• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA KERJA UMUM

Dalam dokumen Index of /enm/images/dokumen (Halaman 41-53)

Bidang Pangan

B. RENCANA KERJA UMUM

Landasan rencana kerja umum, sebagaimana landasan visi, misi, dan kebijakan umum Kadin mengandung muatan agenda prioritas Kadin, serta pokok-pokok kegiatan pengembangan dunia usaha melalui implementasi di berbagai bidang yang bersifat lintas sektoral (fungsional, daerah/regional, internasional), dan sektoral (koordinasi fasilitasi bersama asosiasi dan himpunan).

Oleh karena sifat arahan yang berbentuk pokok-pokok kegiatan, serta pemahaman terhadap langkah penyesuaiannya oleh kepengurusan baru, maka perlu dilakukan langkah-langkah pemantapan Rencana Kerja Lima Tahunan dan pembuatan Rencana Kerja Tahunan secara terinci – segera setelah pembentukan kepengurusan periode 2008-2013.

Walaupun demikian, pada bagian-bagian berikut ini disajikan pula pedoman dasar tentang pola penyusunan rencana kerja, parameter dan tolok ukur, faktor-faktor pendukung, serta pola penyusunan anggaran dan pengelolaan keuangan.

a. Pola Penyusunan Rencana Kerja

Pola penyusunan rencana kerja umum lima tahunan ini berbentuk arahan pokok-pokok kegiatan berupa uraian tema, tujuan dan sasaran, dengan penanggungjawab pada bidang dan komite masing-masing.

Pola penyusunan rencana kerja tahunan harus memuat uraian lebih terinci dengan lingkup penyajian meliputi tema, tujuan, sasaran, hasil yang diharapkan, tolok ukur, bentuk kegiatan, jangka waktu penyelenggaraan, proyeksi anggaran, dan penanggungjawab. Setiap rencana kerja perlu diberikan tanda apakah termasuk kegiatan rutin atau program/proyek.

Pada tahapan implementasi setiap program/proyek, perlu disusun dan diajukan terlebih dahulu proposal atau kerangka acuan lengkap yang memuat hal-hal seperti dalam rencana kerja tahunan secara lebih terinci, termasuk metoda, rancangan jadwal acara, serta proyeksi anggaran dan pendapatan.

Setiap implementasi rencana kerja melalui pelaksanaan program/proyek, perlu dilengkapi dengan kegiatan pemantauan (monitoring) dan evaluasi dengan pedoman tolok ukur yang ditetapkan. Akumulasi hasil pengukuran pencapaian kinerja dan hasil pelaksanaan merupakan parameter pencapaian sasaran pada setiap tahunnya, dan akumulasi hasil pengukuran pada setiap tahunnya menentukan parameter pencapaian sasaran lima tahunan.

b. Parameter dan Tolak Ukur

Parameter merupakan pedoman pengukuran hasil pencapaian kinerja dan hasil pelaksanaan rencana kerja secara kualitatif dan kuantitatif dalam kurun waktu tahunan, serta dalam kurun waktu lima tahunan yang diperoleh dari akumulasi hasil pengukuran tahunan.

Sasaran ditetapkan sebagai parameter kualitatif pencapaian kinerja dan hasil pelaksanaan rencana kerja lima tahunan atau pada periode 2004-2008. Parameter kuantitatif ditentukan melalui penyusunan dan penetapan tolok ukur rencana kerja tahunan.

Guna menjaga arah dan implementasi kebijaksanaan umum dan rencana kerja, maka harus dibentuk dan dilakukan kegiatan pemantauan secara sistematis, terukur dan periodik, termasuk kegiatan evaluasinya.

c. Faktor-Faktor Pendukung

Sebagai bagian dari implementasi strategis, pelaksanaan rencana kerja Kadin memerlukan dukungan berbagai faktor pendukung seperti adanya kesatuan visi, fungsi strategi, struktur, sistem, sumber daya manusia dan kompetensinya, serta gaya/perilaku.

Kesatuan visi Kadin, hanya akan dicapai melalui penyatuan pemahaman mengenai visi, misi, strategi dan sasaran yang telah ditetapkan. Oleh karenanya, pada tahapan awal kepengurusan periode 2009-2014 diperlukan suatu paparan tentang tema/topik tersebut dalam setiap pertemuan dengan pihak-pihak internal ataupun eksternal keorganisasian sebagai bagian dari langkah-langkah sosialisasinya.

