• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 12. Lokasi Wisata Pantai di Kabupaten Karawang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3. Konsep Perencanaan

5.4.5. Rencana Daya Dukung

Daya dukung maksimum merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam merencanakan sebuah kawasan wisata. Dengan memperhatikan daya dukung kawasan pada saat perencanaan lanskap maka kenyamanan wisatawan dan kelestarian tapak dapat terjaga dengan baik. Area camping ground sudah memiliki standar berdasarkan Douglas (1982), tetapi yang lainnya didapat berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan. Berikut merupakan luas area yang dibutuhkan per orang berdasarkan kegiatan tertentu (Tabel 17).

Tabel 17. Kebutuhan ruang per orang dalam melakukan program tertentu Atraksi Standar Kebutuhan Ruang Keterangan

• Jalur Interpretasi (Board Walk atau Pedestrian Path)

Jarak antar wisatawan 10 m Sebayang (1996)

• Outdoor Classroom 4 m² Sebayang (1996)

Gedung Galeri/Pusat Penelitian 4 m² Sebayang (1996)

• Hasil Olahan Tambak 8,75 m² Sebayang (1996)

• Area Outbond 30 m² Saraswati (2010)

• Camping Ground 90 m² Douglas (1982)

• Cottage 4 orang/cottage Hendriani (2003)

• Gedung Galeri Budaya 30 m² Saraswati (2010)

• Warung Makan 8,75 m² Sebayang (1996)

• Kios Suvenir 2 m² Sebayang (1996)

• Area Pengomposan/Media Tanam 25 m² Saraswati (2010)

• Area Penanaman Mangrove 2 m² Sebayang (1996)

• Area Pembibitan Vegetasi 2 m² Sebayang (1996)

Ruang wisata utama (area board walk dan jalur perahu) direncanakan memiliki daya dukung rendah, sehingga jumlah pengunjung dibatasi dengan menyederhanakan fasilitas yang ada. Daya dukung pada area tersebut dihitung berdasarkan fasilitas sirkulasi, yang merupakan satu-satunya akses aktivitas pengunjung pada ruang ini. Penggunaan ruang berwisata yang berbasis ekologis pada area ini dibatasai sebesar 40% dari total daya dukungnya. Hal tersebut dikarenakan kawasan wisata PTB sebagai kawasan konservasi dan sesuai dengan pendektan ekologis yang dipergunakan dalam perencanaan area ini (persentase untuk fungsi wisata hanya sebesar 40%). Penghitungan daya dukung pada beberapa atraksi wisata dihitung berdasarkan jarak nyaman dalam melakukan interpretasi (jalur board walk, pedestrian path pada area hutan dan tambak silvofishery serta jalur perahu). Adapun penghitungan daya dukung lainnya berdasarkan standar kebutuhan ruang wisatawan pada area tertentu. Luasan yang dipergunakan pada beberapa area tertentu, seperti pada area ruang galeri penghitungan area tidak 100% (berdasarkan luasan area yang diperuntukkan bagi wisatawan) dari luasan suatu area, karena terdapat pembagian ruang baik untuk fasilitas sirkulasi, ruang display, ruang administrasi (pengelola), dan lain-lain.

Area hutan mangrove merupakan area wisata utama. Atraksi wisata yang berada di area tersebut adalah pada jalur board walk dan jalur perahu. Panjang jalur board walk yaitu sepanjang 2.400 m atau 2,4 km. Waktu yang dibutuhkan untuk melalukan interpretasi pada jalur ini yaitu selama 2 jam 30 menit, sehingga

dalam sehari dapat dilakukan 4 shift program tersebut (4 kali rotasi). Dari kebutuhan kegiatan interpretasi di area tersebut yaitu jarak antar wisatawan sebesar 10 m maka daya dukung pada jalur board walk sebanyak 240 orang.

Dengan pembatasan jumlah wisatawan 40% pada area konservasi (wisata utama) maka daya dukung pada area tersebut yaitu sebanyak 96 orang dalam satu kali rotasi atau 384 orang dalam sehari. Adapun pada jalur perahu direncanakan memiliki jalur sepanjang 1.665 m. Waktu yang dibutuhkan mulai dari persiapan dan briefing di darmaga awal hingga darmaga akhir yaitu selama 1 jam, sehingga dalam sehari dapat dilakkan rotasi sebanyak 8 shift. Dari kebutuhan kegiatan pada atraksi tersebut yaitu dengan jarak antar perahu sejauh 100 meter, jumlah wisatawan yang dapat naik pada satu perahu sebanyak 5 orang, dan pembatasan jumlah pengunjung 40% dari total daya dukung pada area tersebut maka daya dukung pada atraksi ini yaitu 32 orang dalam satu kali rotasi atau 256 orang dalam sehari.

