• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III Temuan Data Dan Hasil Penelitian

B. Rekacipta Tradisi Palang Pintu

56

hadir dan berkembang walaupun dengan kemasan yang berbeda, yang dimana zaman modern ini mengancam melunturkan tradisi budaya lokal yang di saingkan dengan budaya Internasional. Maka dari itu untuk mengikuti perkembangan zaman dilakukan rekacipta tradisi oleh agen – agen atau penggiat seni untuk menampilkan suatu pelestarian budaya.

57

Dalam hal ini rekacipta suatu tradisi yang dapat dijumpai salah satunya dalam sebuah tradisi atau budaya kesenian Betawi yaitu Tradisi Kesenian Palang Pintu, dimana saat ini disetiap tahunnya dalam rangka memperingati HUT DKI Jakarta diisi oleh pagelaran Seni Betawi yang diciptakan dan dikembangkan salah satunya oleh Padepokan Budaya Betawi “ Sanggar Manggar Kelape, Kemang “ dengan tujuan tetap menjaga kelestarian Budaya Betawi di kawasan Kemang di tengah – tengah kondisi Kemang yang semakin berkembang kearah modern. Rekacipta tradisi ini dapat dijumpai pada suatu event besar yang dinamakan “ Festival Palang Pintu, Kemang” yang sudah diselenggarakan sampai pada periode ke – 14. Hal ini sejalan dengan menurut Shahab (2004 : 130 ) bahwa rekacipta tradisi dimaknai sebagai strategi adaptasi dalam menghadapi modern dan nation yang dimana merupakan strategi keragaman menghadapi keseragaman. Tentunya, diadakannya festival Palang Pintu Kemang ini semata – mata memiliki fungsi yang terkandung dan dilengkapi dengan unsur hiburan dalam rangka mengisi peluang modernisasi zaman.

Sesuai seperti yang diungkapkan oleh informan Bpk. H. Eddy:

“Nah kalo kita untuk antara event ini kita bedakan antara tradisi palang pintunya daengan eventnya kalo event inikan suatu event acara yang ditekankan festifal palang pintu ini atau lomba palang pintu ini kita kemas menjadi sesuatu yang besar.

Agenda didalam palang pintu ini ada berbagai macam acara muatan yang kita sudutkan kemasyarakat. Kaya ada hiburan Nusantara, produk – produk Nusantara kaya tari – tarian dan sebagainya. Ada hirburan remaja modern ada bandnya, terus juga ada pengenalan dari parade budayanya, nah ini bagian dari pada event palang pintu. Jadi festival itu kita lombakan tapi setelah itu ada sisi – sisi acara yang kita berikan sebagai edukasi hiburan kepada masyarakat kita perkenalkan.”

58

Pada Festival Palang Pintu Kemang ini rekacipta yang dibuat merupakan bentuk perubahan kemasan dalam menampilkan atau menunjukan suatu budaya yang dimana tidak menghilangkan fungsi dan makna sesungguhnya dari makna tradisi kesenian Palang Pintu.

Berdasarkan temuan data yang peneliti dapatkan pada sanggar Manggar Kelape Kemang menunjukkan bahwa festival palang pintu Kemang merupakan bentuk dari hadirnya sebuah kemasan baru terkait dengan pelestarian budaya dengan memperbaharui fungsi dan tampilan sesuai dengan berkembangnya zaman khusus Kemang, yang dimana saat ini wilayah kemang diduduki oleh masyarakat ekspatriat dengan ekonomi menengah keatas.

