• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2 Landasan Teori

2.2.2 Teori Koherensi

Surajiyo (2008: 98) menyatakan bahwa koherensi merupakan suatu usaha pengujian (test) atas arti kebenaran. Suatu keputusan adalah benar apabila putusan itu konsisten dengan putusan-putusan yang lebih dulu kita terima, dan kita ketahui kebenarannya. Putusan yang benar adalah suatu putusan yang saling berhubungan secara logis dengan putusan-putusan lainnya yang relevan.Teori ini sering disebut The Consistense Theory of Truth.

Teori koherensi merupakan teori kebenaran yang mendasarkan suatu kebenaran pada adanya kesesuaian suatu pernyataan dengan pernyataan lainnya yang sudah terlebih dahulu diketahui, diterima dan diakui kebenarannya. Kattsoff (2004:

101) berpendapat bahwa berdasarkan teori ini, suatu pernyataan dikategorikan benar

apabila sesuai dengan jaringan komprehensif dari pernyataan-pernyataan yang berhubungan secara logis.

Wicatsono (2015) menyebutkan bahwa teori koherensi ini tidak bertentangan dengan teori korespondensi. Kedua teori ini lebih bersifat melengkapi. Teori koherensi adalah pendalaman dan kelanjutan yang teliti dari teori korespondensi.

Teori koherensi menganggap suatu pernyataan benar bila didalamnya tidak ada pertentangan, bersifat koheren dan konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar. Dengan demikian suatu pernyataan dianggap benar, jika pernyataan itu dilaksanakan atas pertimbangan yang konsisten dan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya.

2.1 Tinjauan Pustaka

Penulis mengambil bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan analisis realisme dalam novel Huózhe karya Yu Hua:

Dame Diarnita Sianipar (2016) dalam skripsi yang berjudul “An Analysis Of Middlemarch As A Realistic Novel” membahas tentang pemahaman karakteristik realisme dalam suatu novel. Skripsi ini memberikan kontribusi berupa pemahaman mengenai karaketristik realisme.

Jessica Wicatsono (2015) dalam skripsi yang berjudul “Analisis Unsur Realisme dalam beberapa Puisi Karya Penyair Dufu” membahas tentang unsur realisme dan ciri khas penulisan dalam beberapa puisi karya penyair Dufu. Skripsi ini

memberikan kontribusi akan pemahaman mengenai aliran realisme dan teori dasar realisme yaitu teori korespondensi dan teori koherensi.

Ririn Darini, M.Hum (2014) dalam buku yang berjudul “Garis Besar Sejarah China Era Mao” membahas tentang sejarah Cina mulai dari Revolusi 1911 sampai Revolusi 1949 dan kebijakan-kebijakan dalam bidang sosial ekonomi, bidang sosial politik, serta kehidupan sosial budaya di Cina. Buku ini memberikan kontribusi akan pemahaman dan penjelasan mengenai sejarah Cina terutama pada saat Revolusi 1949 serta buku ini sangat relevan dengan latar belakang sejarah novel yang penulis teliti.

周东升(2016) dalam skripsi yang berjudul 余华小说创作风格研究:兼论余 华作品中的表现主义元素(Analisis Gaya Penulisan Novel Yu Hua: Dan Faktor Ekspresionisme Dalam Novel Yu Hua) membahas tentang gaya penulisan novel Yu Hua dan faktor ekpresionisme dalam novel Yu Hua. Salah satu novel yang diteliti penulis adalah novel Huózhe. Penelitian ini menjelaskan mengenai gaya penulisan Yu Hua. Yu Hua menulis novelnya secara rinci dan mengutamakan realitas. Yu Hua dalam novelnya Huózheberusaha menunjukkan realitas, menyalin atau menggambarkan kebenaran hidup. Skripsi ini memberikan kontribusi berupa pemahaman mengenai gaya penulisan Yu Hua yang mengutamakan realitas, dimana hal itu merupakan ciri dari realisme.

