PROGRAM STRATEGIS DAN REKOMENDASI KADIN
REKOMENDASI KADIN
Dalam menghadai krisis global saat ini, Kadin Indonesia menilai pemeritah masih bertindak setengah-setengah ketika banyak negara melangkah agresif dengan menambah alokasi
belanja pemerintah sebagai stimulus ekonomi. Stimulus diperlukan untuk membangun keyakinan, menumbuhkan permintaan dan menghindari pemutusan hubungan kerja (PHK). Stimulus ekonomi menjadi inisiatif global untuk mereduksi perluasan ekses dari krisis finansial saat ini. Telah digagas dan diimplementasikan banyak negara. Stimulus ekonomi diimplementasikan dengan kesadaran bahwa tekanan akibat ekses krisis finansial saat ini tak cukup direspons dengan bertahan. Respons atas tekanan itu harus langsung pada jantung persoalannya, yakni membangkitkan keyakinan dan kepercayaan publik, mendorong permintaan atau konsumsi dan menciptakan lapangan kerja baru. Stimulus ekonomi dijadikan trouble shooter.
Stimulus ekonomi di banyak negara pun lebih terarah pada ekonomi yang mengandalkan kegiatan produksi barang dan jasa, bukan ekonomi finansial. Muncul kecenderungan untuk menyeimbangkan fungsi serta peran ekonomi riil dan ekonomi keuangan. Kecenderungan ini menguat setelah disadari bahwa mengandalkan sektor keuangan dan sistem perbankan sebagai nakhoda pembangunan ekonomi tak jarang menimbulkan ketidak pastian yang berlarut-larut.
Rangkaian stimulis ekonomi di sejumlah negara itu menggambarkan bagaimana upaya pemerintah di setiap negara membangkitkan keyakinan (confidence) masyarakat. Bagaimana pun, secara psikologis, paket stimulus ekonomi akan mampu membangun optimisme masyarakat dalam menangkal setiap ekses dari krisis finansial sekarang ini. Semua paket stimulus itu fokus pada upaya mendongkrak permintaan atau konsumsi dan mereduksi ancaman gelombang PHK.
Apa yang sudah kita lakukan untuk lolos dari kebuntuan akibat krisis finansial global sekarang? Kita lebih sibuk merumuskan langkah-langkah pengamanan. Kita bahkan terkesan ragu dan bertindak setengah-setengah dalam menerobos kebuntuan saat ini. Masukan atau aspirasi dari dunia usaha dan para ekonom praktis tak digubris.
Pemerintah baru menjanjikan percepatan penyerapan anggaran belanja pemerintah sebesar Rp 100 triliun sepanjang Desember 2009 serta penurunan pajak Rp 12,5 trilyun. Kebijakan yang telah direalisasikan pekan ini adalah penurunan harga premium bersubsidi sebesar Rp 500 per liter. Pemerintah juga menjanjikan stimulus fiskal lain yang belum diketahui modelnya.
Komunitas pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengingatkan pemerintah tentang urgensi stimulus fiskal. langkah ini diperlukan karena perekonomian nasional telah bertahun-tahun terperangkap oleh rendahnya daya beli rakyat dan memburuknya kinerja sektor riil. Krisis finansial saat ini praktismengeskalasi persoalan yang melingkupi perekonomian kita.
Untuk itu, Kadin Indonesia merekomendasikan pada pemerintah untuk segera menyiapkan stimulus yang diperlukan untuk membongkar perangkap yang terbentuk oleh rendahnya konsumsi dan lesunya sektor riil kita. Memburuknya kinerja sektor riil praktis menyulitkan perusahaan meningkatkan pendapatan atau upah pekerja. Upah pekerja yang tetap ditengah kenaikan harga barang dan jasa berakibat pada turunnya daya beli pekerja, otomatis menurunkan konsumsi atau permintaan. Pada gilirannya pertumbuhan ekonomi yang terganggu. Kadin Indonesia berpendapat, kekuatan konsumsi dan daya beli rakyat harusnya dijaga secara konsisten, karena sudah terbukti bahwa konsumsi masyarakat menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kini, bukan hanya daya beli orang kebanyakan yang anjlok, tetapi masyarakat yang berkecukupan pun mulai mengurangi volume konsumsinya sebagai tindakan berjaga-jaga.