Atraksi wisata pada ruang wisata penunjang terbagi menjadi kegiatan pasif dan aktif. Kegiatan pasif seperti pada jalur interpretasi dan gedung-gedung pada area-area tertentu. Adapun kegiatan aktif seperti pada area outbond. Jalur interpretasi hutan vegetasi non-mangrove dan area tambak silvofishery yang dikelola oleh masyarakat (tambak bagian barat) memiliki panjang jalur interpretasi sepanjang 900 meter. Dengan waktu tempuh selama 1 jam, sehingga dalam sehari dapat dilakukan 8 shift rotasi. Dari kebutuhan kegiatan interpretasi di area tersebut yaitu jarak antar wisatawan sebesar 10 m maka daya dukung pada jalur board walk sebanyak 36 orang. Adapun dalam sehari dapat digunakan oleh 288 orang.

Salah satu kegiatan di dalam ruangan pada ruang wisata penunjang yaitu pada area galeri tambak silvofishery. Ruang galeri tambak silvofishery yang memiliki luas sebesar 97 m² dan berlangsung selama 45 menit dapat dilakukan 10 shift dalam sehari. Atraksi terakhir sekaligus lokasi makan siang pada tema ini adalah di area olahan hasil tambak silvofishery. Di lokasi ini wisatawan dapat menikmati olahan hasil tambak. Luas area tersebut adalah 400 m². Standar kebutuhan ruang dihitung berdasarkan luas satu meja makan yaitu 8,75 m², maka jumlah meja yang dapat disediakan sebanyak 18 dan satu meja dapat digunakan

oleh 6 orang sehingga daya dukung pada area ini sebesar 108 orang per rotasi.

Kegiatan di area outdoor classroom dilakukan di ruangan khusus yang berukuran 97 m² dan berlangsung selama 2 jam, sehingga dapat dilakukan 4 shift dalam sehari. Asumsi kebutuhan ruang untuk program ini adalah 4 m². Penghitungan daya dukung menghasilkan jumlah ideal pengunjung adalah 25 orang.

Area pengomposan memiliki beberapa atraksi wisata, yaitu gedung penelitian kompos, area pengomposan, dan area pasca panen kompos. Gedung penelitian kompos yang memiliki luas sebesar 400 m² dan berlangsung selama 45 menit dapat dilakukan 10 shift dalam sehari. Berdasarkan standar kebutuhan ruang individu sebesar 4 m², maka daya dukung pada area ini sebanyak 16 orang. Area pengomposan memiliki luasan 500 m² dan berlangsung selama 30 menit dapat dilakukan 16 shift dalam sehari. Berdasarkan standar kebutuhan ruang individu sebesar 25 m², maka daya dukung pada area ini sebanyak 8 orang dalam satu kali rotasi. Adapaun pada ruang pasca panen kompos yang memiliki luas 165 m² dan berlangsung selama 30 menit dapat dilakukan 16 shift dalam sehari. Berdasarkan standar kebutuhan ruang individu sebesar 4 m², maka daya dukung pada area ini sebanyak 17 orang.

Atraksi wisata di area nursery terdiri dari green house, area pembuatan dan pengolahan media tanam, area pembibitan, area praktik penanaman, dan area pengepakan. Green house di area tersebut seluas 80 m² dengan standar kebutuhan ruang sebesar 4 m², maka daya dukungnya sebanyak 4 orang. Waktu yang dibutuhkan pada area tersebut selama 30 menit sehingga dapat dilakukan 16 shift.

Adapun pada area pembuatan dan pengolahan media tanam dengan luas 500 m² memiliki daya dukung 8 orang dengan standar kebutuhan ruang individu sekitar 25 m². Kegiatan di area ini sekitar 30 menit sehingga dapat dilakukan 16 shift.

Pada area pembibitan, praktik penanaman, dan pasca panen wisatawan dapat terlibat atau melakukan praktik. Luas area ini sekitar 584 m² dengan standar kebutuhan ruang sekitar 4 m²/individu maka daya dukung pada area ini sekitar 88 orang. Waktu yang dihabiskan di area ini sekitar 90 menit sehingga dapat dilakukan rotasi 5 kali.

Area pusat olahan dan penelitian mangrove memiliki beberapa atraksi, yaitu gedung pusat olahan mangrove, galeri hasil olahan mangrove, dan gedung

pusat penelitian mangrove. Gedung pusat olahan mangrove memiliki luas sebesar 600 m² dan berlangsung selama 1 jam dapat dilakukan 8 shift dalam sehari.

