• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan yang dilakukan pada siklus 3, tahap 7 (reflecting) ada 3 yaitu: 1) evaluasi siklus 2 proses kegiatan tentative model protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF), 2) penyebaran kuesioner efikasi diri atau keyakinan diri pasien congestive heart failure (CHF) terhadap latihan aktifitas fisik, dan 2) post conference.

Evaluasi siklus 2 proses kegiatan tentative model protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF) didapatkan hasil yaitu: penerapan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF) sudah berjalan sejak tanggal 7 Agustus 2017 sampai 27 Agustus 2017, dan selama perawat menerapkannya sudah dilakukan observasi oleh peneliti, berdasarkan hasil observasi peneliti, adanya perbaikan tekanan darah dan denyut jantung pasien, kendala yang dihadapi hanya masalah kondisi pasien yang tiba- tiba berubah ditandai dengan meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung.

Proses penerapan dan observasi berjalan sesuai dengan rencana, perawat ruang rawat inap sudah menerapkan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF). Pada hasil rapat tim dinyatakan bahwa setiap pasien congestive heart failure (CHF) dijelaskan tentang protokol latihan aktifitas fisik, tetapi berdasarkan hasil temuan observasi pada tanggal 8 Agustus 2017, bahwa keluarga pasien menolak untuk dijelaskan tentang protokol latihan aktifitas fisik dikarenakan kondisi pasien belum stabil.

Berdasarkan temuan tersebut tim dan peneliti menganjurkan kepada perawat

ruangan untuk menunda menerapkan protokol latihan aktifitas fisik sampai kondisi pasien dalam keadaan stabil, sehingga setiap kali perawat akan melaksanakan protokol tersebut kepada pasien harus melihat kondisi pasien sesuai dengan standart operasional prosedur.

Dampak penerapan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF) akan di evaluasi melalui post conference yang dilakukan melalui in-dept interview dengan perawat pelaksana yang telah ikut serta dalam penerapan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF) di ruang rawat inap, in-dept interview dapat dilakukan pada tanggal 29 s/d 30 Agustus 2017. Proses kegiatan penerapan protokol pemenuhan hak pasien akan dilakukan monitoring dan evaluasi (MONEV) oleh tim peneliti di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau dan format MONEV sudah disiapkan oleh tim.

Penyebaran Kuesioner efikasi atau keyakinan diri pasien congestive heart failure (CHF) melakukan latihan aktifitas fisik.

Proses penyebaran kuesioner efikasi atau keyakinan diri pasien congestive heart failure (CHF) melakukan latihan aktifitas fisik dilakukan setelah klien mendapatkan penerapan latihan tersebut pada hari kelima . Penyebaran kuesioner dilakukan untuk melihat dampak dari penelitian action research pengembangan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF). Dampak dari penelitian ini adalah adanya peningkatan keyakinan diri diri pasien untuk dapat melakukan latihan aktifitas fisik.

Hasil penyebaran kuesioner efikasi atau keyakinan diri pasien congestive heart failure (CHF) didapatkan data bahwa sebanyak 7 orang pasien (77,80%)

efikasi atau keyakinan pasien melakukan latihan aktifitas fisik dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.7

Efikasi diri atau keyakinan diri pasien congestive heart failure (CHF) terhadap lathan aktifitas fisik (n=9)

Keyakinan f (%)

Yakin 2 22,20

Sangat yakin 7 77,80

Post conference

Kegiatan yang dilakukan pada tahap reflecting adalah melakukan in-dept interview, yang dilakukan pada tanggal 2 9 s . d 30 Agustus 2017, bertempat di ruang rawat inap, terhadap 3 orang partisipan perawat pelaksana.

Terdapat 3 tema yang diperoleh berdasarkan refleksi para partisipan perawat pelaksana selama menerapkan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF) yaitu 1) manfaat penerapan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure untuk stake holder (CHF), 2) hambatan dalam penerapan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF, 3) strategi penerapan latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF), dan 4) dukungan penerapan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF).