Seperti yang diungkapkan oleh informan Sdr. Barok (Sekertaris Sanggar Manggar Kelape Kemang ) :

“untuk menjaga tradisi, kita sanggar manggar kelape berusaha menjaga tradisi budaya betawi khusunya di wilayah kemang ini dengan mengadakan acara yang bermuatan nilai edukasi, agama dan tentunya budaya Betawi sendiri. Nah, kita disini salah satunya itu kenapa kita membuat palang pintu, berangkat dari kesadaran masyarakat yang cinta kepada budanyanya sendiri. Belom lagi kan saya udah bilang sebelumnya kalo dikemang ini nih tempatnya ekspatriat, jadi kudu kita tanemin tuh nilai budaya Betawi itu sendiri disini biar kaga ilang dan ampe generasi anak cucu pada paham palang pintu salah satu budaya kite masyarakat betawi.”

Jadi, hadirnya festival palang pintu diwilayah Kemang ini merupakan bentuk dari usaha masyarakat Betawi asli Kemang melestarikan budaya Betawi melalui tradisi kesenian palang pintu dalam sebuah event

59

yang dibuat ditengah – tengah majunya wilayah Kemang tersebut yang bisa dilihat dari keadaan perekonomiannya cukup berkembang yang dapat dilihat dari bangunan – bangunan café, rumah, perkantoran dengan ekonomi menengah keatas. Seiring berjalannya waktu, masyarakat Betawi yang merupakan penduduk asli kawasan Kemang, perlahan-lahan ‘tergeser’

karena perkembangan perekonomian yang pesat diwilayah tersebut. Maka dengan demikian, agar tidak ikut tergersernya arus dalam budaya yang tentunya mengiringi perkembangan zaman, maka dibuatlah perubahan kemasan suatu Budaya yang dipertujukan dalam sebuah pementasan budaya dan diisi oleh hiburan lainnya agar dapat menjadi konsumsi oleh khalayak masyarakat semua golongan.

Kemudian, rekacipta tradisi ini dengan diadakannya festival palang pintu kemang untuk menjalin silaturahmi antar masyarakat baik dari suku Betawi maupun dari luar Betawi serta menikmati ragam seni budaya Betawi. Festival ini manampilkan atau menghadirkan berbagai kegiatan yang sarat hubungannya dengan budaya Betawi melalui Sanggar Manggar Kelape sebagai pihak yang mengkonsepkan acara tersebut agar dapat menarik perhatian masyarakat dari berbagai wilayah di DKI Jakarta dan sekitarnya. Tentunya festival ini banyak merangkul masyarakat dari berbagai golongan karena festival ini tidak dikenakan biaya masuk maka memudahkan masyarakat untuk menikmatinya. Dengan demikianlah nilai sosial yang dikandung dalam festival palang pintu Kemang ini mampu merangkul masyarakat agar dapat menikmati pagelaran budaya Betawi

60

dalam festival palang pintu kemang dengan menjunjung nilai kerukunan dan toleransi antar masyarakat dengan berbagai etnis yang hadir.

Berikut adalah tabel mengenai perubahan saat tradisi palang pintu berubah menjadi sebuah Festival Palang Pintu Kemang:

Tabel 3.1 Rekacipta tradisi dalam Festival Palang Pintu Kemang No Tradisi Palang

Pintu

Tradisi Upacara Penikahan

Festival Palang Pintu Kemang 1. Waktu

Pelaksanaan

Pada hari pernikahan yang dilakukan sebelum akad dimulai

Pada satu tahun sekali dalam memperingati HUT DKI Jakarta

2. Fungsi Penyambutan mempelai laki – laki dalam rangka melihat kemampuan laki – laki dalam bela diri dan mengaji

 Hiburan

 Kompetisi atau lomba palang pintu

 Pelestarian budaya Betawi 3. Pelakon Jawara dikampung masing

– masing

 Seniman palang pintu yang merupakan anggota sanggar budaya Betawi

 Anak – anak 4. Tempat Di rumah mempelai

pengantin perempuan

Di sepanjang JL.

Kemang Raya, Jakarta – Selatan

5. Pantun Pengantar dialog Hiburan 6. Ragam seni  Pancak silat

 Sike

 Pantun

 Rebana ketimpring

 Kembang kelape

 Sirih Dare

 Sikeh

 Maulid Nabi

 Ondel _ Ondel

 Golok Si Rajut

 Pancak Silat

 Sikeh

 Pantun

 Marawis

61

 Rebana

 Kembang Kelape

 Budaya Betawi lainnya, seperti Tari topeng.

