• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rasul labuh merupakan bagian dari tradisi rasulan yang dilaksanakan sebelum para petani menebar benih padi. Melalui Rasul Labuh ini, masyarakat Trowono A khususnya para petani meminta kepada Tuhan agar benih yang ditanam atau dilabuh diberikan kesuburan dan terhindar dari penyakit tanaman. Rasul Labuh biasanya dilakukan pada Jumat Legi sekitar bulan Juni.

Saat menjalankan Rasul Labuh, masyarakat biasanya hanya melaksanakan upacara kenduri dan sesaji. Kenduri dan sesaji tersebut merupakan ekspresi masyarakat dalam menyampaikan permintaan. Jika kenduri merupakan ekspresi permintaan kepada Tuhan, sesaji merupakan wujud penghormatan masyarakat kepada makhluk ciptaan Tuhan yang lain yaitu roh atau makhluk halus yang dipercaya menempati tempat-tempat tertentu di Dusun Trowono A. Penghormatan tersebut bukan merupakan penyembahan tetapi merupakan tindakan harmonisasi.

2.2.1 Kenduri

Tahap pertama yang dilakukan dalam acara Rasulan adalah kenduri atau selamatan. Kenduri merupakan wujud kebersamaan masyarakat dalam menghadapi segala peristiwa yang terjadi baik itu berupa peristiwa bahagia ataupun duka cita. Sedangkan menurut KBBI, kenduri merupakan perjamuan makan untuk memperingati peristiwa, minta berkat.1Kenduri dilaksanakan di balai dusun. Kenduri atau yang biasa disebut kenduren merupakan sebuah ritual 1

yang biasanya dilakukan dalam setiap upacara pada masyarakat suku Jawa, khususnya masyarakat Gunungkidul.

Kenduri selalu dilaksanakan pada Jumat Legi oleh masyarakat Trowono A. Jumat Legi dianggap sebagai hari besar atau hari baik bagi masyarakat Jawa begitupun oleh masyarakat Trowono A. Jumat sebagai hari besar umat muslim sedangkanlegiatau manis berkaitan dengan segala sesuatu yang baik.

Saat kenduri dilaksanakan, masyarakat Dusun Trowono A berkumpul di balai dusun dengan membawa nasi beserta lauk pauk. Biasanya warga dusun datang ke balai dusun dengan membawa tenggok atau bakul yang berisi nasi putih beserta lauk pauk seperti tahu, tempe, telur, sambal goreng, bakmi goreng dan sebagainya. Nasi dan lauk pauk tersebut merupakan simbol dari keberhasilan panen. Meskipun demikian, banyak sedikitnya makanan yang dikumpulkan tidak berbanding lurus juga tidak berbanding terbalik dengan banyak sedikitnya panen yang dihasilkan oleh warga.

Adapun dalam hal ini prosesi kenduri terbagi menjadi empat bagian pokok antara lain pengumpulan makanan berdasarkan jenisnya, penyiapan sesaji, pembacaan doa, dan pembagian makanan.

2.2.1.1 Pengumpulan Makanan Berdasarkan Jenisnya

Pengumpulan makanan dilakukan sebagai wujud ungkapan kebersamaan warga dusun. Dari yang awalnya terpisah, setelah dikumpulkan akan berubah menjadi satu. “Ini hajatnya orang banyak sehingga maknanya

itu dari berbagai unsur, baik itu dari segi ucapan syukur dan jadi alat pemersatu. Jadi, dari orang kaya, orang miskin, semua menyatu”, kata Widodo melalui wawancara pribadi 21 Juni 2013.

Tenggok beserta makanan yang dibawa masing-masing kepala keluarga dikumpulkan menjadi satu. Setelah makanan tersebut dikumpulkan, kemudian dipisah-pisahkan sesuai jenisnya. Seluruh nasi ditempatkan di meja besar di balai, lauk pauk ditempatkan menjadi satu sesuai jenisnya di tempat yang telah disediakan warga. Setelah semua makanan dikumpulkan dan dipisahkan sesuai jenisnya, makanan tersebut kemudian dibagi-bagikan kembali secara merata dengan sarangan sebagai tempatnya.

Pembagian makanan dilakukan oleh bapak-bapak yang mengikuti kenduri kecuali tamu undangan. Pembagian makanan hanya dilakukan oleh bapak-bapak. Hal tersebut bukan berarti membeda-bedakan antara bpak- bapak dan ibu-ibu tetapi hanya merupakan pembagian tugas. Bapak-bapak mengumpulkan dan membagi-bagikan makanan sementara ibu-ibu warga dusun menyiapkan makanan ringan ataupacitanuntuk kenduren dan sajen.