Manfaat penerapan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF)

Kegiatan in-dept interview yang dilakukan pada partisipan perawat pelaksana, didapatkan beberapa manfaat yang dirasakan setelah penerapan protokol atihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF) yaitu 1) manfaat protokol untuk manajemen rumah sakit seperti meningkatkan

pelayanan dan kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit meningkat, 2) manfaat protokol untuk pasien seperti keyakinan diri pasien untuk melakukan latihan aktifitas fisik meningkat, dan untuk keselamatan pasien dan perawat, dan 3) manfaat protokol untuk legalitas kerja perawat. Manfaat tersebut dinyatakan oleh beberapa partisipan seperti pada ungkapan berikut ini:

“manfaat yang diperoleh dari penerapan protokol latihan aktifitas ini, manfaatnya untuk legalitas kerja perawat (partisipan 2, L 14)

“kalau menurut saya manfaat dari penerapan protokol dari latihan aktifitas ini bisa meningkatkan pelayanan” (partisipan 3, L 15)

“Kalau menurut saya manfaat yang diperoleh dari penerapan protokol dari latihan aktifitas ini yang telah dilaksanakan selama ini itu untuk keselamatan dan keamanan pasien”

(partisipan 1 , L 12).

Hambatan proses penerapan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF)

Penerapan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF) selama dijalankan di ruang rawat inap mengalami hambatan yaitu, hambatan pada saat pelaksanaan situasi dan kondisi pasienyang belum stabil. Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan partisipan berikut ini:

“kalau menurut saya kekurangan atau hambatan dalam penerapan latihan aktifitas fisik ini dalam penerapan protokol dapat kita lihat saja, pas kita berikan latihan aktifitas fisiknya masih dalam kondisi stabil eee.... kira- kira setelah selang beberapa menit kita berikan latihan pasien sesak kembali...kan jadinya kita terhambat untuk membantu pasien dalam membantu aktifitasnya pasienkan.” (partisipan 1, L 316).

Dukungan penerapan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF)

Dukungan dalam menerapkan protokol latihan aktifitas fisik ini antara lain: 1) dukungan dari pasien, 2) dukungan dari perawat, dan 3) dukungan dari manajemen rumah sakit. Pendukung dari pasien seperti pasien lebih kooperatif, kepercayaan pasien kepada perawat lebih besar dari sebelum penerapan protokol, pasien lebih dekat dengan perawat, pasien antusias, dan keyakinan pasien setelah dilaksanakannya protokol latihan aktitifitas fisik semakin meningkat.

Pendukung dari perawat pelaksana. Perawat semakin paham setelah mendapatkan sosialisasi tentang lathan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF). Faktor pendukung dari manajemen rumah sakit antara lain berupa fasilitasi dari pihak rumah sakit berupa sarana- prasarana pendukung latihan aktifitas fisik. Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan beberapa partisipan berikut ini:

“disini adalah kelebihannya rumah sakit lebih memfasilitasi untuk melancarkan penerapan latihan aktifitas fisik” (partisipan 1, L 21).

“kalau menurut saya bisa juga dengan melalui sumber daya manusia perawat, setelah mendapatkan sosialisasi dari tim peneliti kami merasa lebih paham tentang latihan yang bagaimana yang sebaiknya diberikan kepada pasien congestive heart failure... (partisipan 2,L 25)

“kalau menurut saya manfaat protokol dari pemenuhan hak pasien ini, pasien antusias akan penerapan protokol yang terus berjalan misalnya selalu semangat (partisipan 3 , L 25).

Tahap 8: planning.

Tahapan akhir dari 3 siklus penelitian action research pengembangan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF)

pada tahap 8 adalah planning, adapun kegiatan yang dilakukan adalah; 1) kegiatan monitoring dan evaluasi penerapan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF), dan 2) preconference.

Kegiatan monitoring dan evaluasi penerapan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF) dilakukan pada tanggal 31 Agustus 2017. Pada saat proses monitoring dan evaluasi adanya perubahan pada tekanan darah pasie congestive heart failure (CHF) dan yang sudah diobservasi peneliti selama tahap acting. Proses tersebut akan ditindak lanjuti agar dapat terus dijalankan di ruang rawat inap.

