• Tidak ada hasil yang ditemukan

Index of /enm/images/dokumen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Index of /enm/images/dokumen"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

I

KATA PENGANTAR

Musyawarah Nasional V Kamar Dagang dan Industri (Munas V Kadin) dilaksanakan ketika kinerja pertumbuhan perekonomian Indonesia berada dibawah bayang-bayang ancaman perekonomian global yang menunjukkan kondisi kurang menggembirakan, yang dipicu kejatuhan Sub-prime Mortage di Amerika Serikat. Resesi ekonomi dunia yang dipastikan akan berdampak pada mengeringnya likuiditas perbankan, menurunnya pangsa pasar ekspor, meningkatnya persaingan di pasar dalam negeri akibat masuknya produk negara pesaing, menurunnya harga komoditi unggulan Indonesia, menurunnya daya beli masyarakat dan bahkan ancaman pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja yang diperkirakan akan terasa dampaknya memasuki tahun-tahun mendatang.

Lima tahun masa kepengurusan Kadin Indonesia juga diwarnai berbagai perkembangan di dunia dalam suasana ekonomi dunia yang serba tidak pasti. Berbagai harga komoditi dunia seperti minyak, energi, komoditi pangan dan pertanian serta komoditi lainnya – berfluktuasi dan berubah cepat dalam keseharian sehingga acapkali sulit diramalkan dan diantisipasi arah perubahannya.

Dalam suasana yang dipengaruhi oleh ancaman krisis perekonomian seperti itu Kepengurusan Kadin periode 2004-2008 harus menjalankan fungsi dan peranannya sebagai induk organisasi dunia usaha sebagaimana diamanahkan dalam Undang-undang No. 1 tahun 1987 tentang Kadin untuk melaksanakan Munas V Kadin. Munas V Kadin memiliki posisi strategis untuk mempersiapkan penyusunan garis-garis besar kebijakan dan program umum organisasi dalam periode lima tahun 2008 – 2013, oleh karena itu dalam upaya mengatasi permasalahan aktual yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia pada saat ini, Dewan Pengurus Kadin Indonesia menetapkan tema Munas V Kadin : “Membangun Ekonomi Daerah untuk Kebangkitan Ekonomi Nasional” dan sub tema “Peran Wirausahawan, UMKM, Daerah dalam meningkatkan Produktivitas Ekonomi yang Berwawasan Lingkungan dengan Kekuatan Dasar di Bidang Pertanian, Perikanan dan Energi”.

Kegiatan Munas juga diisi dengan Paralel Meeting dan Business Forum yang berkaitan dengan tema Munas yaitu : (1) Paralel Meeting paparan dan dialog dengan Menteri Pertanian; (2) Business Forum: Indonesia-China Energy Forum diisi paparan dan dialog dengan Meneteri Energi dan Sumber Daya Mineral dan Paparan Kunci oleh Wakil Perdana Menteri Republik Rakyat Cina (laporan terpisah).

Munas V Kadin dilaksanakan tanggal 21-22 Desember 2008 di Jakarta Convention Center, Jakarta, diikuti oleh lebih dari seribu orang terdiri dari para pimpinan utusan anggota dari Kadin Provinsi, Dewan Pertimbangan Kadin Indonesia, Anggota Kehormatan Kadin Indonesia, Dewan Pengurus Lengkap Kadin Indonesia, Utusan Asosiasi/Himpunan Tingkat Nasional, Utusan Kadin Kabupaten/Kota, Tokoh-tokoh Pengusaha dan Masyarakat Indonesia, Pengusaha Asing dan Pejabat Pemerintah.

Buku Rangkuman (proceeding) Hasil Munas V Kadin ini berisi highlight dari sambutan-sambutan penting dan kesimpulan hasil dari pelaksanaan Munas V Kadin.

Kami mengharapkan bahwa buku ini dapat memudahkan terutama bagi jajaran Kadin beserta stakeholder Kadin lainnya, dalam mempelajari dan menerapkan Hasil Munas V Kadin sesuai kepentingan dan tugas serta fungsi masing-masing.

Jakarta, Januari 2009

Musyawarah Nasional V Kamar Dagang dan Industri Ketua Penyelenggara,

(2)

II

DAFTAR ISI

I.Kata Pengantar II.Daftar Isi III.Pendahuluan

IV.Pokok-pokok sambutan :

1) pembukaan Ketua Umum Kadin Indonesia

2) Pokok-pokok sambutan Presiden Republik Indonesia 3) Pokok-pokok sambutan Menko Perekonomian R.I. 4) Pokok-pokok sambutan Menteri Dalam Negeri

V.Hasil-hasil Munas V Kadin

1. Kebijakan Umum dan Rencana Kerja Umum Kadin 2008-2013 A. Kebijakan Umum

B. Rencana Kerja Umum

2. Kebijakan Keorganisasian Kadin 2008-2013 3. Program Strategis dan Rekomendasi Kadin

(3)

III

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Musyawarah Nasional (Munas) ke V Kadin adalah perangkat organisasi Kadin Indonesia sebagai lembaga perwakilan anggota dan merupakan lembaga kekuasaan tertinggi organisasi Kamar Dagang dan Industri Indonesia. Musyawarah Nasional (Munas) ke V Kamar Dagang dan Industri karena itu memiliki posisi strategis untuk mempersiapkan penyusunan garis-garis besar kebijakan organisasi dalam periode lima tahunan 2009-2014. Sebagai bagian dari persiapan tersebut, Kadin Indonesia telah mencatatkan kondisi perekonomian sampai akhir 2008.

Kinerja pertumbuhan perekonomian Indonesia 2008 berada dibawah bayang-bayang ancaman perekonomian global yang menunjukkan kondisi kurang menggembirakan, yang dipicu kejatuhan kredit Sub-prime Mortgage di Amerika Serikat. Kejatuhan sektor keuangan global diperkirakan akan berdampak pada mengeringnya likuiditas pasar modal dan perbankan global yang akan diiringi dengan penarikan dana sehingga pendanaan valuta asing akan sulit didapat dan menjadi mahal. Dampak lanjutan kejatuhan sektor keuangan itu dikhawatirkan akan terjadi efek kepada sektor riel yang akan mengalami kesulitan melakukan refinancing. Krisis keuangan juga diperkirakan akan mengakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan di tahun 2008 dan 2009. Oleh karena itu, hampir seluruh negara di dunia akan mengalami dampak ekonomi global yang berakibat pada penurunan permintaan impor dan mendorong penurunan harga komoditas global sehingga menekan perekonomian negara-negara berkembang.

B. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN NASIONAL TAHUN 2008 01. Ekonomi Makro per 2008

Perekonomian Indonesia yang dapat tumbuh sebesar 6,4 persen pada semester I 2008 merupakan suatu hal yang cukup menggembirakan di tengah melemahnya perekonomian dunia. Dilihat dari dari empat komponen pengguna Produk Domestik Bruto (PDB) terlihat bahwa ekspor dan investasi fisik (Pembentukan Modal Tetap Bruto) merupakan motor penggerak utama yang telah mendorong pertumbuhan sebesar itu. Pada periode tersebut ekspor barang dan jasa mencatat pertumbuhan sebesar 15,8 persen, dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) mencapai pertumbuhan sebesar 14,1 persen yang menunjukkan semakin besarnya minat investasi di Indonesia. Hampir semua jenis investasi mencatatkan pertumbuhan positif, namun pertumbuhan tertinggi terjadi pada investasi alat angkutan dalam negeri dan alat angkut luar negeri.

Terjaganya stabilitas makroekonomi jelas merupakan hasil kerja keras pemerintah melalui Bank Indonesia. Sebagai lembaga yang bertugas menjaga laju inflasi dan menjaga stabilitas kurs mata uang rupiah, Bank Indonesia dapat dikatakan berhasil menjaga nilai rupiah pada level yang relatif aman bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Intervensi Bank Indonesia umumnya berhasil membawa kurs rupiah ke tingkat yang lebih aman, meskipun kebijakan ini membawa konsekuensi pada menurunnya cadangan devisa. Namun, kinerja ekspor yang sangat baik selalu meningkatkan kembali cadangan devisa. Begitu juga karena adanya dana global bond senilai US$ 2,2 miliar pada akhir bulan Juni lalu, dan mulai masuknya foreign direct investmen (FDI) ke Indonesia semakin meningkatkan cadangan devisa.

02. Pertumbuhan PDB

(4)

Indonesia mencapai 6,4 persen. Kondisi ini membuktikan bahwa daya tahan perekonomian Indonesia sudah lebih kuat dalam menghadapi berbagai shock, baik dari dalam maupun luar negeri. Dampak krisis ekonomi Amerika Serikat terhadap perekonomian Indonesia diperkirakan tidak sebesar dampaknya pada China dan Vietnam. Hal ini disebabkan fundamental perekonomian Indonesia sudah semakin baik dengan semakin berkurangnya distorsi pasar dalam perekonomian dan terjaganya stabilitas moneter dalam negeri.

03. Kepercayaan Investor Institusional Asing

Kenaikan investasi fisik Produk Domestik Bruto sejalan dengan kenaikan investasi dalam bentuk penanaman modal. Dari data investasi periode Januari – Juni 2008, atau paruh pertaman tahun 2008, terlihat bahwa realisasi investasi dalam bentuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar 32 prosen. Sementara pertumbuhan investasi asing pada Januari – Juni 2008 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya meningkat sangat tinggi hingga 160 prosen, walaupun pertumbuhan untuk PMDN terkoreksi sampai sekitar 60 prosen.

Membaiknya iklim investasi juga terlihat dari peningkatan pemintaan dari berbagai barang import, khususnya capital goods maupun raw material. Permintaan importedcapital goods pada semester I/2008 mencapai USD 8,165 miliar, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD4,758 miliar. Hal yang sama juga terlihat pada permintaan imported raw material yang pada semester I/2008 mencapai USD45,002 miliar lebih besar dibandingkan semester I 2007 yang baru mencapai USD25,714 miliar.