Kadin juga merekomendasi stimulus fiskal berupa penundaan pajak bagi usaha yang banyak menyerap tenaga kerja sebagai salah satu stimulus. Kewajiban pajak yang ditunda bisa digunakan pengusaha untuk membayar para pekerja.
Dunia usaha juga mendesak pemerintah menurunkan harga solar bersubsidi Rp 1.000 per liter. Penurunan harga solar bersubsidi akan mendongkrak daya beli masyarakat secara signifikan dan menjadikannya sebagai dukungan untuk menstimulus kinerja sektor riil. Kadin bahkan yakin menurunkan harga solar akan memberi dampak luas bagi sektor riil, terutama Usaha Kecil Menengah (UKM). Harga solar yang murah akan meningkatkan produksi industri makanan dan minuman, serta mengurangi beban biaya distribusi barang. Nelayan bisa meningkatkan daya saingnya dan melanjutkan usaha penangkapan ikan.
Mengingat penurunan harga premium-solar bersubsidi sebagai stimulus fiskal, faktor keseimbangan APBN tidak harus diprioritaskan, setidaknya untuk saat ini ketika kita tak bisa menghindar dari ekses krisis finansial. Kita harus tegar dalam menstimulir potensi ekonomi masyarakat. Ketegaran itu menuntut pengorbanan pemerintah-negara yang diimplementasikan melalui keberanian merancang defisit APBN tahun berjalan-tahun mendatang sedikit lebih besar. Mengapa tidak melihat defisit itu sebagai investasi pemerintah-negara dalam upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Untuk mendongkrak kekuatan konsumsi rumah tangga, pemerintah perlu menurunkan harga gas elpiji dan tarif listrik. Penurunan harga gas dan tarif listrik membuat biaya produksi semua sektor usaha lebih efisien dengan harga produk yang lebih kompetitif. Faktor stimulus lainnya yang amat diperlukan saat ini adalah penurunan BI Rate hingga menjadi 8,5 persen, penurunan tarif listrik, menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Kadin juga mengharapkan dukungan kuat dari perbankan, dengan menurunkan suku bunga pinjaman menjadi 13 persen. Suku bunga pinjaman sekarang yang mencapai 17 persen terlalu berat bagi pengusaha.
Selain itu, belajar dari pengalaman tahun ini dan tahun sebelumnya, Kadin merekomendasikan pemerintah agar pada tahun 2009 dan seterusnya meningkatkan efektivitas pengelolaan anggaran sehingga publik berani mengandalkan APBN sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Penyerapan anggaran yang begitu lamban dalam tahun-tahun terakhir ini mestinya tak berulang di tahun-tahun mendatang.
Menempatkan Pokok-Pokok Pikiran yang disampaikan Ketua Umum Kadin Indonesia sebagai kebijakan utama Kadin Indonesia 2008 – 2013 yaitu :
1. Memantapkan stabilisasi ekonomi dengan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, memulihkan transaksi antar bank, dan tersedianya likuiditas maupun pendanaan yang memadai untuk kelancaran sektor usaha.
2. Menyediakan rambu-rambu untuk mencegah masalah keuangan yang berpotensi sistemik dengan mekanisme yang jelas dan dapat segera diimplementasikan apabila terjadi krisis likuiditas perbankan.
3. Mempercepat tersedianya paket stimulus yang signifikan dan mencakup insentif perpajakan untuk sektor padat karya dan UKM,maupun percepatan waktu restitusi pajak.
