• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PENATAAN KAWASAN PESISIR PANTAI

4. Raw an Banjir

Banjir adalah aliran air yang berlebih yang melampaui batas penahan baik alamiah ataupun buatan, air akan menyebar diatas daerah dataran limpah banjir yang umumnya dimanfaatkan oleh manusia, dan terjadilah konflik. Sedangkan definisi banjir menurut Multilingual Technical Dictionary on I rrigation and Drainage, I CI D adalah : ”A relatively high flow or stage in a river, markedly higher than the usual ; also the inundation of low land that may result therefrom. A body of water, rising, swelling and overflowing the land not usually thus covered”.

Banyak faktir yang mempengaruhi berlebihnya aliran air, diantaranya adalah luas daerah pengaliran, bentuk daerah pengaliran, ketinggian, kemiringan, pola pengaliran, iklim (curah hujan), vegetasi, penggunaan lahan, kesemuanya faktor-faktor ini sebagian berada di dalam disiplin ilmu geologi. Banjir umumnya terjadi bersamaan dengan sedimentasi yang berlebihan akibat erosi, bahkan adakalanya terjadi sebagai akibat gerakan tanah, di daerah hulu.

Bencana banjir yang melanda beberapa wilayah di pulau Lombok beberapa waktu yang lalu telah menimbulkan kerugian masyarakat cukup besar disebabkan banjir bandang. Banjir bandang ini biasanya berlangsung setelah terjadi curah hujan diluar normal (sangat tinggi) di daerah bersangkutan. Tempat-tempat yang terancam terlanda

bencana banjir ini dapat pada tepi-tepi sungai berair maupun sungai kering (I ntermitten Stream).

Korban dan kerugian akibat bencana banjir kadang tidak kalah besarnya dibanding dengan kerugian akibat bencana alam geologi lainnya (gempabumi, gerakan tanah, dll.). Karena itu upaya pencegahan dan penanggulangan untuk menghindari atau mengurangi korban dan kerugian akibat bencana ini harus dilakukan semaksimal mungkin.

Faktor penyebab terjadinya banjir bandang antara lain : a. Curah hujan yang cukup tinggi (ekstrim)

b. Kemiringan lereng yang terjal berkisar 20 – 700, umumnya lapisan tanam menumpang pada batuan keras sehingga akar pohon tidak bisa menembus batuan dasar dan akibatnya pada musim hujan dengan curah hujan tinggi terjadi longsoran, dan bahan longsorannya mengisi dan membendung lembah-lembah sungai disekitarnya.

c. Adanya indikasi perubahan tata lahan dari sebagian hutan menjadi fungsi lahan lainnya seperti ladang, kebun atau permukiman telah menyebabkan lahan menjadi kritis.

Mekanisme terjadinya gerakan tanah dan banjir antara lain :

a. Kejadian bencana banjir bandang diawali dengan adanya curah hujan tinggi menyebabkan air mudah meresap kedalam tanah dan batuan, sehingga tanah dan batuan menjadi jenuh air dan bobot masa tanah bertambah, tegangan geser meningkat dan gaya penahan menurun, sehingga terjadi gerakan tanah (longsor) pada lereng bagian atas. Longsor terjadi melalui bidang gelincir gerakan tanah yang terletak pada batas antara tanah atau batuan yang lemah di bagian atas dengan batuan yang keras di bagian bawahnya.

b. Material longsor umumnya mengisi lembah dan membendung aliran sungai, sehingga terjadi akumulasi air pada lereng bagian atas. Karena curah hujan yang demikian tinggi maka akumulasi atau bendungan air di bagian atas ini tidak mampu lagi menahan aliran air yang sangat kuat sehingga jebol.

dengan kecepatan tinggi menjadi banjir bandang dan melanda permukiman di lereng bagian bawah.

Kawasan rawan bencana banjir di kabupaten Lombok Barat adalah beberapa wilayah di kecamatan Batu Layar, kecamatan Gunungsari, kecamatan Gerung, dan kecamatan Sekotong (daerah Empol).

