• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR

4.4 Rencana Keuangan

Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

4.4.1 Asumsi Perhitungan Keuangan

Rencana keuangan memerlukan beberapa penetapan asumsi yang disesuaikan dengan kondisi pada saat kajian dilakukan dan didasarkan pada kondisi kebutuhan pengembangan usaha. Asumsi dasar yang menjadi perhitungan dalam rencana keuangan digunakan dapat menentukan kelayakan pengembangan usaha pengolahan tepung ubi jalar Kelompok Tani Hurip.

16 a. Rencana keuangan ini dilakukan dengan biaya investasi untuk pengembangan usaha.

b. Umur investasi diasumsikan selama 10 tahun.

c. Nilai sisa bangunan pada masa akhir proyek adalah 50% dari nilai awal, nilai sisa mesin dan peralatan adalah 10% dari nilai awal, nilai sisa perlengkapan kantor dan nilai sisa perlengkapan utilitas adalah 10% dari nilai awal.

d. Umur ekonomis diasumsikan selama 10 tahun e. Biaya pemeliharaan adalah 10% dari harga awal.

f. Jumlah hari kerja per tahun adalah 288 hari dengan asumsi dalam satu bulan terdapat 24 hari kerja dan dalam satu minggu terdapat 6 hari kerja.

g. Discount Factor yang digunakan diasumsikan sebesar 12%.

h. Pajak dihitung berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat 2a yaitu 28%.

i. Modal kerja dihitung berdasarkan kebutuhan produksi pada bulan petama produksi.

j. Kapasitas produksi pada tahun pertama adalah 80%, kapasitas produksi pada tahun kedua adalah 90%, kapasitas produksi pada tahun ketiga adalah 100%, kapasitas produksi pada tahun keempat dan seterusnya adalah 100%.

k. Proyek dimulai pada tahun ke-0 sedangkan produksi pertama dimulai pada tahun ke-1.

Asumsi-asumsi lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.4.2 Modal Usaha

Modal usaha terdiri dari dua jenis yaitu modal investasi dan modal kerja. Biaya investasi merupakan jumlah biaya yang dibutuhan dalam pengembangan usaha pengolahan ubi jalar Kelompok Tani Hurip. Biaya investasi yang dibutuhkan meliputi tanah dan bangunan, mesin dan peralatan, fasilitas penunjang, alat kantor, dan biaya perizinan. Ringkasan biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Ringkasan kebutuhan biaya investasi

No. Komponen Nilai Total (Rp)

1. Tanah dan Bangunan 45.000.000

2. Fasilitas penunjang 1.300.000

3. Mesin dan peralatan 6.600.000

4. Perizinan 2.000.000

Subtotal 54.900.000

Kontingensi 10% 5.490.000

Total 60.390.000

Dalam perhitungan kebutuhan biaya investasi, suatu perkiraan biaya tidak mungkin sepenuhnya tepat. Oleh sebab itu, dalam suatu rencana bisnis biasanya terdapat suatu kontingensi yang disiapkan untuk menutupi kekurangan yang mungkin terjadi. Biaya kontingensi adalah biaya untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak terduga yang diperkirakan akan terjadi seperti bencana alam atau kesalahan perhitungan awal.

Selain itu, biaya kontingensi juga disiapkan untuk mengantisipasi kenaikan harga yang mungkin terjadi selama berlangsungnya pelaksanaan rencana bisnis.

Pada studi kasus pengembangan usaha pengolahan tepung ubi jalar Kelompok Tani Hurip, total kebutuhan biaya investasi termasuk kontingensi adalah sebesar Rp 60.390.000. Pengadaan kebutuhan investasi tidak semuanya dilakukan dengan membeli kebutuhan investasi yang baru, namun menggunakan barang-barang yang sudah ada sebelum usaha ini dikembangkan seperti pada peralatan kantor. Rincian kebutuhan investasi untuk pengembangan usaha pengolahan tepung ubi jalar Kelompok Tani Hurip dapat dilihat pada Lampiran 2.

Untuk modal kerja pada kasus pengembangan usaha tepung ubi jalar Kelompok Tani Hurip dibutuhkan pada bulan pertama produksi. Modal kerja digunakan untuk memenuhi biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap teridiri dari biaya administrasi, biaya pemasaran, biaya penyusutan, dan biaya pemeliharaan. Sedangkan biaya variabel teridiri dari biaya bahan baku, biaya

kemasan, dan upah tenaga kerja. Kebutuhan modal kerja untuk bulan pertama adalah sebesar Rp 3.819.700.