Outcome Action Research latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF)

Proses action research yang dilaksanakan di ruang rawat inap telah menghasilkan beberapa outcome, seperti telah tersusunnya protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF) dan alur pemberian latihan aktifitas fisik tersebut. Protokol latihan aktifitas fisik ini mempermudah perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien khususnya tentang latihan aktifitas fisik, sehingga perawat terlatih untuk menerapkannya di lapangan.

Pengalaman partisipan selama mengikuti penelitian action research tentang protokol latihan aktifitas fisik berdampak positif terhadap bertambahnya pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan terutama melakukan latihan aktifitas fisik. Hal ini dikarenakan bertambahnya rasa percaya diri bagi perawat sehingga menjadi modal untuk meningkatkan profesionalisme perawat di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau, dan pasien juga yakin dalam

melakukan latihan aktifitas fisiknya.

Dampak lain yang didapatkan dari hasil pengembangan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF) di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau adalah perawat diharapkan dapat menerapkan protokol pada saat memberikan asuhan keperawatan yang lain pada pasien.

Dampak terhadap pasien adanya perubahan terhadap tekanan darah dan denyut jantung pasien, diharapkan pasien dengan congestive heart failure (CHF) dapat melakukan aktifitas fisik seperti sebelum menderita penyakit congestive heart failure (CHF).

Distribusi frekuensi sebelum dan sesudah partisipan perawat menjalankan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF) di ruang rawat inap Rumah Sakit Tk II Putri Hijau, menunjukkan ada perbedaan seperti yang terlihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9

Perbandingan analisis kuantitatif pengetahuan perawat sebelum dan sesudah penerapan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien CHF (n=35)

Pengetahuan Sebelum Sesudah

Perbandingan analisis kuantitatif keyakinan diri pasien sebelum dan sesudah penerapan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien CHF (n=9)

Efikasi diri Sebelum Sesudah

F % Mean f % Mean

Proses penyusunan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau telah dilakukan berdasarkan tahapan dari proses penelitian action research yang terdiri dari 3 siklus. Proses yang telah dilakukan dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5

Kegiatan penelitian pengembangan Protokol Latihan Aktifitas Fisik Pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF) di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau.

Siklus 1

1. Review literature terkait penelitian.

2. Penyebaran kuesioner pengetahuan perawat tentang latihan aktifitas fisik:

mayoritas perawat tahu tentang latihan aktifitas fisik (88,60%) dan penyebaran kuesioner efikasi diri atau keyakinan diri pasien CHF melakukan latihan akifitas fisik: mayoritas pasien mengatakan yakin (66,70%)

3. Melakukan in-depth interview pada 3 perawat ruangan, hasilnya ditemukan 4 tema. dilakukan dengan tim dihasilkan bahwa isi protokol latihan aktifitas fisik pada pasien CHF mengacu pada Kebijakan RS nomor SK/66/X/2013 tentang pemberian prosedur pelayanan yann seragam di Rumkit Tk II Putri Hijau

3. Sosialisasi protokol latihan aktifitas fisik pada pasien CHF di ruang rawat inap dihadiri oleh 16 orang perawat dengan agenda sosialisasi pemberian materi latihan aktifitas fisik pada pasien CHF dan role play (28 Juli 2017).

Siklus 2

1. Feed back dari siklus 1, ditemukan peserta sosialisasi antusias dan akan

mendukung penelitian

pengembangan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien CHF 2. Protokol latihan aktifitas fisik pada penerapan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien CHF, ditemukan bahwa adanya penurunan tekanan darah pada pasien CHF .

2. Hasil pre conference ditemukan bahwa monitoring evaluasi (MONEV) akan dilakukan setiap Adanya pasien denan congesive heart failure tetapi sesuai dengan krieria inklusi dan hasilnya akan direkomendasikan kepada Karumkit Tk II Putri Hijau.

1. Tersusunnya protokol latihan aktifitas fisik pada pasien CHF latihan akifitas fisik pada pasien CHF rata- rata (mean) latihan aktifitas fisik rata- rata (mean) 42,67.