Keberadaan sistem telah melekat pada perangkat keorganisasian seperti UU Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri, AD dan ART, Pedoman Organisasi,petunjuk-petunjuk pelaksanaan keanggotaan, pedoman penyelenggaraan kegiatan bagi peningkatan pendapatan Kadin, keputusan-keputusan, dan berbagai pedoman keorganisasian dan keanggotaan lainnya. Namun demikian perlu terus dilakukan identifikasi, kajian, serta diikuti langkah-langkah penyiapan dan penetapan mengenai perangkat pendukung sistem pengelolaan organisasi Kadin lainnya, seperti sistem kepegawaian, metoda penyelenggaraan kegiatan dan lainnya.

Fungsi-fungsi strategis dan struktur telah dilakukan penetapannya melalui langkah-langkah reposisi-revitalisasi fungsi dan restrukturisasi-integrasi organisasi. Namun demikian, kedua faktor pendukung ini perlu ditindaklanjuti dengan upaya melengkapinya dengan berbagai alat seperti standar prosedur operasi/mekanisme, pembuatan deskripsi kerja dan daftar tugas, serta jenis perangkat lunak lainnya. Sumber daya manusia dan kompetensinya dinilai merupakan faktor terpenting, karena mengamati kondisi saat ini, tuntutan dan tantangan Kadin pada era global, khususnya kurun waktu lima tahun ke depan. Oleh karenanya, sebagai tindak lanjut langkah-langkah reposisi-revitalisasi fungsi dan restrukturisasi-integrasi organisasi perlu dilakukan audit dan reposisi staf, pendidikan dan pelatihan guna peningkatan kompetensi khususnya memenuhi standar kualifikasi yang dibutuhkan pada setiap bidang/bagian tugas dan lainnya. Disamping sumber daya manusia pada jajaran sekretariat, pada jajaran kepengurusan juga dinilai perlu dilakukan upaya peningkatan kemampuan, antara lain peningkatan visi kepemimpinan dunia usaha pada era globalisasi.

d. Pola Penyusunan Anggaran dan Pengelolaan Keuangan

Pembiayaan kegiatan Kadin sebagai urat nadi penggerak pemantapan dan pendorong kesinambungan organisasi selama ini masih bertumpu pada donasi perusahaan-perusahaan besar, sumbangan Pengurus/Ketua Umum, dan sebagian kecil dari iuran anggota. Disadari bahwa pola pembiayaan kegiatan Kadin selama ini kurang sehat, maka perlu dicarikan pemecahannya secara terus menerus, sehingga ditemukan pola yang efektif dan memadai.

Pola pembiayaan kegiatan Kadin Indonesia pada periode 2008-2013 diproyeksikan masih bersandar pada sumber-sumber pendapatan yang sama pada periode lalu. Dengan demikian, disamping upaya pengintegrasian pendapatan dari seluruh lembaga, badan, yayasan dan badan usaha dibawah naungan Kadin Indonesia, perlu ditekankan mengenai pendekatan efisiensi yang berkualitas pada setiap implementasi kegiatan, baik yang bersifat rutin maupun program pengembangan.

Bertolak dari arahan yang termuat dalam UU Nomor 1 Tahun 1987 pasal 6, 7, dan 8 dan ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam AD/ART Kadin; serta guna menunjang tertib anggaran menuju pengelolaan organisasi yang sehat dan transparan, maka perlu dilakukan penetapan pedoman tata laksana anggaran dan keuangan Kadin Indonesia, yang dasar-dasarnya dirumuskan dalam uraian berikut ini.

a) Pola Penyusunan Anggaran

1. Penyusunan anggaran pendapatan dan pembiayaan Kadin Indonesia disusun berdasarkan rencana kerja tahunan, dan dilakukan dalam setiap rapat kerja nasional.

2. Rencana anggaran pendapatan adalah proyeksi cendikia (intelegent) mengenai seluruh hasil pengumpulan dana dari sumber-sumber pendapatan organisasi dalam periode tahun berikutnya, dan ditambah sisa anggaran pada tahun sebelumnya.

