BAB IV : PAPARAN DAN ANALISIS DATA
TRIANGULASI DATA
NO. Fokus
Penelitian
Hasil Wawancara Triangulasi Data 1 Implementasi punishment untuk meningkatkan kedisiplinan salat berjama‟ah pada santriwati Pondok Pesantren Al-Muntaha Salatiga
Dewi Munirotul Muftikhah:
“Pengurus menerapkan adanya punishment khususnya dalam salat
berjama‟ah ini tujuannya agar
santriwati itu memiliki jiwa disiplin dan memiliki suatu tanggung jawab terhadap apa yang telah diterapkan di pondok ini khususnya mengenai salat
berjama‟ah. Untuk
mendisiplinkannya, setiap sudah masuk waktu salat, akan ada bel untuk persiapan wudhu dan salat. Dalam penerapannya yaitu dari pengurus menyediakan absen setiap kamar. Dan nantinya bagi santriwati yang melanggar peraturan yaitu tidak salat
berjama‟ah akan dihukum mengaji
disamping ndalem dan membayar
denda lima ribu rupiah”.
Mustika Anggraini:
“Penerapan punishment mengenai
salat berjama‟ah yaitu kami dari
pengurus pertamanya akan memberikan lembar absen disetiap kamar. Di situ santriwati akan mencentang kehadirannya, dan setiap kamis sore ketua kamar mengumpulkan lembar absen tersebut pada pengurus. Nanti bagi santriwati yang melanggar akan dipanggil dan akan menerima
ta‟zir. Bagi yang tidak ikut salat
berjama‟ah ini pada hari ahad sore
akan didenda uang sebesar lima ribu per-salat dan dihukum
membaca al qur‟an dengan berdiri
di samping ndalem selama sepuluh
Implementasi punishment untuk meningkatkan kedisiplinan salat berjama‟ah pada santriwati pondok pesantren Al Muntaha dilaksanakan oleh pengurus berjalan dengan baik dan lancar. Upaya pengurus untuk mendisiplinkan santriwati yakni adanya bel sebelum melaksanakan salat dan adanya lembaran absensi santriwati yang ditempel di tembok setiap kamar. Punishment yang diterapkan bagi santriwati yang tidak mengikuti salat berjama‟ah didenda uang sebesar lima ribu rupiah dan mengaji di samping rumah ibu nyai. Bagi santriwati bil hifdzi mengaji di samping ndalem dengan berdiri dan bagi santriwati bin nadhor setoran hafalan dengan pengurus.
109
menit per-salat, itu bagi santriwati bil hifdzi. Dan bagi santriwati bin nadhor yaitu hafalan surat-surat penting atau juz „amma”.
Miftahul Jannah:
“Implementasi punishment cukup berjalan dengan baik, pertamanya
santriwati mengisi absen jama‟ah
yang sudah ada di kamar.
Kemudian pada malam jum‟at
akan diumumkan siapa saja yang melanggar tidak mengikuti salat
berjama‟ah dan pada hari ahad
sore akan diberi punishment yaitu bagi santriwati bil hifdzi mengaji di samping ndalem dengan berdiri dan bagi santriwati bin nadhor setoran hafalan dengan pengurus serta membayar denda lima ribu
perjama‟ah”.
Nastangini:
“Implementasi dari punishment itu sudah berjalan dengan lancar. kita sebelum ataupun sesudah jama‟ah
mengisi absen di kamar. Jadi nanti
santriwati yang tidak jama‟ah pasti
ketahuan karena absennya kosong. Kemudian pada hari kamis malam itu akan dipanggil untuk mempertanggungjawabkan
kesalahannya. Yaitu didenda lima ribu per-salat dan mengaji di samping ndalem”.
Nunung Anisatul Maghfiroh:
“Penerapan punishment bagi
santriwati yang tidak berjama‟ah
kurang berjalan dengan baik. Adanya absen disetiap kamar terkadang ada yang tidak mengisi sehingga susah untuk didata pelanggarnya. Bagi santriwati
yang tidak salat berjama‟ah nanti
pada malam jumat akan dipanggil dan pada hari ahad habis ashar
110
melaksanakan hukuman yaitu mengaji di samping ndalem bagi yang tahfid dan setoran hafalan bagi yang bin nadhor serta membayar lima ribu persalat”.