04. Perbankan Membaik, tapi Undisbursed Loans Tinggi

Sektor perbankan menunjukkan kondisi yang baik di mana NPL sistem perbankan berada pada posisi 4,0% per Juli 2008 dibandingkan 4,6% di tahun 2007, dengan tingkat LDR yang telah mencapai 79% per Juli dibandingkan 69,2% di 2007, serta CAR yang terjaga di level 17,6%, jauh di atas ketentuan minimum 8% - dengan catatan bahwa jumlah kredit yang belum dicairkan (undisbursed loans) masih tetap tinggi.

5. Pendukung Utama Pertumbuhan

Sementara itu secara sektoral, pendukung utama pertumbuhan adalah Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, yang tumbuh sebesar 20 persen pada semester I 2008. Kemudian diikuti oleh Sektor Listik, Gas dan Air Bersih yang tumbuh sebesar 11,9 persen, dan Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan yang tumbuh sebesar 8 persen. Tingginya pertumbuhan pada ketiga sektor jasa ini menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur di Indonesia berjalan cukup pesat seiring dengan tingkat investasi di ketiga sektor tersebut.

Meskipun Sektor Industri Pengolahan hanya tumbuh sebesar 4,1 persen, namun sektor ini tetap merupakan sektor penggerak ekonomi yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Lebih dari separuh PDB atas dasar harga berlaku pada triwulan II 2008 berasal dari tiga sektor terbesar, yaitu Sektor Industri Pengolahan, Sektor Pertanian, dan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran. Masing-masing sektor ini memberikan kontribusi 27,3 persen, 14,7 persen, dan 1,3 persen terhadap PDB.

6. Ekspor

(5)

07. Kebijakan Fiskal

Dari sisi pengelolaan fiskal penurunan asumsi harga minyak dunia juga akan mengurangi tekanan defisit anggaran. Defisit anggaran 2008 yang semula diperkirakan dapat melebihi 2% diproyeksikan untuk dapat ditekan di kisaran 1,7%.

Kendati terpaksa menghadapi tekanan inflasi yang tinggi akibat melonjaknya harga minyak mentah dan harga komoditas pangan, namun secara keseluruhan stabilitas makro ekonomi Indonesia dapat dijaga dengan baik. Kurs nilai tukar rupiah dapat dikatakan stabil, bahkan cenderung terus menguat, sehingga dalam delapan bulan pertama tahun 2008, kurs rupiah mengalami apresiasi (penguatan) sebesar 2,2 persen. Terjaganya stabilitas nilai rupiah memegang peranan penting, tidak saja pada tingkat daya saing ekspor Indonesia sehingga tercapainya pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi, tetapi juga dalam menahan laju inflasi agar tidak diperburuk oleh adanya imported inflation.

08. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Biaya operasi moneter yang besar yang harus ditanggung oleh Bank Indonesia juga perlu mendapatkan perhatian. Tercatat setiap tahunnya dibutuhkan dana sekitar lebih dari Rp. 22 triliun untuk membayar bunga SBI dan FasBI; apalagi dengan kecenderungan jumlah Operasi Pasar Terbuka (SBI dan FasBI) yang makin meningkat menjadi sekitar Rp. 300 triliun. Besarnya jumlah bunga SBI dan FasBI ini juga akan menimbulkan semakin banyaknya likuiditas di pasar, dan kalau tidak segera dibenahi akan dapat membawa kita ke arah perangkap likuiditas (liquidity trap) dimana keijakan moneter akan menjadi tidak efektif lagi.

09. Logistik

Sektor logistik merupakan urat nadi bagi perdagangan dalam negeri maupun internasional. Sektor logsitik juga merupakan faktor penentu upaya menghilangkan kesenjangan antara daerah, yang berati juga menentukan keberhasilan pemerataan perekonomian nasional. Tanpa kelancaran bekerjanya sektor logistik, proses produksipun dapat terganggu. Inflasipun akan dapat menjadi lebih tinggi akibat terjadinya ketersendatan di jalan raya dan di pelabuhan. Faktor lokasi dan ketepatan waktu menjadi sangat penting untuk diperhatikan, apalagi menjelang di lakukannya upaya menuju terbentuknya ASEAN economic community, di mana sektor logistik menjadi salah satu sektor yang pertama yang akan diintegrasikan. Permasalahan di sektor logistik bukan hanya menyangkut pengurangan ongkos angkut. Perkembangan logistik yang baik harus selalu dikaitkan dalam mata rantai suplai dan arus barang/jasa. Ketentuan hukum yang jelas pun dibutuhkan untuk mengurangi ketidakpastian dalam menjalankan usaha logistik. Perlu dipertegas kewenangan instansi untuk menangani sektor logistik, baik antara departemen perdagangan, departemen perhubungan dan kementerian komunikasi dan informasi.

C. PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH

01. Pembangunan Ekonomi Daerah

(6)

02. Usaha Menengah Kecil dan Mikro

Menurut data Sensus Ekonomi tahun 2006 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik berdasarkan kreteria UMKM sesuai dengan perundangan-undangan yang berlaku, jumlah UMKM tercatat mencapai jumlah 22,73 juta unit atau 99,8 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional.

UMKM, yang sebagian besar berada di sektor informal dan terbukti mampu menjadi katup pengaman pada krisis 1997, memiliki posisi strategis dalam perekonomian Indonesia. Sektor ini menyumbang 53,28 persen produk domestik bruto nasional (2006), 15,44 persen dari total nilai ekspor dan menyerap 37,96 juta tenaga kerja atau 46,91 persen dari total penyerapan tenaga kerja nasional. Kendati memiliki posisi strategis, UMKM sering dihadapkan pada situasi tidak kondusif, termasuk yang bersumber dari kebijakan pemerintah.

03. Pemerataan Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tujuan pokok pembangunan nasional, sehingga pencapaian target pertumbuhan ekonomi seringkali dijadikan sebuah ukuran untuk menilai kinerja pemerintah. Namun tujuan pembangunan nasional tidak melulu tertuju pada pertumbuhan ekonomi semata. Pembangunan nasional akan segera tercapai jika terjadi pertumbuhan ekonomi di satu sisi dan pemerataan di sisi yang lain.

Bank Indonesia melaporkan, perekonomian nasional masih menghadapi permasalahan, antara lain perbedaan pertumbuhan ekonomi antar daerah dan meningkatnya jumlah kota yang mengalami inflasi di atas inflasi nasional. Beberapa faktor yang menyebabkan pertumbuhan di beberapa daerah relatif rendah antara lain keterbatasan infrastruktur, aturan daerah yang kurang menarik minat investasi, dan bertumpunya ekonomi daerah pada sektor primer tertentu, misal pertambangan.

Pola ketimpangan Jawa – luar Jawa juga terlihat dari turunnya dan relatif rendahnya upah riil buruh tani di Jawa, padahal sebagian terbesar tenaga kerja di sektor pertanian berada di sektor pertanian di Jawa. Program proteksi harga komoditas pertanian pangan yang dilakukan pemerintah tak tampak memberikan manfaat bagi petani, melainkan meningkatkan margin perdagangan saja.

Empat permasalahan utama masalah masih tingginya kesenjangan antar daerah yaitu: a. Disparitas penyebaran penduduk dan ketenagakerjaan.

b. Disparitas tingkat kesejahteraan sosial ekonomi.

c. Disparitas pertumbuhan ekonomi antara daerah. Kontribusi wilayah terhadap pertumbuhan PDB nasional selama 2001-2007 terbesar berasal dari wilayah Jawa-Bali, dengan kontribusi rata-rata per tahun lebih dari 60%, Sumatera 22%, Kalimantan 9%, Sulawesi dan Indonesia bagian Timur lainnya kurang dari 5%.

d. Disparitas sarana dan prasarana daerah.

04. Hubungan Pemerintah Daerah dan Pelaku Usaha

Pemerintah daerah dan pengusaha adalah dua kelompok yang paling berpengaruh dalam menentukan corak pertumbuhan ekonomi daerah. Sinergi antara keduanya untuk merencanakan ekonomi daerah perlu menjadi pemahaman bersama. Pemerintah daerah berwenang membuat berbagai peraturan, menyediakan berbagai sarana dan peluang, serta membentuk wawasan orang banyak. Di sisi lain pengusaha mempunyai kemampuan mengenali kebutuhan orang banyak dan dengan berbagai insiatifnya, memenuhi kebutuhan itu. Aktivitas memenuhi kebutuhan itu membuat roda perekonomian berputar, menghasilkan upah bagi pekerja dan pajak bagi pemerintah. Dengan pajak, pemerintah daerah berkesempatan membentuk kondisi agar perekonomian daerah berkembang lebih lanjut.

Prinsip-prinsip manajemen pembangunan yang pro-bisnis antara lain sebagai berikut. a. Menyediakan Informasi kepada Pengusaha

(7)

d. Meningkatkan Daya Saing Pengusaha Daerah

e. Membentuk Ruang yang Mendorong Kegiatan Ekonomi

04. Daya Saing

Saat ini peluang munculnya pelaku usaha baru, pengusaha daerah, terbuka luas. Dengan otonomi daerah atau desentralisasi kekuasaan, para pengusaha di daerah seharusnya mampu mendudukan dirinya sebagai mitra yang sejajar dan berperan aktif bersama pengambil keputusan yang berkaitan dengan perekonomian. Untuk membangun kelompok pelaku usaha yang tangguh dan berdaya saing membutuhkan proses dan waktu. Kemunculan pelaku usaha setempat banyak memberi manfaat antara lain karena keuntungan yang diperolehnya akan diinvestasi lagi di daerahnya. Keadaan ini akan mendorong uang yang beredar dan pada gilirannya menggerakkan perputaran roda ekonomi.