3. Rencana anggaran pembiayaan adalah proyeksi cendikia (intelegent) mengenai seluruh pos-pos pembiayaan yang dibutuhkan bagi pelaksanaan rencana kerja. Anggaran pembiayaan disusun berdasarkan sifat kegiatan dari rencana kerja, yaitu anggaran pembiayaan rutin, non rutin/program, dan khusus.

b) Penerimaan atau Pendapatan

1. Penerimaan atau pendapatan organisasi diperoleh dari sumber-sumber dana seperti disebut dalam pasal 49 AD dan pasal 30 ART Kadin, yang diperdalam konsep operasionalisasinya melalui Pedoman Penyelenggaran Kegiatan bagi Peningkatan Pendapatan Kadin; sisa hasil usaha dari pelaksanaan setiap kegiatan khusus atau ad hoc; serta alokasi dari sisa hasil usaha dan atau laba dari lembaga, badan, yayasan dan badan usaha komersial di bawah naungan Kadin Indonesia.

2. Seluruh penerimaan atau pendapatan organisasi termasuk dari kegiatan khusus atau ad hoc harus dilakukan pencatatan dan pembukuannya, kecuali lembaga, badan, yayasan dan badan usaha yang memperoleh wewenang melakukan pengelolaan keuangan secara tersendiri.

seperti pembayaran tunai, cek, giro, atau wesel.

c) Pengeluaran atau Pembiayaan

1. Setiap pengeluaran atau pembiayaan harus dilandasi pada prinsip-prinsip efisiensi yang berkualitas guna mencapai hasil yang seoptimal mungkin.

2. Jenis pengeluaran/pembiayaan terdiri dari biaya rutin, biaya proyek, dan biaya khusus. Biaya rutin terdiri pembiayaan untuk kegiatan rutin sekretariat. Biaya proyek terdiri pembiayaan untuk kegiatan non rutin atau program, dan atau pembelian perlengkapan/peralatan. Biaya khusus merupakan pembiayaan untuk kegiatan khusus yang biasanya dilakukan oleh panitia kegiatan, atau persiapan kegiatan/program.

3. Prosedur pengeluaran atau pembiayaan dilakukan dengan pedoman pagu/plafond anggaran yang ditetapkan dan tetap berorientasi pada prinsip-prinsip efisiensi yang berkualitas (orientasi adanya sisa anggaran pada setiap kegiatan). Teknis administratif dari prosedur pengeluaran dan pembiayaan perlu diatur/ditetapkan tersendiri.

4. Setiap pengeluaran atau pembiayaan harus disertai bukti-bukti pengeluaran yang cukup agar mendukung pelaksanaan akuntansi dan verifikasinya.

d) Pelaporan dan Akuntansi Publik

1. Pelaporan harus dilakukan secara periodik dan berjenjang menurut kebutuhan. Penyerahan laporan keuangan dari setiap pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan tenggang waktu cukup, guna mendukung akuntansi dan verifikasinya.

2. Guna memenuhi kebutuhan evaluasi tahunan dan mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi, sekretariat Kadin wajib memberikan laporan keuangan umum setiap jangka waktu tertentu yang ditetapkan.

3. Akuntansi dan verifikasi keuangan tahunan harus disahkan atau dilakukan oleh Akuntan Publik.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka dalam hal ini dapat disusun rencana kerja Kadin untuk periode Kepengurusan 2009-2014, yaitu sebagai berikut:

1. KEORGANISASIAN DAN KEANGGOTAAN

a. Perkuatan Organisasi

 menyesuaikan struktur organisasi Kadin dengan struktur organisasi pemerintahan.

 melanjutkan kegiatan revitalisasi sekretariat Kadin indonesia.  penerapan manajemen mutu iso sampai tingkat Kadin provinsi.  peningkatan kesejahteraan karyawan sekretariat Kadin.

 peningkatan kemampuan dan kualitas sdm karyawan sekretariat Kadin  peningkatan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung kegiatan. b. Revitalisasi Fungsi dan Kelembagaan

 fungsi Kadin Indonesia sebagai mitra pemerintah di bidang perekonomian  fungsi kadin sebagai penggerak ekonomi nasional dan daerah (lintas sektoral) c. RPP Undang-undang No. 1 Tahun 1987

d. Penyempurnaan Keppres 80 Tahun 2003

Bahwa persyaratan penyedia barang/jasa dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa adalah : memenuhi ketentuan perundang-undangan untuk menjalankan usaha/kegiatan sebagai penyedia jasa. Yang dimaksud dengan peruturan perundang-undangan tersebut adalah UU No. 1 tahun 1987 tentang Kadin.

