• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

C. Resiliensi Matematis

(design a plan for the project); 3) membuat jadwal (create a schedule);

4) memonitor peserta didik dan perkembangan proyek (monitor the students and the progress the project); 5) menilai hasil (assess the outcome); dan 6) mengevaluasi pengalaman (evaluate the exprience).

positif dalam mengatasi kecemasan, ketakutan dalam menghadapi masalah matematika, serta sikap tekun dan gigih dalam menghadapi kesulitan.

Dengan cara memahami nilai bekerja secara kolaboratif dengan teman sebaya, mencapai kemampuan berbahasa untuk menyatakan pemahaman matematik mereka, memeriksa pertanyaan, dan memiliki keyakinan yang tangguh dan efektif serta berusaha lebih keras untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Resiliensi Matematis

Menurut Johnston dan Lee dalam buku Heris hendriana, dkk,.

Mengemukakan bahwa resiliensi matematis memiliki empat faktor yaitu:30 a. Percaya bahwa kemampuan otak dapat ditumbuhkan.

b. Pemahaman personel terhadap nilai-nilai matematika.

c. Pemahaman bagaimana cara bekerja dalam matematika.

d. Kesadaran akan dukungan teman sebaya, orang dewasa lainnya, internet dan lain-lainnya.

Selain itu, menurut Johnston yang dikutip Zhanty menyatakan bahwa terdapat empat faktor yang berkorelasi dengan resiliensi, yaitu:31

a. Value: Keyakinan bahwa matematika adalah subjek yang berharga dan patut dipelajari;

b. Struggle: Pengakuan bahwa perjuangan dengan matematika bersifat universal bahkan dengan orang-orang yang memiliki kemampuan matematika tingkat tinggi;

c. Growth: Keyakinan bahwa semua orang dapat mengembangkan keterampilan matematika dan ketidakpercayaannya bahwa beberapa orang dilahirkan dengan atau tanpa kemampuan untuk belajar, dan d. Resillience: Orientasi terhadap situasi atau kesulitan negatif dalam

pembelajaran matematika yang menghasilkan respons positif.

30 Heris Hendriana, Euis Eti Rohaeti, dan Utari Sumarmo, Op.Cit, hlm.175.

31 Luvy Sylviana Zanthy, “Kontribusi Resiliensi Matematis Terhadap Kemampuan Akademik Mahasiswa pada Mata Kuliah Statistika Matematika,” Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, vol.7, no. 1 (August 25, 2018): hlm.85, https://doi.org/10.31980/mosharafa.v7i1.344.

Selain faktor-faktor diatas, terdapat dua faktor yang membentuk resiliensi, yaitu faktor protektif internal dan faktor protektif eksternal.

Faktor protektif internal yaitu karakteristik individu yang membentuk resiliensi, seperti bersedia melayani orang lain, menggunakan life skills, termasuk pengambilan keputusan yang baik dan pemecahan masalah serta kepercayaan diri. Faktor protektif eksternal adalah karakteristik keluarga, sekolah, komunitas dan kelompok teman sebaya yang mengembangkan resiliensi, mendorong hubungan yang supportif dengan orang lain, dan melestarikan tanggung jawab.32

3. Komponen Resiliensi Matematis

Menurut Cicchetti dan Rogosch dikutip oleh Wiwin Hendriani, menyatakan bahwa terdapat dua komponen yang harus ada dalam mengidentifikasi resiliensi yaitu:33

a. Paparan dari situasi yang sulit dan menekan, hambatan atau ancaman yang berat dalam hidup individu.

b. Penyesuaian positif individu terhadap situasi tersebut.

Menyepakati pendapat Cicchetti dan Rogosch, Luthar juga menyatakan bahwa resiliensi akan dapat diketahui ketika individu berhadapan dengan hambatan atau kesulitan yang signifikan, dimana kemudian ia mampu menunjukan adaptasi positif terhadap hambatan atau kesulitan tersebut.34

32 Ibid

33 Wiwin Hendriani, Resiliensi Psikologis: Sebuah Pengantar (Jakarta: Prenada Media Group, 2018), hlm.24.

34 Ibid

Selain itu menurut Reivich dan Shatte dikutif oleh , mengemukakan bahwa terdapat 7 komponen resiliensi yaitu:35

a. Regulasi Emosi

Adalah kemampuan untuk tetap tenang dalam kondisi yang penuh tekanan. Individu yang memiliki kemampuan meregulasi emosi dapat mengendalikan dirinya apabila sedang kesal dan dapat mengatasi rasa cemas,sedih, atau marah sehingga mempercepat dalam pemecahan suatu masalah. Pengekspresian emosi, baik negatif ataupun positif, merupakan hal yang sehat dan konstruktif asalkan dilakukan dengan tepat.