Ainis Aqilatul Munawaroh:
“Implementasinya sudah dilaksanakan dengan baik dan lancar. Dilakukan setiap hari minggu jam empat sore dan hal tersebut diawali dengan mengisi
absensi salat berjama‟ah yang
telah ditempel di tembok kamar. Kemudian absen tersebut direkap pengurus setiap hari kamis. Hukuman bagi yang tidak
berjama‟ah yaitu didenda lima
ribu, bagi santriwati tahfidz mengaji atau murojaah selama sepuluh menit persalat disamping pintu ndalem dan bagi santriwati bin nadhor setoran hafalan juz
30”. 2 Efektivitas punishment terhadap kedisiplinan salat berjama‟ah pada santriwati Pondok Pesantren Al-Muntaha Salatiga
Dewi Munirotul Muftikhah:
“Mengenai efektivitasnya, menurut saya cukup besar. Karena dengan adanya punishment tersebut santriwati merasa rugi telah melanggar peraturan. Santriwati tidak mengikuti salat
berjama‟ah itu banyak faktornya.
Misalnya seperti ketiduran, malas karna sudah pewe, capek karena habis pulang sekolah atau kuliah, kesiangan bangun waktu salat subuh dan sebagainya. Sehingga dengan adanya punishment tersebut mereka merasa jera untuk tidak melanggar peraturan dan lebih disiplin lagi. Walaupun beberapa masih ada yang melanggar. Namun saya sangat setuju dengan diterapkannya punshment ini karena banyak
manfaatnya” Diterapkannya punishment dikatakan efektif dalam mendisiplinkan santriwati yang tidak mengikuti salat berjama‟ah yang disebabkan karena ketiduran, malas, kelelahan, kesiangan bangun subuh, bermain hp, bercerita dengan teman. Adanya punishment ini menjadikan santriwati jera untuk tidak melanggar peraturan khususnya
111 Mustika Anggraini:
“Diterapkannya punishment bagi santriwati yang melanggar tidak
salat berjama‟ah menurut saya
sangat efektif. Karena dengan adanya ta‟zir maka santriwati akan
giat melakukan jama‟ah.
Kebanyakan santriwati yang melanggar peraturan disebabkan malas, capek karena habis kuliah atau sekolah. Jadi dengan adanya
ta‟zir, santriwati jadi giat untuk
berjama‟ah walaupun beberapa
masih ada yang melanggar. Ketika saya liat data pelanggar, santriwati yang melanggar itu kadang-kadang beda orang dan kadang juga
mereka yang sering melanggar. Jadi menurut saya masalah jera atau tidaknya itu tergantung masing-masing santriwati. Saya sebagai pengurus sangat setuju apabila adanya ta‟zir ini
dikembangkan lagi agar santriwati yang sering melanggar bisa benar-benar merasa jera dan sebagai salah satu ajang fastabiqul khoirot”.
Miftahul Jannah:
“Masalah efektifitas, lumayan baik untuk kedisiplinan santriwati dan patut untuk diperkembangkan. Karena adanya punishment ini membuat para santriwati terutamanya saya jadi lebih
disiplin untuk salat berjama‟ah
walaupun masbuq. Para santriwati
yang tidak mengikuti jama‟ah
banyak sekali penyebabnya. Kalau saya pernah tidak mengikuti salat
berjama‟ah karena kelelahan
sehabis pulang kuliah, pengaruh hp membuat malas beranjak untuk
mengikuti jama‟ah, ketiduran,
mengenai salat berjama‟ah di
112
ngobrol dan masih banyak lagi. Maka dari itu penerapan punishment ini lumayan efektif sehingga para santriwati akan merasa jera untuk tidak melanggar lagi dan saya sangat setuju adanya peraturan serta punishment bagi santriwati yang tidak salat
berjama‟ah karena bagaimanapun juga ini demi kebaikan diri kita
sendiri”.
Nastangini:
“Adanya punishment ini cukup efektif dan membuat santriwati terutama saya lumayan jera untuk tidak mengulangi kesalahan. Karena saya sendiri eman-eman dengan uangnya kalau untuk membayar ta‟zir. Jadi tetap
mengikuti jama‟ah walaupun
masbuq. Sebenarnya banyak sekali alasan kenapa tidak mengikuti
jama‟ah. Di antaranya yaitu karena
males apalagi kamar saya di lantai tiga jadi malas untuk naik turun tangga, kadang-kadang juga karena ketiduran, kecapekan, kesiangan bangun pagi. Adanya peraturan dan hukuman ini menurut saya sangat bagus dan jika tidak ada punishment maka santriwati akan bermalas-malasan mematuhi peraturan yang ada di
pesantren”.
Nunung Anisatul Maghfiroh:
“Menurut saya kurang efektif. Karena masih banyak santriwati yang melanggar. Dan saat kita
mendengar pengumuman
santriwati yang melanggar juga orangnya ada yang beda dan kadang ada juga yang sama. Jadi tergantung masing-masing ada yang jera dan ada yang tidak.
