• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : PAPARAN DAN ANALISIS DATA

REDUKSI DATA

NO. Informan Hasil Wawancara Hasil Reduksi Data

1 Dewi Munirotul Muftikhah (Ketua seksi pendidikan masa bakti 2018-2019)

Pengurus menerapkan adanya punishment khususnya dalam salat

berjama‟ah ini tujuannya agar

santriwati itu memiliki jiwa disiplin dan memiliki suatu tanggung jawab terhadap apa yang telah diterapkan di pondok ini khususnya mengenai

salat berjama‟ah. Untuk

mendisiplinkannya, setiap sudah masuk waktu salat, akan ada bel untuk persiapan wudhu dan salat. Dalam penerapannya yaitu dari pengurus menyediakan absen setiap kamar. Dan nantinya bagi santriwati yang melanggar peraturan yaitu

tidak salat berjama‟ah akan

dihukum mengaji disamping ndalem dan membayar denda lima ribu rupiah.

Mengenai efektivitasnya, menurut saya cukup besar. Karena dengan adanya punishment tersebut santriwati merasa rugi telah melanggar peraturan. Santriwati

tidak mengikuti salat berjama‟ah itu

banyak faktornya. Misalnya seperti ketiduran, malas karna sudah pewe, capek karena habis pulang sekolah atau kuliah, kesiangan bangun waktu salat subuh dan sebagainya. Sehingga dengan adanya punishment tersebut mereka merasa jera untuk tidak melanggar peraturan dan lebih disiplin lagi. Walaupun beberapa masih ada yang melanggar. Namun saya sangat setuju dengan diterapkannya

punshment ini karena banyak

manfaatnya.

Pendukung terlaksananya

punishment yaitu karena

Implementasi punishment untuk meningkatkan kedisiplinan salat berjama‟ah pada santriwati pondok pesantren Al Muntaha dilaksanakan oleh pengurus berjalan dengan baik dan lancar. Upaya pengurus untuk mendisiplinkan santriwati yakni adanya bel sebelum melaksanakan salat dan adanya lembaran absensi santriwati yang ditempel di tembok setiap kamar. Punishment yang diterapkan bagi santriwati yang tidak mengikuti salat

berjama‟ah didenda

uang sebesar lima ribu rupiah dan mengaji di samping rumah ibu nyai. Bagi santriwati bil hifdzi mengaji di samping

ndalem dengan

berdiri dan bagi santriwati bin nadhor setoran hafalan dengan pengurus. Diterapkannya punishment

102

ketelatenan pengurus untuk menunggu saat santriwati

melaksanakan ta‟zir.

Penghambatnya karena

ketidakadaan santriwati di pondok, santriwati menunda-nunda saat dioprak-oprak dan susah untuk membayar denda karena alasan belum punya uang.

dikatakan efektif dalam

mendisiplinkan santriwati yang tidak mengikuti salat berjama‟ah yang disebabkan ketiduran, malas, kelelahan, kesiangan bangun subuh, bermain hp, bercerita dengan teman. Faktor pendukung terlaksanakannya punishment yaitu kedisiplinan, keaktifan dan ketegasan pengurus seksi pendidikan dalam memberikan punishment,

kerjasama yang baik antara santriwati dengan pengurus, kesadaran santriwati atas kesalahannya. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu kurangnya kesadaran santriwati, santriwati yang bersangkutan tidak berada di pondok, santriwati menunda-nunda saat dipanggil pengurus, santriwati susah membayar denda, keadaan hujan saat akan dilaksanakannya punishment. 2 Mustika Anggraini (seksi pendidikan)

Penerapan punishment mengenai

salat berjama‟ah yaitu kami dari

pengurus pertamanya akan memberikan lembar absen disetiap kamar. Di situ santriwati akan mencentang kehadirannya, dan setiap kamis sore ketua kamar mengumpulkan lembar absen tersebut pada pengurus. Nanti bagi santriwati yang melanggar akan dipanggil dan akan menerima ta‟zir. Bagi yang tidak ikut salat

berjama‟ah ini pada hari ahad sore

akan didenda uang sebesar lima ribu per-salat dan dihukum

membaca al qur‟an dengan berdiri

di samping ndalem selama sepuluh menit per-salat, itu bagi santriwati bil hifdzi. Dan bagi santriwati bin nadhor yaitu hafalan surat-surat penting atau juz „amma.

