• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI CATATAN DAN REKOMENDASI

6.2 Rekomendasi

Dari berbagai catatan tersebut di atas, berikut ini rekomendasi untuk tindaklanjutnya:

1. Dengan adanya perbedaan makna insentif-disinsentif dalam UU No. 26/2007 dengan insentif-disinsentif dalam hukum administrasi, hal yang perlu diputuskan adalah apakah selanjutnya UU No. 26/2007 tetap menjadi acuan yang berarti tidak sesuai dengan pemahaman hukum administrasi. Hal ini perlu dipertimbangkan dengan hati-hati mengingat dalam UU No. 26/2007 juga diatur sanksi dengan hukum pidana sehingga apabila terjadi pelanggaran maka ada kemungkinan pelanggaran tersebut dapat dianggap batal demi

hukum di dalam proses pengadilan. Hal ini dikarenakan beberapa arahan dalam UU No. 26/2007 ternyata tidak sesuai dengan hukum administrasi yang berlaku. Namun bila hasil kegiatan Kajian Kebijakan Insentif dan Disinsentif dalam Penataan Ruang ini disetujui untuk diteruskan, maka hasilnya dapat menjadi masukan bagi Kementerian PU untuk melakukan revisi UU No. 26/2007 untuk pasal-pasal terkait dengan Insentif-Disinsentif agar sesuai dengan prinsip hukum administrasi.

2. Dalam hukum administrasi, insentif hanya diberikan dari pemerintah kepada masyarakat, tidak ada insentif antara pemerintah pusat kepada pemerintah daerah ataupun antarpemerintah daerah. Namun, perlu dipertimbangkan pula kemungkinan adanya insentif dari korporasi kepada masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, serta catatan-catatan lain yang telah disebutkan di atas, sebaiknya segera dilakukan kajian mendalam mengenai insentif dalam konteks hukum administrasi. Kemudian dilihat apakah ada hal-hal yang perlu disesuaikan untuk penerapannya dalam penataan ruang. Bila ada yang berbeda (karena disesuaikan), maka hal tersebut sebaiknya dijelaskan dalam peraturan yang lebih rinci tentang insentif dalam penataan ruang.

3. Sesuai dengan hasil pembahasan dalam bab-bab sebelumnya, serta catatan di atas, maka jenis-jenis insentif dan disinsentif dalam penataan ruang yang sesuai dengan hukum administrasi sehingga dapat direkomendasikan untuk digunakan adalah sebagai berikut:

No Jenis Insentif Jenis Disinsentif

1 Pembebasan/pengurangan

pajak Pencabutan/pengurangan atas insentif pemberian pembebasan atau pengurangan pajak 2 Pengurangan retribusi Pencabutan/pengurangan atas insentif pemberian

pengurangan retribusi 3 Pengurangan beban

kompensasi Pencabutan/pengurangan atas insentif pengurangan beban kompensasi

4 Subsidi Pencabutan/pengurangan atas insentif subsidi

5 Pembangunan serta pengadaan infrastruktur

Pencabutan/pembatasan atas insentif pembangunan serta pengadaan infrastruktur 6 Penghargaan dan fasilitasi Pencabutan atas insentif penghargaan dan

fasilitasi

7 Publikasi dan promosi Pencabutan atas insentif publikasi dan promosi Dengan Catatan: untuk kasus spesifik/tertentu

8 Kemudahan prosedur perizinan

Semua jenis insentif dan disinsentif tersebut di atas hanya diberikan dari pemerintah kepada masyarakat/korporasi.

4. Khusus untuk subsidi, perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai pemahaman serta penerapannya sebagai insentif. Mengingat dalam hukum administrasi pemberian insentif hanya dapat dilakukan dari pemerintah kepada masyarakat/korporasi, maka pemberian subsidi yang selama ini telah dilakukan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah tidak dapat disebut sebagai pemberian insentif, melainkan konsekuensi dari penerapan suatu kebijakan tertentu yang dianggap strategis, misalnya dalam rangka mempertahankan ketahanan pangan nasional pemerintah pusat memberikan bantuan dalam bentuk subsidi bagi pemerintah daerah untuk memelihara lahan-lahan pertanian produktifnya, dsb. Dalam hal ini masih perlu diperjelas kebijakan-kebijakan seperti apa yang membutuhkan dukungan pemerintah pusat dalam bentuk subsidi kepada pemerintah daerah, karena tentunya tidak semua kebijakan membutuhkannya; atau pemerintah daerah seperti apa yang berhak mendapatkan subsidi (misalnya pemda otonom baru hasil pemekaran).