113
Santriwati melanggar aturan tentunya mempunyai alasan. Kadang males, makan disambi cerita-cerita, ketiduran, karena antri wudhu disebabkan kamar mandi dipakai mandi santriwati yang udzur sehingga tertinggal
jama‟ah dan malu kalau masbuq jadi milih salat sendiri saja di kamar. Dengan adanya punishment ini mau tidak mau ya harus setuju. Karena itu sudah konsekuensi dan
bentuk pertanggung jawaban”.
Ainis Aqilatul Munawaroh:
“Berpengaruh lumayan besar, meskipun mengikuti salat
berjama‟ah itu karena menghindari hukuman. Karena apabila saya maupun santriwati yang lain melanggar peraturan itu memang ada sebabnya seperti kecapekan karena pulang kuliahnya kesorean mepet maghrib sehingga belum
mandi dan akhirnya tidak jama‟ah,
kadang karena asyik ngobrol dengan teman di kamar, masih ngantuk saat salat subuh. Jadi mau tidak mau demi menghindari hukuman ya dilawan semua itu. Karena kalau tidak dilawan,
akhirnya tidak jama‟ah dan kena
hukuman. Jadi dengan adanya hukuman itu santriwati tidak akan mengulangi kesalahan lagi dan merasa jera. saya tentunya setuju dengan diterapkannya hukuman tersebut karena dengan begitu kegiatan di pondok dapat berjalan
sebagaimana mestinya”. 3 Faktor pendukung dan penghambat terlaksananya punishment
Dewi Munirotul Muftikhah:
“Pendukung terlaksananya punishment yaitu karena ketelatenan pengurus untuk menunggu saat santriwati melaksanakan ta‟zir. Faktor pendukung terlaksanakannya punishment yaitu kedisiplinan, keaktifan dan ketegasan pengurus
114 untuk meningkatkan kedisiplinan salat berjama‟ah pada santriwati Pondok Pesantren Al-Muntaha Salatiga Penghambatnya karena
ketidakadaan santriwati di pondok, santriwati menunda-nunda saat dioprak-oprak dan susah untuk membayar denda karena alasan
belum punya uang”
Mustika Anggraini:
“Faktor pendukung terlaksananya punishment yaitu kami dari pengurus tegas, tidak pilih kasih kepada santriwati, kemudian adanya dukungan dari pengasuh. Kalau faktor penghambatnya disebabkan santriwati yang bersangkutan sedang tidak ada di pondok kemudian saat dimintai denda santriwati belum tentu punya uang”.
Miftahul Jannah:
“Faktor yang mendukung terlaksananya punishment yaitu adanya kerjasama antara santriwati dan pengurus, pengurusnya aktif keliling kamar untuk ngoprak-oprak. Faktor penghambatnya karena waktunya tidak tepat, saat diminta untuk membayar denda belum tentu punya uang”.
Nastangini:
“Pendukung terlaksananya punishment karena aktifnya sie pendidikan untuk melaksanakan punishment setiap minggu. Sedangkan penghambat
terlaksananya karena santriwati pada pergi saat hukuman
dilaksanakan, cuaca kadang tidak mendukung, seperti hujan
sehingga pelaksanaan punishment ditunda pada minggu depan”.
Nunung Anisatul Maghfiroh:
seksi pendidikan dalam memberikan punishment, kerjasama yang baik antara santriwati dengan pengurus, kesadaran santriwati atas kesalahannya. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu kurangnya kesadaran santriwati, santriwati yang bersangkutan tidak berada di pondok, santriwati menunda-nunda saat dipanggil pengurus, santriwati susah membayar denda, keadaan hujan saat akan
dilaksanakannya punishment.
115
“Pendukung terlaksananya hukuman yaitu selalu diingatkan apabila mendapat hukuman, pengurus aktif dalam mengoprak-oprak. Sedangkan penghambat terlaksananya karena saat dimintai dendi belum punya uang,
kurangnya kesadaran santriwati”.
Ainis Aqilatul Munawaroh:
“Faktor pendukung terlaksananya hukuman adanya kesadaran tertanam dalam diri santriwati akan kesalahan yang dilakukan dan pengurus ontime dalam memberikan hukuman sesuai waktu yang ditentukan. Untuk penghambatnya karena kadang saat dimintai denda belum punya uang, ketika dipanggil tidak langsung turun, santriwati yang bersangkutan sedang tidak ada di pondok”.
116
Lampiran 13: Dokumentasi Foto Kegiatan Penelitian
FOTO KEGIATAN PENELITIAN