 % 2014 Dinas yang
membidangi pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara di kabupaten/kota.
100% 2014 Dinas yang
membidangi luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/ kawasan perkotaan.
25% 2014 Dinas/SKPD
yang membidangi Penataan Ruang.
Catatan: Masih dalam proses pendataan
Tabel 6.20 Kebutuhan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
No Uraian Satuan
Kebutuhan
Ket
No Uraian Satuan
Tahun
I Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman 1. Ruang Terbuka Hijau (RTH) M2
2. Ruang Terbuka M2
3. PSD unit
4. PS Lingkungan unit
5. HSBGN laporan
6. Pelatihan Teknis Tenaga Pendata HSBGN
laporan
7. lainnya
II Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara 1. Bangunan Fungsi Hunian unit
2. Bangunan Fungsi Keagamaan unit
3. Bangunan Fungsi Usaha unit
4. Bangunan Fungsi Sosial Budaya
unit
5. Bangunan Fungsi Khusus unit 6. Bintek Pembangunan Gedung
Negara
laporan
7. lainnya
III. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan 1. P2KP
2. lainnya
Catatan: Masih dalam proses pendataan
Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari: a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman;
b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan
Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan ( Readiness Criteria ) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun.
Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah: Fasilitasi RanPerda Bangunan Gedung
Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis
Komunitas
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL)
Kriteria Lokasi :
Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan
Permukiman Tradisional/Bersejarah
Kriteria Fasilitasi Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK):
Kriteria dukungan PSD Untuk Revitalisasi Kawasan, RTH Dan Permukiman
Tradisional/Ged Bersejarah
Kriteria dukungan Prasarana dan Sarana Sistem Proteksi Kebakaran
Kriteria Dukungan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan
Usulan Program dan Kegiatan PBL 6.2.5
Untuk usulan program dan kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan pada Kabupaten/Kota akan dirangkum dalam tabel (terlampir)
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) 6.3
Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/badan usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan
penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa
Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) antara lain:
Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air 1.
Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka Panjang 2.
(RPJP) Tahun 2005-2025
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem 3.
Penyediaan Air Minum
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan 4.
Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan 5.
Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan 6.3.2
Isu Strategis Pengembangan SPAM a.
Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu ini didapatkan melalui
serangkaian konsultasi dan diskusi dalam lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya. Isu-isu strategis tersebut adalah :
Peningkatan Akses Aman Air Minum 1.
Pengembangan Pendanaan 2.
Peningkatan Kapasitas Kelembagaan 3.
Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan 4.
Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum 5.
Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat 6.
Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis dan 7.
Penerapan Inovasi Teknologi
Setiap kabupaten/kota perlu melakukan identifikasi isu strategis yang ada di daerah masing-masing mengingat isu strategis ini akan menjadi dasar dalam pengembangan infrastruktur, prasarana dan sarana dasar di daerah, serta akan menjadi landasan
Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM b.
Pembahasan yang perlu diperhatikan terkait dengan Kondisi Eksisting Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum di kabupaten/kota secara umum adalah:
Aspek Teknis 1.
Aspek Pendanaan 2.
Kelembagaan 3.
Peraturan Perundangan 4.
Peran Serta Masyarakat 5.
Tabel 6.21 Kondisi Eksisting Pelayanan SPAM Kabupaten Banyuasin
SISTEM
JARINGAN DAERAH PELAYANAN
TINGKAT
PELAYANAN SUMBER AIR KET
WP LUAS
WP
Jmlh
PDDK WP
Jmlh PDDK
WilyahTERLAYANI% PDDK
% WLYAH
LOKASI DEBIT
1 PERKOTAAN
a MBR
1 Mariana
32.988 5.090 16,50% 53%
Sungai Musi Dan
Sungai Komering
a. Mariana Ilir b. Marian c. S. Gerong d Prajen
2 Sungai Rebo 350
a. Sungai Rebo
3 Talang Kelapa 130.615 17.800 13,62% 57%
Sungai Musi
a. Kelurahaan Tanah mas b. Kelurahan sukajadi c. Sukomoro
d. Air Batu
3 Pangkalan Balai 61.087 18.920 30,97% 40%
a. Kayuare Kuning b. Plaju Ilir c. Seterio
b IKK
1 PDAM S. PINANG 43.075 7.170 19,05% 51%
Sungai Komering
a. Desa Kedukan b. Sungai Pinang
2 Tanjung Kerang 1.040
a.Tanjung kerang b. Suka pindah c. Durian Gadis c. Pelaju d.Tanah Lembak e. Rambutan
3 Mariana 32.988 5.090 16,50% 53%
Sungai Musi
a. Mariana Ilir b. Marian c. S. Gerong d Prajen
4 Sungai Rebo 350
a. Sungai Rebo
5 PDAM BETUNG 52.690 9.340 17,72% 53%
a. Betung b. Lubuk Karet c. Meranjat d. Sedongkok
e. Kelurahan Rimba Asam f. Lubuk Lancang
e.Talang Ipuh f.Air Senggeris g.Terentang f. Galang Tinggi g. Petaling h. Pengumbuk i. Biyuku j Durian Daun
6 PDAM PANGKALAN BALAI 61.087 18.920 30,97% 40%
Sungai Musi
a. Lebung b. Lebuk Rengas
c. Kelurahan Kedodong Raye d. Kelurahan Pangkalan Balai e. Kelurahan Kayu Are Kuning f. Kelurahan Seterio
g. Talang Kebang f. Lebuk Saung
i. Regang Agung.