Pengekspresian emosi yang tepat merupakan salah satu kemampuan individu yang resilien.

b. Pengendalian Impuls

Merupakan kemampuan mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri seseorang. Individu dengan pengendalian impuls rendah sering mengalami perubahan emosi dengan cepat yang cenderung mengendalikan perilaku dan pikiran.

Individu mudah kehilangan kesabaran, mudah marah, impulsif, dan berlaku agresif pada situasi-situasi kecil yang tidak terlalu penting, sehingga lingkungan sosial di sekitarnya merasa kurang nyaman yang berakibat pada munculnya permasalahan dalam hubungan sosial.

c. Optimisme

Individu yang resilien adalah individu yang optimis. Individu memiliki harapan di masa depan dan percaya dapat mengontrol arah hidupnya. Dibandingkan dengan individu yang pesimis, individu yang optimis lebih sehat secara fisik, tidak mengalami depresi, berprestasi lebih baik di sekolah, lebih produktif dalam kerja, dan lebih berprestasi dalam olahraga. Optimisme mengimplikasikan bahwa individu percaya dapat menangani masalah-masalah yang muncul di masa yang akan datang.

d. Empati

Menggambarkan bahwa individu mampu membaca tanda-tanda psikologis dan emosi dari orang lain. Empati mencerminkan seberapa baik individu mengenali keadaan psikologis dan kebutuhan emosi orang lain.

e. Analisis Penyebab Masalah

Yaitu merujuk pada kemampuan individu untuk secara akurat mengidentifikasi penyebab-penyebab dari permasalahan individu. Jika individu tidak mampu memperkirakan penyebab dari permasalahannya secara akurat, maka individu akan membuat kesalahan yang sama.

f. Efikasi Diri

Merupakan keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif. Efikasi diri juga

35 Ibid, hlm.51-56

berarti meyakini diri sendiri mampu berhasil dan sukses. Individu dengan efikasi diri tinggi memiliki komitmen dalam memecahkan masalahnya dan tidak akan menyerah ketika menemukan bahwa strategi yang sedang digunakan itu tidak berhasil. Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan sangat mudah dalam menghadapi tantangan. Individu tidak merasa ragu karena memiliki kepercayaan yang penuh dengan kemampuan dirinya. Individu ini akan cepat menghadapi masalah dan mampu bangkit dari kegagalan yang dialami.

g. Peningkatan Aspek Positif

Resiliensi merupakan kemampuan yang meliputi peningkatan aspek positif dalam hidup. Individu yang meningkatkan aspek positif dalam hidup, mampu melakukan dua aspek ini dengan baik, yaitu:

(1) mampu membedakan risiko yang realistis dan tidak realistis, (2) memiliki makna dan tujuan hidup serta mampu melihat gambaran besar dari kehidupan. Individu yang selalu meningkatkan aspek positifnya akan lebih mudah dalam mengatasi permasalahan hidup, serta berperan dalam meningkatkan kemampuan interpersonal dan pengendalian emosi.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, komponen resiliensi yang peneliti gunakan pada penelitian ini adalah merujuk pada komponen

resiliensi menurut Reivich dan Shatte yaitu: 1) regulasi emosi, 2) pengendalian impuls, 3) optimisme, 4) empati, 5) Analisis penyebab

masalah, 6) efikasi diri, dan 7) peningkatan aspek positif.

