• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2 Ruang Terbuka Hijau

2.2.4 Syarat Vegetasi di Perkotaan

RTH dibangun dari kumpulan tumbuhan dan tanaman atau vegetasi yang telah diseleksi dan disesuaikan dengan lokasi serta rencana dan rancangan peruntukkannya. Lokasi yang berbeda (seperti pesisir, pusat kota, kawasan industri, sempadan badan-badan air, dll) akan memiliki permasalahan yang juga berbeda yang selanjutnya berkonsekuensi pada rencana dan rancangan RTH yang berbeda. Untuk keberhasilan rancangan, penanaman dan kelestariannya maka sifat dan ciri serta kriteria arsitektural, hortikultural tanaman dan vegetasi penyusun RTH harus menjadi bahan pertimbangan dalam menyeleksi jenis-jenis yang akan ditanam (Anonim dalam Makalah Lokakarya Pengembangan Sistem RTH di Perkotaan, 2005)

Persyaratan umum tanaman untuk ditanam di wilayah perkotaan menurut Anonim pada makalah Lokakarya Pengembangan Sistem RTH di Perkotaan, antara lain: (a) Disenangi dan tidak berbahaya bagi warga kota; (b) Mampu tumbuh pada lingkungan yang marjinal (tanah tidak subur, udara dan air yang tercemar); (c) Tahan terhadap gangguan fisik (vandalisme); (d) Perakaran dalam sehingga tidak mudah tumbang; (e) Tidak gugur daun, cepat tumbuh, bernilai hias dan arsitektural; (f) Dapat menghasilkan oksigen dan meningkatkan kualitas lingkungan kota; (g) Bibit atau benih mudah didapatkan dengan harga yang murah (terjangkau) oleh masyarakat; (h) Prioritas menggunakan vegetasi endemik (lokal); (i) Keanekaragaman hayati.

Agar dapat berfungsi dalam arsitektur lanskap, terdapat beberapa kriteria tanaman yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Pengontrol visual

Tanaman pagar yang rapat dan mempunyai ketinggian lebih dari 1,8 meter dapat menciptakan suasana pribadi dan agar dapat menghalangi sinar secara efektif, tanaman harus diletakkan pada tempat yang strategis antara sumber sinar dengan area yang akan dilindungi (Carpenter et al., 1975). Efektifitas tanaman dalam mengontrol sinar, baik sinar langsung maupun sinar pantulan tergantung dari ukuran tanaman, ketinggian tanaman dan kepadatan daun (Grey dan Deneke, 1978)

Penghalang fisik bagi manusia dan hewan diberikan oleh tanaman yang berketinggian antara 0,9 – 1,8 meter. Tanaman dengan ketinggian lebih dari 1,8 meter selain dapat menciptakan penghalang fisik yang baik, juga dapat digunakan sebagai pengontrol visual (Carpenter et al., 1975). Grey dan Deneke (1978) menambahkan bahwa tanaman yang berduri dapat menghalangi pergerakan.

3. Pengontrol suhu

Radiasi matahari berpengaruh terhadap suhu lingkungan. Efektifitas pepohonan dalam menangkap radiasi matahari tergantung pada kepadatan daun, bentuk daun, dan pola percabangan Grey dan Deneke (1978) menyatakan bahwa pohon yang memiliki batas kanopi tinggi berguna dalam menangkap radiasi matahari. Kriteria tanaman yang dapat digunakan untuk menghalangi sinar dan menurunkan temperatur adalah: a) tajuk lebar, b) bentuk daun lebar, dan c) ketinggian kanopi lebih dari 2 meter