Berdasarkan standar kebutuhan ruang individu sebesar 4 m², maka daya dukung pada area ini sebanyak 90 orang. Adapun pada galeri hasil olahan mangrove yang memiliki luas sebesar 200 m² dapat menampung 45 orang (standar kebutuhan ruang individu sebesar 4 m²). Waktu yang dihabiskan pada area ini selama 45 menit sehingga dapat dilakukan 10 shift dalam sehari. Pada area pusat penelitian mangrove yang memiliki luas sebesar 400 m² dapat menampung sekitar 90 orang dalam waktu 45 menit menikmati atraksi wisata ini. Rotasi dalam sehari dapat dilakukan sebanyak 10 shift.

Kegiatan di area wisata penunjang yang tergolong aktif adalah pada area outbond. Area ini menyediakan beberapa pilihan kegiatan. Luas total area ini sebesar 20.000 m² atau 2 ha. Standar kebutuhan ruang per individu di area outbond sebesar 30 m² sehingga daya dukung kawasan ini sebesar 200 orang.

Durasi satu kali rotasi pada area tersebut sekitar 4 jam sehingga dalam sehari jam operasional kawasan PTB dapat dilakukan 2 shift.

Kegiatan di ruang pendukung wisata di kawasan PTB antara lain pada area convention hall dan galeri alam, cottage, camping ground, area olahraga, warung makan, pusat cinderamata, gedung dan panggung pertunjukan budaya, area parkir serta area piknik.

Convention Hall memiliki luas sebesar 625 m². Standar kebutuhan ruang pada area ini adalah 4 m² sehingga daya dukungnya sebesar 100 orang. Waktu rotasi di area ini sekitar 1 hari sehingga dapat dilaksanakan 1 shift. Fasilitas camping atau berkemah dilakukan di area dekat area outbound. Kebutuhan ruang per orang saat berkemah adalah 90 m² dan waktu yang dibutuhkan adalah 1-2 hari, sehingga hanya dapat dilakukan satu shift dalam sehari. Luas area ini adalah 9.900 m² sehingga daya dukung program ini adalah 110 orang. Sementara fasilitas menginap selain di area camping ground juga disediakan cottage yang dapat menampung 4 orang/cottage. Jumlah cottage sebanyak 30 sehingga daya dukungnya sebesar 120 orang.

Area olahraga berupa kolam renang, lapangan tenis, dan lapangan futsal.

Luas kolam renang adalah 2.500 m². Standar kebutuhan ruang sebesar 20 m²

sehingga daya dukungnya adalah 125 orang. Lapangan tenis memiliki daya dukung 2-4 orang/lapangan sedangkan lapangan futsal memiliki daya dukung 10 orang/lapang. Warung makan memiliki luas sebesar 737 m². Standar kebutuhan ruang pada area ini adalah 8,75 m²/meja sehingga daya dukungnya sebesar 60 orang per rotasi. Adapun pusat cinderamata/suvenir memiliki luas 400 m².

Kebutuhan ruang per individu di area ini adalah 2 m² sehingga daya dukungnya sebanyak 48 orang per rotasi.

Area atraksi budaya di kawasan PTB terdiri dari galeri budaya dan panggung pertunjukan seni dan budaya. Luas galeri budaya yang direncanakan sebesar 350 m². Standar kebutuhan ruang untuk area ini adalah 30 m² sehingga daya dukung area ini sebesar 10 orang. Waktu yang dihabiskan di area ini yaitu selama 2 jam sehingga dapat dilakukan 4 shift. Area pertunjukan seni dan budaya memiliki luas sebesar 94 m² untuk area penonton dengan kebutuhan ruang per individu 0,25 m², maka daya dukung di area ini sebesar 150 orang. Waktu satu kali rotasi adalah 2 jam sehingga dalam jam operasional pengelola kawasan dapat dilakukan 4 shift.