7 PDAM TALANG KELAPA 130.615 17.800 13,62% 56%
Sungai Musi
a. Kelurahaan Tanah mas b. Kelurahan sukajadi c. Sukomoro
d. Air Batu
8 PDAM SEMBAWA 29.962 10.730 35,81% 34%
Sungai Musi
a. Sembawa b. Pulau Harapan c. Langkan d.Rejodadi e. Maianan
9 Mariana 32.988 5.090 6,52% 63%
Sungai Musi
a. Mariana Ilir b. Marian c. S. Gerong d Prajen
10 Sungai Rebo 350 1%
a. Sungai Rebo
a. Merah Mata b. Kenten Laut
11 Sri Mulyo 29.215 1.285 4,39%
Saluran Irigasi
a. Sri Mulyo
12 Makarti 33.805 475 1,40%
Saluran Irigasi
a. Makarti
13 Sungsang 46.829 Air Laut
a. Sungsang
14 Tanjung Lago 36.259
Saluran Irigasi
a. Tanjung Lago
16 Tungkal Ilir 23.919
Saluran Irigasi
a Tungkal Ilir
Permasalahan dan Tantangan Pengembangan SPAM c.
Permasalahan Pengembangan SPAM 1.
Pada bagian ini, perlu dijabarkan digambarkan permasalahan pengembangan SPAM sesuai dengan kondisi daerah masing-masing Adapun beberapa permasalahan pengembangan SPAM pada tingkat nasional antara lain:
Peningkatan Cakupan dan Kualitas 1.
Pendanaan 2.
Kelembagaan dan Perundang-Undangan 3.
Air Baku 4.
Peran Masyarakat 5.
Setiap kabupaten/kota perlu melakukan identifikasi permasalahan yang ada di
Tabel 6.22 Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM Aspek Kelembagaan
NO ASPEK PENGELOLAHAN
AIR MINUM PERMASALAHAN YANG DI HADAPI TINDAKAN
YANG SUDAH DI LAKUKAN YANG SEDANG DILAKUKAN
A KELEMBAGAAN /
PERUNDANGAN
1 ORGANISASI SPAM
1 Belum adanya perda peryertaan modal sebagai payung hukum masuknya investasi pemerintah kabupaten
banyuasin kepada pdam tirta betuah sebagaimana amanat
peraturan pemerintah no 16 tahun 2005
2 TATA LAKSANA
( SOP,KORDINASI DLL )
1. Belum Adanya Sop. 2 Kurang nya Kordinasi Dinas Terkait Dengan PDAM Dalam
Pembangunan Dan Optimlisasi dalam pengembangan PDAM. 3 Tarif air minum masih di bawah standar . Dan perlu andanya penaikan tarif 4 PDAM terbebani biaya operasional perbaikan, pembelian bahan kimia , gaji pegawai dan jaringan pipa terhadap instalasi baru di bangun. Karana Tarif air minum masih di bawah standar dan penyebab nya terbebaninya biaya
opersiaonal dan gaji pegawai.
Belum Belum
SDM
1 Masih kurangnya tingkat menejerial pegawai 2 Tidak Tersedia Fasilitas dan peralatan penunjang kegiatan di
PDAM 3
Belum Belum
Tabel 6.23 Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM Aspek Teknis
NO ASPEK PENGELOLAHAN
AIR MINUM PERMASALAHAN YANG DI HADAPI TINDAKAN
YANG SUDAH DI LAKUKAN YANG SEDANG DILAKUKAN
B TEKNIS OPERASIONAL
1 SUMBER AIR BAKU Pengaruh Pasang SurutSungai, dan Musim Kemarau
BELUM BELUM
2 BANGUNAN INTAKE Bangunan Lebih Dari 15 tahun
BELUM BELUM
3 IPA Konstruksi Bangunan IPA Rusak
BELUM BELUM
4 RESERVOIR DAN
POMPA DISTRIBUSI
Pompa Berumur Lebih dari 5 Tahun, reservoir tidak sesuai
dengan jumlah pelanggan
5 JARINGAN TRANSMISI
1.Jaringan pipa Transmisi di sebagian instalasi belum
menjangkau pemukiman padat penduduk 2. Banyaknya kebocoran pada jaringan pipa baru
dikarenakan pemasangan tidak memenuhi aspek teknis yang ada. 3. Kebocoran pada jaringan perpipaan dikarenakan jaringan pipa sudah tua
dan perlu adanya pengantian pipa .