 Budaya nasional lainnya dan budaya

internasional.

 Bazaar rakyat ( sumber : Hasil Observasi dalam Festival Palang Pintu Kemang ke – 14)

Dalam tabel tersebut menjelaskan bahwa terdapat makna-makna yang telah diperbarui saat tradisi palang pintu berubah menjadi Festival Palang Pintu Kemang. Dalam hal ini, pembaharuan makna dapat dilihat ketika tradisi palang pintu berubah menjadi Festival Palang Pintu Kemang. Jika pada upacara pernikahan, kesenian palang pintu memiliki makna untuk kehidupan sehari – hari dalam suatu keluarga sedangkan dalam festival palang pintu memiliki makna pelestarian budaya dan hiburan masyarakat. Selain itu, terdapat pembaharuan pada waktu pelaksaan tradisi palang pintu, pada awalnya tradisi palang pintu hanya menjadi bagian dari acara pernikahan adat Betawi yang dilakukan pada saat mendatangi mempelai wanita. Namun, pada saat menjadi Festival Palang Pintu Kemang, hal tersebut berubah menjadi sebuah acara pelestarian budaya Betawi dalam menyambut perayaan ulang tahun DKI Jakarta.

Dalam Festival Palang Pintu Kemang ini sesungguhnya menghadirkan sebuah acara yang bukan hanya sekedar hiburan masyarakat semata, tetapi juga menyampaikan tujuan yang didalamnya terdapat nilai, norma yang berkesinambungan dengan karakteristik budaya Betawi khususnya dalam aspek

62

religiusitas keislamannya, walaupun dahulu tradisi kesenian palang pintu hanya dapat dijumpai dalam upacara pernikahan masyarakat Betawi saja, kini masyarakat dapat menikmatinya dalam pagelaran festival, maupun acara – acara penting ( penyambutan tamu, peresmian gedung, dll ) namun dengan kemasan yang berbeda tanpa melunturkan nilai – nilai leluhurnya. Seperti, modifikasi tradisi palang pintu dalam festival palang pintu Kemang menghasilkan suatu pergeseran atau perubahan bahwa pada zaman dulu setiap calon pengantin laki-laki diharuskan membawa beraneka ragam hasil bumi mereka seperti beras, bumbu masak, hewan ternak, uang yang dimasukkan kedalam sebuah dandang besar untuk diserahkan kepada calon pengantin perempuan, tetapi kini hal tersebut sudah tidak ada dalam pelaksanaan saat ini tetapi tidak menghilangkan nilai leluhur.

Kemudian, dalam acara Festival Palang Pintu Kemang yang menjadi pelakon atau aktor dalam festival tersebut berbeda dengan tradisi palang pintu pada umumnya. Aktor atau pelakon dalam acara palang pintu pada awalnya dengan pelakon atau aktor yang ada di Festival Palang Pintu Kemang yang menjadi pelakon atau aktor dalam acara festival tersebut ialah orang dewasa serta anak-anak yang berasal dari sanggar-sanggar yang ada di acara tersebut.

Unsur pantun dalam tradisi palang pintu melalui hasil pengamatan observasi peneliti dalam pertunjukan palang pintu diberbagai acara, aspek pantun dalam kesenian palang pintu saat ini sangat mengundang unsur gelak tawa para penontonnya yang kini juga banyak anak kecil sebagai pelakonnya.