4. Penahan angin

Tanaman dapat mengontrol angin dengan cara menghalangi, mengarahkan atau memperkuat angin (Carpenter et al., 1975). Efektifitas penanamannya sebagai penahan angin ditentukan oleh tinggi tanaman, lebar penanaman, dan kerapatan daun. Grey dan Deneke (1978) menyatakan bahwa tingkat proteksi suatu area oleh angin tergantung pada tinggi pohon. Angin yang mempunyai arah tegak lurus terhadap deretan tanaman penahan angin gerakannya akan akan dipengaruhi sampai pada jarak 5 – 10 kali tinggi tanaman penghalang pada ruang dekat pohon dan sampai 30 kali tinggi tanaman pada bagian belakang. Lebar tanaman dan mudah tidaknya tanaman ditembus angin tergantung dari pengaturan tanaman yang baik agar dapat menahan angin, yaitu dengan mengkombinasikan antara pohon dan semak. Selain itu tanaman penghalang angin juga dapat mempengaruhi suhu daerah di belakangnya (Crockett, 1971).

5. Pengontrol Presipitasi dan Kelembaban

Kriteria tanaman yang dapat menangkap jatuhnya air hujan dan mengontrol pergerakan air ke tanah adalah tanaman berdaun jarum atau berdaun kasar (berambut), pola percabangan horizontal dan tekstur batang yang kasar (Grey

dan Deneke, 1978). Tanaman dapat mengontrol kelembaban dengan melepaskan air ke udara melalui transpirasi. Semakin banyak jumlah daun, jumlah air yang dikeluarkan semakin banyak, dengan demikian kelembaban udara semakin tinggi (Carpenter et al., 1975).

6. Pengontrol bising

Efektifitas tanaman dalam mengontrol bising tergantung dari tinggi tanaman, kepadatan daun dan lebar penanaman. Tanaman yang mempunyai penutupan daun sampai bawah, lebih efektif dalam mengontrol bising. Secara umum vegetasi paling efektif digunakan utnuk mengurangi kebisingan dengan frekuensi tinggi yang mengganggu atau berbahaya. Beberapa tanaman dengan lebar 25 – 50 kaki dapat mengurangi suara bising dengan frekuensi tertinggi antara 10 – 20 dB, tapi kurang efektif jika digunakan untuk mereduksi kebisingan dengan frekuensi yang lebih rendah. Penanaman satu jenis tanaman tidak seefektif penanaman beberapa jenis tanaman, karena penanaman satu spesies hanya dapat menangkap suara dengan frekuensi rendah atau tinggi saja, tapi tidak efektif dalam mereduksi suara dengan frekuensi sedang (antara tinggi dan rendah). Selanjutnya Grey dan Deneke (1978) menyatakan bahwa tanaman berdaun tebal, cabang, dan batang besar dan penanaman yang rapat serta cabang-cabang yang ringan, mudah bergerak sehingga menimbulkan suara merupakan tanaman yang efektif dalam mengontrol kebisingan.

7. Pengontrol polusi udara

Polusi udara dapat berupa partikel debu atau gas (Grey dan Deneke, 1978). Polutan yang berbentuk pertikel dapat ditangkap oleh daun tanaman yang kasar dan berambut secara efektif. Partikel-partikel polutan yang terbawa angin ditangkap oleh cabang dan dedaunan pohon. Kriteria tanaman yang dapat digunakan untuk menyergap polutan berupa gas adalah:

a. Mempunyai pertumbuhan yang cepat b. Tumbuh sepanjang tahun

c. Percabangan dan daun yang padat d. Daun yang berambut

8. Kontrol erosi

Erosi tanah dipengaruhi oleh daya perlindungan tanah terhadap angin dan air, karakteristik fisik tanah serta topografi. Erosi oleh angin dipengaruhi oleh kecepatan, waktu dan arah angin, serta faktor tanah itu sendiri seperti kelembaban, struktur fisik dan lapisan tanah. Pohon dan semak sejak lama digunakan untuk mencegah erosi akibat angin (Grey dan Deneke, 1975). Menurut Carpenter et al, (1985), perlindungan terbaik terhadap erosi tanah adalah penutupan tanah dengan baik oleh vegetasi, karena tanaman dapat mereduksi pengaruh dari hujan pada tanah pada tanah dan akarnya membantu menangkap partikel tanah yang dapat tercuci.

METODOLOGI