• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.5 Analisis Perilaku Pasar

6.6.3 Rasio Keuntungan dan Biaya

Tingkat keuntungan pada setiap lembaga tataniaga tersebar tidak merata. Penyebaran keuntungan pada setiap lembaga tataniaga dapat diukur melalui analisa rasio keuntungan dan biaya. Biaya tataniaga adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga tataniaga yang terkait dalam tataniaga komoditas brokoli di Desa Tugu Utara. Sementara itu, keuntungan lembaga tataniaga adalah selisih antara marjin tataniaga dengan biaya yang dikeluarkan selama proses pendistribusian brokoli berlangsung.

Rasio keuntungan dan biaya untuk setiap saluran tataniaga komoditas brokoli di Desa Tugu Utara dapat dilihat pada Tabel 18. Adapun rincian perhitungan komponen-komponen biaya dan pendapatan pada masing-masing lembaga tataniaga dapat dilihat pada Lampiran 2. sampai dengan Lampiran 10. Berdasarkan Tabel 18. biaya tataniaga yang dikeluarkan pada saluran satu total adalah sebesar Rp 5.465,38 per kg. Dalam saluran ini, pedagang pengecer mengeluarkan biaya terbesar sebesar Rp 1.496,62 per kg. Biaya terkecil ditanggung oleh pedagang besar yaitu sebesar Rp 350,- per kg. Keuntungan terbesar diperoleh oleh pedagang besar, yaitu sebesar Rp 2.400,- per kg. Sedangkan keuntungan terkecil diperoleh oleh pedagang pengumpul desa, yaitu sebesar Rp 1.312,- per kg.

87 Tabel 18. Rasio Keuntungan dan Biaya untuk Setiap Saluran Tataniaga Brokoli

yang ada di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor

Keterangan : Ci : biaya tataniaga untuk setiap lembaga tataniaga Li : keuntungan untuk setiap lembaga tataniaga

Pada saluran dua, total biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 2.431,17 per kg. Dalam saluran ini, biaya terbesar ditanggung oleh pedagang pengecer, yaitu sebesar Rp 1.883,67 per kg dan biaya terkecil ditanggung oleh pedagang besar, yaitu sebesar Rp 547,5,- per kg. Adapun keuntungan terbesar diperoleh oleh pedagang besar, yaitu sebesar Rp 2.202,5 per kg. Keuntungan terkecil diperoleh oleh pedagang pengecer, yaitu sebesar Rp 2.366,33 per kg.

Pada saluran tiga, biaya tataniaga hanya ditanggung oleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp 943,5,- per kg. Pedagang pengecer memperoleh keuntungan sebesar Rp 2.056,5 per kg. Pada saluran tiga tidak dilakukan perhitungan rasio keuntungan dan biaya pada pedagang pengumpul desa dan pedagang besar, karena petani memasarkan langsung produk brokoli kepada pedagang pengecer. Dalam hal ini pedagang pengecer tidak mengeluarkan biaya transportasi, karena petani langsung mengantarkan komoditas brokoli kepada pedagang pengecer.

Pada rasio keuntungan dan biaya, suatu saluran tataniaga dapat dikatakan efisien apabila penyebaran keuntungan nilai rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga tataniaga merata. Hal ini memiliki pengertian bahwa

Lembaga Tataniaga Saluran Tataniaga

Satu Dua Tiga

Pedagang Pengumpul Desa

Ci 688 - - Li 1.312 - - Rasio Li/Ci 1,91 - - Pedagang Besar Ci 350 547,5 - Li 2.400 2.202,52 - Rasio Li/Ci 6,86 4,02 - Pedagang pengecer Ci 1.496,62 1.883,67 943,5 Li 1.753,38 2.366,33 2.056,5 Rasio Li/ Ci 1,17 1,25 2,17 Total Ci 2.534,62 2.431,17 1.048,5 Li 5.465,38 4.568,83 2.056,5 Rasio Li/Ci 2,16 1,88 1,96

88 setiap satuan rupiah yang dikeluarkan oleh salah satu lembaga tataniaga akan memberikan keuntungan yang tidak jauh berbeda dengan lembaga tataniaga lainnya dalam saluran tersebut.

Pada Tabel 18. dapat diketahui bahwa nilai total rasio keuntungan dan biaya pada saluran satu, yaitu sebesar 2,16. Hal ini memiliki pengertian bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga dalam saluran satu, akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 2,16,- . Adapun rasio keuntungan dan biaya terbesar pada saluran satu terdapat pada pedagang besar, yaitu sebesar 6,86 dan rasio keuntungan dan biaya terkecil terdapat pada pedagang pengecer, yaitu sebesar 1,17. Nilai total rasio keuntungan dan biaya pada saluran dua adalah sebesar 1,88. Hal ini memiliki pengertian bahwa setiap satu satuan rupiah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga pada saluran dua akan menghasilkan keuntungan sebesar 1,88. Pada saluran dua, nilai rasio keuntungan dan biaya terbesar terdapat pada pedagang besar, yaitu sebesar 4,02 dan nilai rasio keuntungan dan biaya terkecil terdapat pada pedagang pengecer, yaitu sebesar 1,25. Nilai rasio total keuntungan dan biaya pada saluran tiga adalah sebesar 2,17. Hal ini memiliki pengertian bahwa setiap satu satuan rupiah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga pada saluran tiga akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 2,17. Pada saluran ini hanya terdapat nilai rasio keuntungan dan biaya pada pedagang pengecer. Hal ini dikarenakan petani langsung memasarkan komoditas brokoli kepada pedagang pengecer.