Hal tersebut yang tentunya mengundang masyarakat terhibur dalam

63

menyaksikan kesenian palang pintu. Selain itu, unsur – unsur dalam palang pintu seperti pantun di dalam tradisi berfungsi sebagai salam pembuka atau bentuk komunikasi apabila jawara – jawara laki – laki yang ingin masuk kediaman mempelai perempuan. Kemudian, unsur pantun tak luput dalam rekacipta tradisi dimana pada festival Palang Pintu Kemang unsur pantun dibawakan oleh pembawa acara ( MC ) sebagai dialog dengan menggunakan pantun yang lebih memunculkan gelak tawa bagi penonton agar terhibur. Hal tersebut menjadi daya Tarik masyarakat untuk menonton Dengan demikian para pegiat seni pun terus berinovasi sesuai dengan tuntutan zaman melalui balas pantun dalam kesenian palang pintu.Untuk menarik minat masyarakat yaitu dalam aspek pekembangan pantun yang semankin kreatif dan inovatif.

Seperti yang diungkapkan oleh Bpk H. Buchori :

“jadi disamping itu menjadi prosesi adat istiadat juga bisa dijadikan hiburan dikarenakan dalam isi pantun – pantun itu kita dihibur dengan isi pantunnya ya disamping nasihat juga menghibur, jadi dia tidak lepas bahwa dia merupakan prosesi adat tapi juga dikatakan bisa jadi hiburan juga iya.”

Selanjutnya, dalam ragam seni yang dipertontonkan dalam acara Festival Palang Pintu Kemang mengalami pembaharuan dari tradisi palang pintu pada umumnya. Adapun ragam seni yang ditambahkan dalam acara Festival Palang Pintu Kemang antara lain: Ondel-ondel, Tari Topeng, Golok Si Rajut, serta kebudayaan nasional dan internasional lainnya. Hadirnya golok Si Rajut merupakan konsep dari rekacipta tradisi yang dimana golok merupakan senjata khas masyarakat Betawi.

Golok atau dengan kata lain “bendo” bagi masyarakat Betawi biasanya digunakan para jagoan atau jawara sebagai senjata tajam untuk membela diri sedangkan di

64

rumah fungsinya sebagai alat untuk bekerja di ladang, dan untuk menyembelih hewan. Dalam Festival Palang Pintu ke – 14 golok atau bendo tersebut mempunyai fungsi sebagai suatu ornament dalam acara tersebut yang dimana tentunya ada maksud dan tujuan didalamnya. Pada pagelaran kali ini adanya Golok Si Rajut merupakan simbol yang didalamnya memiliki makna tersendiri terkait dengan situasi dan kondisi yang terjadi yaitu situasi politik yang sedang memanas dimana untuk merajut masyarakat akibat adanya perbedaan pilihan dalam Pilpres 2019 .

Seperti yang diungkapkan oleh. H. Eddy :

“kan bulan april kemaren kan kita pesta demokrasi, nah kita disini bikin si rajut untuk merajut masyarakat yang tadinya kebelah cuma gara – gara beda pilihan. Di festival Palang pintu ke – 14 ini kita bikin lah golok Si Rajut untuk menyatukan masyarakat kembali, kita bersatu lah silaturahmi di festival, dapat dibuktikan kan yang dateng ke festival palang pintu rame nya bukan maen dari mana aja dari suku mana aja”

Sebuah objek tersebut memiliki makna nya tersendiri yaitu sebagai bentuk penyampaian maksud untuk mempererat masyarakat yang terpecah belah dikarenakan beda pilihan saat pemilu presiden bulan april 2019 lalu. Oleh sebab itu diciptakannya Golok Si Rajut pada dasarnya adalah produk dari interpretasi individu atas dunia di sekeliling mereka, dimana sebagai pencetus Golok SI Rajut ini H. Eddy melihat kondisi dan situasi masyarakat pada saat ini yang bertepatan pada moment Pilpres 2019. Dari keresahan yang menciptakan suatu ide atau gagasan dan menghasilkan suatu simbol yang disepakati bersama yang didalamnya tersirat makna dan tujuan.

65

Gambar 3.1 Golok Si Rajut

Sumber : Dokumentasi Sanggar Manggar Kelape Kemang

Dengan demikian beberapa masyarakat menganggap adanya Golok terbesar ini merupakan bentuk suatu hiburan atau bentuk karya budaya Betawi yang sebelumnya diketahui sebagai senjata budaya Betawi.