Asean Free Trade Area (AFTA) sudah resmi berlaku pada 1 Januari 2002 tetapi masih banyak pengusaha daerah belum mengetahui tentang AFTA. Disamping itu masih ada pengelompokan usaha regional maupun internasional lainnya. Ini menunjukkan informasi yang diberikan masih sangat kurang. Saat ini pelaku usaha di daerah harus secara serius meningkatkan kompetensinya untuk bersaing dalam perdagangan bebas. Hal ini penting karena dalam pasar yang semakin bebas pemerintah semakin sulit untuk melakukan proteksi tarif dan nontarif, sehingga memiliki daya saing menjadi sangat penting bagi pengusaha daerah. Peningkatan daya saing bukan hanya dalam produk, tetapi dari pengusaha daerah itu sendiri seperti penggunaan teknologi, internet dan kemampuan berbahasa internasional.

05. Produktivitas

Salah satu komponen yang penting dalam ekonomi menghadapi persaingan global adalah produktivitas. Produktivitas pelaku ekonomi kita masih harus ditangani dan ditingkatkan secara sesungguh-sungguh. Apabila ukuran keberhasilan produksi hanya memandang dari sisi output, maka produktivitas memandang dari dua sisi sekaligus, yaitu sisi input dan sisi output. Keadaan sudah makin mendesak dan saatnya pemerintah segera mengadakan revitalisasi baik kebijakan maupun kelembagan yang mendukung lahirnya perusahaan baru, peningkatan kemampuan desain dan peningkatan produktivitas. KADIN beberapa tahun yang lalu telah berupaya juga membentuk National Productivity Center (NPC).

D. KEKUATAN DASAR EKONOMI NASIONAL 01. Pertanian

Membangun sektor pertanian yang produktif membutuhkan perencanaan yang matang, desain industri yang pro-pertanian, mekanisme pengelolaan pangan yang integral, dan riset yang kuat nan berkelanjutan. Satu hal penting dari pertanian Indonesia adalah sedikitnya upaya meningkatkan nilai tambah pada produk pertanian Indonesia. Keadaan ini menyebabkan keuntungan yang didapat tidak bisa dinikmati secara maksimal.

Anggaran RAPBN 2009 untuk sektor perdesaan dan pertanian terlihat meningkat yaitu Rp. 13,9 triliun, yang terdiri dari Rp. 8,4 triliun anggaran Departemen Pertanian dan Rp. 5,5 triliun melalui anggaran sub fungsi pengairan. Petani juga menikmati berbagai subsidi langsung dan spesifik dalam bentuk subsidi pupuk, subsidi bunga kredit program dan subsidi benih berjumlah Rp. 21,4 triliun atau meningkat 112,9 persen dibandingkan dalam APBN-P 2008.

02. Perikanan

(8)

melalui konsumsi ikan; dan melindungi, memulihkan serta melestarikan sumberdaya perikanan budidaya. Melalui upaya tersebut maka sektor perikanan budidaya diyakini mampu menciptakan peluang usaha guna mengurangi kemiskinan (pro poor) dan menyerap tenaga kerja (pro job) dan menjadi pijakan bagi pertumbuhan ekonomi nasional (pro growth).

03. Energi

Telah terjadi pergeseran dalam pengelolaan energi secara umum dari supply side management ke demand side management. Langkah strategis yang ditempuh pemerintah dalam bidang energi adalah sebagai berikut.

A. Penyediaan Energi

• Meningkatkan produksi migas

• Meningkatkan pemanfaatan batu bara untuk pembangkit listrik (sampai tahun 2010)

• Mengembangkan pencairan (2017) dan gasifikasi batu bara (2011)

• Mengembangkan pembangkit listrik mulut tambang (penunjukan langsung) • Mengembangkan Coal Bed Methane (CBM) (2008)

• Mengembangkan panas bumi

• Mengembangkan bahan bakar nabati (2006)

• Mengembangkan energi baru terbarukan lain (biomassa, surya, angin, mikrohidro dll)

B. Pembangunan Infrastruktur

• Kilang/Receiving Terminal (BBM, LPG dan LNG) • Jaringan pipa transmisi dan distribusi gas bumi • Alat transportasi darat dan laut untuk batu bara • Pelabuhan pengirim dan penerima batu bara • Pembangkitan tenaga listrik

• Jaringan transmisi dan distribusi listrik • Desa mandiri energi

E. Thema Munas V Kadin

Memasuki periode tahun 2008 - 2013, Kadin Indonesia menetapkan upaya kebangkitan perekonomian Nasional melalui upaya-upaya kongkrit untuk mendorong pembangunan ekonomi daerah dengan meningkatkan peranan wirausahawan dan Usaha Menengah Kecil dan Mikro dalam meningkatkan produktifitas ekonomi khususnya di sektor Pertanian, Perikanan dan Kehutanan sebagai kekuatan dasar.

Dalam upaya mengatasi permasalaahan aktual yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia pada saat ini, Kadin Indonesia menetapkan tema Musyawarah Nasional ke V Kadin yaitu:

Thema:

“Membangun Ekonomi Daerah untuk Kebangkitan Ekonomi Nasional” Sub thema:

“Peran Wirausahawan, UMKM Daerah dalam meningkatkan Produktivitas Ekonomi yang Berwawasan Lingkungan dengan Kekuatan Dasar Bidang Pertanian, Perikanan

dan Energi”.

Tema ini diharapkan akan mendorong percepatan pemecahan masalah strategis yaitu infrastruktur, ketersediaan enerji dan ketahanan pangan yang masih menjadi kendala besar dalam penumbuhan ekonomi Indonesia di tahun- tahun mendatang.

(9)

IV

POKOK-POKOK SAMBUTAN MUSYAWARAH NASIONAL V KADIN A. Sambutan Ketua Umum Kadin Indonesia Mohamad S. Hidayat

1. Krisis ekonomi global yang bermula di Amerika Serikat telah menimbulkan berbagai tantangan dan kesulitan bagi negara berkembang termasuk Indonesia. Pakar ekonomi memprediksikan resesi di Amerika Serikat masih akan berlangsung paling tidak selama 18 sampai 24 bulan, karena sulitnya memulihkan kepercayaan pada sistem keuangan yang memang memerlukan penataan ulang.

2. Meskipun demikian, Perekonomian Indonesia menunjukan daya tahan yang cukup baik di dalam menghadapi imbas turbulensi ekonomi global. Pada paruh pertama 2008, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6 persen dan inflasi berhasil ditekan hingga 2 digit. Di samping itu, Kadin Indonesia mencatat positif capaian pemerintah sampai dengan kwartal 3 tahun 2008 di dalam peningkatan investasi dan ekspor, pemberdayaan usaha kecil melalui Kredit Usaha Rakyat, serta penurunan angka kemiskinan maupun pengangguran. Dalam dunia usaha, Kadin Indonesia menyambut baik kebijakan pemerintah yang telah menelurkan agenda pro-bisnis, seperti reformasi undang-undang Pajak Penghasilan pada tahun 2009.

3. Pada umumnya sektor usaha memperkirakan bahwa tantangan ekonomi yang akan dihadapi pada semester pertama 2009 menjadi semakin berat. Ketika banyak negara di Asia, Amerika dan Eropa telah melakukan serangkaian responsi konkrit yang agresif di dalam bentuk penjaminan penuh simpanan di bank, stimulus fiskal untuk mendorong berbagai sektor kunci, penurunan suku bunga pinjaman secara radikal, paket bail out dan sebagainya, maka sektor usaha di Indonesia juga menantikan langkah-langkah nyata yang cepat, jelas, dan strategis, yang dapat meredam kemungkinan “hard landing” ataupun pelambatan pertumbuhan ekonomi secara radikal.

4. Masalah lain yang dihadapi Indonesia selain imbas krisis ekonomi global adalah terbatasnya penciptaan lapangan kerja produktif karena pertumbuhan sektor-sektor ekonomi padat karya belum memadai. Dari sudut pandang Kadin Indonesia, pola pertumbuhan ekonomi yang selama ini banyak ditopang oleh pertumbuhan pesat sektor jasa modern di kota-kota besar dan kuatnya harga komoditas ekspor, perlu diimbangi melalui stimulus untuk mendorong sektor-sektor yang banyak menyerap tenaga kerja, seperti sektor pertanian dan industri pengolahan. Di lain pihak, regulasi tenaga kerja tetap menjadi salah satu faktor penghalang investasi pada sektor labour intensive.

5. Selain itu, masalah lain yang dihadapi kalangan usaha adalah kondisi infrastruktur di Indonesia yang masih harus terus diperbaiki. Persepsi sektor usaha terhadap kapasitas jalan (road capacity) dan tersedianya transportasi yang cukup untuk menghubungkan aktivitas ekonomi antar daerah sejauh ini memang belum menunjukan perbaikan. Sementara itu, kesempatan yang diberikan kepada sektor swasta untuk berpartisipasi di dalam pengadaan energi di dalam negeri seringkali dihadapkan pada berbagai kendala,

di mana paradigma kemitraan

win-win antara pemerintah dan swasta, antara produsen, distributor dan konsumen energi masih memerlukan perbaikan.

6. Dengan masalah-masalah yang dihadapi dan untuk menyambut tahun baru 2009, Kadin Indonesia menyampaikan 9 (sembilan) rekomendasi yang menjadi harapan kepada pemerintah untuk dapat ditindaklanjuti sebagai berikut :

1). Memantapkan stabilisasi ekonomi dengan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, memulihkan transaksi antar bank, dan tersedianya likuiditas maupun pendanaan yang memadai untuk kelancaran sektor usaha.