PROSES PROSES
6 JARINGAN DISTRIBUSI
1Jaringan pipa distribusi di sebagian instalasi belum menjangkau pemukiman padat penduduk 2 Banyaknya kebocoran pada jaringan pipa baru dikarenakan
pemasangan tidak memenuhi aspek teknis yang ada. 3 Kebocoran pada jaringan perpipaan dikarenakan jaringan
pipa sudah tua dan perlu adanya pengantian pipa .
7 SAMBUNGAN RUMAH
1 Perlunya Penambahan Jaringan Baru di Daerah Padat Penduduk. 2 Seringnya Turun Low Voltege Listrik Yang Mengakibatkan
Tersendatnya Pendistribusia Air Ke Pelanggan.
3 Jam Opersional distribusi tidak 24 jam Per Hari.
8 METER PELANGGAN
1 Sebagian instalasi belum memiliki water meter induk air baku dan distribusi sehingga akurasi deteksi kebocoran tidak akurat. 2 Penggantian Meter Pelanggan Yang hilang dan rusak sehingga akurasi
ketepatanya akurat.
PROSES PROSES
Tabel 6.24 Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM Aspek Pembiayaan
NO ASPEK PENGELOLAHAN
AIR MINUM PERMASALAHAN YANG DI HADAPI TINDAKAN
YANG SUDAH DI LAKUKAN YANG SEDANG DILAKUKAN
A KELEMBAGAAN /
PERUNDANGAN Belum Adanya perda peryertaan modal Belum Belum
PEMBIAYAAN Program Masih belum sepenuhnya dilaksanakan
Belum Belum
a. SUMBER - SUMBER
PEMBIAYAAN
Dana yang disediakan masih rendah.
Belum Belum
b.TARIF RETREBUSI Tarif masih dibawah BEP
Belum Belum
c. MEKANISMEN
PENARIKAN RETREBUSI Penarikan retrebusi masih OffLine dan belum online
Belum Belum
d.REALISASI PENERIMAAN
RETREBUSI
Masih Dibawah 90 % Dari Tagihan
Belum Belum
Tabel 6.25 Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM Aspek Peran Serta Masyarakat
No. Aspek Pengelolaan Air Minum Permasalahan Yang Dihadapi
Tindakan
No. Aspek Pengelolaan Air Minum Permasalahan Yang Yang Sudah Dilakukan Yang Sedang Dilakukan D. Peran serta Masyarakat
- Penyuluhan
- Kemampuan membayar retribusi - Kemauan berpartisipasi
Catatan: Masih dalam proses pendataan
Tabel 6.26 Analisis Permasalahan melalui Perbandingan Alternatif Pemecahan Masalah Pengembangan SPAM Aspek Kelembagaan
No. Parameter Yang Diperbandingkan
Alternatif-1 Alternatif-2 Alternatif-3
No. Parameter Yang Diperbandingkan
Teknis Manfaat Biaya Teknis Manfaat Biaya Teknis Manfaat Biaya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
A. 1. 2. 3.
Kelembagaan Organisasi SPAM Tata Laksana (SOP, Koordinasi, dll) SDM
Catatan: Masih dalam proses pendataan
Kolom (3), (6) dan (9) diisi dengan bentuk dan teknik yang diperbandingkan.
Tabel 6.27 Analisis Permasalahan melalui Perbandingan Alternatif Pemecahan Masalah Pengembangan SPAM Aspek Teknis
No. Parameter Yang Diperbandingkan
Alternatif-1
. Teknis Manfaat Biaya
(1) (2) (3) (4) (5)
B. a) 1. 2. 3.
4.
5. 6. 7. 8.
Teknis Operasional: Pembangunan baru:
Sumber Air Baku Bangunan Intake IPA
Reservoir dan Pompa Distribusi
Jaringan Transmisi Jaringan Distribusi Sambungan Rumah Meter Pelanggan
b)
1.
2. 3.