Drs. Razali Kasim, M.A (1999) dalam buku yang berjudul “Aliran-Aliran Sastra (Realisme, Naturalisme, Simbolisme, dan Dadaisme/Surrealisme) membahas

tentang aliran-aliran dalam sebuah karya sastra. Buku ini memberikan kontribusi akan pemahaman mengenai aliran karya sastra terutama aliran realisme secara mendalam.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Fuad Hasan dan Koentjaraningrat (1994: 26) berpendapat bahwa metode berarti cara kerja memahami sebuah proyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan, dipilih dengan mengembangkan kesesuaian obyek studi. Metode merupakan kerangka kerja untuk melakukan tindakan atau penelitian, atau juga merupakan suatu kerangka berfikir dalam menyusun gagasan yang beraturan , terarah, dan relevan dengan maksud dan tujuan. Sedangkan penelitian merupakan suatu kegiatan untuk menyelidiki suatu obyek demi menemukan jawaban atas beberapa permasalahan yang telah dirumuskan, yaitu dengan mencari fakta dengan teliti dengan berdasar pada kaidah tertentu. Jadi metode penelitian merupakan suatu kegiatan menyelidiki atau mengkaji sesuatu dengan teliti dan teratur dengan cara menyusun gagasan dan kerangka kerja yang terarah guna memecahkan suatu permasalahan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah penggambaran secara kualitatif fakta, data atau objek material yang bukan berupa rangkaian angka, melainkan berupa ungkapan bahasa atau wacana (apapun itu bentuknya) melalui interpretasi yang tepat dan sistematis (Wibowo, 2011:43).

3.2 Data dan Sumber Data

Data menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan). Data berfungsi sebagai bukti atau petunjuk tentang adanya sesuatu. Adapun data dalam penelitian ini berupa kata-kata, frase, kalimat, dan wacana yang terdapat dalam novel Huózhe karya Yu Hua.

Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data pimer dalam penelitian ini adalah novel Huózhe karya Yu Hua. Novel ini diterbitkan oleh Zhuojia pada tahun 1993.

Novel Huózhe karya Yu Hua ini . pada tahun 2015 diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Agustinus Wibowo. Novel ini berjumlah 224 halaman. Sumber data sekunder dalam penelitian ini diambil dari beberapa buku, jurnal, skripsi dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan studi kepustakaan, penulis mengumpulkan dan menelaah buku, jurnal, dan artikel yang berhubungan dengan unsur aliran realisme dalam kesusastraan serta penulis Yu Hua dan novel realismenya.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh penulis dalam pengumpulan data ialah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data-data dan informasi yang berkaitan dengan novel Huózhe karya Yu Hua dan unsur aliran realisme dalam kesusastraan.

2. Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan data-data serta informasi yang mendukung analisis penulis.

3. Mengatur dan menyusun data secara sistematis sesuai dengan kerangka penelitian.

3.4 Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah dengan mengunakan teknik deskrptif kualitatif. Analisis kualitatif juga termaksud ke dalam metode deskriptif karena bersifat memaparkan, memberikan, menganalisis, dan menafsirkan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis data model Miles

& Huberman. Miles & Huberman (dalam Sugiono, 2012), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Aktivitas dalam analisis data, yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data mentah atau data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dengan kata

lain proses reduksi data ini dilakukan oleh peneliti secara terus menerus saat melakukan penelitian untuk menghasilkan data sebanyak mungkin.

b. Penyajian Data

Penyajian data adalah penyusunan informasi yang kompleks ke dalam suatu bentuk yang sistematis, sehingga menjadi lebih selektif dan sederhana serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan data dan pengambilan tindakan. Dengan proses penyajian data ini peneliti telah siap dengan data yang telah disederhanakan dan menghasilkan informasi yang sistematis.

c. Simpulan

Simpulan merupakan tahap akhir dalam proses analisa data. Pada bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh dari analisa. Dengan adanya kesimpulan peneliti akan terasa sempurna karena data yang dihasilkan benar-benar valid atau maksimal.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik/Ciri-Ciri Realisme yang Terdapat dalam Novel Huózhe Karya Yu Hua

Realisme adalah salah satu dari aliran sastra yang mengungkapkan kembali secara tepat dan benar kenyataan-kenyataan dalam kehidupan manusia. Realisme mendeskripsikan kenyataan secara realitas dan konkret. Konsep dasar realisme yaitu memandang hidup secara akurat. Pengarang realisme mendapatkan gambaran yang sebenarnya dari kehidupan manusia dan mengungkapkannya dalam karya sastra.

Menurut Richard Chase (dalam Sianipar, 2016), ada lima karakteristik suatu karya tersebut dikatakan sebagai karya yang beraliran Realisme. Lima karakteristik realisme, yaitu menampilkan kebenaran dalam kehidupan, menampilkan karakter/tokoh melalui gambaran yang tepat, kelas sangat penting, kritik sosial dan bahasa yang jelas.

4.1.1 Menampilkan kebenaran dalam kehidupan

Novel ini dilatarbelakangi realitas kehidupan pada masa Revolusi di Cina sekitar tahun 1940 sampai dengan 1970. Novel ini menceritakan realitas kehidupan pada saat Jepang menyerah sekitar tahun 1945, pada saat kebijakan reformasi tanah, komune rakyat, kebijakan lompatan besar ke depan sampai ke Revolusi Kebudayaan.

