• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil perhitungan pada rumah kualitas dapat diurutkan prioritas perbaikan dilihat dari indikator kinerja kunci, mulai dari prioritas tertinggi hingga prioritas terendah. Rekomendasi perbaikan diperoleh berdasarkan hasil analisis tingkat hubungan antar karakteristik teknis standar, kajian teoritis yang dielaborasi dengan pendapat pakar melalui wawancara mendalam (in depth interview) untuk setiap kemungkinan karakteristik teknis yang menjadi prioritas perbaikan.

Tabel 27. Rekomendasi Perbaikan Untuk Setiap Indikator Karakteristik Teknis Variabel Indikator Karak-

teristik Teknis

Rekomendasi Perbaikan Kinerja

Operasi Perusahaan

Target Penjualan - Meningkatkan Kapasitas Produksi - Meningkatkan Penciptaan Produk Baru - Meningkatkan Jumlah Produk Baru

- Meningkatkan Tingkat Kemampuan Pekerja - Optimalisasi Output per Material

- Menurunkan Harga Jual Produk Agar Bersaing

- Meningkatkan Jumlah Pelanggan Baru Pencipataan

Produk Baru

- Meningkatkan Transferabilitas - Meningkatkan Replikabilitas - Meningkatkan Kemampuan Pekerja - Meningkatkan Motivasi Pekerja - Meningkatkan Pemberdayaan Pekerja Pemasaran

Produk Baru

- Menurunkan Harga Jual Produk Agar Bersaing

- Meningkatkan Transferabilitas - Meningkatkan Jumlah Produk Baru - Meningkatkan Kemampuan Pekerja - Meningkatkan Pemberdayaan Pekerja - Meningkatkan Kelengkapan Atribut Produk

Kesalahan dalam

Proses

- Optimalisasi Pembagian Tugas dan Wewenang

- Meningkatkan Kemampuan Pekerja - Meningkatkan Motivasi Pekerja - Meningkatkan Pemberdayaan Pekerja

Hasil (output) per

satuan Modal

- Menurunkan Jumlah Bahan Baku yang Terbuang

- Meningkatkan Kemampuan Pekerja - Meningkatkan Motivasi Pekerja - Meningkatkan Pemberdayaan Pekerja Kemampuan

Menghasilkan Uang

- Meningkatkan Kapasitas Produksi - Menurunkan Harga Jual Produk Agar

Bersaing

- Meningkatkan Jumlah Produk Baru - Meningkatkan Pemberdayaan Pekerja - Meningkatkan Motivasi Pemilik Perusahaan Manajemen

Sumberdaya Perusahaan

Motivasi Pemilik Perusahaan

- Meningkatkan Daya Transferabilitas - Meningkatkan Daya Replikabilitas - Meningkatkan Motivasi Pekerja - Meningkatkan Pemberdayaan Pekerja Pengembangan

Modal

- Meningkatkan Kapasitas Produksi - Meningkatkan Jumlah Produk Baru

150 Variabel Indikator Karakteris-tik Teknis Rekomendasi Perbaikan Hubungan dengan Lingkungan Perusahaan Tanggungjawab terhadap Pelanggan

- Meningkatkan Kualitas Produk

- Meningkatkan Kelengkapan Atribut Produk - Meningkatkan Penerapan Standar Kualitas

(SNI)

Kebijakan Standar Kualitas - Meningkatkan Kualitas Produk

- Meningkatkan Jumlah Pelanggan yang dapat Dipertahankan

- Meningkatkan Kepuasan Pelanggan

- Meningkatkan Kelengkapan Atribut Produk - Meningkatkan Kemampuan Pekerja

- Meningkatkan Pemberdayaan Pekerja

Target Penjualan

Target penjualan merupakan nilai estimasi potensi perusahaan terhadap potensi wilayah pemasaran (Kotler, 1995). Penentuan target penjualan dimaksudkan untuk mengidentifikasi pesaing-pesaing serta mengestimasi penjualan mereka. Selain itu penentuan target penjualan juga bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja perusahaan terhadap industri secara keseluruhan. Peningkatan terhadap target penjualan dapat dilakukan melalui peningkatan jumlah pelanggan baru melalui peningkatan kapasitas produksi yang ekonomis, peningkatan jumlah produk baru, yang didukung dengan peningkatan tingkat kemampuan pekerja, optimalisasi output per material, serta penurunan harga agar lebih bersaing.