Rehabilitasi dan Peningkatan Kapasitas:
Sumber Air Baku Bangunan Intake IPA
Perbaikan dinding
-penahan tanah sungai
bangunan intake
Rehabilitas bangunan
-intake
Peningkatan Kapasitas
-IPA
Mengurangi
-pendangkalan pada
bangunan intake
Terjadinya daya
-produksi air
Meningkatkan
No. Parameter Yang Diperbandingkan
Alternatif-1
. Teknis Manfaat Biaya
4.
5.
6.
7 .
8.
Reservoir dan Pompa Distribusi
Jaringan Transmisi
Jaringan Distribusi
Sambungan Rumah
Meter Pelanggan
Operasi dan pemeliharaan
Penambahan kapasitas
-resevoir
1 Pengantian Pipa Yang
Sudah kelebihan
Pelanggan
2 Penggantian Valve
Rusak
1 Penggantian Pipa
Yang Sudah kelebihan
Pelnggan
2 Penggantian Valve
Rusak
Pengadaan Acceroies
-SR
Penggantian Water Meter
Meningkatkan daya tampung air
1 Meningkatkan Pendapatan
2 Meningkatkan Pelayanan
1 Meningkatkan Pendapatan
2 Meningkatkan Pelayanan
Meningkatkan pendapatan
-Menigkatkan Pelayanan
-Kalibari meter Air
-Akurasi Pembacaan Meter
Catatan: Masih dalam proses pendataanKolom (3), (6) dan (9) diisi dengan bentuk dan teknik yang diperbandingkan.
Kolom (4), (7) dan (10) diisi dengan manfaat yang bisa didapat dari pemilihan teknik alternatif bersangkutan. Kolom (5), (8) dan (11) diisi dengan rendah, sedang atau tinggi sesuai tingkat biaya relatif antar alternatif.
No. Parameter Yang Diperbandingkan
Alternatif-1 Alternatif-2 Alternatif-3
No. Parameter Yang Teknis Manfaat Biaya Teknis Manfaat Biaya Teknis Manfaat Biaya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
C. Pembiayaan: - Sumber pembiayaan - Tarif Retribusi
Catatan: Masih dalam proses pendataan
Tabel 6.29 Analisis Permasalahan melalui Perbandingan Alternatif Pemecahan Masalah Pengembangan SPAM Aspek Peran Serta Masyarakat
No. Parameter Yang Diperbandingkan
Alternatif-1 Alternatif-2 Alternatif-3
No. Parameter Yang Teknis Manfaat Biaya Teknis Manfaat Biaya Teknis Manfaat Biaya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
D. Peran serta Masyarakat - Penyuluhan - Kemampuan
membayar retribusi - Kemauan
berpartisipasi
Tantangan Pengembangan SPAM 2.
Beberapa tantangan dalam pengembangan SPAM yang cukup besar ke depan, agar dapat digambarkan, misalnya :
1) Tantangan Internal:
Tantangan dalam peningkatan cakupan kualitas air minum saat ini adalah a.
mempertimbangkan masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki akses air minum yang aman yang tercermin pada tingginya angka prevalensi penyakit yang berkaitan dengan air Tantangan lainnya dalam pengembangan SPAM adalah adanya tuntutan PP 16/2005 untuk memenuhi kualitas air minum sesuai kriteria yang telah disyaratkan
Banyak potensi dalam hal pendanaan pengembangan SPAM yang belum b.
dioptimalkan. Sedangkan adanya tuntutan penerapan tarif dengan prinsip full cost
recovery merupakan tantangan besar dalam pengembangan SPAM.
Adanya tuntutan untuk penyelenggaraan SPAM yang profesional merupakan c.
tantangan dalam pengembangan SPAM di masa depan.
Adanya tuntutan penjaminan pemenuhan standar pelayanan minimal sebagaimana d.
disebutkan dalam PP No. 16/2005 serta tuntutan kualitas air baku untuk memenuhi standar yang diperlukan.
Adanya potensi masyarakat dan swasta dalam pengembangan SPAM yang belum e.
diberdayakan
2) Tantangan Eksternal
Tuntutan pembangunan yang berkelanjutan dengan pilar pembangunan ekonomi, a.
sosial, dan lingkungan hidup.
Tuntutan penerapan Good Governance melalui demokratisasi yang menuntut b.
pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan.
Komitmen terhadap kesepakatan Millennium Development Goals (MDGs) 2015 dan
c.
Protocol Kyoto dan Habitat , dimana pembangunan perkotaan harus berimbang
dengan pembangunan perdesaan.