4. Indikator Resiliensi Matematis

Menurut Hutauruk, secara umum terdapat empat indikator resiliensi matematis yaitu:36

a. Memiliki keyakinan bahwa matematika sebagai sesuatu yang berharga dan layak untuk ditekuni dan dipelajari ( nilai ilmu matematika).

b. Memiliki kemauan dan kegigihan dalam belajar matematika, walaupun mengalami kesulitan, hambatan dan tantangan (kegigihan).

c. Memiliki keyakinan pada diri sendiri bahwa mampu mempelajari dan menguasai matematika, baik berdasarkan pemahaman atas matematika, kemampuan menciptakan strategi, bantuan alat dan orang lain, dan juga pengalaman yang dibangun (efikasi diri).

d. memiliki sifat bertahan, tidak pantang menyerah, serta selalu memberi tanggapan positif dalam belajar matematika (resiliensi).

36 Hutauruk, Op.Cit, hlm.70.

Selain itu, menurut Sumarmo indikator resiliensi matematis adalah sebagai berikut:37

a. Menunjukan sikap tekun, yakin/percaya diri, bekerja keras dan tidak mudah menyerah menghadapai masalah, kegagalan, dan ketidakpastian;

b. Menunjukan keinginan bersosialisasi, mudah memberi bantuan, berdiskusi dengan teman sebayanya dan beradaptasi dengan lingkungannya;

c. Memunculkan ide/cara baru dan mencari solusi kreatif terhadap tantangan;

d. Menggunakan pengalaman kegagalan untuk membangun motivasi diri;

e. Memiliki rasa ingin tahu, merefleksi, meneliti dan memanfaatkan beragam sumber; serta

f. Memiliki kemampuan mengontrol diri dan sadar akan perasaannya.

Adapun kaitan antara komponen dan indikator resiliensi matematis dapat dilihat pada tabel II.3 berikut:

TABEL II. 3

KAITAN ANTARA KOMPONEN DAN INDIKATOR RESILIENSI MATEMATIS

Komponen Indikator

Regulasi Emosi Memiliki kemampuan mengontrol diri dan sadar akan perasaannya.

Pengendalian Impuls

Optimisme Memiliki kemauan dan kegigihan dalam belajar matematika, walaupun mengalami kesulitan, hambatan dan tantangan (kegigihan).

memiliki sifat bertahan, tidak pantang menyerah, serta selalu memberi tanggapan positif dalam belajar matematika (resiliensi).

Menggunakan pengalaman kegagalan untuk membangun motivasi diri.

Empati Menunjukan keinginan bersosialisasi, mudah memberi bantuan, berdiskusi dengan teman sebayanya dan beradaptasi dengan lingkungan-nya.

Analisis Penyebab Masalah

Memiliki rasa ingin tahu, merefleksi, meneliti dan memanfaatkan beragam sumber.

Efikasi Diri Memiliki keyakinan bahwa matematika sebagai sesuatu yang berharga dan layak untuk ditekuni dan dipelajari ( nilai ilmu matematika).

37 Ibid, hlm.176-178.

Memiliki keyakinan pada diri sendiri bahwa mampu mempelajari dan menguasai matematika, baik berdasarkan pemahaman atas matematika, kemampuan menciptakan strategi, bantuan alat dan orang lain, dan juga pengalaman yang dibangun (efikasi diri).

Menunjukan sikap tekun, yakin/percaya diri, bekerja keras dan tidak mudah menyerah menghadapai masalah, kegagalan, dan ketidakpastian.

Peningkatan Aspek Positif

Memunculkan ide/cara baru dan mencari solusi kreatif terhadap tantangan.

Berdasarkan tabel II.3 diatas, untuk lebih mengetahui resiliensi matematis pada siswa, peneliti memilih indikator resiliensi matematis yang dirangkum oleh Sumarmo sebagai berikut:

1) Menunjukan sikap tekun, yakin/percaya diri, bekerja keras dan tidak mudah menyerah menghadapai masalah, kegagalan, dan ketidakpastian;

2) Menunjukan keinginan bersosialisasi, mudah memberi bantuan, berdiskusi dengan teman sebayanya dan beradaptasi dengan lingkungannya;

3) Memunculkan ide/cara baru dan mencari solusi kreatif terhadap tantangan;

4) Menggunakan pengalaman kegagalan untuk membangun motivasi diri;

5) Memiliki rasa ingin tahu, merefleksi, meneliti dan memanfaatkan beragam sumber; serta

6) Memiliki kemampuan mengontrol diri dan sadar akan perasaannya.

Dokumen terkait