3.3.2.1.7. Kaw asan Lindung Lainnya

Meliputi kawasan : taman buru; cagar biosfer; perlindungan plasma-nutfah; pengungsian satwa; serta pantai berhutan bakau.

Kawasan ini juga perlu dikelola dan dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu dengan catatan tidak mengubah fungsi dasar bahkan memberikan nilai tambah yang lebih tinggi, seperti: tempat pengungsian satwa digunakan untuk wisata cinta alam dan penelitian satwa terutama migrasi satwa antar benua atau antar samudra.

Di Kabupaten Lombok Barat Taman Buru, Cagar Biosfer, Perlindungan Plasma Nuftah, Pengungsian Satwa adalah tidak ada, sedangkan Pantai berhutan bakau terdapat di beberapa kawasan pesisir Lembar dan Sekotong.

3.3.2.2. Rencana Pola Ruang Kaw asan Budidaya

Kawasan budidaya memiliki beberapa jenis pemanfaatan antara lain sebagai kawasan pertanian, perindustrian, permukiman, hutan produksi, pariwisata, pertambangan, eksploitasi sumberdaya air dan mineral, pesisir dan pulau-pulau kecil, dan sebagainya. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan dengan motivasi pembangunan di bidang perekonomian dan harus tetap memperhatikan pemeliharaan kualitas lingkungan.

Pengembangan kawasan budidaya disini adalah segala usaha untuk meningkatkan pendayagunaan lahan yang dilakukan di luar kawasan lindung, yang kondisi fisik dan sumber daya alamnya dianggap potensial untuk dimanfaatkan, tanpa mengganggu keseimbangan dan kelestarian ekosistem. Pengembangan kawasan budidaya dilakukan dengan jalan mendorong pertumbuhan kegiatan usaha yang memanfaatkan lahan berdasarkan potensi dan fungsi kawasan budidaya tersebut. Secara makro untuk memacu

pertumbuhan di kabupaten Lombok Barat diperlukan adanya penetapan kawasan yang dapat dikembangkan.

Arahan pengelolaan kawasan budidaya meliputi segala usaha untuk meningkatkan pendayagunaan lahan yang dilakukan di luar kawasan lindung, yang kondisi fisik dan sumber daya alamnya dianggap potensial untuk dimanfaatkan, tanpa mengganggu keseimbangan dan kelestarian ekosistem.

3.3.2.2.1. Kaw asan Peruntukan Hutan Produksi

Meliputi kawasan : hutan produksi terbatas; hutan produksi tetap; hutan yang dapat dikonversi; serta hutan rakyat.

Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain adalah: hutan produksi harus disertai pengelolaan dan pengolahan sehingga area hutan tidak mengalami alih fungsi dan tetap secara kualitas dalam pengertian untuk menjaga ekologi lingkungan, penyedia oksigen bagi dunia dan nilai ekonomi yang berkelanjutan. Dengan demikian luas hutan lindung dan produksi harus ditetapkan dan tergambarkan delineasinya dalam peta.

Dalam hal ini juga perlu diberikan arahan pengelolaan hutan produksi antara lain dengan pengolahan hasil hutan sehingga memiliki nilai ekonomi lebih tinggi, pengembangan hutan kerakyatan. Bagi kawasan yang ditetapkan sebagai hutan produksi tetapi ternyata saat ini telah beralih fungsi menjadi permukiman dan tanaman semusim, maka perlu diarahkan untuk pembatasan permukiman, pengembangan tanaman kehutanan atau perkebunan tanaman keras dengan tegakan tinggi dan kerapatan tanaman juga tinggi tetapi memiliki nilai ekonomis tinggi.

Hutan produksi merupakan kawasan hutan yang dikelola untuk peningkatan kesejahteraan penduduk, dalam arti keberadaan hutan produksi dapat difungsikan sebagai lahan produktif dengan tidak mengganggu tegakan dan yang diambil hanya hasil dari tanaman tersebut. Dengan demikian hutan produksi dibagi menjadi hutan produksi terbatas dan hutan produksi tetap, yang terdiri dari:

Dokumen terkait