Selain makanan yang dibawa oleh setiap keluarga, adapula berbagai makanan berupa nasi uduk, ingkung, tumpeng, sega liwet, jenang abang, jenang putih, jenang baro-baro, dan sega golong yang telah dipersiapkan oleh ibu-ibu warga masyarakat Trowono A. Makanan tersebut dimasak di balai dusun atau di rumah salah satu warga, sesuai kesepakatan. Berbagai makanan tersebut dibuat untuk bahan sesaji danmong.

2.2.1.2 Mendoakan Makanan

Menurut KBBI doa adalah permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan. Doa merupakan unsur penting dalam pelaksanaan kenduri. Sebagai masyarakat beragama, doa tidak pernah ditinggalkan oleh warga dusun pada setiap rangkaian acara. Masyarakat meyakini dan mempercayai kekuatan ilahi sehingga semua aktifitas di dalam kehidupan dipusatkan kepada Sang Pencipta alam semesta demikian halnya dengan Rasulan. Seluruh rangkaian kegiatan dilaksanakan lepas dari doa terlebih lagi dalam ritual kenduri.

Berbagai makanan yang telah dikumpulkan termasuk bahan untuk mong dan juga sesaji didoakan oleh pemimpin adat atau lebih dikenal sebagai kaum oleh masyarakat. Doa dilaksanakan secara Islam karena sebagian besar masyarakat Trowono A beragama Islam. Inti dari doa kenduri Rasul Gede ini adalah mengucap syukur atas berkah yang telah dilimpahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa berupa hasil pertanian yang telah dipanen oleh masyarakat dusun Trowono A.

2.2.1.3 Membagi-bagikan Makanan

Setelah berbagai makanan didoakan, makanan tersebut kecuali nasi tumpeng, sega liwet, jenang-jenangan, dan sega golong, dibagi-bagikan kepada seluruh warga masyarakat yang mengikuti kenduri, termasuk tamu undangan secara merata. Hanya saja jika masyrakat Trowono A mendapat

makanan dengan wadah berupa tenggok atau wadah lain sesuai yang dibawa dari rumah, tamu undangan mendapat makanan dengan wadah berupa sarangan. Sarangan merupakan sebuah wadah yang terbuat dari daun kelapa yang dianyam sehingga dapat menampung makanan yang hendak dibagikan kepada tamu undangan. Perbedaan wadah berkat antara warga setempat dengan tamu undangan tidak berarti membeda-bedakan. Hal tersebut hanyalah masalah teknis karena jika warga setempat datang ke balai dusun dengan membawa nasi dan lauk pauk menggunakan tenggok, tamu undangan datang ke balai dusun tanpa membawa nasi dan lauk pauk. Oleh sebab itu sarangan menjadi alternatif, selain bahan pembuat sarangan yang mudah diperoleh, juga hemat biaya karena dapat dibuat sendiri oleh warga dusun.

2.2.1.4 Menyiapkan Sesaji

Masyarakat Dusun Trowono A mengenal dua macam sesaji dalam pelaksanaan kenduri. Sesaji tersebut adalah sesaji guangan dan sesaji bale. Sesaji guangan dan sesaji bale terdiri dari makanan yang sama dengan makanan yang dibagikan kepada warga tetapi dalam porsi yang lebih kecil dan ditambah dengan gantal kembang (bunga kanthil beserta tembakau, dan gambir yang digulung menggunakan daun sirih). Wadah atau tempat sesaji terbuat dari bambu yang disebut ancak.

Sesaji guangan yaitu sesaji yang akan diletakkan di pohon-pohon besar, telaga, dan tempat-tempat yang dianggap keramat dengan tujuan agar tercipta hubungan yang harmonis antara warga dengan makhluk halus penghuni tempat-tempat yang dikeramatkan tanpa bermaksud meduakan Tuhan. Tempat keramat yang diberi sesaji oleh warga antara lain pohon Epek yang terletak di Pasar Trowono, Pace, Bulu, Ngunut, Telaga, Jambe anom.

Seperti sesaji guangan, sesaji bale terdiri dari berbagai makanan yang dibagikan kepada warga yang mengikuti kenduri ditambah dengan gantal kembang. Namun sesaji bale hanya diletakkan di balai dusun. Sesaji ini ditujukan kepada makhluk halus penunggu Balai Dusun Trowono A. Selain untuk makhluk halus, sesaji tersebut juga ditujukan untuk ngemong-mongi

seluruh warga masyarakat agar terhindar dari segala peristiwa buruk dan tidak mengganggu jalannya acara.

Dokumen terkait