Tingkat Penciptaan Produk Baru

Menurut Urban dan Hauser (1993), penciptaan produk baru biasanya didorong oleh permintaan pelanggan akan suatu spesifikasi tertentu. Selain itu persaingan terhadap lingkungan juga menjadi penyebab suatu perusahaan harus bersikap inovatif dalam menjalankan usahanya. Menurut Kim (1997), inovasi dapat dibentuk dari proses imitasi (meniru). Proses imitasi tersebut dapat berupa Tabel 27. Rekomendasi Perbaikan Untuk Setiap Indikator Karakteristik Teknis

peniruan terhadap jenis produk, teknologi dan sumberdaya yang digunakan pesaing. Kecakapan untuk menggunakan sumber daya dan untuk meniru kesuksesan perusahaan pesaing disebut replikabilitas, sedangkan kecakapan dalam mengambil alih/mengumpulkan sumber daya dan yang perlu untuk mendukung usaha disebut transferabilitas. Disamping itu dalam menciptakan produk baru, hal yang harus diperhatikan antara lain adalah kemampuan dan motivasi/komitmen pekerja, sehingga pengusaha dapat memberdayakan pekerjanya.

Tingkat Pemasaran Produk Baru

Pemasaran produk baru membutuhkan kemampuan dan pemberdayaan pekerja, khususnya tenaga pemasar yang ada di perusahaan. Selain itu menurut Urban dan Hauser (1993), kemampuan bersaing yang atraktif dalam pemasaran produk baru dipengaruhi oleh strategi penetapan harga dan strategi ritel produk, sehingga mekanisme penurunan harga dapat digunakan sebagai salah satu strategi pemasaran produk baru.

Tingkat Kesalahan Dalam Proses

Kesalahan dalam proses berkaitan erat dengan kualitas produk. Proses yang berjalan dengan baik akan menghasilkan produk yang berkualitas. Menurut Longenecker, Moore, and Petty ( 2001), mencapai tingkat kualitas merupakan sasaran utama pengelolaan terhadap proses produksi. Proses produksi terdiri atas sekumpulan kegiatan yang memproduksi produk atau jasa bagi para konsumen. Proses tersebut dimulai dari pembelian bahan baku dan meliputi langkah-langkah yang dibutuhkan untuk menciptakan produk yang diinginkan oleh kosumen, sehingga optimalisasi terhadap pembagian tugas dan wewenang, peningkatan kemampuan, motivasi, serta pemberdayaan terhadap pekerja, merupakan hal yang dibutuhkan dalam proses tersebut.

Menurut Hambali et al. (2005), proses awal pembuatan keripik pisang adalah pengupasan. Proses tersebut dilakukan secara manual dengan menggunakan pisau. Proses pengupasan diikuti oleh tahap berikutnya yaitu pencucian, yang bertujuan untuk membuang kotoran-kotoran yang menempel pada permukaan daging pisang. Pisang yang telah dibersihkan direndam dalam

152

larutan natrium bisulfit (NaHSO3) 1% sebanyak 5-10 menit dengan tujuan

menghindari timbulnya warna kecoklatan pada permukaan pisang dan irisan pisang.

Pengirisan dapat dilakukan secara manual maupun dengan menggunakan alat pengiris. Pengirisan hendaknya dilakukan dengan hati-hati agar dihasilkan irisan pisang dengan bentuk dan ketebalan yang seragam. Ketebalan irisan antara 1-1,5 mm. Bentuk Pisang dapat diiris memanjang maupun berbentuk lingkaran, serong, atau miring, bergelombang. Selain itu pisang juga dapat dipotong membentuk persegi panjang, bujur sangkar ataupun bentuk lainnya. Namun proses tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama, tenaga yang lebih besar, dan banyak bagian pisang yang terbuang. Meskipun demikian bentuk irisan yang menarik akan menghasilkan produk yang lebih menarik pula.

Setelah diiris pisang dapat direndam dalam larutan bisulfit untuk menghambat reaksi pencokelatan, kemudian ditiriskan dan digoreng. Penggorengan hendaknya dilakukan pada suhu 180oC dan waktu tunggu irisan pisang untuk digoreng maksimal 10 menit setelah pisang ditiriskan. Penggorengan keripik pisang dapat dilakukan dengan cara deep frying yaitu seluruh bahan yang digoreng tercelup dalam minyak. Bila penggorengan dilakukan sekaligus maka setiap kilogram pisang memerlukan tiga liter minyak goreng, yang dapat digunakan untuk maksimum empat kali penggorengan.