Tuntutan peningkatan ekonomi dengan pemberdayaan potensi lokal dan masyarakat, d.
serta peningkatan peran serta dunia usaha, swasta
Kondisi keamanan dan hukum nasional yang belum mendukung iklim investasi yang e.
6.3.3 Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum
Kebutuhan sistem penyediaan air minum terjadi karena adanya gap antara kondisi yang ada saat ini dengan target yang akan dicapai pada kurun waktu tertentu. Kondisi
pelayanan air minum secara nasional sebesar 47, 71%, dilihat dari proporsi penduduk terhadap sumber air minum terlindungi (akses aman) yang mencakup 49,82% di perkotaan dan 45,72 di perdesaan. Setiap kabupaten/kota perlu melakukan analisis
kebutuhan sistem penyediaan air minum di masing-masing kabupaten/kota sesuai dengan arahan dibawah ini :
Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM Kabupaten Banyuasin a.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum, baik sistem perpipaan maupun bukan perpipaan adalah menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi sistem penyediaan air minum. Melakukan analisis atas dasar besarnya kebutuhan penyediaan air minum, baik itu untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat (basic need) maupun kebutuhan pengembangan kota (development need)
Pada bagian ini sudah harus diuraikan penetapan kawasan/daerah yang memerlukan penanganan dari komponen penyediaan air minum baik sistem perpipaan maupun bukan perpipaan, serta diperlihatkan arahan struktur pengembangan prasarana kota yang telah disepakati.
Analisis kebutuhan Pengembangan SPAM merupakan hasil rangkaian analisis
diantaranya adalah analisis hasil survey kebutuhan nyata ( real demand survey), analisis kebutuhan dasar air minum, analisis kebutuhan program pengembangan, analisis kualitas dan tingkat pelayanan serta analisis ekonomi. Hasil analisis kebutuhan dituangkan dalam tabel seperti dicontohkan 4.31 berikut ini
No. Uraian Kondisi Eksisting
Kebutuhan
KET. Tahun
I
Tahun II
Tahun III
Tahun IV
Tahun V 1. Sistem Perpipaan (PDAM)
a. Kebocoran (%)
35 %
35%
30 %
25 %
20 %
20 %
b. Cakupan Pelayanan Penduduk (%)
13,90 %
20 %
25 %
30 %
35 %
45 %
c. Kebutuhan air (liter/org/hari)
120 L/dt
120
L/dt
125
L/dt
125
L/dt
130
L/dt
130
L/dt
2. Sistem Bukan Perpipaana. Kebocoran (%)
b. Cakupan Pelayanan Penduduk (%)
c. Kebutuhan air (liter/org/hari)
3. Sistem Perpipaan Non PDAM
a. Kebocoran (%)
b. Cakupan Pelayanan Penduduk (%)
c. Kebutuhan air (liter/org/hari)
4. Kebocoran Total
35 %
Kebutuhan
KET. Tahun
I
Tahun II
Tahun III
Tahun IV
Tahun V
5. Jumlah Pelanggan
16.403
21.800 25.621 32.593 36.905 54.472
a. Proporsi Sambungan Langsung
16.353
21.700 25.471 32.393 36.655 54.172
b. Proporsi Sambungan Umum
50
100
150
200
250
300
c. Jumlah Sambungan Langsung
16.353
21.700 25.471 32.393 36.655 54.172
d. Jumlah Sambungan Umum
50
100
150
200
250
300
6. Unit Konsumsi
Catatan: Masih dalam proses pendataan
Kebutuhan Pengembangan SPAM Daerah b.
Berikut ini adalah kebutuhan Pengembangan SPAM yang mengacu dari Renstra DJCK tahun 2010-2014 khususnya dalam Kegiatan: Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan Dan Pola Investasi, Dan Penyelenggaraan Serta Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
Setiap kabupaten/kota perlu menggambarkan realisasi dan target pengembangan sistem penyediaan air minum di masing-masing kabupaten/kota sesuai dengan table 4.32 dibawah ini :
Tabel 6.31 Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM
)
b. Sambungan Umum, SU
( L/orng/hr )
60
60
60
60
60
c. Non Domestic
7. Kebutuhan Air
a. Kebutuhan Air Domestik ( L/dt )
345
345
345
420
465
681
b. Kebutuhan Air Non Domestik ( L/dt )
52
52
52
63
69
102
c. Sub Total Kebutuhan Air
397
397
397
483
534
783
8. Kebutuhan Air Rata-Rata (Qr)
397
397
397
483
534
783
9. Kebutuhan Air Maksimum (Qmax)( 1,1 )
437
437
532
587
861
10. Peak Hour Factor (Faktor Jam Puncak