Demikian juga pemberian subsidi dari pemerintah daerah yang satu kepada pemerintah daerah lainnya (lihat contoh Jabodetabekpunjur) juga bukan insentif tetapi dalam konteks kerjasama daerah. Hal ini menjadi isu karena dalam Permendagri No. 32/2011 disebutkan bahwa pemberian hibah dari pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya hanya dapat diberikan kepada pemerintah daerah otonom baru hasil pemekaran. Pertanyaannya adalah apakah ‘subsidi’ memiliki makna yang sama dengan ‘hibah’ dalam konteks ini.

5. Mengingat banyaknya perubahan pemahaman mengenai insentif dan disinsentif dari UU No. 26/2007 dan PP No. 15/2010 serta hal-hal yang masih harus ditindaklanjuti, maka perlu segera disusun peraturan operasional yang dapat memberikan penjelasan secara lebih lengkap dan rinci. Aturan yang lebih rinci yang seharusnya telah ada dalam PP No. 15/2010 belum dapat dilaksanakan, untuk itu diperlukan penjelasan lebih lanjut antara lain mengenai:

a. Definisi dan berbagai jenis insentif dan disinsentif yang dapat diterapkan dalam konteks penataan ruang dan pengembangan wilayah, namun tidak bertentangan dengan hukum administrasi yang berlaku;

b. Penjelasan dan contoh penerapan setiap jenis insentif dan disinsentif, termasuk mekanismenya serta peran masing-masing stakeholder yang terlibat;

c. Langkah-langkah yang perlu dilakukan bila hendak menerapkan insentif-disinsentif, antara lain meliputi:

 Penetapan tujuan dan sasaran pembangunan/pengembangan kawasan yang ingin dicapai;

Perumusan jenis insentif yang dibutuhkan, misalnya sebagai pioneer, yang sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan/pengembangan kawasan yang ingin dicapai serta sesuai dengan kondisi dan keunggulan/potensi daerah;

 Perumusan kriteria; PP No. 45/2008 pasal 5 telah menyebutkan beberapa kriteria yang dapat dikaji dan dielaborasi lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan penerapan insentif di suatu daerah;

 Melakukan kajian yang mendalam terkait dengan rencana pemberian insentif tersebut; kajian ini antara lain meliputi:

o Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan insentif;

o Jenis insentif yang paling sesuai dengan tujuan/sasaran pembangunan serta kondisi daerah yang bersangkutan;

o Analisis manfaat-biaya;

o Analisis dampak (termasuk dampaknya terhadap perubahan land use, sesuai dengan yang telah diatur dalam rencana tata ruang);

o Kebijakan lain yang harus ada/dibutuhkan agar penerapan insentif dapat efektif; o Kepada siapa insentif tersebut dapat diberikan, berapa besarnya, serta jangka

waktunya; Pada dasarnya insentif yang diberikan tersebut harus dapat diimplementasikan dan diukur.

 Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap penerapan insentif serta dampaknya dan melakukan pelaporan kepada yang berwewenang. Untuk itu penerapan insentif ini harus diadministrasikan secara baik.

d. Cara melakukan kajian yang perlu dilakukan sebelum menetapkan penerapan insentif/disinsentif: apa saja yang perlu dikaji, bagaimana melakukan penghitungan

manfaat-biaya suatu jenis insentif, bagaimana memperkirakan dampak dari suatu penerapan insentif/disinsentif, bagaimana menetapkan indikator dalam penerapan insentif, bagaimana cara menetapkan rentang waktu penerapan insentif/disinsentif?

DAFTAR PUSTAKA

Literatur dan Studi

Christian M. Rogerson, Local Investment Incentives for Urban Economic Development: Recent Debates in South African Cities, Urban Forum (2009) 20: 437 – 453.