(10)

sistemik dengan mekanisme yang jelas dan dapat segera diimplementasikan apabila terjadi krisis likuiditas perbankan.

3). Mempercepat tersedianya paket stimulus yang signifikan dan mencakup insentif perpajakan untuk sektor padat karya dan UKM, maupun percepatan waktu restitusi pajak.

4). Mempercepat pelaksanaan ekspansi fiskal yang effektif khususnya penyerapan optimal untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dsb.

5). Mempercepat implementasi kebijakan sektor agro, pangan dan energi melalui koordinasi erat antar departemen, dan antara pusat dan daerah.

6). Meninjau kembali beberapa ketentuan perpajakan dengan tujuan penurunan atau pembebasan pajak untuk barang barang tertentu untuk meningkatkan permintaan domestik.

7). Mendorong percepatan pelaksanaan proyek infrastruktur yang terbentur berbagai kendala, dan pengembangan industri kreatif nasional.

8). Mengkaji peluang efisiensi biaya logistik dipelabuhan, biaya listrik peak hour dsb. dan rasionalisasi berbagai iuran dan retribusi baik di pusat maupun daerah.

9). Terus memajukan Indonesia sebagai tempat investasi atraktif, dan melakukan perlindungan pasar dalam negeri dari barang selundupan dan melalui mekanisme yang disepakati WTO.

7. Di akhir sambutan, Ketua Kadin Indonesia menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada pemrintah yang telah melakukan upaya yang baik untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu Ketua Kadin juga sangat menghargai komitmen Presiden yang selalu memposisikan Kadin Indonesia sebagai mitra pemerintah dan mengharapkan agar kemitraan pemerintah dan swasta di dalam pembangunan ekonomi menjadi kunci keberhasilan agar dapat melewati tantangan yang dihadapi di dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia.

B. Sambutan dan Pengarahan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono 1. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuka secara resmi

Munas V Kadin dengan ditandai pemukulan tifa oleh Presiden SBY, didampingi Menteri Kordinator Perekonomian Sri Mulyani, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo dan Ketua Umum KADIN, Mohammad S. Hidayat.

2. Dalam sambutannya, Presiden menyampaikan bahwa di masa sulit ini, di tengah krisis ekonomi global seperti sekarang, pemerintah dan dunia usaha, di mana Kadin sebagai penjurunya, terus bekerjasama membangun kemitraan, mencari solusi untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Secara nasional, menurut Presiden SBY, apa yang dilakukan pemerintah di bidang perekonomian masih dalam rangka memulihkan dan membangun kembali perekonomian Indonesia akibat krisis tahun 1998.

(11)

APBN untuk social safety net juga besar dan makin besar.

4. Di samping keberhasilan yang telah Indonesia raih, Presiden menegaskan bahwa masih ada sejumlah pekerjaan rumah yang belum rampung. Infrastruktur yang masih harus ditambah, birokrasi berkepanjangan yang mashi harus dibenahi, pertumbuhan ekonomi yang masih harus dijaga, penciptaan lapangan pekerjaan yang masih harus diberikan seluas-luasnya serta tataran kebijakan yang mendukung usaha-usaha tersebut baik dalam tataran mikro maupun makro menjadi pekerjaan rumah pemerintah dalam usaha menciptakan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

5. Presiden meminta partisipasi pelaku usaha, terutama anggota Kadin untuk ikut serta membantu pemerintah menyelesaikan pekerjaan rumah tersebut. Bagi pemerintah, Kadin adalah mitra yang sejajar dan sudah selayaknya kedua pihak dan segenap masyarakat Indonesia bahu membahu melakukan perannnya masing-masing untuk mewujudkan Indonesia yang sejahtera, adil dan demokratis.

6. Presiden menyambut baik 9 (sembilan) rekomendasi Kadin dan bersama

tim-nya akan mempelajari rekomendasi tersebut. Seiring dengan harapan Ketua Umum Kadin Indonesia, Presiden juga mengharapkan agar kemitraan pemerintah dan swasta di dalam pembangunan ekonomi terus dapat dibina agar dapat melewati tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia.

7. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menutup sambutannya dengan menyerukan agar baik pemerintah maupun pelaku usaha tidak menghabiskan waktu untuk berdebat hal-hal yang tidak perlu, tetapi bahu membahu menyelesaikan masalah bangsa Indonesia ini bersama-sama. Presiden optimistis masa krisis global akan dilampaui dan ekonomi Indonesia akan tumbuh lebih kuat. Di akhir sambutan, Presiden RI kembali mengingatkan dan mengajak peserta Munas V Kadin untuk mempercayai bahwa di setiap krisis ada peluangnya dan di balik kesukaran ada kemudahan.

C. Sambutan dan Pengarahan Wakil Presiden R.I, Jusuf Kalla

(12)

2. Menurut Wapres, fondasi ekonomi harus diselesaikan dengan baik ke depannya. Negara berjalan baik apabila makanan pokok bangsa ini terjamin dan sarana infrastruktur seperti listrik, misalnya, tersedia secara memadai.

3. Dalam kesempatan itu, Wapres juga menghimbau pengusaha untuk mendahulukan kepentingan nasional. Hal ini dapat dilakukan dengan cara-cara yang sederhana seperti tidak berliburan di luar negeri pada musim libur ini serta senantiasa mengunakan produk dalam negeri. Menurut Wapres, adalah kecintaan terhadap produk dalam negerilah yang akan mendongkrak perekonomian bangsa sehingga bangsa ini dapat bertahan dari krisis ekonomi global yang tengah melanda dunia saat ini.

4. Wapres juga mengingatkan bahwa bangsa ini membutuhkan spirit untuk maju. Kadin Indonesia diharapkan berada dalam satu perahu yang sama untuk sama-sama mengatasi krisis. Dengan kemitraan yang baik antara pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan Kadin sebagai pelaku usaha, maka ekonomi bangsa Indonesia akan bangkit kembali dan bertahan di tengah situasi ekonomi yang sulit seperti sekarang ini.

D. Paparan dan Dialog Menko Perekonomian R.I. Sri Mulyani

1. Dipicu oleh kejatuhan kredit Sub-prime Mortgage di Amerika Serikat, ekonomi dunia mulai menunjukkan kondisi yang kurang menggembirakan. Kejatuhan sektor keuangan global diperkirakan akan berdampak pada mengeringnya likuiditas pasar modal dan perbankan global yang akan diiringi dengan penarikan dana sehingga pendanaan valuta asing akan sulit didapat dan menjadi mahal. Situasi perekonomian dunia kian memburuk. Pertumbuhan ekonomi negara-negara maju menghadapi stagnansi dan negara-negara berkembang juga terkena imbasnya. Hampir seluruh negara di dunia akan mengalami dampak ekonomi global yang berakibat pada penurunan permintaan impor dan mendorong penurunan harga komoditas global. Bahkan Cina, yang disebut-sebut sebagai kekuatan ekonomi baru terbesar dunia juga tidak dapat menghindar dari krisis ekonomi global. Produktivitas industri Cina menurun karena melemahnya ekonomi dunia. Melemahnya ekonomi dunia juga menyebabkan banyak negara mengkoreksi anggaran belanjanya, tak terkecuali Indonesia.

(13)

ekonomi negaranya tumbuh dengan domestic case.

3. Jika ditelaah lebih dalam, situasi perekonomian di Indonesia boleh dikatakan masih baik. Tidak seperti di negara maju yang pertumbuhan ekonominya sudah zero atau bahkan negatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6 persen pada paruh pertama 2008 dan tingkat inflasi masih tergolong baik. Meskipun demikian, pemerintah tetap harus menjaga stabilnya nilai tukar, sehingga inflasi melemah dan situasi tergolong aman. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga harus tetap dijaga, jika terkoreksi pun, diharapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia diusahakan tetap mencapai 5 persen. Ada pun usaha yang dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi kemunduran ekonomi adalah sebagai berikut:

a) Menjaga Daya Beli Masyarakat

Usaha yang dilakukan di antaranya menaikkan gaji PNS, TNI dan Polri, memberikan paket Bantuan Langsung Tunai (BLT), ataupun pemberian kredit Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan daya beli kelas menengah yang pada muaranya akan menjaga berjalannya perekonomian.

b) Beralih ke Domestic-Based Economic Growth

Pemerintah akan mengusahakan koreksi pajak untuk memberikan insentif bagi pengusaha pada APBN 2009 guna menggiatkan ekonomi. Selain itu, pemerintah akan terus berupaya memangkas birokrasi yang bertele-tele (waktu dan prosedutr yang terlalu panjang) agar bisa mengurangi transaction cost pengusaha.

c) Menaikkan Pendapatan Negara di sektor-sektor vital seperti pertanian dan manufaktur.

Di tengah langka dan tingginya harga komoditas pangan, Indonesia patut berbesar hati karena justru dapat mengambil keuntungan sebagai negara eksportir. Peluang ini hendaknya dapat terus dimanfaatkan dengan menaikkan produksi sehingga tidak hanya kebutuhan dalam negeri terpenehi tetapi juga peluang ekspor. Di sektor manufaktur, Indonesia akan menghadapi tantangan yang besar dari China. Hal ini tidak hanya mengancam ekspor tetapi juga berakibat pada kebutuhan dalam negeri karena seiring dengan naiknya income per kapita, Indonesia akan menjadi pasar yang potensial bagi pemasaran produk, terutama dari China. Oleh karena itu, Pemerintah berupaya mendisiplinkan baik ekspor maupun impor. Jika kebutuhan dalam negeri sudah tercukupi maka baru diiekspor. Sebaliknya dengan produk impor, pemerintah juga akan menegaskan sanksi hukum bagi importir melanggar peraturan.