Diterapkannya punishment bagi santriwati yang melanggar tidak

salat berjama‟ah menurut saya

sangat efektif. Karena dengan adanya ta‟zir maka santriwati akan

giat melakukan jama‟ah.

Kebanyakan santriwati yang melanggar peraturan disebabkan malas, capek karena habis kuliah atau sekolah. Jadi dengan adanya

ta‟zir, santriwati jadi giat untuk

berjama‟ah walaupun beberapa masih ada yang melanggar. Ketika saya liat data pelanggar, santriwati yang melanggar itu kadang-kadang beda orang dan kadang juga mereka

103

yang sering melanggar. Jadi menurut saya masalah jera atau tidaknya itu tergantung masing-masing santriwati. Saya sebagai pengurus sangat setuju apabila adanya ta‟zir ini dikembangkan lagi agar santriwati yang sering melanggar bisa benar-benar merasa jera dan sebagai salah satu ajang fastabiqul khoirot.

Faktor pendukung terlaksananya

punishment yaitu kami dari

pengurus tegas, tidak pilih kasih kepada santriwati, kemudian adanya dukungan dari pengasuh. Kalau faktor penghambatnya disebabkan santriwati yang bersangkutan sedang tidak ada di pondok kemudian saat dimintai denda santriwati belum tentu punya uang. 3 Miftahul

Jannah (santriwati)

Implementasi punishment cukup berjalan dengan baik, pertamanya

santriwati mengisi absen jama‟ah

yang sudah ada di kamar.

Kemudian pada malam jum‟at akan

diumumkan siapa saja yang melanggar tidak mengikuti salat

berjama‟ah dan pada hari ahad sore

akan diberi punishment yaitu bagi santriwati bil hifdzi mengaji di samping ndalem dengan berdiri dan bagi santriwati bin nadhor setoran hafalan dengan pengurus serta membayar denda lima ribu

perjama‟ah.

Masalah efektifitas, lumayan baik untuk kedisiplinan santriwati dan patut untuk diperkembangkan. Karena adanya punishment ini membuat para santriwati terutamanya saya jadi lebih disiplin

untuk salat berjama‟ah walaupun

masbuq. Para santriwati yang tidak mengikuti jama‟ah banyak sekali

penyebabnya. Kalau saya pernah

104

karena kelelahan sehabis pulang kuliah, pengaruh hp membuat malas

beranjak untuk mengikuti jama‟ah,

ketiduran, ngobrol dan masih banyak lagi. Maka dari itu penerapan punishment ini lumayan efektif sehingga para santriwati akan merasa jera untuk tidak melanggar lagi dan saya sangat setuju adanya peraturan serta punishment bagi santriwati yang

tidak salat berjama‟ah karena

bagaimanapun juga ini demi kebaikan diri kita sendiri.

Faktor yang mendukung terlaksananya punishment yaitu adanya kerjasama antara santriwati dan pengurus, pengurusnya aktif keliling kamar untuk

ngoprak-oprak. Faktor penghambatnya

karena waktunya tidak tepat, saat diminta untuk membayar denda belum tentu punya uang.

4 Nastangini (santriwati)

Implementasi dari punishment itu sudah berjalan dengan lancar. kita

sebelum ataupun sesudah jama‟ah

mengisi absen di kamar. Jadi nanti

santriwati yang tidak jama‟ah pasti

ketahuan karena absennya kosong. Kemudian pada hari kamis malam itu akan dipanggil untuk mempertanggungjawabkan

kesalahannya. Yaitu didenda lima ribu per-salat dan mengaji di samping ndalem.

Adanya punishment ini cukup efektif dan membuat santriwati terutama saya lumayan jera untuk tidak mengulangi kesalahan. Karena saya sendiri eman-eman dengan uangnya kalau untuk membayar

ta‟zir. Jadi tetap mengikuti jama‟ah

walaupun masbuq. Sebenarnya banyak sekali alasan kenapa tidak

mengikuti jama‟ah. Di antaranya

105

saya di lantai tiga jadi malas untuk naik turun tangga, kadang-kadang juga karena ketiduran, kecapekan, kesiangan bangun pagi. Adanya peraturan dan hukuman ini menurut saya sangat bagus dan jika tidak ada punishment maka santriwati akan bermalas-malasan mematuhi peraturan yang ada di pesantren. Pendukung terlaksananya punishment karena aktifnya sie pendidikan untuk melaksanakan

punishment setiap minggu.