Setelah perang Cina – Jepang berakhir pada tahun 1945 dengan kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, pertikaian antara PKC dengan Kuomintang kembali memanas. Setelah kekalahan Jepang, pemerintah Republik Cina segera menginstruksikan kepada segenap jajarannya untuk mengambil alih kedudukan tentara Jepang di seluruh pelosok wilayah Cina.

“最活跃的是小日本投降后,国民党军队准备进城,恢复被敌人占领的 地区。”(活着,1993:16)

“Zuì huóyuè de shì xiǎo rìběn tóuxiáng hòu, guómíndǎng jūnduì zhǔnbèi jìn chéng, huīfù bèi dírén zhànlǐng dì dìqū.”(Huózhe,1993:16)

“Yang paling meriah adalah sesudah para Jepang kecil itu menyerah, Tentara Nasionalis siap masuk kota untuk memulihkan daerah yang pernah dikuasai musuh.” (Huózhe, 1993: 16)

Dari kutipan diatas, Yu Hua mengambil datanya dari kehidupan yang sebenarnya dan mengemas data ke dalam ceritanya, yaitu pada saat Jepang menyerah dan Republik Cina, yang saat itu masih dikuasai Kuomintang/Nasionalis, mengambil alih daerah yang pernah dikuasai Jepang.

Meski awalnya banyak mengalami kekalahan tetapi Tentara Merah semakin dapat memperluas pengaruhnya di daerah pedesaan, melalui kebijakan landreform atau kebijakan reformasi tanah dari PKC. Tanah-tanah milik tuan tanah diambil dan menghadiahkan tanah-tanah garapan tersebut kepada kaum tani peggarap. Pemerintah melakukan redistribusi kekayaan dan pendapatan dari kaum kaya ke kaum miskin dan menghapuskan kelas penguasa sebelumnya.

“当我回到家乡,在小村庄里,土地改革开始了。我有五块你的土地, fēng zhōng shēng huó liǎo bù dào sì nián. Gòngchǎndǎng mòshōule suǒyǒu de zīchǎn hé tǔdì, fēnpèi jǐ suǒyǒu de qián nóngchǎng gōngrén.”(Huózhe,1993:79)

“Saat aku pulang itu, di dusun mulai digerakkan reformasi tanah. Aku kebagian tanah lima mu, tepatnya itu tanah lima mu yang aku sewa dari Long Er. Yang dapat sial justru si Long Er. Sebagai tuan tanah, sempat hidup di atas angin tidak sampai empat tahun, begitu Pembebasan dia langsung habis.

Partai Komunis menyita semua harta dan sawahnya, dibagi-bagikan kepada semua bekas buruh taninya.” (Huózhe, 1993: 79)

Dari kutipan diatas, dapat dilihat Yu Hua juga mengambil datanya dari kehidupan sebenarnya dan mengemas data ke dalam ceritanya. Kutipan diatas menjelaskan bagaimana sistem kebijakan reformasi tanah pada saat itu.

Dalam pelaksanaan kebijakan reformasi tanah, partai akan menyingkirkan siapa saja yang menghalangi kebijakan ini. Kekerasan fisik yang kejam dan bengis berlangsung di daerah-daerah yang dikuasai pasukan merah. Hampir di setiap daerah terjadi pembantaian. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:

“他还是不想接受自己的命运,反而吓坏了农场工人。如果有农场工人不 受威胁,他就不上班。这么长时间的急诊看起来真是倒霉。人民政府立 即逮捕了他,称他是专横的地主。虽然它已经被带到城里的一个大监狱

里,但龙耳仍然不想知道它的年龄。他的嘴比石头硬,最后被判死刑。”

(活着,1993:79)

“Tā háishì bùxiǎng jiēshòu zìjǐ de mìngyùn, fǎn'ér xià huàile nóngchǎng gōngrén. Rúguǒ yǒu nóngchǎng gōngrén bù shòu wēixié, tā jiù bù shàngbān.

Zhème cháng shíjiān de jízhěn kàn qǐlái zhēnshi dǎoméi. Rénmín zhèngfǔ lìjí dàibǔle tā, chēng tā shì zhuānhèng dì dìzhǔ. Suīrán tā yǐjīng bèi dài dào chéng lǐ de yīgè dà jiānyù lǐ, dàn lóng ěr réngrán bùxiǎng zhīdào tā de niánlíng. Tā de zuǐ bǐ shítou yìng, zuìhòu bèi pàn sǐxíng.”(Hú zhé,1993:79)

“Dia masih tidak juga mau menerima nasibnya, malah menakut-nakuti para buruh tani itu. Kalau ada buruh tani yang tidak tunduk ancamannya, dia malah main pukul. Long Er ini memang cari sial sendiri. Pemerintah Rakyat langsung tangkap dia, sebut dia sebagai tuan tanah yang sewenang-wenang.