4. Pada sesi tanya jawab, dibahas mengenai harga Bahan Bakar Minyak dan kebijakan Pemerintah di masa yang akan datang. Ditegaskan oleh Menteri Koordinator Perekonomian, pemerintah masih akan terus memonitor harga minyak dan kebijakan harga BBM akan mengikuti dinamika pasar. Selain itu, kebijakan yang terus menjadi prioritas pemerintah adalah penciptaan lapangan pekerjaan (pro employment). Pemerintah tetap akan menciptakan peluang penciptaan lapangan pekerjaan terutama di sektor riil yang banyak menyerap tenaga kerja.

5. Di akhir paparan dan sesi tanya jawab, Menteri Koordinator Perekonomian menegaskan bahwa tidak akan ada kebijakan pemerintah yang sempurna. Suatu kebijakan pasti memiliki pro dan kontra. Meskipun demikian pemerintah berusaha untuk mengakomodir kepentingan semua pihak, termasuk kalangan dunia usaha, untuk mengambil kebijakan yang semuanya diarahkan pada kesejahteraan rakyat.

E. Paparan dan Dialog Menteri Dalam Negeri R.I., diwakili oleh Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Syamsul Arif

(14)

“Revitalisasi Pembangunan Ekonomi sebagai Basis Kebangkitan Ekonomi Nasional”, disebutkan bahwa ekonomi Indonesia menghadapi tantangan yang akan melemahkan ketahanan ekonomi nasional, sebagai berikut :

a) Tingkat kemiskinan dan pengangguran yang masih relatif tinggi

b) Krisis Energi (net importer dan Indonesia bukan merupakan anggota OPEC lagi)

c) Kurangnya ketersediaan Infrastruktur

d) Kerusakan lingkungan massif (illegal logging, illegal fishing, dst)

e) Tidak seimbangnya pengembangan sektor moneter dan sektor riil (monetary policy heavy)

f) Iklim investasi dan usaha yang belum kondusif

g) Efek domino krisis finansial global (fenomena deindsutrialiasasi dan PHK pada sektor yang tidak local reources based).

2. Semangat otonomi daerah mempunyai kelebihan dan kekurangan. Di satu pihak, otonomi daerah memberikan otoritas kepada daerah untuk seluas-luasnya membangun daerahnya dengan memanfaatkan potensi lokal yang bertujuan meningkatkan pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakatnya. Di lain pihak, masih banyak peraturan pemerintah pusat yang tumpang tindih atau bahkan saling bertentangan dengan pemerintah daerah sehingga menghambat roda ekonomi daerah sendiri. Ada pun 5 kemampuan yang perlu dimiliki daerah dalam kerangka Otonomi Daerah adalah :

• Mengatur otonomi secara optimal

• Melakukan terobosan-terobosan perubahan yang inovatif • Memperoleh legitimasi yang kuat dari masyarakat

• Kewenangan dalam memperoleh sumber-sumber penghasilan atau keuangan yang memadai

• Menjalankan pemerintahan dan pembangunan yang didukung oleh ketersediaan sumberdaya

(15)

V

HASIL-HASIL MUNAS V KADIN

Materi-materi bahasan dalam Munas V Kadin terdiri dari Laporan Pertanggungjawaban Dewan Pengurus Kadin Indonesia masa bakti 2004-2009, Kebijakan Umum dan Rencana Kerja Umum Kadin 2008-2013, Organisasi dan Pokok-pokok Pikiran Kadin Indonesia Kedepan.

Laporan Pertanggungjawaban Dewan Pengurus Kadin Indonesia masa bakti 2004-2009 telah diterima secara aklamasi oleh Munas V Kadin dan materi bahasan lainnya dibahas dalam sidang-sidang komisi disahkan dalam sidang-sidang pleno Munas V Kadin sebagai berikut :

1

KEBIJAKAN UMUM DAN RENCANA KERJA UMUM

KADIN 2008-2013

A. KEBIJAKAN UMUM

I. Perekonomian Global

Kebangkrutan Uni Soviet dan runtuhnya Tembok Berlin menandai berakhirnya Perang Dingin. Era baru telah terbentang. Hampir seluruh negara praktis lebih berkonsentrasi membangun perekonomian dan menjalin interaksi ekonomi yang lebih intens dengan luar negeri tanpa mengindahkan perbedaan sistem politik.

Karena hampir seluruh negara kian membuka diri dan mengurangi hambatan-hambatan perdagangan secara drastik, praktis pasar dunia sudah terintegrasi. Istilah globalisasi, liberalisasi, dan flat world, mencerminkan dinamika baru ini. Tak hanya di bidang perdagangan, melainkan juga telah merambah ke hampir segala bidang kehidupan.

Globalisasi atau integrasi ekonomi dunia tentu saja tidak berwajah tunggal. Tak melulu

meningkatkan kesejahteraan rata-rata warga dunia dan menurunkan tingkat

kemiskinan, tetapi juga menghadirkan sosok kelabu seperti ketimpangan yang melebar

dan kemakmuran yang semu.

Krisis finansial yang bermula dari masalah subprime mortgage di Amerika Serikat merupakan pertanda betapa rapuhnya sendi-sendi sistem keuangan dunia yang merupakan salah satu pilar utama kapitalisme global. Namun, setidaknya hingga sekarang, kapitalisme sudah menunjukkan kemampuannya berulang kali menghadapi krisis serupa untuk selanjutnya memperbarui diri tatkala regulasi tak lagi menopang sistem. Pendulum tampaknya masih terus bergerak dinamik mencari keseimbangan baru beriringan dengan sistem pasar yang bekerja mengoreksi para pelaku dan regulasi yang sudah menjauh dari relnya.

1. Koreksi atas Sistem Finansial Global

Sistem kapitalisme yang menopang perekonomian negara-negara maju ditandai oleh pasar finansial yang tumbuh sangat pesat yang telah jauh lepas kaitan dengan perkembangan sektor produksi barang dan jasa nonfinansial. Rekayasa produk-produk keuangan dengan aneka ragam derivatifnya telah menghasilkan kemakmuran semu, ibarat buih yang mudah sirna diterpa angin.

(16)

krisis yang tengah berlangsung belakangan ini tampaknya membutuhkan waktu yang lebih lama ketimbang krisis-krisis sebelumnya. Karena, pemicu utama kali ini murni dari Wal Street, bukan dari main Street. Krisis dewasa ini juga menyentuh dimensi yang lebih filosofis dan elemen-elemen utama dari sistem.

Di masa mendatang, tak tertutup kemungkinan proses koreksi serupa akan terus berlangsung. Karena, terlepas dari berbagai kelemahannya, sistem kapitalisme memiliki

built in mechanism untuk mengoreksi dirinya sendiri. Sudah barang tentu, proses koreksi akan menimbulkan instabilitas dan gejolak perekonomian dunia.

Sejalan dengan penurunan dominasi negara-negara maju, terutama Amerika Serikat, perekonomian dunia tidak lagi serentan seperti di masa lalu. Kemerosotan ekonomi Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang, tak menjalar tanpa kendali ke seluruh dunia. Terbukti, pertumbuhan ekonomi dunia hanya turun sekitar satu persen saja pada tahun 2008. Bahkan negara-negara berkembang masih tumbuh cukup tinggi, yakni 6,9 persen, hanya terpangkas satu persen saja pada tahun yang sama.

Sepanjang tidak terperangkap pada praktik kapitalisme finasial global, niscaya negara-negara berkembang akan memiliki daya tahan lebih kokoh dalam menghadai turbulensi kapitalisme global. Apalagi seandainya muncul inisiatif-inisiatif baru untuk mengimbangi kekuatan-kekuatan ekonomi utama dunia saat ini, yakni Amerika Serikat dan Eropa. Asia, misalnya, dapat lebih bahu membahu untuk menjadi kekuatan baru yang sangat disegani, mengingat sumbangsihnya terhadap produk domestik bruto dunia kian meningkat dan memiliki kekayaan finansial yang sangat besar.

2. Pergeseran Kekuatan Ekonomi

Perubahan paling mendasar dalam hubungan antar bangsa dalam dua dekade terakhir adalah tatkala lebih satu miliar penduduk dunia terintegrasi ke dalam pasar global. Kebijakan pintu terbuka yang dicanangkan China pada awal 1980-an dan keruntuhan komunisme di Eropa Timur merupakan pembuka era baru dalam perdagangan dunia. Arus perdagangan dunia kian deras tatkala negara-negara lain yang masih menganut komunisme sekalipun menerapkan sistem pasar terbuka dalam mengelola perekonomiannya. Selain sebagai konsumen baru, negara-negara komunis ini aktif pula sebagai produsen dunia. Belakangan, India dan Russia menyusul sebagai kekuatan yang sangat disegani.

Bagi China dan Russia, sebetulnya perdagangan internasional sudah merupakan tradisi yang berlangsung ribuan tahun. Masa jeda hanya berlangsung puluhan tahun setelah Perang Dunia II. Mereka sadar bahwa eksperimentasi sosialisme yang menempatkan negara sebagai aktor sentral dan mengenyampingkan peran pasar gagal menyejahterakan rakyatnya.

Bermodal budaya terbuka yang telah mengakar kuat dan jumlah penduduk yang sangat besar, China dan India kini menjadi kekuatan baru dalam kancah perekonomian Dunia. Dewasa ini perekonomian China menempati urutan kedua setelah Amerika Serikat dengan pangsa di dalam produk domestik bruto berdasarkan PPP (purchasing power parity) sebesar 10,8 persen. Sementara itu, India telah bertengger di urutan keempat setelah Jepang dengan pangsa 4,6 persen.

(17)
[image:17.595.120.505.119.354.2]

sepuluh negara dengan perekonomian terbesar di dunia adalah negara-negara yang tergolong masih dalam status negara “berkembang” atau kerap disebut sebagai emerging markets.