Ditjen Penataan Ruang, Kementerian PU, Panduan Muatan RTR KSN, 2010.

Herman Rosa, Susan Kandel, Leopoldo Dimas, Compensation for Ecosystem Services and Rural Communities: Lessons from the Americas, Programa Salvadoreno de Investigacion Sobre Desarrollo Y Medio Amiente (PRISMA).

Niken Laras Ardhanti, Konsep Penerapan Insentif dan Disinsentif untuk Penanganan Lahan Kosong, Studi Kasus Wilayah Pengembangan Tegallega, Kota Bandung, Tugas Akhir, Departemen Teknik Planologi– Institut Teknologi Bandung, 2002.

Sri Legowo WD, A Mathematical Model on Water Resource Management Based on Regional Planning and Autonomous Region (Case Study on Cimanuk River Basin – West Java), Civil Engineering Dimension, Vol. 9, No. 2, 90 – 97, September 2007.

Stefan Mann, Institutional Causes of Urban and Rural Sprawl in Switzerland, Land Use Policy 26 (2009) 919 – 924.

Peraturan Perundang-Undangan

 Undang-Undang No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.  Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

 Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.  Undang-Undang No. 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan.

 Undang-Undang No. 42 tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang No. 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

 Undang-Undang NO. 36 tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

 Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

 Undang-Undang No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.  Undang-Undang No 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas yang kemudian diperkuat lagi menjadi Undang-Undang No. 36 Tahun 2000.

 Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.  Peraturan Pemerintah No. 24 /2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan.

 Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.  Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan

 Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-daerah Tertentu.

 Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah.  Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 2003 tentang Penatagunaan Tanah (merupakan turunan

dari UU 24/1992).

 Peraturan Pemerintah No. 147 tahun 2000 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2000 tentang Perlakuan Perpajakan di Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu.  Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur.  Keputusan Presiden No. 9 tahun 2008 tentang Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan

Pelabuhan Bebas Batam.

 Keputusan Presiden No. 89 Tahun 1996 yang kemudian disempurnakan dengan Keputusan Presiden No. 9 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)yang disempurnakan kembali menjadi Keputusan Presiden No. 150 Tahun 2000.  Keputusan Presiden No. 120 Tahun 1993 tentang Dewan Pengembangan Kawasan Timur

Indonesia.

 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 32 tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

 Peraturan Menteri Keuangan No. 130/PMK.011/2011 tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan.

 Peraturan Menteri Perindustrian No. 93 Tahun 2011 tentang Penerbitan Pedoman dan Tata Cara Pengajuan Permohonan Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan di Sektor Tertentu.

 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 69 tahun 2007 tentang Kerja Sama Pembangunan Perkotaan.

 Peraturan Menteri Kehutanan No. 56 tahun 2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional.

Website

http://kawasan.bappenas.go.id/index.php?option=com_content&view=article&catid=36:sub-direktorat-kawasan-khusus-perbatasan&id=66:subdit-kawasan-perbatasan

Hikmat Ramdhan, Pemerintah Negara Maju dan Berkembang telah Menerapkan Investasi Perlindungan untuk Merawat Sumber Air Mereka,

http://www.conservation.org/sites/indonesia/berita/Pages/ DanaKompensasi.aspx

Muhammad Djafar Saidi, Pajak Lingkungan: Instrumen Perlindungan Lingkungan Hidup,

83

Kajian Kebijakan Insentif dan Disinsentif Tata Ruang dalam Pembangunan Nasional

LAMPIRAN I Insentif dan Disinsentif dalam Berbagai Peraturan Perundang-undangan yang Ada

No Peraturan PerUUan Insentif Definisi Disinsentif Penjelasan

1 UU No 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang

Pasal 16 Ayat 1: Dalam PEMANFAATAN RUANG dikembangkan:

b. perangkat yang bersifat INSENTIF DAN DISINSENTIF dengan menghormati hak penduduk sebagai warganegara.

Pasal 17: Pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui kegiatan pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang.

Pasal 18:

(1) Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang diselenggarakan dalam bentuk pelaporan, pemantauan, dan evaluasi.