Siklus 1 : 13 Juni – 3 Agustus 2017 Siklus 2: 4 – 27 Agustus 2017 Siklus 3: 28 - 31 Agustus 2017

Tahap 1: Reconnaissance (13 Juni- 12 Juli 2017)

Tahap 6: Acting / Observing(7-27 Agustus 2017) latihan aktifitas fisik pada pasie CHF, yaitu:

1. Sosialisasi protokol latihan aktifitas fisik pada pasien CHF dan hasil pengumpulan data reconnaissance kepada pihak manajemen RS.

2.Pembentukan tim pengembangan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien CHF.

3. Pre conference, hasil: koordinasi pertemuan dengan pihak manajemen dan pembentukan tim untuk perumusan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien CHF

1. Rapat dengan pejabat struktural RS tentang penyampaian rencana penelitian, pembentukan tim perumus, penentuan ruangan project dan penentuan jadwal tim untuk merumuskan protokol (19 Juli 2017).

2. Pembentukan tim perumus protokol latihan aktifitas fisik pada pasien CHF pada tanggal 19 Juli 2017.

3. Perumusan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien CHF dan alur penerapan latihan akiitas fisik pada pasien CHF (20-25 Juli 2017).

4. Sosialisasi d i t ingkat manajemen RS yang dihadiri 12 orang peserta dari kepala ruangan, pejabat struktural rumah sakit, dan peraa ruangan ssera dokter

1. Penerapan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien CHF.

2. Observasi untuk mengevaluasi penerapan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien CHF dan ditemukan bahwa adanya penurunan tekanan darah pasien CHF rata-rata sebesar 3,12mmHg sesudah perawat memberikan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien CHF.

1. Evaluasi siklus 2 proses kegiatan tentative protokol latihan aktifitas fisik pada pasien CHF, seluruh proses penerapan protokol latihan akiitas fisik pada pasien CHF berjalan sesuai rencana.

2. Penyebaran kuesioner eikasi diri atau keyakinan diri pasien CHF melakukan latihan aktifitas fisik, hasilnya ditemukan bahwa mayoritas pasien merasa sangat yakin melakukan latihan akiitas fisik (77,80%).

3. Post conference dengan melakukan in-dept interview ditemukan 4 tema, dan partisipan menyatakan sangat

Tabel 4.11 Matriks Tema

Perpsektif partisipan terhadap latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF) di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau

Tema 1: manfaat penerapan latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF) untuk stake holder

Kategori:

1. Manfaat protokol untuk manajemen rumah sakit 2. Manfaat protokol untuk pasien

3. Manfaat protokol untuk perawat

Tema 2: hambatan dalam penerapan latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF)

Kategori:

1. Hambatan dari perawat 2. Hambatan dari pasien

3. Hambatan dari manajemen rumah sakit

Tema 3: Strategi penerapan latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF)

Kategori:

1. Tahapan dalam menyusun protokol 2. Cara mempromosikan protocol

Tema 4: Dukungan penerapan latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF)

Kategori:

1. Dukungan dari pasien 2. Dukungan dari perawat

3. Dukungan dari manajemen rumah sakit

BAB 5 PEMBAHASAN

Pembahasan ini membahas kesenjangan antara pelaksanaan peneliti an dengan teori dan peneliti memberi argumentasi atau alasan kenapa terjadi kesenjangan tersebut. Pada bab 5 akan dibahas proses pelaksanaan action research, pengembangan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF), pelajaran yang didapatkan oleh peneliti (lesson learned), dan keterbatasan penelitian.

Proses Pelaksanaan Action Research

Tujuan peneliti an ini adalah untuk mengembangkan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF) di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau. Serangkaian kegiatan action research tiga siklus dilakukan untuk menghasilkan output dalam penelitian ini. Sebelum siklus action research dilaksanakan, peneliti melakukan tahap reconnaissance.

Tahap reconnaissance pendekatan peneliti kepada lahan sangat menentukan ditemukannya masalah penelitian yang tepat. Kepercayaan partisipan dipertahankan peneliti tehnik prolonged engangement yaitu peneliti melakukan pendekatan dalam waktu sekitar 6 tahun dengan partisipan. Lamanya rentang waktu melakukan pendekatan akan memperoleh kepercayaan yang tinggi antara peneliti dan partisipan sehingga memiliki keterkaitan yang lama menjadi semakin akrab, terbuka, dan mempercayai satu sama lainnya.

Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian action research

pengembangan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF) dengan penelitian action research yang dilakukan oleh Smith.

J., Smith. J.G., dan Briffa. T., (2015), dengan judul the development of new cardiac rehabilitation needs assessment tool (CRNAT) for individualised secondary prevention . Persamaan tersebut adalah jumlah partisipan yang terlibat adalah 8 orang, dilakukan dalam 3 siklus, dengan metode pengumpulan data in-depth interview, self report, dan observasi.

Menurut Sullivan, Hegney, dan Francis (2013) sumber data untuk penelitian action research dapat dikumpulkan melalui kombinasi in-dept interview, focus group dan catatan pasien. Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti sesuai dengan penjelasan Hegney dan Francis (2013), FGD dan in-depth interview seringkali digunakan untuk mengidentifikasi informasi dari issue di setting penelitian, hasilnya akan memberikan masukan positif atau negatif dari setting penelitian.

Peneliti melakukan in-dept interview terhadap 3 orang partisipan dan FGD sesi perawat juga manajemen. Dari hasil analisis transkrip in-dept interview dan FGD mengidentifikasi ada 4 tema yang ditemukan pada penelitian pengembangan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF). Tema yang telah diidentifikasi peneliti dari tahap reconnaissance terdapat beberapa perbedaan dan persamaan dengan studi pendahuluan yang dilakukan oleh Badriyah (2013), Yenni, Nurchayati, dan Sabrian (2014) menyatakan bahwa belum dilaksanakannya rehabilitasi jantung secara benar dan kontinu, ketidakpatuhan pasien gagal jantung untuk melakukan latihan rehabilitasi masih tinggi dimana 4 dai 5 pasien gagal jantung yang di survey mengatakan tidak

mengetahui tentang latihan rehabilitasi jantung, pasien tersebut mengakui tidak pernah melakukan latihan rehabilitasi jantung selama di rumah karena tidak ada teman untuk melakukan kegiatan tersebut, juga menurut penelitian Suharsono (2011) menyatakan bahwa di Indonesia latihan fisik dilakukan secara terpusat di rumah sakit. Data resmi tentang cakupan dan partisipasi program pada pasien gagal jantung di Indonesia belum didapatkan sampai saat ini belum didapatkan laporan adanya program latihan fisik dan pedoman latihan fisik yang terpusat di rumah sakit maupun home based exercise training (HBET) bagi pasien gagal jantung di rumah sakit. Perawat juga belum memberikan pendidikan kesehatan yang memadai karena tidak tersedianya protokol latihan fisik di rumah sakit tersebut.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap kedua jurnal tersebut diatas adalah kategori 1) perlu adanya SPO dikarenakan pelaksanaan latihan aktifitas fisik pasien congestive heart failure (CHF) yang belum optimal, 2) peningkatan pengetahuan perawat dan pasien, dan 3) perlunya dukungan dari pihak rumah sakit, sedangkan kategori yang berbeda adalah harapan terhadap pelaksanaan latihan aktifitas fisik. Perbedaan kategori tersebut karena study design yang digunakan berbeda. Study design Yenni, et. al (2014) adalah penelitian kuantitatif, sedangkan penelitian pengembangan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF) menggunakan study design action research. sehingga terdapat perbedaan kategori antara penelitian pengembangan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF) dengan penelitian Yenni, et. al (2014).

Penelitian action research tepat dilakukan, dikarenakan merupakan suatu metode penelitian siklus mengeksplorasi dan menerapkan cara- cara baru untuk memecahkan suatu masalah yaitu kolaborasi partisipan dengan peneliti untuk mewujudkan langsung perbaikan. Dengan pendekatan ini partisipan mengidentifikasi masalah, mencari solusi, memonitor proses, dan hasil perubahan (Meyer, 2003). Pengembangan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF), peneliti selalu melibatkan secara aktif seluruh partisipan dan bersama-sama saling kolaborasi, mencari solusi dalam setiap tahapan proses action research sehingga mendapatkan hasil perubahan kearah yang lebih baik.