Setelah penggorengan, dilakukan penirisan. Penirisan bertujuan untuk meniriskan minyak sehingga keripik menjadi kering. Penirisan bisa dilakukan dengan sentrifuse atau menggunakan nyiru dengan kertas yang mudak menyerap minyak. Tahap selanjutnya adalah pemberian rasa. Bahan tambahan yang dapat digunakan untuk mendapatkan rasa yang berbeda antara lain gula, garam, cabai bubuk, dan seasoning. Tahap terakhir adalah penyortiran dan pengemasan. Proses penyortiran bertujuan untuk menentukan grade keripik pisang yang utuh dan yang pecah, serta untuk menyeragamkan ukuran dan bentuk keripik pisang dalam satu kemasan. Pada proses pengemasan, bahan dan metode pengemasan memegang peranan yang sama pentingnya. Jenis kemasan harus yang dapat melindungi produk dari kerusakan. Teknik pengemasan yang dilakukan adalah sealing atau melekatkan dua ujung plastik dengan menggunakan logam tipis yang dipanaskan.

Proses sealing dilakukan dengan menggunakan sealer. Pada saat dilakukan sealing ujung kemasan harus benar-benar tertutup rapat, untuk menghindari masuknya gas atau udara ke dalam kemasan.

Tingkat Perbandingan Hasil (Output) per Satuan Modal

Hasil per satuan modal lebih dikenal sebagai produktivitas. Menurut Longenecker et al., (2001), untuk tetap kompetitif maka suatu perusahaan seharusnya terus menerus mencoba memperbaiki produktivitasnya. Usaha perbaikan sangat beraneka ragam, antara lain dengan melibatkan reorganisasi, perubahan teknologi, atau meningkatkan kemampuan operasional yang ada melalui pelatihan dan pengembangan karyawan.

Produktivitas seringkali dikaitkan dengan tingkat efisiensi perusahaan. Pemikiran yang berkembang di masyarakat menunjukkan rendahnya efisiensi UMK disebabkan oleh skala usaha yang relatif kecil. Efisiensi tersebut pada hakikatnya dapat ditingkatkan melalui penjalinan kerjasama (networking) antara sesama usaha UMK atau antara UMK dengan usaha menengah (UM) dan atau usaha besar (UB) terspesialisasi sehingga proses produksi dapat dijalankan secara lebih efisien. Selain itu peningkatan akses pemasaran akan membuka jalan bagi pmeningkatnya skala usaha UMK yang bersangkutan

Peningkatan hasil (output) per modal dapat dicapai melalui penurunan jumlah bahan baku terbuang, peningkatan kemampuan pekerja, peningkatan motivasi pekerja, serta peningkatan pemberdayaan terhadap pekerja. Penurunan jumlah bahan baku terbuang dapat dilakukan melalui pemilihan teknologi proses yang tepat, sedangkan peningkatan kemampuan, motivasi, dan pemberdayaan pekerja dibutuhkan dalam penggunaan teknologi proses yang telah dipilih. Melalui penurunan jumlah bahan baku yang terbuang dan peningkatan kemampuan, motivasi dan pemberdayaan terhadap pekerja, diharapkan akan meningkatkan hasil (output) per modal atau produktivitas UMK.

Tingkat Kemampuan Menghasilkan Uang

Kemampuan menghasilkan uang diartikan sebagai tingkat profitabilitas usaha. Menurut Christopher (1993), kemampuan suatu usaha menghasilkan uang

154

dibutuhkan untuk memberikan hasil bagi pengusaha dan untuk menunjukkan perkembangan usaha. Kemampuan menghasilkan uang merupakan hasil diantara biaya dan pendapatan. Minimasi biaya dapat dilakukan melalui efisiensi proses yang dapat dibangun melalui pemberdayaan pekerja dan motivasi pemilik perusahaan. Peningkatan pendapatan dapat dilakukan melalui peningkatan kapasitas produksi, penciptaan produk baru, serta meningkatkan jumlah pembeli melalui penetapan harga yang bersaing.