(2) PENERTIBAN terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang diselenggarakan dalam bentuk PENGENAAN SANKSI sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yang dimaksud dengan perangkat INSENTIF adalah pengaturan yang bertujuan memberikan RANGSANGAN terhadap kegiatan yang seiring dengan tujuan rencana tata ruang.

Apabila dengan pengaturan akan diwujudkan insentif dalam rangka pengembangan pemanfaatan ruang, maka melalui pengaturan itu dapat diberikan kemudahan tertentu:

a. di bidang ekonomi melalui tata cara pemberian kompensasi, imbalan, dan tata cara penyelenggaraan sewa ruang dan urun saham; atau

b. di bidang fisik melalui pembangunan serta pengadaan sarana dan prasarana seperti jalan, listrik, air minum, telepon dan sebagainya untuk melayani pengembangan kawasan sesuai dengan rencana tata ruang.

Yang dimaksud dengan perangkat DISINSENTIF adalah pengaturan yang

bertujuan MEMBATASi pertumbuhan atau MENGURANGI kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana kawasan ruang, misalnya dalam bentuk: a. pengenaan pajak yang tinggi; atau

b. ketidaktersediaan sarana dan prasarana. 2 UU No. 26 tahun

2007 tentang Penataan Ruang

Pasal 38 Ayat 2: Insentif yang

merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan IMBALANterhadap pelaksanaan kegiatan yang SEJALAN dengan rencana tata ruang, berupa: a. Keringanan pajak, pemberian

kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan urun saham;

Pasal 38 Ayat 3: Disinsentif yang merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi

pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang TIDAK SEJALAN dengan rencana tata ruang, berupa:

a. Pengenaan pajak yang tinggi

Pasal 38 (1): Penerapan insentif atau disinsentif secara terpisah dilakukan untuk perizinan skala kecil/individual sesuai dengan peraturan zonasi, sedangkan penerapan insentif dan disinsentif secara bersamaan diberikan untuk perizinan skala besar/kawasan karena dalam skala besar/kawasan dimungkinkan adanya

pemanfaatan ruang yang dikendalikan dan didorong pengembangannya secara

84

No Peraturan PerUUan Insentif Definisi Disinsentif Penjelasan

b. Pembangunan serta pengadaan infrastruktur;

c. Kemudahan prosedur perizinan

dan/atau;

d. Pemberian penghargaankepada masyarakat swasta dan/atau pemerintah daerah.

yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang; dan/atau

b. Pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti.

bersamaan.

Ayat 3: Disinsentif berupa pengenaan pajak yang tinggi dapat dikenakan untuk pemanfaatan ruang yang tidak sesuai rencana tata ruang melalui penetapan nilai jual objek pajak (NJOP) dan nilai jual kena pajak (NJKP) sehingga pemanfaat ruang membayar pajak lebih tinggi. Ayat 5: Insentif dapat diberikan antarpemerintah daerah yang saling berhubungan berupa subsidi silang dari daerah yang penyelenggaraan penataan ruangnya memberikan dampak kepada daerah yang dirugikan, atau antara pemerintah dan swasta dalam hal pemerintah memberikan preferensi kepada swasta sebagai imbalan dalam mendukung perwujudan rencana tata ruang.

Pasal 35: PENGENDALIAN pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.

Pasal 38 Ayat 4-5:

(4) Insentif dan disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak masyarakat.

(5) Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh: a. Pemerintah kepada pemerintah daerah;

b. pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya; dan c. pemerintah kepada masyarakat.

Pasal 39: Pengenaan sanksi merupakan tindakan PENERTIBAN yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang TIDAK SESUAI dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi.

3 PP 15 tahun 2010 tentang

Penyelenggaraan Penataan Ruang

Pasal 169: Pemberian insentif dan disinsentif dalam penataan ruang diselenggarakan untuk:

a. meningkatkan UPAYA PENGENDALIAN pemanfaatan ruang dalam rangka mewujudkan tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang;

b. MEMFASILITASI kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan dengan rencana tata ruang; dan

c. meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan dalam rangka pemanfaatan ruang yang sejalan dengan rencana tata ruang.