4. Mempercepat pelaksanaan ekspansi fiskal yang effektif khususnya penyerapan optimal untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dsb.
5. Mempercepat implementasi kebijakan sektor agro, pangan dan energi melalui koordinasi erat antar departemen, dan antara pusat dan daerah.
pembebasan pajak untuk barang barang tertentu untuk meningkatkan permintaan domestik.
7. Mendorong percepatan pelaksanaan proyek infrastruktur yang terbentur berbagai kendala, dan pengembangan industri kreatif nasional.
8. Mengkaji peluang efisiensi biaya logistik dipelabuhan, biaya listrik peak hour dsb. dan rasionalisasi berbagai iuran dan retribusi baik dipusat maupun daerah.
9. Terus memajukan Indonesia sebagai tempat investasi atraktif, dan melakukan perlindungan pasar dalam negeri dari barang selundupan dan melalui mekanisme yang disepakati WTO.
10. Meningkatkan daya saing dan produktivitas daerah dan nasional dengan melalui lembaga Peningkatan Daya Saing Nasional dan penguatan organisasi di Kadin untuk urusan daya saing.
11. Meningkatkan keterlibatan Kadin dalam setiap pengadaan barang dan jasa pemerintah sekaligus meningkatkan peran serta UMKM serta mengganti Keppres 80/2003 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah dengan Perpres pengadaan barang dan jasa pemerintah yang lebih jelas dan tegas untuk menjamin percepatan penyerapan APBN/APBD.
12. Pemberdayaan dan pengembangan PT UKM Indonesia untuk akses pemasaran dan PT PKPI untuk akses ke finance khususnya untuk UMKM di daerah.
13. Implementasi Hasil Rakornas Kadin Perdagangan 2008 seperti yang terdapat dalam Buku Butir-butir Pemikiran Perdagangan Indonesia 2009-2014 sebagai Roadmap Perdagangan KADIN Indonesia dengan memberi perhatian pada pemberdayaan toko/warung dan pasar-pasar tradisional di tingkat pedesaan dan perkampungan.
14. Penyusunan cetak biru pengembangan bisnis dan potensi usaha daerah dan nasional dengan memperhatikan Roadmap Kadin Indonesia dengan melibatkan Kadin Provinsi. 15. Meningkatkan peran Kadin dalam pembangunan perdesaan termasuk dalam hal
pengembangan produk andalan, unggulan dan akses pasar sentra-sentra produksi. 16. Peran dominan pelaku usaha Indonesia dalam perekonomian dan pasar domestik. 17. Meningkatkan citra Indonesia khususnya dalam hal peningkatan industri pariwisata. 18. Stimulus pemberdayaan UMKM (penggunaan APBD untuk UMKM diperbesar).
19. Peningkatan ekspor melalui eksibisi dan promosi yang dikoordinir oleh Kadin dan memanfaatkan informasi dan jaringan pasar yang tersedia.
20. Peningkatan peran pendidikan, pelatihan dan penelitian untuk meningkatkan kompetensi, inovasi, dan teknologi melalui kerja sama Kadin, Lembaga Pendidikan dan Pemerintah dan untuk menumbuhkan industri kreatif.
21. Penciptaan dan pengembangan pebisnis baru melalui pelatihan kewirausahaan (entrepreneurship).
22. Gerakan dunia usaha yang berwawasan kebangsaan.
23. Pembentukan media komunikasi penanganan ancaman krisis ekonomi melalui pembentukan crisis centre (antara lain website yang merupakan link antara Pemerintah dan Kadin).
24. Melanjutkan program insentif bagi industri dalam negeri yang seimbang antara industri hulu dan hilir melalui harmonisasi tarif dan penghindaran pajak berganda baik di pusat maupun di daerah.
25. Meningkatkan likuiditas bagi dunia usaha dan menekan suku bunga kredit dengan memberlakukan blanket guarantee (jaminan penuh simpanan) dan program lainnya.