4.4.3 Perhitungan Depresiasi

Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam membuat arus kas adalah depresiasi atau penyusutan. Depresiasi adalah suatu metode perhitungan akuntansi yang bermaksud membebankan biaya perolehan asset dengan membayar selama periode tertentu dimana asset tersebut masih berfungsi (Soeharto,2000). Depresiasi menunjukkan penurunan nilai harta perusahaan yang berwujud, misalnya gedung, mesin dan peralatan produksi, dan sebagainya seiring dengan waktu dan penggunaannya. Pada analisis ini metode yang digunakan adalah metode garis lurus (straight line method). Dimana pada metode garis lurus memperhitungkan umur ekonomis, harga awal, dan nilai sisa. Umur ekonomis merupakan umur pakai mesin atau peralatan sehingga mesin atau peralatan tersebut dikatakan tidak menguntungkan lagi secara ekonomis walaupun sesungguhnya mesin atau peralatan tersebut masih dapat digunakan. Hasil perhitungan menunjukkan nilai depresiasi setiap tahunnya adalah sebesar Rp. 3.044.000. Rincian perhitungan depresiasi ini disajikan pada Lampiran 3.

4.4.4 Prakiraan Biaya Produksi dan Penerimaan

Biaya yang digunakan dalam rencana keuangan ini dibagi dalam dua kategori yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap, tidak dipengaruhi oleh intensitas kegiatan. Biaya yang termasuk biaya tetap adalah biaya administrasi, biaya promosi dan pemasaran, biaya penyusutan, dan biaya pemeliharaan. Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya ditentukan sesuai dengan volume kegiatan produksi. Biaya variabel pada usaha pengolahan tepung ubi jalar kelompok Tani Hurip meliputi biaya bahan baku, biaya bahan kemasan, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya bahan bakar.

Rincian biaya tetap dan biaya variabel disajikan pada Lampiran 4 dan perhitungan biaya operasional disajikan pada Lampiran 5. Prakiraan biaya produksi tepung ubi jalar Kelompok Tani Hurip pada tahun pertama sebesar Rp. 44.568.800, pada tahun kedua sebesar Rp. 48.694.400, pada tahun ketiga dan seterusnya sebesar Rp. 52.820.000. Prakiraan biaya pada awal-awal produksi memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan tahun ketiga dan seterusnya, hal ini dikarenakan pada awal produksi kapasitas produksi belum penuh, sedangkan pada tahun ketiga dan seterusnya kapasitas produksi sudah mencapai 100%.

Pada tahun pertama perusahaan memproduksi sebanyak 80% dari kapasitas total. Pada tahun kedua perusahaan memproduksi 90%, pada tahun ketiga perusahaan memproduksi sebanyak 100%, pada tahun keempat dan setersunya perusahaan memproduksi sebanyak 100%. Prakiraan penerimaan yang diperoleh

18 pada tahun pertama adalah Rp. 73.728.000 pada tahun kedua adalah Rp. 82.944.000 sedangkan prakiraan penerimaan pada tahun ketiga dan seterusnya adalah Rp. 92.160.000. Proyeksi penerimaan ini dihitung dengan asumsi harga tetap selama periode operasional. Informasi mengenai harga dan perkiraan penerimaan dapat dilihat pada Tabel 6 dan informasi selengkapnya disajikan pada Lampiran 6.

Tabel 6. Proyeksi penerimaan pengembangan usaha Kelompok Tani Hurip

Tahun

Proyeksi laba rugi merupakan ringkasan penerimaan dan pembiayaan perusahaan setiap periode yang merupakan gambaran kinerja keuangan perusahaan. Proyeksi laba rugi diperlukan untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu usaha. Jadi dari laporan rugi laba dapat dilihat keuntungan atau kerugian yang dialami oleh perusahaan pada kurun waktu tertentu. Laba rugi adalah selisih antara penjualan bersih produk selama satu periode tertentu dengan total biaya selama periode yang sama.