Tabel 1. Perubahan Kekuatan Ekonomi: Pangsa PDB Global (%)

Negara Pada PPP* Pada Harga Pasar

Amerika

Serikat 21.36 25.51

China 10.83 5.99

Jepang 6.61 8.08

India 4.58 2.02

Jerman 4.34 6.12

Inggris Raya 3.30 5.11

Rusia 3.18 2.38

Perancis 3.17 4.72

Brazil 2.81 2.42

Italia 2.76 3.88

Catatan: *PPP = purchasing power parity

Sumber: IMF, World Economic Outlook, April 2008, p. 45

Sumbangsih China dan India, bersama dengan Brazil, Korea, Mexico, Rusia, dan Turki (Emerging Market/EM-7) terhadap pertumbuhan ekonomi dunia meningkat dua kali lipat selama kurun waktu 1990-2007, dari hanya 20-an persen menjadi 40-an persen. Sebaliknya, sumbangan negara-negara maju yang tergabung dalam G-7 (Kanada, Prancis, Jerman, Itali, Inggris, Jepang, dan Amerika Serikat) merosot tajam dari 50 persen lebih menjadi hanya 20 persen saja.

Gambar 1. Kontribusi “Emerging Market” meningkat dua kali lipat sejak 1990

Sumber: “Economic Forecasts: Hard to Rely On?“ Finance and Development, Vol.45, No. 3, September 2008

Asia merupakan kawasan yang menikmati pertumbuhan paling pesat, sehingga dalam waktu yang tak terlalu lama diperkirakan bakal menjadi kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Di kawasan ini, Jepang dan Korea memimpin dalam industri manufaktur berteknologi tinggi, sedangkan China dan India menjadi kekuatan baru utama. Indonesia dan Vietnam berpotensi menjadi kekuatan di lapisan kedua dan akan menjadi pilar utama dalam Asean community.

(18)

3. Kian Mengutamakan Kualitas Hidup

Harga komoditas (minyak mentah, tambang dan mineral, serta pangan) yang sempat meroket hingga pertengahan 2008 kian diyakini bukanlah sebagai suatu fenomena yang bersifat jangka pendek. Penghargaan terhadap alam yang tidak patut menyebabkan kekayaan alam mengalami eksploitasi berlebihan. Muncul kesadaran baru bahwa alam harus diperlakukan secara patut, agar umat manusia terhindar dari petaka akibat perubahan iklim dan pemanasan global.

Proses produksi yang ramah lingkungan sudah merupakan tuntutan global, sehingga diperkirakan harga-harga komoditas tak akan kembali turun seperti semula. Boleh jadi harga-harga komoditas akan turun di masa mendatang, namun kita tak bisa lagi mengharapkan semurah seperti sebelum tahun 2006. Dalam jangka menengah akan tercipta kesembangan baru pada tingkat harga yang lebih tinggi. Memang dewasa ini harga-harga sejumlah komoditas mengalami penurunan tajam. Namun, kecenderungan tersebut diperkirakan bersifat sementara sebagai imbas dari krisis finansial global.

Rasionalisasi harga komoditas akan mendorong diversifikasi dan konservasi penggunaan energi dan lahan yang akan lebih menjaga keseimbangan ekosistem dan kesejahteraan umat manusia secara berkelanjutan.

4. Pergeseran Peran Negara

Sejalan dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, peran negara dan lembaga-lembaga internasional yang keanggotaannya berbasis negara pun surut. Negara-negara maju yang tergabung dalam G-7 tak lagi mampu melakukan koordinasi makroekonomi sebagaimana terjadi pada tahun 1970-an dan 1980-an. Bersamaan dengan itu, peran IMF dan Bank Dunia juga memudar.

Dalam kancah pengaturan perdagangan dunia, forum WTO mulai tergopoh-gopoh. Negara-negara maju tak bisa lagi sesuka hati memaksakan kehendaknya. Sementara itu, pemerintah negara-negara berkembang tak pula leluasa memberikan konsesi sekalipun itu mereka pandang baik bagi perekonomian. Pemerintah negara-negara berkembang harus kian mendengarkan “suara rakyat” (civil society). Kalangan civil society di negara-negara berkembang bahu membahu dengan civil society di negara-negara maju dalam mengusung prinsip-prinsip perdagangan dan pembangunan yang lebih berkeadilan dan lebih mengedepankan kepentingan rakyat.

Di samping itu, peran business community juga bertambah besar. Kelompok ini turut serta secara aktif mendesakkan agenda-agenda probisnis di tingkat negara dan lembaga-lembaga internasional. Mereka pun mengusung agenda-agenda yang serupa dengan kalangan civil society, seperti demokratisasi, keterbukaan, anti korupsi, dan pelestarian lingkungan. Tentu dengan bahasa yang sedikit berbeda.

II. PEREKONOMIAN DOMESTIK

(19)

Jika mencermati perkembangan ekonomi dengan lebih mendalam, kita dapat menjumpai beberapa karakteristik baru yang menyertai pertumbuhan ekonomi pasca krisis. Perubahan-perubahan tersebut perlu dicermati dengan lebih seksama karena berdampak luas bagi kehidupan sosial dan kualitas kesejahteraan masyrakat.

1. Kesenjangan Pola Pertumbuhan

Salah satu ciri yang paling menonjol dalam perkembangan ekonomi pascakrisis ialah pertumbuhan pesat sektor jasa, khususnya jasa modern di kota-kota besar. Secara umum, sektor jasa tumbuh jauh lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2007, misalnya, sektor jasa tumbuh hampir 9 persen, jauh di atas pertumbuhan di sektor penghasil barang, yang hanya tumbuh sekitar 4 persen. Sektor pertanian dan industri pengolahan (sektor-sektor produksi yang banyak menyerap tenaga kerja) tumbuh lebih lambat dari rata-rata pertumbuhan PDB.

Kesenjangan pola pertumbuhan ekonomi antara sektor jasa (non-tradable) dan sektor barang (tradable) menunjukkan kecenderungan yang melebar. Mengingat bahwa perekonomian Indonesia belum mencapai tahapan industrializing yang optimal, pola tersebut menimbulkan berbagai konsekuensi yang melemahkan landasan bagi akselerasi pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan dan berkualitas.

(20)

2 4 6 8 10

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008*

Tradable Non-tradable GDP

Catatan: * Jan-Sep 2008 (until 3rd quarter). Sumber: Badan Pusat Statistik

Pola pertumbuhan ekonomi yang terlalu cepat didominasi oleh sektor jasa menyebabkan lambatnya pertumbuhan penyerapan tenaga kerja, khususnya di sektor formal, memperbesar kesenjangan distribusi pendapatan, dan memperlambat upaya penurunan jumlah penduduk miskin. Pertumbuhan sektor tradable yang rendah juga mengindikasikan lemahnya daya saing ekonomi.

2. Pengangguran, Kemiskinan dan Distribusi Pendapatan

Persoalan besar yang dihadapi oleh perekonomian Indonesia adalah penciptaan lapangan kerja produktif. Sejak 2000, tingkat pengangguran terbuka terus meningkat. Pada saat yang bersamaan ekonomi mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Pada tahun 2005 dan 2006, tingkat pengangguran terbuka (open unemployment) mencapai lebih dari 10 persen, kemudian sedikit menurun menjadi 9,1 persen pada tahun 2007. Rendahnya pertumbuhan penyerapan tenaga sangat boleh jadi disebabkan karena pertumbuhan sektor-sektor ekonomi yang bersifat padat karya (sektor pertanian dan industri manufaktur) lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi pada umumnya. Seperti dikatakan sebelumnya, sektor-sektor jasa modern merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan tinggi, sementara itu sektor-sektor tersebut kurang menyerap tenaga kerja.

[image:20.595.140.497.77.272.2]

Pengangguran yang tinggi atau penyerapan tenaga kerja produktif yang rendah menyebabkan upaya pengentasan kemiskinan mengalami hambatan. Walaupun jumlahnya menurun bila dibandingkan dengan keadaan di waktu krisis, jumlah penduduk miskin masih besar berkisar antara 35 sampai 40 juta penduduk. Memperhatikan fluktuasi yang terjadi dari tahun ke tahun, jumlah penduduk hampir miskin (near poor) diperkirakan cukup besar. Kelompok ini sangat rentan terhadap perubahan harga, terutama harga pangan dan kebutuhan pokok lainnya.

(21)
[image:21.595.129.399.58.214.2]

Sumber: World Bank, East Asia & Pacific Update, November 2007.

Gambar 4. Tingkat Kemiskinan (Headcount Index: US$ 2 per hari)

Sumber: World Bank, East Asia & Pacific Update, November 2007

Penduduk miskin absolut dan yang nyaris miskin masih relatif sangat besar. Jumlahnya sangat rentan terhadap gejolak harga, terutama harga pangan. Secara persentase, tingkat kemiskinan yang sangat tinggi terjadi di Papua dan Maluku, dimana persentase penduduk Miskin lebih dari 30%; di Papua bahkan mendekati 40%. Walaupun terjadi tingkat pengangguran yang tinggi di DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten, persentase penduduk miskin di ketiga provinsi ini, jauh lebih rendah dibandingkan dengan di tiga provunsi lainnya di Jawa (Jawa Tengah dan Timur dan DIY). Dilihat dari pendapatan, rata-rata penduduk memiliki pendapatan sedikit lebih tinggi dengan Jawa Barat. DKI Jakarta merupakan provinsi tertinggi pendapatan per kapitanya. Sementara itu, pendapatan penduduk Jawa Tengah dan DIY dan Banten, secara rata-rata lebih rendah dibandingkan dengan penduduk provinsi lain di Jawa.

(22)

34,3 kemudian meningkat menjadi 37,7 pada tahun 2007.