Tingkat Motivasi Pemilik Perusahaan

Menurut Longenecker, Moore, and Petty ( 2001), kelemahan manajerial dalam perusahaan kecil adalah daya juang yang rendah, dengan sistem operasi yang sederhana dan tanpa pengelolaan serius. Kelemahan tersebut merupakan hasil dari motivasi pemilik perusahaan yang rendah, yang tidak meyakini bahwa usaha yang dikelola dapat berkembang menjadi suatu perusahaan besar. Motivasi pemilik perusahaan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain perencanaan terhadap waktu dan partisipasi pekerja, serta pemberian informasi. Partisipasi pekerja dapat dilakukan dengan membangkitkan motivasi dan pemberdayaan terhadap pekerja, sedangkan informasi dapat menghasilkan pemikiran-pemikiran inovatif yang dapat membantu pemilik perusahaan untuk membangkitkan tranferabilitas dan replikabilitasnya .

Tingkat Pengembangan Modal

Perusahaan yang berkembang akan melakukan perubahan di dalam pengelolaannya. Menurut Norton dan Kaplan (1996), dalam persperktif keuangan, investasi dan reinvestasi (yang menunjukkan pengembangan modal) termasuk ke dalam tahap bertahannya suatu usaha yang sudah berkembang. Dalam hal ini, pengembangan modal berkaitan dengan peningkatan kapasitas produksi untuk produk yang sudah ada, atau pengembangan terhadap produk baru dalam bentuk penambahan investasi. Pengembangan modal bertujuan untuk memperluas target pasar yang dituju, baik dari jenis produk yang sudah ada, maupun dari produk baru. Perluasan target pasar dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah penjualan

produk, yang akan berdampak pada peningkatan penerimaan dan keuntungan UMK yang bersangkutan.

Tingkat Tanggung Jawab terhadap Pelanggan

Menurut Longenecker et al., (2001), pada tingkatan tertentu, perusahaan- perusahaan kecil berupaya untuk memperoleh keuntungan dari kebutuhan konsumen. Perhatian terhadap konsumen dan fleksibilitas di dalam memenuhi kebutuhan tersebut secara tradisional menjadi aktiva yang kuat dari usaha yang berskala kecil. Para pengusaha kecil memiliki hubungan yang erat dengan para konsumen sehingga dapat menentukan dan menjawab kebutuhan mereka. Membangun tanggung jawab terhadap konsumen memiliki konsekuensi yang sama dengan membangun penawaran produk secara total. Penawaran produk secara total lebih dari sekedar mengolah bahan mentah dan menjualnya, tetapi dapat melalui peningkatan kualitas produk, melengkapi atribut produk (merek, label, pengemasan, dan jaminan), meningkatkan pemenuhan terhadap standar kualitas, serta memberikan harga yang bersaing. Hal lain yang tidak kalah penting dalam hal tanggungjawab terhadap pelanggan adalah CRM (Customer

Relationship Management) atau pengelolaan hubungan dengan pelanggan.

Menurut Sumarsono (2007, kegiatan CRM meliputi acquire (mendapatkan),

enhance (tingkatkan) dan retain (pertahankan) pelanggan. Artinya bagaimana untuk selalu mendapatkan pelanggan baru, meningkatkan hubungannya dengan pelanggan sehingga mereka puas dengan pelayanan yang diberikan, sehingga pada akhirnya dapat menjadi pelanggan yang loyal yang selalu bisa dipertahankan. CRM digunakan sebagai sarana penghubung dari suatu perusahaan ke pelanggannya.

Melalui channel (kanal) yang dikelola dengan baik, kita bisa

mendengarkan apa yang diinginkan pelanggan, apa yang mereka keluhkan, bagaimana kompetitor bertindak terhadap produk/jasa kita, dan berbagai kegiatan sejenis. Data pelanggan secara rajin perlu dicatat dengan teliti, sehingga setiap mereka menggunakan jasa/produk kita, kita bisa melayani sesuai riwayat data transaksi. Tidak perlu ditanyakan satu persatu secara detail, bahkan cukup dengan mneyebutkan kode atau identitas pelanggan, kita bisa tahu semua informasi detail

156

mereka. Untuk usaha mikro dan kecil, akan sangat nyaman begitu ada pelanggan yang datang, bagian penjualan langsung mencatat sehingga bisa diketahui pengalaman pembeliannya, kapan terakhir membeli, jenis yang dibeli, dan lain- lain. Sehingga pada saat pelanggan bertanya, bagian penjulan sudah siap untuk menjawab segala pertanyaan.

