• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan analisis, maka didapat rumusan permasalahan utama pada RTH di lokasi ini antara lain:

- semakin berkurangnya area terbuka publik akibat konversi lahan,

- belum terpenuhinya kebutuhan RTH publik berdasarkan persen luas dan luas per kapita.

- kualitas RTH berdasarkan tingkat kerapatan penutupan oleh vegetasi pada beberapa tipe RTH belum optimal

Kondisi perkembangan pembangunan akan mengancam keberadaan ruang- ruang terbuka hijau sehingga perlu perhatian untuk mempertahankan luasan dan kondisi RTH di kawasan perkotaan. Untuk menjaga keberadaan RTH, perlu ditentukan area-area yang tidak diperbolehkan dibangun.

Rekomendasi ini berdasarkan ketentuan penggunaan lahan untuk ruang terbuka hijau sesuai dengan kebutuhan dan peran masing-masing tipe RTH sehingga secara umum area di dalam kawasan ini akan dibagi menjadi area tanpa pembangunan, area semi-bangunan, dan area bangunan, di mana masing-masing area memiliki porsi RTH yang berbeda-beda. Selain itu terdapat pula titik-titik lokasi ideal taman publik berdasarkan kebutuhan per kapita untuk masing-masing wilayah dalam kawasan. Penjelasan untuk masing-masing ruang dapat dilihat di bawah ini:

- Area tanpa pembangunan

Tujuan dari area pembangunan atau dapat disebut dengan wilayah limit adalah mempertahankan keberadaan ruang terbuka hijau yang memiliki fungsi dan pengaruh yang tinggi bagi keberlangsungan ekosistem sekitarnya. Peruntukan area ini hanya untuk menjaga kualitas alam, sedangkan keberadaan kawasan terbangun tidak dapat ditolerir (Sujarto, 1991) karena adanya pembangunan dikhawatirkan akan menimbulkan dampak merugikan. Termasuk dalam area ini yaitu bantaran sungai dan bantaran rel kereta api (Gambar 64).

Gambar 64 Area Tanpa Pembangunan - Area semi-pembangunan

Maksud dari area semi pembangunan atau wilayah kendala adalah ruang- ruang terbuka milik publik yang keberadaannya menunjang aktivitas sehari- hari masyarakat. Pada area ini, pengembangan kawasan terbangun dapat dilakukan secara terbatas dengan memperhatikan kelestarian lingkungan (Sujarto, 1991) serta selama masih sesuai dengan ketentuan atau kebutuhan dan tidak mendominasi lebih dari RTH yang ada. Pemakaman, jalur hijau jalan, serta taman lingkungan merupakan RTH yang termasuk dalam kelompok area semi-bangunan yang terdapat dalam lokasi penelitian (Gambar 65).

Gambar 65 Area Semi Pembangunan - Area pembangunan

Maksud dari area pembangunan atau wilayah pengembangan adalah area di mana kawasan terbangun dapat dikembangkan secara optimal (Sujarto, 1991). Ruang-ruang bersifat privat yang dapat akan dibangun maupun telah terbangun menyediakan RTH minimal sebesar 10% dari luas area sebagai ketentuan minimal Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang yang diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pemenuhan kebutuhan RTH kawasan perkotaan sekaligus bermanfaat bagi kenyamanan lingkungan sekitar bangunan.

Persebaran penutupan lahan eksisting secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 67 berikut.

Gambar 67 Persebaran Penutupan Lahan

Penentuan area pada peta adalah berdasarkan RTH esisting yang kemudian disesuaikan dengan standar atau ketentuan yang telah dibahas pada masing- masing subbab sebelumnya, yang akan dijelaskan secara singkat pada Tabel 48 di bawah ini.

Tabel 48 Rekomendasi Penggunaan Lahan

Jenis RTH Ketentuan Potensi

RTH (m2)

Pekarangan Minimal 10% dari luas kavling -

Jalur hijau jalan

Tepi jalan Separator jalan Pulau jalan 20-30% dari RUMIJA Eksisting Eksisting 5.500 100 900

RTH Fasum dan Fasos

Taman lingkungan Halaman sekolah Fasilitas lainnya

Berdasarkan jumlah penduduk Minimal 23% dari luas kavling Minimal 10% dari luas kavling

8.100 - -

Bantaransungai Jarak minimal 50 m dari badan air 37.500

Bantaranrel RUMIJA rel kereta min 6 m 6.600

Pemakaman Sesuai eksisting 5.800

Penjelasan mengenai potensi masing-masing ruang terbuka hijau berdasarkan regulasi yang berlaku akan dijelaskan sebagai berikut.