[image:22.595.129.523.191.474.2]

Ketimpangan distribusi pendapatan disebabkan oleh pola pertumbuhan yang lebih terpusat pada sektor-sektor jasa modern di kota-kota besar, sehingga peningkatan pendapatan yang tinggi dinikmati oleh sebagian kecil lapisan masyarakat. Bila pertumbuhan ekonomi akan terus mengikuti pola yang ada selama ini, maka pengangguran sulit dikurangi, jumlah penduduk miskin akan terus meningkat dan distribusi pendapatan akan semakin timpang.

Gambar 4. Perkembangan Tingkat Ketimpangan Pendapatan

2002

2003

2004

2005

2006

2007

Gini

coefficient

34.3

34.1

34.7

34.9

35.4

37.4

33

34

35

36

37

38

Gini coefficient

Sumber: Badan Pusat Statistik, seperti termuat pada situs Bank Indonesia, 2008

3. Pengembangan UMKM

Inpres 6/2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah mengamanatkan 4 pokok kebijakan untuk pemberdayaan UMKM, yaitu peningkatan akses UMKM pada sumber pembiayaan, pengembangan kewirausahaan dan SDM, peningkatan peluang pasar produk UMKM serta reformasi regulasi. Sebagian besar peraturan pelaksanaan Inpres tersebut telah ditetapkan, namun pelaksanaan kebijakan tersebut memerlukan program yang sinergistik baik antar-instansi maupun antara pemerintah dengan Kadin.

Dalam konteks ini ada sedikitnya dua langkah strategis yang bisa diusulkan, yaitu

demand pull strategy dan supply push strategy (lihat Gambar 5). Demand pull strategy

mencakup strategi perkuatan sisi permintaan, yang bisa dilakukan dengan perbaikan iklim bisnis, fasilitasi mendapatkan HAKI (paten), fasilitasi pemasaran domestik dan luar negeri, dan menyediakan peluang pasar.

(23)
[image:23.595.85.490.238.501.2]

dukungan permodalan, bantuan teknologi/mesin/alat, dan peningkatan kemampuan SDM. Harus diakui bahwa cukup banyak upaya pembinaan dan pemberdayaan UKM. Hanya saja upaya pembinaan UKM sering tumpang tindih dan dilakukan sendiri-sendiri. Perbedaan persepsi mengenai UKM menyebabkan pembinaan usaha kecil masih terkotak-kotak atau sector oriented, di mana masing-masing instansi pembina menekankan pada sektor atau bidang binaannya sendiri-sendiri.

Gambar 5. Sinkronisasi & Harmonisasi Kebijakan Pemerintah Pusat, Pemda dan Kadin dalam Pengembangan UMKM

4. Pertumbuhan Ekonomi Regional

Jawa masih menjadi pusat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Apalagi, sektor-sektor jasa modern yang tumbuh secara perkasa belakangan ini sebagian besar berada di kota-kota besar di Jawa. Produk domestik regional bruto (PDRB) DKI Jakarta, misalnya, pada tahun 2007 tumbuh 6,4 persen, sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan nasional. Selama 2001-06, pertumbuhan ekonomi di Sulawesi selalu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional. Diperkirakan, hal ini terjadi karena Sulawesi merupakan pulau penghasil komoditi perkebunan yang belakangan ini mengalami kenaikan pesat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Sulawesi terutama terjadi di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah dan Gorontalo.

(24)

Bengkulu, peran kelapa sawit dalam perekonomian juga sangat dominan. Kenaikan permintaan terhadap komoditi kelapa sawit dan komoditi hasil perkebunan lainnya, seperti karet, akan sangat mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah ini.

5. Pelaksanaan Otonomi Daerah

Perubahan mendasar di bidang pemerintahan ditandai oleh penerapan otonomi daerah yang sangat luas. Semua kewenangan pada dasarnya ada di tangan daerah (kabupaten/kota dan propinsi), kecuali untuk bidang-bidang yang karena karakteristiknya yang khas harus berada di bawah kendali pemerintah pusat. Bahkan, lebih jauh lagi, beberapa propinsi telah dilindungi oleh undang-undang tersendiri agar dapat melaksanakan otonomi khusus, sehingga tak lagi tunduk pada undang-undang nasional.

Hanya saja, perwujudan otonomi daerah yang hakiki tampaknya masih jauh dari harapan karena beberapa faktor. Pertama, otonomi daerah tidak diimbangi oleh perubahan mendasar dalam hubungan keuangan pusat-daerah. Hingga kini, tak satu jenis pajak pusat pun yang dialihkan ke daerah. Bahkan, sebagian besar daerah masih sangat bergantung pada kucuran dana pusat, karena basis penerimaan asli daerah masih sangat terbatas. Kedua, belum muncul kesadaran yang kuat pada daerah untuk memperjuangkan status keistimewaan atau setidaknya kekhususan, padahal setiap daerah pada galibnya memiliki beragam kekhususan sebagaimana yang dimiliki Aceh dan Papua.

Sekalipun demikian, dengan segala keterbatasannya, pelaksanaan otonomi daerah telah berhasil mengurangi dominasi Jakarta dan Jawa dalam persebaran kegiatan ekonomi. Dengan kata lain, penerapan otonomi daerah yang konsisten akan membuka ruang yang lebih leluasa bagi luar Jawa untuk tumbuh lebih cepat.

Tanda-tanda ke arah sana sudah mulai tampak. Misalnya, penurunan pangsa Jakarta dalam penghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan. Sebelum krisis pangsa Jakarta mencapai 67,3 persen. Sepuluh tahun kemudian, angkanya turun menjadi 50 persen. Sebaliknya, pangsa dana pihak ketiga di Sumatera dan kawasan Timur Indonesia mengalami peningkatan cukup tajam.

Dalam hal penyaluran kredit, pangsa Sumatera dan kawasan Timur Indonesia mengalami peningkatan lebih pesat lagi, yakni lebih dua kali lipat dibandingkan 10 tahun silam. Sebaliknya, pangsa Jakarta merosot tajam dari 68 persen tahun 1997 menjadi hanya 36 persen pada tahun 2007.

(25)

Tabel 2. Perkembangan Komposisi PDB Regional (%)

1975 2000 2007

Jawa dan Bali 51.5 60.0 60.2

- Jakarta 8.7 16.7 16.1

- Jawa Barat 14.5 14.4 18.0

Luar Jawa+Bali 48.5 40.0 39.8

- Sumatera 32.2 22.8 23.0

- Kalimantan 7.1 9.5 9.1

- Sulawesi 5.0 4.2 4.1

- Provinsi Lain di Timur 4.3 3.5 3.6

Indonesia 100.0 100.0 100.0

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008

6. Kepastian Hukum

Hukum baru dapat berperan dalam pembangunan ekonomi, bila hukum dapat menciptakan sedikitnya tiga kualitas yang kondusif untuk pembangunan yaitu stabilitas dengan mengakomodasi atau menyeimbangkan kepentingan yang saling bersaing di masyarakat, prediktabilitas sehingga setiap orang dapat memperkirakan akibat dari langkah-langkah atau perbuatan yang diambilnya dan adil dalam bentuk persamaan di depan hukum. Dua hal pertama dalah prasyarat bagi sistem ekonomi manapun untuk berjalan.

Penegakan hukum ditandai dengan minimal empat faktor yang saling berkaitan, yaitu: a. Hukum atau aturannya sendiri

b. Mental aparat penegak hukum c. Fasilitas pelaksanaan hukum

d. Kesadaran dan kepatuhan hukum serta perilaku masyarakat.

(26)

perkembangan dinamika bisnis yang ditandai dengan keterbukaan ekonomi dunia dan universalisasi nilai-nilai. Keberhasilan pelaksanaan semua kebijakan dan rencana kerja dalam rangka pemulihan dan pengembangan dunia usaha juga ditentukan oleh adanya kepastian hukum, dalam pengertian ada konsistensi peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik lainnya, serta ada konsistensi penerapannya.

7. Peningkatan Peran Pelaku Ekonomi Daerah

Penerapan otonomi daerah seyogyanya dibarengi dengan pemberdayaan pelaku ekonomi daerah, baik oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah. Pemberdayaan dapat dilakukan dalam bentuk kebijakan yang mendorong lebih besarnya peranan pelaku usaha daerah dalam berbagai kegiatan pembangunan.

III. KETAHANAN PANGAN

Ketahanan pangan Indonesia pada tahun 2008 ini dan beberapa tahun ke depan mengalami tantangan yang semain kompleks, karena tidak dapat dipisahkan dari kondisi dan dinamika perekonomian global. Disamping itu, kinerja produksi pangan di dalam negeri juga tidak terlalu memuaskan. Beberapa komoditas pangan strategis masih mengandalkan tambahan produksi dan produktivitas dari perluasan areal panen, bukan dari perubahan teknologi produksi, yang tentunya mengandung dimensi peningkatan efisiensi ekonomi. Pada semester pertama tahun 2008, ketahanan pangan seakan memperoleh tantangan yang paling berat setelah harga-harga komoditas pangan strategis bergerak sangat liar, bahkan mencapai 2-3 kali lipat. Kemudian, pada semester kedua tahun 2008, beberapa komoditas pangan mengalami penurunan tajam karena terdapat perbedaan tingkah laku pasar di tingkat internasional.