e. Kemitraan dengan Pemerintah f. Pelayanan Anggota

g. Pemberdayaan Asosiasi /Himpunan

h. Pemberdayaan Kadin Provinsi/Kabupaten/Kota i. Tindak Lanjut Surat Edaran Menteri Dalam Negeri

memonitor pelaksanaan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri perihal keanggotan Kadin dan memberikan bantuan fasilitasi dan lobi agar surat edaran tersebut dapat terbit di tingkat gubernur/bupati/walikota.

j. Akreditasi dan Sertifikasi

k. SIM Keanggotaan, Keanggotaan Tercatat m. Rating Kadin Provinsi dan Asosiasi/Himpunan

2. INVESTASI, PERHUBUNGAN, INFORMATIKA, TELEKOMUNIKASI DAN PARIWISATA

a. Kebijaksanaan Pengembangan Industri (Lintas Sektoral)

 Melakukan monitoring dan evaluasi kebijakan dan iklim usaha.

 Memberikan masukan kepada pemerintah dalam menyusun kebijakan pengembangan industri nasional.

b. Investasi/Permodalan

 Pelaksanaan Pertemuan dengan pemerintah dan lembaga keuangan bank dan non-bank.

 Mengupayakan tumbuhnya lembaga keuangan, permodalan, penjaminan.

 Bersama-sama dengan pemerintah meningkatkan citra Indonesia sebagai negara dengan potensi besar untuk investasi, dengan memanfaatkan lembaga-lembaga dan kerjasama internasional yang terkait (ICC, ASEAN CCI, CACCI, AIDA, IMT-GT, BIMP-EAGA, PBEC, G-77, G-15, dsb.).

 Memberikan masukan kepada pemerintah dalam meningkatkan investasi dalam negeri dan asing (PMDN dan PMA).

c. Pengembangan dan Penerapan teknologi

 Mendorong peningkatan kandungan teknologi pada industri nasional, bekerjasama dengan Lembaga-Lembaga Penelitian dan universitas.

 Mendorong tumbuhnya kerjasama pengembangan dan penerapan teknologi antara industri, Lembaga Penelitian dan universitas, dan antar industri, di dalam dan di luar negeri

d. Memberikan masukan kepada pemerintah dalam penyusunan kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang kondusif bagi pengembangan industri dan investasi:

 Terkait dengan kerjasama ekonomi luar negeri (WTO, AFTA, ASEAN Economic Community 2020, ASEAN plus Three, ASEAN Plus Six, Indonesia Japan Economic Partnership Agreement, dsb.).

 Penyusunan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan industri Perhubungan, Informatika, Telekomunikasi dan Pariwisata dan investasi.

 Formulasi integrated promotion sektor Tourism, Trade and Investment (TTI)

 Kebijakan pengembangan industri MICE

 Kebijaksanaan Keuangan (Fiskal dan Moneter).  Kebijaksanaan Perpajakan.

e. Peningkatan Kemampuan SDM Dunia Usaha dan Lembaga Keuangan

Workshop, Pendidikan dan Pelatihan bagi SDM perbankan dan lembaga keuangan non-bank tentang resiko investasi di sektor Investasi, Perhubungan, Informatika, Telekomunikasi dan Pariwisata.

 Aktif terlibat dalam peyusunan standard kompetensi SDM. f. Penyediaan Informasi

 Pembangunan Kadin Integrated Information System (KIIS).

 Peningkatan prasarana dan kompetensi bidang IT Sekretariat Kadin Indonesia.  Pembangunan Pusat Layanan Bisnis (Business Support Center) di Sekretariat

Kadin Indonesia.

g. Mendorong Penerapan Good Corporate Governance di industri.

3. BIDANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

a. Dialog Kebijakan dengan instansi pemerintah dengan fokus utama pada perumusan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

b. Diseminasi Teknologi Tepat Guna bagi peningkatan nilai tambah dalam kegiatan usaha UMKM

c. Pengembangan Sumber Pembiayaan UMKM

d. Wisma Dagang UMKM (trading house) akan didorong tumbuh di daerah dengan menstimulus Kadin Provinsi untuk merintisnya.

e. Pengembangan Ekonomi masyarakat

f. Commodity Exchange Center (Pusat Informasi Komoditi)

g. Pengembangan Kewirausahaan

h. Database Industri

4. REFORMASI KEUANGAN & PERBANKAN

a. Kebijakan keuangan untuk mengatasi dampak krisis global b. Kebijakan keuangan yang pro sektor riil

c. Pemberdayaan UMKM

d. Kerja sama lembaga internasional

e. Koordinasi sinergis untuk mengatasi dampak krisis keuangan global f. Kebijakan perbankan yang pro sektor riil

g. Kelembagaan perbankan

h. Kerjasama dengan pemerintah/dep. keuangan i. Sosialisasi pasar modal

5. SDM dan KETENAGAKERJAAN

a. Pengembangan Standar Kompetensi Tenaga Kerja b. Pengembangan Lembaga Sertifikasi Profesi

c. Pengembangan Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi (BKSP) d. Pelatihan tenaga asesor kompetensi

e. Menyelenggarakan Program Diklat Berbasis Kompetensi f. Pengembangan Pemuda Wirausahawan

g. Pemanfaatan tenaga PHK Terampil

i. Mewujudkan SKB Kadin Indonesia dengan Direktorat Jenderal PLS Depdiknas j. Sosialisasi program diklat berbasis kompetensi.

k. Pengembangan manajemen assessment center. l. Pengembangan manajemen kurikulum diklat.

m. Memonitor atau menyeragamkan metode pelatihan yang diberikan oleh instansi-instansi Pelatihan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dengan mutu yang telah disepakati bersama baik mulai dari kurikulum hingga "Buku Panduan"-nya.

n. Mengintensifkan program penyetaraan pendidikan bagi calon TKI yang tidak berpendidikan SLTP.

o. Pembentukan Tim atau Struktur Organisasi yang menunjang agar terciptanya koordinasi yang baik antara seluruh instansi terkait dan keberhasilan dari pada Rencana Program Kerja Umum Tahun 2008 – 2013 Pembangunan SDM Kadin Indonesia.

p. Penentuan upah minimum yang ditentukan setiap tahun diperjuangkan bisa diubah dan digeser dengan memberikan wacana dengan menggunakan/mengacu pengukuran standar kompetensi.

6. INDUSTRI, TEKNOLOGI DAN KELAUTAN

i.Restrukturisasi Total Industri Nasional dan Peningkatan Peran Supporting Industry berskala Kecil & Menengah

 Restrukturisasi total industri nasional melalui pengembangan jaringan kerjasama antara hulu & hilir, supporting industry.

 Reorientasi kebijakan industri, fokus pada pengembangan industri berbasis sumber daya alam, sebagai motor penggerak kesempatan kerja.

 Konsolidasi kekuatan industri nasional dalam menghadapi meningkatnya biaya energi dan menurunnya kualitas infrastruktur ekonomi Indonesia. Terutama pada industri padat modal dan teknologi, seperti : otomotif, TPT & elektronika.  Memperjuangkan ketersediaan pasokan energi untuk

industri

ii.Peningkatan Produktivitas & Daya Saing, Inovasi Produk Industri Nasional Indonesia

 Revitalisasi dan integrasi kelembagaan dalam satu task force (lanjutan).

 Sosialisasi dan negosiasi agar terjadi kelanjutan dan kesinambungan modernisasi pada alat produksi industri TPT.

 Sosialisasi dan negosiasi agar tercipta paket-paket kebijaksanaan pemerintah yang kompetitif untuk penanaman modal di dalam negeri, serta mendorong dilaksanakannya promosi–promosi peluang investasi di Indonesia (lanjutan).  Sosialisasi dan negosiasi perlunya peningkatan produktivitas yang setara dengan

negara pesaing melalui pendekatan bench marking.

 Sosialisasi dan negosiasi perlunya peningkatan perlindungan pasar dalam negeri.  Revitalisasi Industri Kecil Menengah padat tradisi, dan keterampilan seni budaya

lokal (seperti batik, jamu , industri kulit, dst) untuk bersaing di pasar domestik dan menjadi “brand image” Indonesia di pasar internasional, melalui desain & standardisasi lanjutan).

mewujudkan perusahaan industri berskala nasional.

iii.Pengembangan Industri Maritim dan Produk Kelautan Indonesia

 Pembinaan dan pengembangan kualitas pengusaha industri maritim Indonesia.  Peningkatan usaha maritim yang market oriented guna pemenuhan konsumsi

dalam negeri dan luar negeri.