Area piknik terletak di sekitar area parkir kendaraan wisatawan. Luas area ini adalah 6.500 m². Standar kebutuhan ruang per individu di ruang terbuka hijau adalah 20 m²/individu (Sidabutar, 2007) sehingga daya dukungnya adalah sebesar 92 orang. Daya dukung per area lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Daya dukung pada setiap area

Keterangan: Jam buka kawasan PTB mulai pukul 08.00-16.00 WIB (8 jam) *Daya dukung per objek sebesar 40% dari daya dukung normal

• Area Olahan Hasil Tambak Silvofishery

• Ruang Pasca Panen Kompos

165 m² 30

menit 16 18 7 112

• Green House 80 m² 30

menit 16 10 4 64

• Area Pembuatan dan Pengolahan Media

• Gedung Pusat Olahan Mangrove

600 m² 1 jam 8 60 24 192

• Galeri Hasil Olahan Mangrove

200 m² 45

menit 10 20 8 80

• Area Pusat Penelitian Mangrove

• Area Pertunjukan Seni dan Budaya

94 m² 2 jam 4 375 150 600

• Area Piknik 6.500 m² 1 hari 1 228 92 92

Daya Dukung Total per Hari 4.759

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Pada awal tahun 2003 setelah peresmian Pantai Tanjung Baru menjadi salah satu wisata pantai di Kabupaten Karawang, area ini menjadi salah satu daya tarik wisata bagi masyarakat Kabupaten Karawang maupun dari luar Kabupaten Karawang. Hal ini tidak diimbangi pengelolaan yang baik pada sarana dan prasarana serta kondisi ekologi alami pada kawasan pesisir. Degradasi lingkungan, keterbatasan atraksi wisata (baik kerusakan pada fasilitas atraksi wisata) serta pengelolaan yang kurang baik menjadikan minat wisatawan terus-menerus menurun seiring waktu.

Hasil analisis aspek ekologi (berdasarkan kualitas terestrial dan akuatik) diperoleh 4 kategori, yaitu zona dengan kualitas ekologi buruk, kurang, sedang, dan baik. Sedangkan berdasarkan hasil analisis aspek wisata didapatkan 4 kategori, yaitu zona dengan kualitas wisata buruk, kurang, sedang, dan baik.

Overlay terhadap kedua aspek tersebut (dengan bobot aspek ekologi:wisata adalah 6:4) menghasilkan peta komposit dengan 4 zona kualitas ekologi dan wisata, yaitu kualitas buruk, kurang, sedang, dan baik. Zona dengan kualitas ekologi dan wisata buruk, kurang, dan baik diprioritaskan sebagai ruang rehabilitasi, konservasi, dan wisata utama. Zona dengan kualitas ekologi dan wisata sedang ditujukan ke arah rehabilitasi, konservasi, dan pengembangan wisata penunjang area wisata utama serta ruang pendukung wisata. Pembagian ruang dalam block plan (rencana blok) berdasarkan hasil analisis secara umum dibagi menjadi 3, yaitu ruang rehabilitasi mangrove dan wisata utama, ruang rehabilitasi formasi pantai dan wisata penunjang, serta ruang pendukung wisata.

Konsep perecanaan dalam studi ini adalah mengembangkan wisata pantai berbasis ekologi (ekosistem mangrove) di PTB. Selanjutnya wisata pantai dibagi menjadi wisata berbasis konservasi dan non-konservasi. Rencana lanskap wisata PTB terdiri dari rencana ruang, rencana sirkulasi, rencana vegetasi, rencana aktivitas dan fasilitas wisata, serta rencana daya dukung.

6.2. Saran

Saran bagi pihak terkait diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi pengembangan kawasan ini ke depannya, antara lain:

1. Untuk dapat mengaplikasikan konsep perencanaan pada tapak perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang sesuai pada tapak dengan melakukan upaya rehabilitasi dan konservasi hutan mangrove yang melibatkan peran serta masyarakat.

2. Strategi utama dalam perencanaan lanskap yang digunakan adalah optimalisasi sumberdaya mangrove dan lingkungan sekitar dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan wisata baik bagi masyarakat sekitar maupun bagi wisatawan.

Upaya rehabilitasi dan dilanjutkan dengan mengkonservasi mangrove diharapkan dapat dilaksanakan khususnya di PTB dan disekitar kawasan PTB maupun kawasan lainnya.

3. Perencanaan wisata pantai berbasis ekologi ini masih terbatas pada lingkup pantai di Desa Pasirjaya. Selanjutnya konsep ini dapat diterapkan/dikembangkan pada area pantai lainnya, baik yang berbatasan dengan PTB maupun kawasan lainnya di Kabupaten Karawang yang memiliki kesamaan karakter pantai.

4. Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang sebaiknya lebih melihat kondisi ideal yang seharusnya diterapkan dalam merencanakan kawasan-kawasan tertentu.

Dengan memadukan penggunaan lainnya yang dianggap masih sesuai.

5. Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang dapat mengembangkan design guideline perencanaan tata guna lahan kawasan pantai yang bertujuan untuk mempertahankan fungsi ekologi dan ekonomi.

Dokumen terkait