Pada tahapan planning siklus 1, peneliti melakukan beberapa strategi diantaranya adalah mengadakan pertemuan dengan pihak manajemen untuk membicarakan rencana mengembangkan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF), yaitu: sosialisasi hasil pengumpulan data pada tahap reconnaissance, rencana pembentukan tim pengembangan, dan perumusan protokol. Hal ini sejalan dengan penelitian Holter dan Barcot (1993), dimana peneliti memasuki tahap kolaborasi dengan masalah yang diidentifikasi dan intervensi yang spesifik.

Pada tahapan action/obervation siklus 1, peneliti melakukan kegiatan yang sudah direncanakan pada tahap planning, kegiatan yang dilakukan sepenuhnya sudah sesuai dengan rencana. Pada tahap ini telah dibentuknya tim perumus, dan menghasilkan suatu SPO tentang latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF) yang berdasarkan dari review literature, hasil penyebaran kuesioner pengetahuan perawat tentang latihan aktifitas fisik pada pasien

congestive heart failure (CHF), hasil analisis in-dept interview dan FGD. SPO yang akan digunakan dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan terutama tentang latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF).

Hal ini sejalan dengan penelitian Halimuddin (2013) menyatakan bahwa perlu dikembangkannya suatu model aktivitas yang berbasis pada indikator untuk perbaikan kemampuan otot jantung dan Nofiyanto,M., dan Adhinugraha,T.S.

(2016) menyatakan bahwa program mobilisasi dini dan berjalan untuk pasien kritis sangat baik dilakukan secara progresif yang dilakukan berdasarkan kemampuan fungsional pasien dan kemampuan untuk toleransi terhadap program yang diberikan.

SPO tentang latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF) merupakan pengembangan dari penelitian Winkelmann, Dallazen, Bronzatti, Lorenzoni, dan Windmuller (2015) yang melaksanakan program rehabilitasi jantung selama 7 hari, jurnal Badriyah, F.L. ( 2013) melaksanakan latihan fisik terarah pada penderita post sindrom koroner akut, dan Halimuddin (2013) melakukan penerapan model aktivitas dan latihan gagal jantung selama enam hari phase inpatient. Peneliti melakukan latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF) selama 5 hari dikarenakan data yang sesuai dengan hasil in-dept interview yang dilakukan terhadap perawat, bahwa pasien dengan congestive heart failure (CHF) rata- rata dirawat inap selama 5 hari sesuai dengan aturan dari BPJS kecuali bila adanya komplikasi sehingga timbul kebijakan dari Karumkit Tk II Putri Hijau untuk pasien dengan congestive heart failure (CHF) dirawat inap lebih dari 5 hari.

Pada tahapan action/obervation siklus 2, peneliti melakukan kegiatan

penerapan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF) dan mengevaluasi hasil penerapan protokol tersebut, ditemukan adanya penurunan tekanan darah pasien dengan congestive heart failure (CHF) rata- rata sebesar 3,12 mmHg. Hal ini sejalan dengan penelitian Halimuddin (2013) menyatakan bahwa dengan diterapkannya model aktivitas dan latihan gagal jantung yang dikembangkan selama 6 hari inpatient didapatkan hasil adanya perbedaan rata- rata tekanan darah sistole dan diastole sebelum dan sesudah

penerapan protokol latihan aktifitas fisik pada pasien congestive heart failure (CHF) dan mengevaluasi hasil penerapan protokol tersebut, ditemukan adanya penurunan tekanan darah pasien dengan congestive heart failure (CHF) rata- rata sebesar 3,12 mmHg. Hal ini sejalan dengan penelitian Halimuddin (2013) menyatakan bahwa dengan diterapkannya model aktivitas dan latihan gagal jantung yang dikembangkan selama 6 hari inpatient didapatkan hasil adanya perbedaan rata- rata tekanan darah sistole dan diastole sebelum dan sesudah

Dokumen terkait