Pajak dihitung berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun 2008 yaitu sebesar 28%, untuk mendapatkan laba bersih dilakukan pengurangan pada laba atas pajak. Laba bersih ini kemudian menjadi dasar perhitungan dalam analisis arus kas. Secara sederhana perhitungan rugi laba didapat antara selisih penerimaan dengan biaya operasional tiap periodenya yang hasilnya dikurangi dengan pajak. Penyusunan laporan rugi laba harus dibuat sedemikian rupa agar mudah diikuti urutan jalannya perhitungan dari awal sampai akhir. Pada kasus pengembangan usaha pengolahan tepung ubi jalar Kelompok Tani Hurip, proyeksi laba yang didapatkan tiap tahunnya jika perproduksi pada kapasitas 100% adalah sebesar Rp 28.324.800 per tahun atau Rp 2.360.400 setiap bulannya dan telah dikurangi pajak. Besarnya proyeksi rugi laba ini dapat dilihat pada Tabel 7 dan rinciannya dapat dilihat pada Lampiran 7.

Tabel 7. Proyeksi laba rugi pengembangan usaha Kelompok Tani Hurip

52.820.000 39.340.000 11.015.200 28.324.800 5

92.160.000

52.820.000 39.340.000 11.015.200 28.324.800 6

92.160.000

52.820.000 39.340.000 11.015.200 28.324.800 7

92.160.000

52.820.000 39.340.000 11.015.200 28.324.800 8

92.160.000

52.820.000 39.340.000 11.015.200 28.324.800 9

92.160.000 52.820.000 39.340.000 11.015.200 28.324.800 10 92.160.000

52.820.000 39.340.000 11.015.200 28.324.800

4.4.6 Proyeksi Arus Kas

Berdasarkan Soeharto (2000), aliran kas dihitung dengan mengurangi aliran kas masuk dengan aliran kas keluar setiap tahunnya. Aliran arus kas proyek dikelompokan menjadi tiga, yaitu aliran kas awal (initial cash flow), aliran kas periode operasi (operational cash flow), dan aliran kas terminal (terminal cash flow). Aliran kas masuk terdiri dari laba bersih (net income) dan depresiasi (operational cash flow).

Aliran kas keluar terdiri dari investasi tetap, modal kerja (initial cash flow), dan nilai sisa investasi (terminal cash flow). Kas bersih didapatkan dengan mengurangi kas masuk dengan kas keluar setiap tahunnya. Proyeksi arus kas industri cokelat batangan dapat dilihat pada Tabel 8 dan rinciannya dapat dilihat pada Lampiran 8.

Tabel 8. Proyeksi arus kas pengembangan usaha Kelompok Tani Hurip

Tahun ke-

20 Tabel 8 lanjutan. Proyeksi arus kas pengembangan usaha Kelompok Tani Hurip

Tahun ke-

Kriteria investai yang digunakan dalam analisis kelayakan pengembangan usaha pengolahan tepung ubi jalar Kelompok Tani Hurip antara lain NPV, IRR, dan Net B/C. Perhitungan kriteria investasi didasarkan pada proyeksi arus kas bersih (net cash flow) dengan menggunakan tingkat Discount Factor (DF) sebesar 12%

4.5.1 Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah metode untuk menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dan nilai sekarang penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cash flow) di masa yang akan datang pada tingkat bunga tertentu. Proyek dianggap layak dan dapat dilaksanakan apabila NPV > 0. Jika NPV < 0, maka proyek tidak layak dan tidak perlu dijalankan. Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar opportunity cost faktor produksi modal.

Perhitungan NPV dapat dilihat pada Lampiran 9. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan nilai NPV positif sebesar Rp 111.151.620 pada tingkat discount factor 12% selama 10 tahun. Angka tersebut menunjukkan bahwa investasi yang digunakan dalam pengembangan usaha engolahan tepung ubi jalar Kelompok Tani Hurip sepanjang 10 tahun ke depan memperoleh manfaat bersih menurut nilai uang sekarang sebesar Rp. 111.151.620.

4.5.2 Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return (IRR) adalah tingkat suku bunga pada saat NPV sama dengan nol dan dinyatakan dalam persen. IRR merupakan tingkat bunga yang bilamana dipergunakan untuk mendiskonto seluruh kas masuk pada tahun-tahun operasi proyek akan menghasilkan jumlah kas yang sama dengan investasi proyek. Tujuan perhitungan IRR adalah mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya. Jika IRR dari suatu proyek atau usaha sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku, maka NPV dari proyek itu sebesar 0. Jika IRR ≥ I, maka proyek atau usaha layak untuk dijalankan, begitu pula sebaliknya. Hasil perhitungan IRR dapat dilihat pada Lampiran 9. Nilai IRR didapatkan sebesar 43%, nilai ini lebih besar dari nilai suku bunga 12% sehingga pengembangan usaha pengolahan tepung ubi jalar Kelompok Tani Hurip layak untuk dijalankan.

Dokumen terkait