- Pekarangan dan halaman bangunan

Pekarangan dan halaman bangunan merupakan RTH privat, sehingga berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, minimal tersedia RTH sebasar 10% dari luas wilayah.

- Jalur hijau jalan

Berdasarkan Peraturn Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan, untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara 20-30% dari ruang milik jalan sesuai dengan kelas jalan. Panjang jalan utama pada kawasan penelitian ini adalah 1000 meter dan terdapat dua ruas jalan yang sama panjang. Rata-rata lebar ruang milik jalan pada kedua ruas adalah 11 meter sehingga dengan penyediaan RTH sesuai dengan syarat yang ditetapkan, jalur hijau jalan memiliki peran penyumbang luas RTH sebesar 5.500 m2. Sementara itu, kawasan ini juga memiliki dua buah pulau jalan mesing-masing dengan luas 480 m2 dan 420 m2.

- Taman Lingkungan

Taman publik yang terdapat di kawasan penelitian ini merupakan area untuk memfasilitasi kebutuhan penduduk di tingkat rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW). Taman RT ditujukan untuk melayani penduduk dalam lingkup 1 (satu) RT.

Berdasarkan standar kebutuhan ruang penduduk, luas minimal RTH yang harus disediakan adalah 1 m2 per penduduk dan berada pada radius kurang dari 300 meter dari rumah-rumah yang dilayani dengan mempertimbangkan jarak tempuh pejalan kaki (Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan, 2008). Dari jumlah penduduk total, yaitu 5409 jiwa, maka perlu penyediaan taman sebesar 5409 m2 yang terdistribusi di masing-masing RT dengan luas berbeda-beda menurut jumlah penduduk bersangkutan.

Gambar 68 Penyediaan RTH Taman RT

Taman rukun warga (RW) memiliki luas minimal 0,5 m2 per penduduk dan berada pada radius kurang dari 1000 meter dari rumah- rumah penduduk yang dilayaninya (Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan, 2008). Untuk memenuhi kebutuhan penduduk tingkat RW, maka luas taman yang perlu disediakan adalah 2700 m2.

Gambar 69 Ilustrasi Penyediaan RTH Taman RW - Bantaran sungai

Menurut Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, untuk bantaran sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan, penetapan garis sempadan minimal 50 meter (Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan, 2008). Dengan jalur hijau ini membentang sepanjang 750 meter, maka diperkirakan kawasan ini memiliki potensi RTH sebasar 3,75 ha.

300 meter

Gambar 70 Ilustrasi Penyediaan RTH pada Bantaran Sungai - Bantaran rel kereta

Berdasarkan PP No. 69 Tahun 1998, Rumija untuk jalan rel yang terletak di permukan tanah adalah sebidang tanah atau bidang lain di kiri dan kanannya yang digunakan untuk pengamanan konstruksi rel. Dengan memanfaatkan Rumija rel kereta sebagai RTH, yaitu 6 meter dari Rumaja, dan membentang sepanjang 1.100 meter sesuai eksisting maka bantaran rel memiliki potensi RTH sebesar 6.600 m2.

Apabila dijumlahkan, RTH publik yang terdapat di RW 08 Kelurahan Lenteng Agung yang mencakup jalur hijau jalan, taman lingkungan, bantaran sungai, bantaran rel kereta, dan pemakaman, adalah 64.500 m2. Atau sebesar 13,5,% dari luas wilayah RW 08. Meskipun belum memenuhi standar 20% menurut peraturan tentang RTH publik, namun terdapat peningkatan dari RTH sebelumnya.

Peta perbandingan eksisting dan rekomendasi area-area penggunaan lahan dapat dilihat pada Gambar 71 dan 72 berikut ini.

Gam bar 71 Peta Rekom endasi Penggunaan Lahan

area penggunaan lahan

jarak minimum 50 meter

SIMPULAN DAN SARAN