Seperti yang diungkapkan Mubarok :

“ mungkin orang terheran – heran ya emang ada golok sebesar itu, mungkin itu si yang jadi banyak orang pengen tau. Karena ini sesuatu yang unik ya golok yang kita kenal kan paling yaudah golok yang buat motong sapi, kambing. Jadi orang jugakan bertanya Tanya tuh emang ada golok yang panjangnya 4 meter nah itu adanya dimana tuh ya difestival Palang pintu. Intinya si jadi daya Tarik aja si sebenernya, karena jadi sebuah icon aja si didalam festival itu tersendiri dan sampai sekarang itu bener kita taro dimuseum setubabakan itu. “

Jadi, suatu objek yang kemudian disepakati menjadi sebuah simbol kerap kali memiliki makna tertentu yang dapat diartikan oleh individunya.

Sesuai dengan situasi dan kondisi yang tengah berlangsung hadirnya Golok Si Rajut ini memiliki makna untuk menyatukan masyarakat. Dan keberadaan Golok Si Rajut kini menjadi suatu karya Budaya masyarakat

66

Betawi, tentunya nilai sosial dan nilai budaya sangatlah terkandung didalam Golok Si Rajut tersebut.

Selain itu, dalam tradisi palang pintu terdapat sebuah kelengkapan dalam acara tersebut adanya petasan, tidak lengkap jika tidak adanya petasan. Dalam upacara pernikahan petasan memiliki makna sebagai alat informasi atau pengabaran bagi para tetangga. Sedangkan, dalam Festival Palang Pintu Kemang menggunakan media yang ada seperti media cetak, media massa dan media sosial sebagai alat informasi atau pengabaran bagi masyarakat luas yang menggantikan fungsi petasan sebagai tanda pengabaran.

Gambar 3.2 flyer promosi melalui instagram

Sumber : isntagram: Sanggar_Manggar_Kelape

Hal tersebut dipertegas oleh salah satu informan yang bernama Bpk H. Eddy sebagai berikut:

“Oiyaa wajiblah zaman sekarang udah wajib, kalo jaman dulukan kita pake brosur sekarang udah jamannya medsos gaperlu gitu lagi kita bisa msukin ke ig, bisa masukin facebook yakan, masukin ke WA udah gabayar, kalo dulukan kita promokan pake radio kita harus bayar, kalo kita gapunya

67

jejaring temen yaa gitu kita dulu harus kerjasama sama bens radio, radio AM mutiara yak arena kita punya jaringan ahirnya lebih mudah lagi. Sekarang udah gaperlu lewat radio lagi, sekarang bisa pake media sosial kaya instagram,lewat facebook udah cepetkan tanpa kita bayar”

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan bahwa tujuan dipromosikannya festival palang pintu ini target atau pengunjung diantaranya yaitu urban, sub urban dan ekspatriat dan tourist dikarenakan acara festival palang pintu ini merupakan acara yang multifungsi tanpa menghilangkan makna dari tradisi palang pintu yang mulanya hanya digunakan dalam upacara pernikahan masyarakat Betawi. Dengan kata lain kegiatan tersebut merupakan bentuk dari mengkreasikan suatu tradisi dengan menyesuaikan situasi dan kondisi setempat. Dengan kata lain, berdasarkan konsep dari rekacipta tradisi, festival Palang Pintu, Kemang ini merupakan bentuk dari recreated tradition yang dimana Seperti yang diungkapkan oleh ( Shahab, 2004:24 ) bahwa recreated tradition adalah tradisi yang dihidupkan kembali dengan mengkreasikan tradisi tersebut sehingga memunculkan fungsi baru yang sesuai dengan tuntutan waktu dan keadaan.