Biarpun sudah dibawa ke penjara besar di kota, Long Er masih tidak mau tahu juga ini sudah zaman apa. Mulutnya itu lebih keras daripada batu, akhirnya ia dijatuhi hukuman mati.” (Huózhe, 1993: 79)

Kekejaman dan kebengisan yang berlangsung pada saat itu juga dapat dilihat dari kutipan berikut: dengan menggali lubang. Kerumunan orang dari banyak desa tetangga datang khusus untuk menonton. Sekujur tubuh Long Er diikat, bisa dikatakan dia ditarik sepanjang jalan.”

“…Long Er benar-benar sial, tak disangka dia harus diterjang lima tembakan.”

(Huózhe, 1993: 79-80)

Pada tahun 1958 diumumkan berdirinya Komune Rakyat (renmin gongshe), yaitu wadah kolektivitas produksi pertanian dengan skala besar. Negara memaksa petani untuk menyerahkan tanah, alat-alat pertanian dan hewan kepada komune. Hal ini dapat dilihat dari dua kutipan berikut ini:

“1958 年,人民公社成立。我们和你们五个人的土地必须交给公社,我

们剩下的只是小屋前面的一块土地。”(活着,1993:95)

“1958 Nián, rénmín gōngshè chénglì. Wǒmen hé nǐmen wǔ gèrén de tǔdì bìxū jiāo gěi gōngshè, wǒmen shèng xià de zhǐshì xiǎowū qiánmiàn de yīkuài tǔdì.”(Huózhe,1993:95)

“Tahun 1958, Komune Rakyat didirikan. Tanah kami yang lima mu itu harus diserahkan pada Komune, yang tersisa buat kami hanya sepetak tanah di depan gubuk.” (Huózhe, 1993: 95)

“村里建好食堂后,家里的东西就从米、盐、木开始,一切也被村里没 收了。最亲爱的是两只山羊。有庆一直在努力保持它的脂肪,但它仍然 需要移交。”(活着,1993:96)

“Cūnlǐ jiàn hǎo shítáng hòu, jiālǐ de dōngxī jiù cóng mǐ, yán, mù kāishǐ, yīqiè yě bèi cūnlǐ mòshōule. Zuì qīn'ài de shì liǎng zhī shānyáng. Yǒu qìng yīzhí zài nǔlì bǎochí tā de zhīfáng, dàn tā réngrán xūyào yíjiāo.”(Huózhe,1993:96)

“Setelah dusun mendirikan kantin, barang-barang yang ada di rumah mulai dari beras, garam, kayu, segala-galanya juga disita oleh dusun. Yang paling sayang itu dua ekor kambing. Youqing sudah susah payah memelihara sampai begitu gemuk, tetap juga harus diserahkan.” (Huózhe, 1993: 96)

Seluruh Cina dikelompokkan menjadi unit-unit baru, masing-masing terdiri atas 2000-20.000 rumah tangga. Dengan sistem ini, rakyat menjadi lebih mudah dikendalikan karena petani harus hidup dalam suatu sistem yang diorganisir dan tidak dibiarkan berinisiatif sendiri. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:

“每天早上,队长都站在村门前,在榆树下,他缩小了哨子的范围。像 当兵一样,所有的男女村落都必须聚集在村门前,带着自己的装备。团

队主席分配了这一天的工作,然后我们分散去工作。”(活着,1993:95)

“Měitiān zǎoshang, duìzhǎng dōu zhàn zài cūn mén qián, zài yúshù xià, tā suōxiǎole shàozi de fànwéi. Xiàng dāng bīng yīyàng, suǒyǒu de nánnǚ cūnluò dōu bìxū jùjí zài cūn mén qián, dàizhe zìjǐ de zhuāngbèi. Tuánduì zhǔxí fēnpèile zhè yītiān de gōngzuò, ránhòu wǒmen fēnsàn qù gōngzuò.”(Huózhe,1993:95)

“Setiap pagi Ketua Regu berdiri di gerbang dusun, di bawah pohon ulmus dia menyempritkan peluit. Seperti jadi tentara, semua laki-laki dan perempuan satu dusun wajib berkumpul di gerbang dusun, memanggul peralatan masing-masing. Ketua Regu membagi-bagikan pekerjaan satu hari ini, kami lalu berpencar pergi kerja.” (Huózhe, 1993: 95)