Sedangkan penghambat

terlaksananya karena santriwati pada pergi saat hukuman dilaksanakan, cuaca kadang tidak mendukung, seperti hujan sehingga pelaksanaan punishment ditunda pada minggu depan.

5 Nunung Anisatul Maghfiroh (santriwati)

Penerapan punishment bagi

santriwati yang tidak berjama‟ah

kurang berjalan dengan baik. Adanya absen disetiap kamar terkadang ada yang tidak mengisi sehingga susah untuk didata pelanggarnya. Bagi santriwati yang

tidak salat berjama‟ah nanti pada

malam jumat akan dipanggil dan pada hari ahad habis ashar melaksanakan hukuman yaitu mengaji di samping ndalem bagi yang tahfid dan setoran hafalan bagi yang bin nadhor serta membayar lima ribu persalat.

Menurut saya kurang efektif. Karena masih banyak santriwati yang melanggar. Dan saat kita mendengar pengumuman santriwati yang melanggar juga orangnya ada yang beda dan kadang ada juga yang sama. Jadi tergantung masing-masing ada yang jera dan ada yang tidak. Santriwati melanggar aturan tentunya mempunyai alasan. Kadang males, makan disambi

106

cerita-cerita, ketiduran, karena antri wudhu disebabkan kamar mandi dipakai mandi santriwati yang udzur sehingga tertinggal jama‟ah

dan malu kalau masbuq jadi milih salat sendiri saja di kamar. Dengan adanya punishment ini mau tidak mau ya harus setuju. Karena itu sudah konsekuensi dan bentuk pertanggung jawaban.

Pendukung terlaksananya hukuman yaitu selalu diingatkan apabila mendapat hukuman, pengurus aktif dalam mengoprak-oprak.

Sedangkan penghambat

terlaksananya karena saat dimintai dendi belum punya uang, kurangnya kesadaran santriwati. 6 Ainis

Aqilatul Munawaroh (santriwati)

Implementasinya sudah

dilaksanakan dengan baik dan lancar. Dilakukan setiap hari minggu jam empat sore dan hal tersebut diawali dengan mengisi

absensi salat berjama‟ah yang telah

ditempel di tembok kamar. Kemudian absen tersebut direkap pengurus setiap hari kamis. Hukuman bagi yang tidak

berjama‟ah yaitu didenda lima ribu,

bagi santriwati tahfidz mengaji atau murojaah selama sepuluh menit persalat disamping pintu ndalem dan bagi santriwati bin nadhor setoran hafalan juz 30.

Berpengaruh lumayan besar, meskipun mengikuti salat

berjama‟ah itu karena menghindari

hukuman. Karena apabila saya maupun santriwati yang lain melanggar peraturan itu memang ada sebabnya seperti kecapekan karena pulang kuliahnya kesorean mepet maghrib sehingga belum mandi dan akhirnya tidak jama‟ah,

kadang karena asyik ngobrol dengan teman di kamar, masih

107

ngantuk saat salat subuh. Jadi mau tidak mau demi menghindari hukuman ya dilawan semua itu. Karena kalau tidak dilawan,

akhirnya tidak jama‟ah dan kena

hukuman. Jadi dengan adanya hukuman itu santriwati tidak akan mengulangi kesalahan lagi dan merasa jera. saya tentunya setuju dengan diterapkannya hukuman tersebut karena dengan begitu kegiatan di pondok dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Faktor pendukung terlaksananya hukuman adanya kesadaran tertanam dalam diri santriwati akan kesalahan yang dilakukan dan pengurus ontime dalam memberikan hukuman sesuai waktu yang ditentukan. Untuk penghambatnya karena kadang saat dimintai denda belum punya uang, ketika dipanggil tidak langsung turun, santriwati yang bersangkutan sedang tidak ada di pondok.

108 Lampiran 11: Triangulasi Data

Dokumen terkait