6.6.4 Efisiensi Tataniaga

Efisiensi tataniaga adalah tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan suatu proses tataniaga. Efisiensi tataniaga dapat tercapai apabila sistem dalam kegiatan tataniaga tersebut mampu memberikan kepuasan bagi setiap lembaga tataniaga yang terlibat, seperti halnya petani dan lembaga perantara. Namun ada beberapa indikator atau alat analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui efisiensi dalam suatu proses tataniaga, yang diantaranya : pola saluran tataniaga yang terbentuk, berjalannya fungsi-fungsi tataniaga, struktur pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar.

89 Selain itu, efisiensi tataniaga komoditas brokoli dapat ditentukan dengan membandingkan total biaya tataniaga dengan nilai atau harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Efisiensi tataniaga dapat diketahui dengan membandingkan nilai-nilai yang terdapat pada Tabel 19.

Tabel 19. Sebaran Harga pada Masing-Masing Pola Saluran Tataniaga Brokoli di Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor

Berdasarkan Tabel 19. marjin tataniaga terendah terdapat pada saluran tiga yaitu sebesar 23,08 persen dan marjin tataniaga tertinggi terdapat pada saluran satu. Pada saluran tiga biaya tataniaga yang terbentuk juga lebih kecil jika dibandingkan dengan saluran satu dan saluran dua yaitu sebesar Rp 1.048,5,- per kg. Biaya tataniaga tertinggi terdapat terdapat pada saluran satu yaitu sebesar Rp 2.534,62 per kg. Marjin tataniaga yang terbentuk pada saluran tiga merupakan marjin tataniaga terendah karena hanya melibatkan lembaga tataniaga mulai dari petani dan pedagang pengecer. Sementara itu pada saluran satu melibatkan lembaga tataniaga yang lebih banyak mulai dari petani, pedagang pengumpul desa, pedagang besar, dan pedagang pengecer sehingga membentuk marjin yang relatif lebih tinggi akibat pembentukan biaya tataniaga dan keuntungan yang diharapkan pada masing-masing lembaga yang terlibat. Tingkat farmer’s share

tertinggi terdapat pada saluran tiga yaitu sebesar 76,92 persen dan farmer’s share

terendah terdapat pada saluran satu yaitu sebesar 33,33 persen. Pada saluran satu

farmer’s share yang diperolehlebih rendah jika dibandingkan dengan saluran dua dan saluran tiga karena saluran satu merupakan saluran terpanjang diantara tiga saluran yang terbentuk. Sementara itu saluran tiga memperoleh farmer’s share

yang paling tinggi jika dibandingkan dengan saluran satu dan saluran dua karena saluran tiga merupakan saluran terpendek dari tiga saluran yang terbentuk.

Saluran tataniaga Harga di tingkat konsumen akhir (Rp/kg) Total biaya (Rp/kg) Total keuntungan (Rp/kg) Marjin (%) Farmer’s Share (%) π/C Volume (kg) Saluran satu 12.000 2.534,62 5.465,38 66,67 33,33 2,16 1.540 Saluran dua 12.000 2.431,17 4.568,83 58,33 41,67 1,88 3.360 Saluran tiga 13.000 1.048,5 2.056,5 23,08 76,92 1,96 100

90 Sementara itu, rasio keuntungan dan biaya tertinggi juga terdapat pada saluran satu yaitu sebesar 2,16 dan rasio keuntungan dan biaya terendah terdapat pada saluran dua yaitu sebesar 1,88.

Dalam hal ini massa atau volume penjualan terbesar terdapat pada saluran dua yaitu sebesar 3.360 kg. Pada saluran dua, petani memasarkan komoditas brokoli kepada pedagang besar dengan harga jual . Jika dilakukan pengamatan, pedagang besar yang terdapat pada saluran dua lebih memiliki keunggulan dalam hal permodalan, daya beli, daya tampung, dan menjamin kontinuitas dibanding dengan pedagang pengumpul desa yang terdapat pada saluran satu dan pedagang pengecer pada saluran tiga. Sementara itu penjualan terendah terdapat pada saluran tiga yaitu sebesar 100 kg. Hal tersebut disebabkan petani yang terdapat pada saluran tiga masih belum lama menjalankan usahatani brokoli.

Maka dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa saluran tataniaga brokoli yang paling efisien adalah saluran satu. Hal ini dapat dilihat berdasarkan sebaran harga yang tidak berbeda secara signifikan yaitu sebesar Rp 12.000,- per kg, total keuntungan sebesar Rp 5.465,38 per kg, dan rasio keuntungan terhadap biaya yaitu sebesar 2,16. Namun pada kondisi lapangan yang terjadi belum optimal. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya:

1. Petani masih pada posisi penerima harga (price taker), karena harga masih ditentukan oleh pihak pedagang.

2. Informasi yang diperoleh anggota kelompok tani masih terbatas, sehingga diperlukan solidaritas diantara sesama anggota dalam membagikan informasi dan pengetahuan yang berkaitan dengan brokoli serta aktif mencari informasi dari luar kelompok tani.

3. Skala usaha petani masih kecil, sehingga dibutuhkan upaya anggota kelompok tani untuk mencari alternatif pengembangan usahatani brokoli. Misalnya mencari kredit untuk tambahan modal.

Dokumen terkait