Rezim komunis juga melarang orang makan di rumah. Setiap petani harus makan di kantin komune. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:

“在食堂吃饭,”球队主席桑巴尔挥手说。“小村庄建了一个食堂。煎锅 被毁了,没人需要在家做饭了。你们都节约能源,这样我们就可以一起 奔向共产主义。如果你饿了,就抬起脚去那里的自助餐厅。想要鱼,想 要肉,所有人都可以吃得饱到死。”(活着,1993:96)

“Zài shítáng chīfàn,” qiú duì zhǔxí sāng bā'ěr huīshǒu shuō.“Xiǎo cūnzhuāng jiànle yīgè shítáng. Jiān guō bèi huǐle, méi rén xūyào zàijiā zuò fànle. Nǐmen dōu jiéyuē néngyuán, zhèyàng wǒmen jiù kěyǐ yīqǐ bēn xiàng gòngchǎn zhǔyì.

Rúguǒ nǐ èle, jiù tái qǐ jiǎo qù nàlǐ de zìzhù cāntīng. Xiǎng yào yú, xiǎng yào ròu, suǒyǒu rén dōu kěyǐ chī dé bǎo dào sǐ.”(Huózhe,1993:96)

“‟Makan di kantin,‟ kata Ketua Regu, sambal melambaikan tangan. „Dusun sudah bikin kantin. Wajan sudah dihacurkan, siapa pun tak perlu lagi masak di rumah. Kalian semua hemat tenaga, supaya kita bisa bersama berlari menuju komunisme. Kalau kalian lapar, cukup angkat kaki berangkat ke kantin sana.

Mau ikan, mau daging, semua boleh makan sekenyang-kenyangnya sampai mati.‟” (Huózhe, 1993: 96)

Lompatan besar ke depan adalah “berjalan di atas dua kaki” dan “kemandirian pembangunan bersama industri dan pertanian” mencerminkan penerapan teknologi ganda: teknologi modern dan tradisional. Untuk mengembangkan industri baja, Mao tidak mempekerjakan tenaga ahli, tetapi Mao memutuskan untuk menggerakkan seluruh rakyat untuk berpartisipasi dalam gerakan lompatan jauh ke depan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:

“铁已经煮了两个多月了,仍然很硬很结实。小组主席认为,不可能在

“Besi sudah direbus dua bulan lebih, masih tetap saja keras dan padat. Ketua Regu merasa tidak mungkin menugaskan tenaga kerja terbaik di dusun untuk mengawasi drum bensin itu berhari-hari dan bermalam-malam, jadi dia berkata, „Berikutnya, masing-masing keluarga bergiliran, satu demi satu.‟”

(Huózhe, 1993: 104-105)

Rakyat juga dipaksa untuk menyerahkan semua benda logam yang mereka miliki, seperti alat-alat pertanian, alat masak-memasak, pegangan pintu, tempat tidur besi, dan sebagainya, untuk dicairkan dan dilelehkan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:

“几天过去了,谁会想到厨房里的平底锅也属于人民公社呢?他说他们 需要融化钢铁。”(活着,1993:95)

“Jǐ tiān guòqùle, shéi huì xiǎngdào chúfáng lǐ de píngdǐ guō yě shǔyú rénmín gōngshè ne? Tā shuō tāmen xūyào rónghuà gāngtiě.”(Huózhe,1993:95)

“Siapa sangka, hanya lewat beberapa hari saja, bahkan wajan di dapur pun sudah jadi milik Komune Rakyat? Katanya mereka butuh untuk melebur besi dan baja.” (Huózhe, 1993: 95)

Kegiatan pertanian dilaksanakan bersama-sama secara serentak, pertanian perorangan dilarang, penduduk ditempatkan dalam kelompok-kelompok besar beranggotakan ribuan orang dan dipaksa bertani dengan disiplin militer. Pada tahun 1958 diadakan perlombaan antar kelompok pertanian di seluruh Cina, yang berpenghasilan terbesar dianggap sebagai komunis teladan. Akibatnya setiap kelompok berusaha untuk menghasilkan panen melebihi hasil ketetapan, dan pada panen berikutnya mereka mengumumkan penghasilan yang lebih. Padahal angka ini sebenarnya angka-angka palsu. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:

“现在,在田里和田里工作的哈姆雷特人开始用点数。我数到了一支强 大的队伍,得了10 分。”(活着,1993:112)

“现在,在田里和田里工作的哈姆雷特人开始用点数。我数到了一支强 大的队伍,得了10 分。”(活着,1993:112)

Dokumen terkait