Tingkat Penerapan Standar Kualitas

Paradigma yang berkembang dimasyarakat umumnya menyatakan bahwa kualitas UMK termasuk kategori rendah karena memiliki variansi yang cukup besar. Variansi tersebut diakibatkan karena umumnya produk UMK diproduksi secara manual. Tetapi di lain pihak, pengerjaan secara manual seringkali menghasilkan produk yang unik (sophisticated hand work), yang disukai oleh pelanggan dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi daripada produk yang berasal dari produksi masal (mass production). Dengan berdasar pada konsep kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pelanggan dan berimplikasi pada kepuasan pelanggan, maka dapat dikatakan bahwa kualitas produk UMK yang rendah tidak sepenuhnya benar.

Penerapan standar kualitas pada UMK makanan ringan bertujuan untuk menghasilkan produk yang memiliki kualitas yang sesuai dengan karakteristik keinginan pelanggan, serta memenuhi syarat-syarat kesehatan yang berlaku. Menurut Juran (1974) kualitas merupakan kesesuaian terhadap fungsinya, sedangkan menurut Mitra (1993), kesesuaian produk atau pelayanan terhadap keinginan pelanggannya. Dimensi kualitas produk menurut Garvin (1984) terdiri atas performansi, fitur, reliabilitas, konformansi, durabilitas, estetika, dan reputasi. Untuk menghasilkan keripik pisang yang berkualitas beberapa pendekatan dapat dijadikan rujukan.

Menurut Badan Standardisasi Nasional (1996), keripik pisang dikatakan berkualitas jika memenuhi syarat mutu seperti yang terdapat pada SNI Nomor 01- 4315-1996 (Lampiran 2). Sedangkan menurut Hambali et al. (2005), kunci keberhasilan pembuatan keripik pisang diantaranya adalah pemilihan bahan baku dan bahan tambahan, pengupasan, pencucian, perendaman, pengirisan, penggorengan, penirisan, pemberian rasa, dan pengemasan yang baik.

Bahan baku pada pembuatan keripik pisang adalah buah pisang olahan, antara lain pisang kepok, nangka, tanduk, siam, raja, dan kapas. Pisang yang akan digunakan sebaiknya pisang yang mentah, sudah tua, dan permukaan kulitnya berwarna hijau tua. Selain bahan baku, bahan tambahan berguna untuk memberikan rasa dan daya awet sehingga produk yang dihasilkan mempunyai daya jual. Bahan tambahan pada keripik pisang antara lain garam halus, natrium bisulfit, gula pasir, gula merah, palm suiker (gula semut), cabai bubuk, aneka flavour atau seasoning.

Proses pengupasan dilakukan secara manual dengan menggunakan pisau, diikuti proses pencucian, yang bertujuan untuk membuang kotoran-kotoran yang menempel pada permukaan daging pisang. Setelah diiris pisang dapat direndam dalam larutan bisulfit untuk menghambat reaksi pencokelatan, kemudian ditiriskan dan digoreng pada suhu 180oC. Waktu tunggu irisan pisang untuk digoreng maksimal 10 menit setelah pisang ditiriskan, untuk menghindari proses pencokelatan.

Setelah penggorengan, dilakukan penirisan. Penirisan bertujuan untuk meniriskan minyak sehingga keripik menjadi kering. Tahap selanjutnya adalah pemberian rasa. Bahan tambahan yang dapat digunakan untuk mendapatkan rasa yang berbeda antara lain gula, garam, cabai bubuk, dan seasoning. Tahap terakhir adalah penyortiran dan pengemasan. Proses penyortiran bertujuan untuk menentukan grade keripik pisang yang utuh dan yang pecah, serta untuk menyeragamkan ukuran dan bentuk keripik pisang dalam satu kemasan. Selain bahan kemasan, metode pengemasan yang tepat akan membantu melindungi produk dari kerusakan. Jenis kemasan yang dapat melindungi produk adalah kemasan plastik jenis PE (poly ethylene), PP (poly propylene), PET (poly ethylene terephtalate). Selain jenis kemasan, proses pengemasan juga akan mempengaruhi keberhasilan proses pengemasan. Pada proses tersebut plastik harus benar-benar tertutup rapat, untuk menghindari udara masuk.

158

Kontribusi dan Keterbatasan Model Evaluasi Kinerja Usaha