 Sosialisasi dan negosiasi agar terjadi penciptaan iklim usaha maritim yang kondusif untuk peningkatan peran strategis industri maritim guna pemenuhan konsumsi dalam negeri dan tujuan ekspor.

 Sosialisasi perlunya kebijakan pemerintah tentang kemaritiman yang berkesinambungan.

7. PANGAN DAN AGRIBISNIS

a. Program Action Plan Pangan dan BBN. b. Program Kebijakan dan Perpajakan Agro. c. Pengembangan Agro-industri.

d. Pengembangan Pasar Produk Agro-industri. e. Menyelenggarakan Agricultural Summit 2009

f. Pengembangan Industri Kehutanan Terpadu Dalam Mengatasi Dampak Krisis Keuangan Global.

8. PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI KAWASAN TIMUR INDONESIA

Penyusunan Roadmap KTI 2015. a. Struktur dan Pola Tata Ruang KTI.

b. Peta Potensi dan Investasi Pembangunan KTI.

c. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

d. Peluang dan Kebijakan Investasi Pembangunan KTI. e. Masalah dan Percepatan Pembangunan Infrastruktur KTI. f. Otonomi Daerah dan Percepatan Pembangunan KTI. g. Kelembagaan Kemitraan Pemerintah dan Pengusaha KTI. 9. KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL

a. Pemantapan/Peningkatan Fungsi.

b. Perbaikan Hubungan Kerja dengan /antar Komite-komite Bilateral/Multilateral c. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

d. Pemantapan Hubungan Kerja Dengan Pemerintah e. Advokasi dan Dukungan Perundingan Internasional f. Peningkatan Hubungan Kerja Dengan Birokrasi g. Hubungan Dengan Lembaga Bilateral

h. Hubungan Dengan Lembaga Multilateral i. Fasilitasi Kegiatan Misi Dagang

10. PRASARANA, PERMUKIMAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

a. Implementasi pelaksanaan UU no.18 tahun 1999 dikalangan penyedia dan pengguna jasa konstruksi

b. Menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah dan kedutaan RI dinegara Asean serta perwakilan negara Asean di Indonesia dalam rangka meningkatkan ekspor jasa konstruksi

mengadakan pendekatan kepada kalangan perbankan di Indonesia untuk dapat memberikan kredit lunak kepada kontraktor yang akan bekerja diluar negeri.

d. Mengupayakan kesetaraan sertifikasi kompetensi profesi jasa konstruksi nasional dengan pelaku yang sama di negara Asean dan Timur Tengah

e. Stimulus Pajak-pajak Properti

f. Hak Kepemilikan atas property oleh orang asing g. Penciptaan Peluang Investasi Properti

h. Keringanan biaya dan pajak-pajak perumahan dan permukiman i. Likuiditas Perbankan dan KPR

j. Tabungan Perumahan Nasional

k. Sosialisasi Undang-undang dan Peraturan Pemerintah tentang :

• PPKawasan Industri, PP Kawasan Berikat, PP tentang Pertanahan, UU tentang Free Trade Zone

• Kepmen dan Permen tentang sarana usaha

l. Sosialisasi Kebijakan dan Iptek Pengelolaan Lingkungan

m. Mengaktifkan kembali pengembangan proyek CDM ( Clean Development Mechanism ) dan CCS ( Carbon Capture & Storage ) dalam rangka berpartisipasi pengurangan Gas Rumah Kaca

n. Pembangunan Pedesaan

o. Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan Mandiri p. Kerjasama Kelembagaan3R ( Recycle, Route dan Reduksi ) q. Teknologi Bersih dan 3R( Recycle, Route dan Reduksi )

11. ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

a. Publik Private Partnership

b. Masukan mengenai energi dan sumber daya mineral untuk Presiden Republik Indonesia Terpilih

c. Tindak Lanjut “From Crisis To Opportunity Programme”

d. Meningkatkan kegiatan konsultatif serta koordinasi dengan Dewan Energi Nasional

e. Executive Briefing dengan Asosiasi Terkait

f. Membuat Target Energi Mix Lengkap Dengan Quantitatif Per Tahun Dan Capaian Pertahunnya

g. Peningkatan Eksplorasi Dan Produksi Migas h. Pembinaan Sumber Daya Manusia Bidang Migas

i. Kepastian Jaminan Pasokan Bahan Baku dan Bahan Bakar Gas untuk Industri Turunan Petrochemical

j. Pendataan Sumber Migas Yang Akurat Untuk Lahan Potensial Sampai Marginal

k. Perumusan Strategi Ketahanan Energi

l. Meningkatkan Investasi Di Bidang Hulu Migas Dengan Iklim Usaha Yang Kondusif

m. Konsolidasi dan meningkatkan kerjasama dengan asosiasi industri, asosiasi profesi dan perusahaan-perusahaan di lingkungan sektor pertambangan

n. Memfasilitasi kepentingan dunia usaha kepada Pemerintah

o. Sosialisasi Program Kerja KADIN dan Pencitraan Positif Pertambangan

12. PERDAGANGAN DAN DISTRIBUSI

a. Membuat study tentang

• Peta Posisi Daya Saing,

• Kesiapan bahan baku,

• Kesiapan Tenaga Kerja

• Pelaku Usaha

• Sarana dan prasarana

• Kesiapan Kebijakan Pemerintah

• Strategi Penigkatan Daya Saing

b. Mendorong lahirnya Undang-undang Perdagangan & Peraturan-peraturan Pelaksana Business Friendly terhadap pelaku usaha di Indonesia, termasuk sosialisasi, public hearing kepada seluruh steak holder

c. Gemar Produk Indonesia tetap dilanjut dengan implementasi khususnya menghadapi krisis ekonomi global guna meningkatkan kualitas, standarisasi dan harga yang kompetitif yang digemari oleh konsumen. Dapat berupa pembuatan standarisasi, sosialisasi dan aturan-aturan insentif dari Pemerintah (sesuai dengan 10 arahan Presiden)

d. Membantu Pemerintah dalam menyelesaikan Undang-undang tentang Logistik Nasional, mengadakan sosialisasi bersama steak holder. Dengan tujuan akhir biaya logistik dan distribusi di Indonesia dapat lebih bersaing dengan negara-negara lain.

e. Mendukung Pemerintah bersama Pemda, Kadin Provinsi dalam Program merenovasi, Pasar-pasar Tradisional dan Toko-toko di berbagai Kota/Provinsi agar bisa bersaing dengan pasar modern (ritel).

f. Bersama-sama Pemerintah/BPEN, Kadin membantu dalam Pengembangan Pasar Internasional melalui Pendidikan SDM ekspor-impor, pameran (dalam negeri dan luar negeri) dan Trade Mission serta penentuan untuk membantu Petugas-petugas Pemerintah yang ditempatkan di luar negeri.

g. House of Indonesia tetap diprogramkan untuk di kembangkan di negara-negara tujuan ekspor potensial (sesuai arahan Presiden).

13. KEBIJAKAN PUBLIK, PERPAJAKAN SISTIM FISKAL DAN MONETER, KEPABEANAN DAN CUKAI

a. Meneruskan Pengawalan RUU PPN dan PPh BM dan RUU Pengadilan Pajak serta peraturan pelaksanaannya

b. Edukasi kepada para anggota , berupa seminar-seminar perpajakan di Pusat maupun di daerah

c. Advokasi perpajakan secara makro

d. Usulan kepada Pemerintah agar produsen rokok yang telah dikenakan cukai rokok agar tidak diterapkan lagi pajak/retribusi yang sejenis oleh pemerintah Daerah e. Mengusulkan agar petugas Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai (KPPBC)

meninggalkan paradigma lama yang bertindak selalu mencari-cari kesalahan atau yang lebih buruk lagi membantu industri tersebut untuk melakukan pelanggaran aturan yang ada

f. Mengusulkan agar KPPBC didalam melakukan pelayan dan Pengawasan memberi bimbingan kepada industri di dalam kawasannya supaya kesalahan dalam pemeriksaan dan pengawasan tidak dapat direliminir dan diperbaiki sehingga industri yang bersangkutan tidak terjebak melakukan kesalahan terus menerus dalam jangka

waktu yang lama

g. Hingga saat ini prosedur Bea Cukai masih terdapat beberapa hal yang bertentangan

Dalam dokumen Index of /enm/images/dokumen (Halaman 41-53)

Dokumen terkait