Pasal 170

1) INSENTIF dapat diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang pada

Pasal 176

(1) DISINSENTIF diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang

85

Kajian Kebijakan Insentif dan Disinsentif Tata Ruang dalam Pembangunan Nasional

No Peraturan PerUUan Insentif Definisi Disinsentif Penjelasan

kawasan yang DIDORONG pengembangannya.

2) Insentif diberikan dengan tetap menghormati hak orang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Pasal 171

(1) Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 170 dapat berupa insentif fiskal dan/atau insentif non fiskal.

pada kawasan yang DIBATASI pengembangannya.

(2) Disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak orang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 177

(1) Disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 176 berupa disinsentif fiskal dan disinsentif non fiskal. 4 UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 42

1) Dalam rangka melestarikan fungsi lingkungan hidup, Pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengembangkan dan menerapkan INSTRUMEN EKONOMI LINGKUNGAN HIDUP.

2) Instrumen ekonomi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi; b. pendanaan lingkungan hidup; dan

c. INSENTIF DAN/ATAU DISINSENTIF. Pasal 43

(1) Instrumen perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf a meliputi:

a. neraca sumber daya alam dan lingkungan hidup;

b. penyusunan produk domestik bruto dan produk domestik regional bruto yang mencakup penyusutan sumber daya alam dan kerusakan lingkungan hidup;

c. mekanisme kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup antardaerah; dan

d. internalisasi biaya lingkungan hidup.

(2) Instrumen pendanaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf b meliputi:

a. dana jaminan pemulihan lingkungan hidup;

Pasal 42 (c): INSETIF merupakan upaya memberikan DORONGAN atau DAYA TARIK secara moneter dan/atau nonmoneter kepada setiap orang ataupun Pemerintah dan pemerintah daerah agar MELAKUKAN KEGIATAN YANG BERDAMPAK POSITIF pada cadangan sumber daya alam dan kualitas fungsi lingkungan hidup.

DISINSENTIF merupakan PENGENAAN BEBAN atau ANCAMAN secara moneter dan/atau nonmoneter kepada setiap orang ataupun Pemerintah dan

pemerintah daerah agar MENGURANGI KEGIATAN YANG BERDAMPAK NEGATIF pada cadangan sumber daya alam dan kualitas fungsi lingkungan hidup.

86

No Peraturan PerUUan Insentif Definisi Disinsentif Penjelasan

b. dana penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan dan pemulihan lingkungan hidup; dan

c. dana amanah/bantuan untuk konservasi.

(3) Insentif dan/atau disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf c antara lain diterapkan dalam bentuk:

a. pengadaan barang dan jasa yang ramah lingkungan hidup; b. penerapan pajak, retribusi, dan subsidi lingkungan hidup;

c. pengembangan sistem lembaga keuangan dan pasar modal yang ramah lingkungan hidup;

d. pengembangan sistem perdagangan izin pembuangan limbah dan/atau emisi;

e. pengembangan sistem pembayaran jasa lingkungan hidup; f. pengembangan asuransi lingkungan hidup;

g. pengembangan sistem label ramah lingkungan hidup; dan

h. sistem penghargaan kinerja di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. 5 UU No. 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Pasal 37

Pengendalian Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah melalui pemberian:

a. insentif; b. disinsentif; c. mekanisme perizinan; d. proteksi; dan e. penyuluhan. Pasal 38

INSENTIF sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf a diberikan kepada PETANI berupa:

a. keringanan Pajak Bumi dan Bangunan; b. pengembangan infrastruktur pertanian;

c. pembiayaan penelitian dan pengembangan benih dan varietas unggul; d. kemudahan dalam mengakses informasi dan teknologi;

e. penyediaan sarana dan prasarana produksi pertanian;

f. jaminan penerbitan sertifikat bidang tanah pertanian pangan melalui

Pasal 29 Ayat (3)

Pemerintah dan pemerintah daerah berkewajiban memberikan perlindungan dan pemberdayaan serta insentif yang sesuai

kepada petani yang memiliki hak atas tanah yang ingin memanfaatkan tanahnya untuk pertanian Pangan Pokok, tetapi miskin dan memiliki keterbatasan akses terhadap faktor-faktor produksi sehingga menelantarkan tanahnya.