Menurut informan Sdr. Mubarok :

“sebenernya palang pintu ini bukan hanya sekedar buat orang nikahan ya tapi bisa buka palang pintu. Misalkan, yang dikemas dizaman sekarang itu abang buka perusahaan dan perusahaan ini baru lounching dan gimana si biar acara ini bisa ramai maka dari itulah disewakan buka palang pintu jadi disitu misalkan abang pemilik perusaan, abang mau masuk ni sebagai konci pintu perusahaan nah nanti abang diarak sama buka palang pintu nanti ada pemantun, pesilatnya ini bakal ngelawan sama yang abang bawa, jadi Cuma sekedar buat ini aja si engga kemana – mana. “

68

Selain itu, dalam perubahan kemasan budaya ini, sanggar Manggar kelape Kemang memprakarsai sebuah acara yang besar tanpa menghilangkan unsur religiusitas masyarakat Betawi yang merupakan salah satu karakteristik masyarakat Betawi. Sesuai dengan maksud dan tujuan dibentuknya Sanggar Manggar Kelape di wilayah Kemang yaitu melestarikan Budaya Betawi memalui berbagai cara untuk menanamkan cinta akan budaya Betawi yang Tetap dengan koridor keislaman.

Dalam teori Interaksionisme simbolik Blumer bahwa untuk memahami maksud dan tujuan manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lain, maka terselenggaranya Festival palang Pintu Kemang ini tentunya disambut baik oleh semua elemen masyarakat Jakarta, khususnya bagi masyarakat Betawi karena nilai, fungsi dan makna nya tentu menghasilkan hal yang positif dalam rangka menjaga tradisi kebudayaan Betawi yaitu tradisi Kesenian Palang Pintu. Disamping menjaga dan melestarikan Budaya, diadakan nya Festival Palang Pintu Kemang ini sebagai bentuk apresiasi masyarakat Betawi Khsusunya Sanggar Manggar Kelape Kemang yang telah menggelar acara besar dengan memberdayakan masyarakat dan generasi muda dalam melakukan kegiatan positif ditengah – tengah arus global. Agar tersampainya maksud dari acara tersebut, serangkaian acara Festival palang pintu didukung penuh oleh beberapa pihak, diantaranya Pemprov DKI Jakarta dan lembaga kebudayaan Betawi laiannya yang diharapkan makusd dan tujuan sebagai pelestarian budaya sampai kepada pemahaman masyarakat.

69

Seperti yang diungkapkan oleh Bpk. H Buchori :

“sesuai dengan peraturan daerah Nomer 4 tahun 2015 tentang pelestarian budaya Betawi kemudian di perda 4 2015 pak Gubernur juga mengeluarkan peraturan gubernur nomer 229 Tahun 2016 tentang pelaksanaan budaya Betawi artinya segala aktivitas dan kaitannya mengenai Betawi diangkat kepermukaan. Nah festival palang pintu itu merupakan Budaya Betawi yang diangkat kepermukaan untuk dijadikan festival dikenali kepada masyarakat, disosialisasikan kepada masyarakat, diperkenalkan secara utuk kepada lapisan masyarakat untuk dicintai oleh masayarakat baik generasi muda atau generasi saat ini yang akan berada pada zamannya gitu. Hal itu memperkenalkan untuk melestarikan dan mengembangkan Betawi dalam bentuk festival sekarang dirayakan dan difestivalkan”

Terselenggaranya pelestarian Budaya Betawi ini hasil rekacipta yang memperbaharui atau memodifikasi unsur – unsur palang pintu dalam upacara pernikahan kemudian menjadi suatu bentuk konsumsi masyarakat seperti pantun, serta golok atau bendo. Maka dari dukungan pemerintah serta lembaga Budaya betawi menghasilkan suatu keuntungan baik nilai sosial yaitu status sosial sanggar manggar kelape kemang yang sudah dikenal oleh masyarakat luas, kemudian nilai sosial – ekonomi tersebut berupa komodifikasi.

Dokumen terkait