Dalam kaitannya dengan ketahanan pangan, pada semester pertama 2008 itu, kenaikan harga minyak bumi dunia turut berkontribusi pada lonjakan harga pangan secara dramatis, baik di tingkat global, maupun di tingkat domestik. Harga pangan strategis seperti gandum, beras, daging, dan susu, meningkat terutama karena fenomena penurunan produksi di beberapa negara penghasil pangan. Akibatnya volume perdagangan menjadi tipis karena permintaan pangan yang senantiasa meningkat. Fenomena kenaikan harga minyak bumi dunia telah berkontribusi pada peningkatan biaya produksi, transportasi dan distribusi, dan menjadi pemicu inflasi di beberapa negara, tidak terkecuali Indonesia. Disamping itu, sebagian besar negara yang memeliki sumberdaya alam agak berlimpah, saat ini sedang mengembangkan bahan bakar biologi (biofuels), yang juga mendorong permintaan terhadap minyak nabati dunia cukup pesat. Akibat berikutnya, harga dunia komoditas minyak dan lemak yang dapat digunakan untuk energi menjadi meningkat tajam. Harga dunia minyak sawit mentah (CPO), jagung, kedelai, tebu, rapeseed, dan lain-lain yang selama ini digunakan sebagai sumber pangan dan minyak nabati meningkat sangat signifikan sepanjang dua tahun terakhir. Faktor utama yang sering dianggap bertanggung jawab terhadap eskalasi harga pangan dan pertanian di tingkat global, yaitu: (1) fenomena perubahan iklim yang mengacaukan ramalan produksi pangan strategis, (2) peningkatan permintaan komoditas pangan karena konversi terhadap biofuel, dan (3) aksi spekulasi yang dilakukan para investor (spekulan) tingkat global karena kondisi pasar keuangan yang tidak menentu.

(27)

buah segar (TBS) kelapa sawit, karena harga ekspor minyak sawit mentah (CPO) di pasar dunia tiba-tiba anjlok di bawah batas psikologis US$ 700 per ton, dari harga di atas US$ 1200 per ton pada bulan Juni 2008. Akibatnya, petani sawit terpaksa harus menerima kenyataan bahwa harga TBS di lapangan hanya dihargai Rp 350 per kilogram, suatu penurunan di luar akal sehat karena pada bulan Juni 2008 harga TBS masih terjual di atas Rp 1800 per kilogram. Petani sawit Indonesia tentu agak sulit untuk memahami bahwa Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) mengurangi permintaan impor CPO – baik karena dampak krisis keuangan global, maupun karena produksi minyak nabati lain di AS dan UE yang sedang membaik. Seandainya berbagai instrumen perlindungan harga komoditas pertanian (seperti instrumen resi gudang atau mekanisme pasar lelang) di dalam negeri telah berkembang, mungkin petani sawit tidak harus menanggung dampak buruk penurunan harga seperti saat ini.

Ketahanan pangan meliputi empat dimensi penting: yaitu (1) ketersediaan pangan, (2) aksesibilitas masyarakat terhadap pangan, (3) distribusi pangan dan (4) stabilitas harga pangan. Salah satu dari dimensi tersebut tidak terpenuhi, maka ketahanan pangan dapat mengalami ancaman yang tidak sederhana.

Di tingkat global, produksi beras dunia memang sedang mengalami stagnansi atau pelandaian (leveling-off) karena peningkatan produksi lebih banyak hanya mengandalkan pertambahan areal panen. Produksi beras global diperkirakan sekitar 643 juta ton pada tahun 2007, atau sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan produksi beras 581 juta ton pada tahun 2006 atau dari perkiraan Food Outlook FAO sebelumya pada edisi Juni 2007. Kenaikan produksi di India, Myanmar dan Indonesia diperkirakan cukup signifikan untuk meningkatkan produksi beras dunia tahun 2007. Persoalan menjadi agak kompleks ketika produktivitas beras rata-rata dunia nyaris tidak bertambah pada beberapa tahun terakhir dan tercatat hanya 4,1 ton per hektar. Maknanya, betapa rendahnya tingkat perubahan teknologi, aplikasi benih baru dan teknologi lain di sektor pangan pokok ini. Struktur pasar beras dunia beras menjadi agak kacau karena produsen beras dunia tidak memprioritas untuk “melempar” produksi berasnya ke pasar global, yang mengakibatkan stok beras dunia makin tipis. Strategi protektif negara-negara eksportir besar beras dunia, seperti Thailand, Vietnam, India, dan China, memang sempat menjadi ajang diskusi hebat pada Food Summit di Roma. Namun, sebagai negara yang berdaulat, negara produsen beras dunia itu lebih mengutamakan stok beras di dalam negerinya sendiri serta fluktuasi harga pangan pokok yang sering memiliki dimensi politik yang lebih besar. Walau berstatus sebagai produsen beras terbesar di dunia karena produksinya mencapai 129,5 juta ton, China benar-benar fokus pada kecukupan stok pangan domestiknya. China tidak gegabah melakukan ekspor karena perkiraan konsumsi domestiknya juga berkisar 129,1 juta ton. Surplus beras—tepatnya selisih produksi dan konsumsi—yang hanya artifisial 400.000 ton tentu terlalu riskan jika terlalu outward looking.

(28)

terganggu dan melonjakkan harga gandum di pasar global. Laporan WFP tersebut juga menyebutkan bahwa sekitar 854 juta jiwa di seluruh dunia terancam kelaparan. Kelompok rawan pangan ini bertambah sekitar 4 juta jiwa per tahun, sehingga kenaikan harga pangan dunia saat ini benar-benar di luar jangkauan mereka dari kelompok lapis paling bawah tersebut. Inilah tantangan paling besar bagi siapa pun yang peduli tentang ekonomi pangan dan pencapai Tujuan Pembangunan Milenium (MDG).

Di tingkat nasional, produksi beras Indonesia pada tahun 2008 ini diramalkan mencapai 60,3 juta ton gabah kering giling (GKG) atau sektiar 35 juta ton beras (Angka Ramalam III tanggal 3 November 2008, Badan Pusat Statistik). Kinerja produksi padi di atas sering diklaim sebagai surplus beras 3 juta ton, jika konsumsi beras diperkirakan 32 juta ton, dan pernah dianggap sebagai peluang besar bagi Indonesia untuk ekspor beras. Akan tetapi, proses peningkatan produksi yang tidak bertumpu pada perubahan teknologi tidak akan dapat diandalkan untuk menjawab tantangan penyediaan pangan yang semakin kompleks. Beberapa faktor kunci (driver) dalam peningkatan produksi beras justru tampak tidak saling mendukung. Misalnya, perbaikan jaringan irigasi sangat lambat, gangguan banjir di sentra produksi, atau berita kelangkaan pupuk makin sering dijumpai. Dalam teori ekonomi pertanian, tingkat produksi pertanian ditentukan dari interaksi yang cukup kompleks antara faktor luas lahan, curahan tenaga kerja, manajemen air, alokasi pupuk, pestisida, dan teknologi pertanian lainnya. Kemudian titik optimal dari alokasi faktor-faktor produksi di atas masih ditentukan oleh kombinasi harga output dan harga input. Apabila karena salah antisipasi lalu Indonesia harus kembali mengimpor beras pada masa-masa sulit tersebut, biaya ekonomi-sosial-politiknya pasti akan lebih besar.

Pada tahun 2008 ini, produksi jagung diramalkan 15,9 juta ton, terutama karena peningkatan luas panen di Propinsi Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Utara, Lampung, dan Sumatera Utara. Angka tersebut memang masih belum mampu mencapai target swasembada jagung, yang seharusnya telah tercapai sejak tahun 2007, karena Indonesia masih harus memenuhi konsumsi jagung dari pasar impor. Hal yang agak positif adalah bahwa penggunaan benih unggul jagung hibrida, terutamabuah hasil bioteknologi pertanian. Bersamaan dengan itu, peningkatan produksi jagung hibrida juga sekaligus mampu mendukung sektor peternakan karena industri pakan ternak ikut tumbuh pasca stagnansi yang cukup serius pada puncak krisis ekonomi. Membaiknya produksi jagung domestik sedikit membantu mengurangi ketergantungan sektor peternakan kecil terhadap pakan impor, dan sempat memberikan ekspektasi pertumbuhan yang lebih tinggi. Akan tetapi, karena laju konsumsi jagung yang tumbuh lebih cepat, Indonesia masih harus mengandalkan jagung impor dalam jumlah yang cukup signifikan.

(29)

peluang tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara baik di Indonesia. Produktivitas kedelai di Indonesia hanya 1,31 ton/ha atau setengah dari produktivitas kedelai di luar negeri, seperti di Brazil, Argentina dan Amerika Serikat. Target swasembada kedelai tahun 2008 sulit tercapai, kecuali

Gambar

Tabel 1.  Perubahan Kekuatan Ekonomi: Pangsa PDB Global (%)
Gambar 3.  Tingkat Kemiskinan (Headcount Index: US$ 1 per hari)
Gambar 4.  Tingkat Kemiskinan (Headcount Index: US$ 2 per hari)
Gambar 4.  Perkembangan Tingkat Ketimpangan Pendapatan
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tujuan komunikasi yang terdapat di dalam perancangan identitas dari Situs Taman Purbakala Cipari ini adalah menciptakan suatu identitas berupa logo yang memiliki ciri khas dan

berdasarkan hasil uji ANOVA dengan signifikansi 0.000 (p<0.01); (2) pembelajaran menggunakan model Problem-Based Learning berpengaruh terhadap penguasaan konsep

Sasaran yang dituju dalam proses komunikasi massa adalah khalayak atau masyarakat luas yang terpencar satu sama lain tidak saling mengenal, karena masing – masing berbeda

Walaupun patogenesis dan penyebab yang dicurigai telah ditemukan, ternyata pengobatan yang diberikan kadang-kadang tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan.Urtikaria atau

tersebut, karena merupakan pesan atau solusi yang diperpendek menjadi sebuah kata-kata yang mudah dimengerti, serta dapat memotivasi pendengar, penyiar berusaha

Terapi obat dan tindakan pembedahan dapat digunakan untuk mengecilkan atau menghilangkan miom jika menyebabkan rasa tidak nyaman atau gejala-gejala yang bermasalah..

sanggahan selama 3 (1iga) hari kerja dari langgal 16 Sid 18 Juni 2015, yang dilujukan kepada Uni1. Layanan Pengadaan Kementerian