Pasal 41

Insentif lainnya dapat diberikan sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan daerah, antara lain, berupa pemberian fasilitasi pendidikan

dan pelatihan, jaminan kesehatan dasar, kemudahan prosedur memperoleh subsidi pertanian, dan penghargaan.

87

Kajian Kebijakan Insentif dan Disinsentif Tata Ruang dalam Pembangunan Nasional

No Peraturan PerUUan Insentif Definisi Disinsentif Penjelasan

pendaftaran tanah secara sporadik dan sistematik; dan/atau g. penghargaan bagi petani berprestasi tinggi.

Pasal 39

1) Pemerintah dapat memberikan insentif dalam bentuk pengalokasian anggaran secara khusus atau bentuk lainnya kepada pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Pemerintah daerah provinsi dapat memberikan insentif dalam bentuk pengalokasian anggaran secara khusus atau bentuk lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 41

Selain insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf a sampai dengan Pasal 40, Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota dapat memberikan insentif lainnya sesuai dengan kewenangan masing-masing.

Pasal 42

DISINSENTIF sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf b berupa PENCABUTAN INSENTIF dikenakan kepada petani yang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34.

Pasal 70 ayat (2) SANKSI ADMINISTRATIF sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:

a. peringatan tertulis;

b. penghentian sementara kegiatan; c. penghentian sementara pelayanan umum; d. penutupan lokasi;

e. pencabutan izin; f. pembatalan izin;

g. pembongkaran bangunan; h. pemulihan fungsi lahan;

i. PENCABUTAN INSENTIF; dan/atau j. denda administratif.

88

No Peraturan PerUUan Insentif Definisi Disinsentif Penjelasan

Catatan: dalam hal butir (i), makna Sanksi Adminisitratif menjadi sama dengan makna Disinsentif.

6 UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Bagian Ketiga Pengendalian Paragraf 1 Program Akreditasi Pasal 40

(4) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah memberikan INSENTIF kepada pengelola program Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang telah mendapat akreditasi berupa:

a. bantuan program sesuai dengan kemampuan Pemerintah yang dapat diarahkan untuk mengoptimalkan program akreditasi; dan/atau b. bantuan teknis.

BAB XVI SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 71

(1) Pelanggaran terhadap persyaratan sebagaimana tercantum di dalam HP-3 dikenakan sanksi administratif.

(2) Sanksi administratif sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) berupa peringatan, pembekuan sementara, denda administratif, dan/atau pencabutan HP-3.

Pasal 72

1) Dalam hal program Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil tidak dilaksanakan sesuai dengan dokumen perencanaan, Pemerintah dapat MENGHENTIKAN DAN/ATAU MENARIK KEMBALI INSENTIF yang telah diberikan kepada Pemerintah Daerah, pengusaha, dan Masyarakat yang telah memperoleh Akreditasi.

2) Pemerintah Daerah, pengusaha, dan Masyarakat wajib memperbaiki ketidaksesuaian antara program pengelolaan dan dokumen perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

3) Dalam hal Pemerintah Daerah, pengusaha, dan Masyarakat tidak

melakukan perbaikan terhadap ketidaksesuaian pada ayat (2), Pemerintah dapat melakukan tindakan:

a. pembekuan sementara bantuan melalui Akreditasi; dan/atau

KETENTUAN UMUM

Akreditasi adalah prosedur pengakuan suatu

kegiatan yang secara konsisten telah memenuhi standar baku sistem Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang meliputi penilaian, penghargaan, dan insentif terhadap program-program pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat secara sukarela.

DASAR PEMIKIRAN

Masyarakat perlu didorong untuk mengelola wilayah pesisirnya dengan baik dan yang telah berhasil perlu diberi INSENTIF, tetapi yang merusak perlu diberi SANKSI.

Pasal 40 Ayat (4)

Insentif yang dapat diberikan berupa: a. bantuan program meliputi:

1. program yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan, pengakuan formal dalam bentuk

Dokumen terkait